Anda di halaman 1dari 16

BABI

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Halusinasi merupakan akibat adanya gangguan dalam proses berpikir dan
orientasi realitas. Individu tidak mampu membedakan rangsangan internal dan
eksternal. Halusinasi didefinisikan sebagai persepsi sensori dari suatu obyek tanpa
adanyasuaturangsangandariluar.Gangguanpersepsiinimeliputiseluruhpancaindra.
Disfungsi yang terjadi pada halusinasi menggambarkan hilangnya kemampuan
menilai realitas, klien hidup dalam dunianya sendiri dan merasa terganggu dalam
interaksisosialnyasehinggamenyebabkangangguanberhubungansosial,komunikasi
susah,dankadangkadangmembahayakandiriklien,oranglainmaupunlingkungan,
menunjukanbahwaklienmemerlukanpendekatanasuhankeperawatansecaraintensif
dankomprenhensif.
B. RumusanMasalah
1. Apapengertianhalusinasi?
2. Apaetiologihalusinasi?
3. Bagaimanaklasifikasihalusinasi?
4. Bagaimanamanifestasiklinishalusinasi?
5. Bagaimanaakibatdarihalusinasi?
6. Bagaimanaprosesterjadinyahalusinasi?
7. Bagaimanastrategikomunikasidalamhalusinasi?
8. Bagaimanapenatalaksanaandarihalusinasi?
9. Bagaimanaasuhankeperawatanpadapasienhalusinasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian halusinasi.
2. Mengetahui etiologi halusinasi.
3. Mengetahui klasifikasi halusinasi.
4. Mengetahui manifestasi halusinasi.
5. Mengetahui akibat halusinasi.
6. Mengetahui proses terjadinya halusinasi.
7. Mengetahui strategi komunikasi halusinasi.
8. Mengetahui penatalaksanaan halusinasi.
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien halusinasi.
BAB II

1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya
rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health Nursing,
1987). Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien
dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari
seluruh klien Schizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain
yang juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik depresif dan
delerium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari
luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
eksteren :Persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang
salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya timulus
eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesutu yang nyata ada
oleh klien.
B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf syaraf pusat dapat
menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah :
hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik
diri.
b. Psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons
psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.
c. Sosiol Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

2. Faktor Presipitasi

2
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah
koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi


adalah:

a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
Pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu :
1) With Drawal
Menarik diri dan klien sudah asyik dengan pengalaman internalnya.
2) Proyeksi
Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang membingungkan ( alam
mengalihkan respon kepada sesuatu atau seseorang ).
3) Regresi
Terjadi dalam hubungan sehari-hari untuk memproses masalah dan
mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi cemas.

Pada klien dengan halusinasi, biasanya menggunakan pertahanan diri dengan


menggunakan pertahanan diri dengan cara proyeksi yaitu untuk mengurangi perasaan
emasnya klien menyalahkan orang lain dengan tujuan menutupi kekurangan yang ada
pada dirinya.

C. Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
karakteristik tertentu, diantaranya :
1. Halusinasi pendengaran

3
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti : darah, urine atau feses. Kadang kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah
sebagai berikut:
1. Bicara sendiri

2. Senyum sendiri

3. Ketawa sendiri

4. Menggerakkan bibir tanpa suara

5. Pergerakan mata yang cepat

6. Respon verbal yang lambat

7. Menarik diri dari orang lain

8. Berusaha untuk menghindari orang lain

9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata


10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori
13. Sulit berhubungan dengan orang lain
14. Ekspresi muka tegang

4
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
17. Tampak tremor dan berkeringat
18. Perilaku panic
19. Agitasi dan kataton
20. Curiga dan bermusuhan
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan
22. Ketakutan
23. Tidak dapat mengurus diri
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang
yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:

1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.


2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Gerakan mata abnormal.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Diam.
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya
peningkatan nadi,pernafasan dan tekanan darah.
8. Penyempitan kemampuan konsenstrasi
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan
realitas.
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada
menolaknya.
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
14. Berkeringat banyak.
15. Tremor.
16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
17. Perilaku menyerang teror seperti panik.
18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.
20. Menarik diri atau katatonik.
21. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
22. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
E. Akibat Dari Halusinasi
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
F. Proses terjadinya halusinasi

5
Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang
diajukan yang menekankanpentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain.
Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir
oleh aliran stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input
ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar.Bila input ini
dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal
atau patologis, maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa
dilepaskan dalam bentuk halusinasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan
yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan
rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk
stimulus eksterna.

Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia (2001)
dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:

1. Fase I
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan
takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik
sendiri.
2. Fase II
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat
ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan
tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3. Fase III
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada
dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan
orang lain.

6
4. Fase IV :
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi.
Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.
Kondisi klien sangat membahayakan.

G. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak ? masih ingat saya ? nama mbak Winarti khan ?
sebenarnya mbak Winarti sukanya dipanggil apa sih ?.
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan mbak Win sekarang ?.

c. Kontrak

7
Mbak Win, pagi ini sesuai dengan janji kita, kita akan ngobrol-ngobrol ya
khan ? saya harap mbak Win nanti akan banyak bercerita kepada saya,
bagaimana ? tidak lama koq, 15 menit saja ?
2. Kerja
Mbak Win coba sih ceritakan kenapa mbak Win bisa sampai dibawa kesini ?,
mbak Win tahu tidak ini dimana ? Rumah sakit apa ?.
Bagaimana perasaan mbak Win selama disini ?.
3. Terminasi

a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mbak Win sekarang ?.
b. Evaluasi obyektif
Coba mbak Win sebutkan lagi kenapa mbak win dibawa kesini ? ya ada lagi ?.
c. Rencana Tindak lanjut
Baiklah mbak Win waktu kita sudah habis, besok kita ngobrol-ngobrol lagi
tentang apa yang dialami mbak Win sampai bisa terdengar suara-suara itu !.
d. Kontrak
Besok jam 08.00 WIB kita ketemu lagi ya ?, kita ngobrol dimana ? jangan lupa
ya ?

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan
usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang.
Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke
kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan
meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang
akan di lakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas,
misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi
instruktif. Perawat harusmengamati agar obat yang di berikan betul di telannya,
serta reaksi obat yang di berikan.

8
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
pasien yangmerupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi
masalah yang ada.Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
pasien atau orang lain yang dekat
dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah
raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan pasien ke kehidupan nyatadan memupuk hubungan dengan orang
lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan danmemilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar
ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny
dari percakapan denganpasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering
mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bilaada orang lain di dekatnya suara-
suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agarpasien jangan
menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang
ada.Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan
petugaslain agar tidakmembiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan
tidak bertentangan.

Perencanaan

TUK 1: klien dapat membina hubungan saling percaya.


TUK 2: klien dapat mengenal halusinasinya
a. Isi halusinasi:halusinasi pendengaran, penglihatan dan lain sebagainya
b. Waktu munculnya halusinasi: waktu sebelum tidur, pagi hari, saat sendiri atau saat
makan
c. Frekuensi:seberapa banyak halusinai muncul dalam satu hari
d. Hal yang menimbulkan halusinasi muncul
TUK 3: klien dapat mengontrol halusinasinya
Beberapa cara untuk mengontrol halusinasi adalah sebagai berikut.
a. Identifikasi cara yang dilakukan klien untuk mengendalikan halusinasi
b. Diskusikan cara yang digunakan, bila adaptif berikan pujian
c. Diskusikan cara mengendalikan halusinasi
1) Menghardik halusinasi :contoh saya tidak mendengar kamu, pergi dari saya.
2) Berbincang dengan orang lain:saat halusinasi dating , klien mengabaikan dan
langsung mengajak berbincang orang disekitarnya atau didekatnya.

9
3) Mengatur jadwal aktivitas:mengatur kegiatan sesuai dengan kebiasaan sehari-
hari dan sesuai dengan kegiatan yang disukainya sehingga tidak ada kesempatan
klien sendiri.
4) Menggunakan obat secara teratur: mengajukan klien untuk tidak putus obat dan
efek jika putus obat harus dijelaskan.
TUK 4:klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
TUK 5: klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Peran serta keluargaa dalam merawat halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Bantu mengenal halusinasi
1) Bina saling percaya
2) Diskusikan kapan muncul situasi yang menyebabkan (jika sendiri), isi dan
frekuensi
b. Meningkatkan kontak dengaan realitas
1) Bicara tentang topic yang nyata, tidak megikuti halusinasi
2) Bicara dengan klien secara sering dan singkat
3) Buat jadwal kegiatan sehari-hari untuk menghindari kesendirian
4) Ajak bicara jika tampak klien sedang berhalusinasi
5) Diskusikan hasil observasi anda
c. Bantu menurunkan kecemasan dan ketakutan
1) Temani, cegah isolasi dan menarik diri
2) Terima halusinasi klien tanpa mendukung dan menyalahkan, misalnya: saya
percaya anda mendengar, tetapi saya tidak mendengar
d. Mencegah klien melukai diri sendiri dan orang lain
1) Lakukan perlindungan
2) Kontak yang sering secara personal
e. Tingkatkan harga diri
1) Identifikasi kemampuan klien dan beri kegiatan yang sesuai
2) Beri kesempatan sukses dan beri pujian atas kesuksesan klien
f. Dorong berspons pada situasi nyata
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Factor presdisposisi
1) Genetika
2) Neurobiology
3) Neurtransmiter
4) Abnormal perkembangan saraf
5) Psikologis
b. Factor presipitasi
1) Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2) Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
3) Adanya gejala pemicu
c. Sumber Koping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat
mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber
kopingdilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk

10
menyelesaikanmasalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat
membantuseseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress
danmengadopsi strategi koping yang berhasil.
d. Mekanisme koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yangdigunakan
untuk melindungi diri.
1) Regresi
2) Proyeksi
3) Menarik diri
e. Perilaku halusinasi
1) Isi halusinasi
Berikut ini adalah jenis halusinasi menurut data objektif dan subjektifnya.
Data objektif dapat dikaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien,
sedangkan data subjektif dapat dikaji dengan melakukan wawancara
dengan pasien. Melalui data ini, perawat dapat mengetahui isi halusinasi
pasien.
2) Waktu terjadinya, frekuensi dan situasi yang menyebabkan halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Jika
mungkin jam brapa? Frekuensi terjadinya apakah teruus menerus atau
hanya sesekali? Situasi terjadinya, apakah jika sedang sendiri, atau setelah
terjadi kejadian tertentu? Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi
khusus pada waktu terjadinya halusinasi dan untuk menghindari situasi
yang menyebabkan munculnya halusinasi sehingga pasien tidak larut
dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi,
tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi dapat direncanakan.
3) Respons klien saat halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul,
perawat dapat menanyakan kepada pasien tentang perasaan atau tindakan
pasien saat halusinasi terjadi. Perawat dapat juga menanyakan kepada
keluarga atau orang terdekat dengan pasien atau mengobservasi perilaku
pasien saat halusinasi muncul.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan
dengan halusinasi
b. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
c. Isolasi social:menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
d. PSP : halusinasi pendengaran berhubungan menarik diri

11
e. Defisit perawatan diri: Mandi/ kebersihan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam merawat diri
f. Perubahan proses pikir : Waham berhubungan dengan harga diri rendahkronis
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif berhubungan dengan
kopingkeluarga tak efektif
h. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halusinasi
3. Intervensi
a. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan
dengan halusinasi
Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengenal halusinasinya
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya
4) Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
5) Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat :
1) Mengungkapkan perasaannya dalam keadaan saat ini secara verbal
2) Menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi,cara
memutuskan halusinasi dan melaksanakan cara yang efektif bagi klien
untuk digunakan
3) Menggunakan keluarga untuk mengontrol halusinasi dengan cara sering
berinteraksi dengan keluarga
4) Menggunakan obat dengan benar
Intervensi :
1) Bina Hubungan saling percaya
2) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
3) Dengarkan ungkapan klien dengan empati
4) Adakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap
(waktudisesuaikan dengan kondisi klien)
5) Observasi tingkah laku : verbal dan non verbal yang berhubungan dengan
halusinasi
6) Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi dengan menggambarkan tingkah
laku halusinasi
7) Identifikasi bersama klien situasi yang menimbulkan dan tidak
menimbulkan halusinasi, isi, waktu, frekuensi
8) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya saatalami
halusinasi.
9) Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila sedang mengalami
halusinasi.
10) Diskusikan cara-cara memutuskan halusinasi
11) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan cara memutuskan
halusinasi yang sesuai dengan klien
12) Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok

12
13) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga ketika mengalami halusinasi
14) Lakukan kunjungan rumah
15) Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat untuk mengontrol
halusinasi
16) Bantu klien menggunakan obat secara benar
b. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
Tujuan
1) Klien mampu membina hubungan saling percaya
2) Klien mampu mengenal prilaku menarik dirinya, misalnya menyebutkan
perilaku menarik diri
3) Klien mampu mengadakan hubungan/sosialisasi dengan orang lain
:perawat atau klien lain secara bertahap
4) Klien dapat menggunakan keluarga dalam mengembangkankemampuan
berhubungan dengan orang lain
Kriteria Evaluasi :
1) Klien dapat dan mau berjabat tangan. Dengan perawat maumenyebutkan
nama, mau memanggil nama perawat dan mau dudukbersama
2) Klien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri
3) Klien mau berhubungan dengan orang lain
4) Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secara
bertahap dengan keluarga
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya
2) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanyaserta beri kesempatan pada klien mengungkapkanperasaan
penyebab klien tidak mau bergaul/menarik diri
3) Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda sertayang
mungkin jadi penyebab
4) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan
5) Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan
6) Perlahan-lahan serta klien dalam kegiatan ruangan dengan melaluitahap-
tahap yang ditentukan
7) Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai
8) Anjurkan klien mengevaluasi secara mandiri manfaat dariberhubungan
9) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan klien mengisiwaktunya
10) Motivasi klien dalam mengikuti aktivitas ruangan
11) Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan
12) Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling percaya
dengankeluarga
13) Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebabdan
cara keluarga menghadapi
14) Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi
15) Anjurkan anggota keluarga secara rutin menengok klien minimal
c. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan

13
Klien dapat :
1) Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
2) Menilai kemampuan diri yang dapat dipergunakan
3) Klien mampu mengevaluasi diri
4) Klien mampu membuat perencanaan yang realistik untuk dirinya
5) Klien mampu bertanggung jawab dalam tindakan
Kriteria Evaluasi :
1) Klien dapat menyebut minimal 2 aspek positip dari segi fisik
2) Klien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan
3) Klien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan
4) Klien mampu memulai mengevaluasi diri
5) Klien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengan
kemampuan yang ada pada dirinya
6) Klien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai
dengan rencanan
Intervensi :
1) Dorong klien untuk menyebutkan aspek positip yang ada padadirinya dari
segi fisik
2) Diskusikan dengan klien tentang harapan-harapannya
3) Diskusikan dengan klien keterampilannya yang menonjol selama di
rumah dan di rumah sakit
4) Berikan pujian
5) Identifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh klien
6) Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh klien
7) Diskusikan strategi koping yang efektif bagi klien
8) Bersama klien identifikasi stressor dan bagaimana penialian klien
terhadap stressor
9) Jelaskan bahwa keyakinan klien terhadap stressor mempengaruhi
pikiran dan perilakunya
10) Bersama klien identifikasi keyakinan ilustrasikan tujuan yang tidak
Realistic
11) Bantu klien untuk mengerti bahwa hanya klien yang dapat merubah
dirinya bukan orang lain
12) Dorong klien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya sendiri
(bukan perawat)
13) Diskusikan konsekuensi dan realitas dari perencanaan/tujuannya
14) Bantu klien untuk menetpkan secara jelas perubahan yang diharapkan
15) Dorong klien untuk memulai pengalaman baru untuk berkembangsesuai
potensi yang ada pada dirinya
16) Beri kesempatan kepada klien untuk sukses
17) Bantu klien mendapatkan bantuan yang diperlukan
18) Libatkan klien dalam kegiatan kelompok
19) Tingkatkan perbedaan diri pada klien didalam keluarga sebagaiindividu
yang unik
20) Beri waktu yang cukup untuk proses berubah
21) Beri dukungan dan reinforcement positip untuk
membantumempertahankan kemajuan yang sudah dimiliki kliensekali
seminggu

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk
halusinasi ini bias berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling
sering berupa kata-kata yangtersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna.
Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenaikeadaan pasien sedih atau yang
dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar ataubicara dengan suara
halusinasi itu.
Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar ataubicara keras-keras
seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak.Kadang-
kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya.
Halusinasiini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan
lain-lain.
B. Saran
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat mengikutilangkah-
langkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara sistematisdan tertulis agar
tindakan berhasil dengan optimal.
2. Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukanpendekatan
secara bertahap dan terus menerus untuk membina hubungansaling percaya antara
perawat klien sehingga tercipta suasana terapeutikdalam pelaksanaan asuhan
keperawatan yang diberikan.

15
3. Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien dirumah sakit,sehingga
keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapatmembantu
perawat bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan bagiklien.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Anna Budi dan Akemat.2007. Model Praktik KEPERAWATAN PROFESIONAL JIWA.
Jakarta:EGC

Kusumawati, Farida dan Hartono, Yudi. 2010. Buku Ajar KEPERAWATAN JIWA. Jakarta
:Salemba Medika

Rasmun, 2001.Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga.


Jakarta :CV.Sagung Seto

Residen Bagian Psikiatri UCLA, 1997.Buku Saku Psikiatri.EGC

Stuart & Sunden, 1998.Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Jakarta:EGC

Nasution, Siti Saidah.2003.ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


PERUBAHAN SENSORIPERSEPSI : HALUSINASI.Digitized by USU digital library

16

Anda mungkin juga menyukai