Anda di halaman 1dari 32

ISSN: 2339-2592

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

OPTIMASI NANOEMULSI MINYAK KELAPA SAWIT (PALM OIL)


MENGGUNAKAN SUKROSA MONOESTER

Elfi Sahlan Ben1, Muslim Suardi1, T. Chazraj Chalid1, dan Tomi Yulianto2
1
Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Padang
2
Fakultas Farmasi, University Teknologi Mara, Malaysia

ABSTRACT

Optimation nanoemulsion palm oil has been performed using a mixture of sucrose monoester/
SME (sucrose monoesterstearat (S-1670 Ryoto), sucrose monoesterlaurat (L-1695 Ryoto),
sucrose monoesterpalmitat (P-1670 Ryoto)) surfactants. The ratios of surfactant : VCO used
were 1:4, 1:5, 1:6 variation of the concentration of surfactant mixtures ratio has been studied.
The SME stearic: SME lauric and SME palmitic : SME lauric ratios used were 0:100, 10:90,
20 : 80, 30:70, 40:60, 50:50, 60:40, 70:30, 80:20, 90:10 and 100:0. The nanoemulsions are
prepared using phase inversion temperature method and monitored physical parameters such
as droplet size, zeta potential, Poly Dispersity Index (PDI) or the uniformity of droplet
distribution and the velocity separation nanoemulsion without and with the addition of
Carbopol. Based on this method and the ratio of oil-surfactant, the droplet sizes in the range
100 - 600 nm was obtained. The application of a single SME lauric (SME stearate: SME
lauric and SME palmitic : SME lauric at 0:100 ratio) in each oil-surfactant ratio capable of
producing droplets in the nanometer size. Additions with 10% SME stearate or palmitate (
SME stearic : SME lauric and SME palmitic : SME lauric 10:90) increase of droplet size
(increase < 100nm). The droplet size decreased along with the increase of SME stearate and
SME palmitate concentration in the surfactant (SME stearic -SME lauric and SME palmitic-
SME lauric) up to certain concentration indicating the optimum condition and surfactant
combination in the development of nanoemulsion. The zeta potential value showed
nanoemulsion moderate stable (-32 - -48). PDI showed range between 0,074-0,340, where is
the PDI smaller than 0.1 indicates high uniformity of droplets size. The stability of
nanoemulsions were determined using a stability analyzer without and with a thickening agent
(Carbopol 934 and Carbopol 940) with various concentration of 0.25, 0.5, 0.75 and 1%. The
additions of Carbopol could improve stability of nanoelmulsion by retardation of
nanoemulsion separation.

Keywords : Nanoemulsi, Sukrosa Monoester - stearat, - laurat, - palmitat, surfaktan.

PENDAHULUAN

Emulsi merupakan sediaan yang penggunaan stabilizer. Memperkecil ukuran


mengandung dua fase yang tidak tercampur, droplet dapat dilakukan dengan pembuatan
biasanya air dan minyak, dimana cairan yang nanoemulsi (Haryono, 2009).
satu terdispersi menjadi tetesan-tetesan kecil Nanoemulsi adalah sistem emulsi yang
(droplet) dalam cairan lainnya yang transparent, tembus cahaya dan merupakan
distabilkan dengan zat pengemulsi atau dispersi minyak air yang distabilkan oleh
surfaktan yang cocok (Anief, 2000).Sistem lapisan film dari surfaktan atau molekul
emulsi umumnya mudah rusak dengan surfaktan, yang memiliki ukuran droplet 50
penambahan energi serta seiring berjalannya nm 500 nm (Shakeel, et al., 2008). Ukuran
waktu. Masalah ini dapat diatasi dengan droplet nanoemulsi yang kecil membuat
memperkecil ukuran droplet serta nanoemulsi stabil secara kinetik sehingga

31
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

mencegah terjadinya sedimentasi dan banyak dibanding pengemulsi lain (Kagaku,


kriming selama penyimpanan (Solans, et al., 2002). Berdasarkan keunggulan
2005). Nanoemulsi telah diterapkan dalam keunggulan tersebut, pengembangan
berbagai industri farmasi, diantaranya untuk nanoemulsi dengan minyak sawit sebagai
sistem penghantar transdermal, bahan atau fase minyak dan sukrosa monoester sebagai
unsur yang potensial dalam beberapa produk surfaktan diharapkan dapat memberikan
perawatan tubuh, dan pembawa yang baik kestabilan yang lebih baik.
pada obat sehingga dapat meningkatkan Carbopol digunakan pada sebagian besar
bioavailabilitas obat dalam tubuh (Gutierrez, sediaan cair atau sediaan semisolid
et al., 2008). berkenaan dengan fungsinya sebagai agen
Ditinjau dari kesehatan, minyak kelapa sawit pengental dan pensuspensi. Sifatnya mudah
mempunyai keunggulan jika dibandingkan mengembang dalam air dan mengental.
dengan minyak nabati lainnya karena Carbopol memiliki beberapa kelebihan
mengandung beta karoten sebagai pro- diantaranya merupakan pengental yang baik
vitamin A dan vitamin E. Vitamin E selalu dan efisien bahkan pada konsentrasi rendah
diunggulkan ampuh untuk memerangi radikal sehingga digunakan sebagai pensuspensi,
bebas karena vitamin E membantu melawan pengental serta penstabil pada emulsi, pasta,
radikal bebas, yang bermanfaat bagi kulit dan salep, dan gel. Carbopol stabil pada
membantu mencegah pembentukan kerutan temperatur tinggi dan bersifat antimikroba
dengan mencegah kerusakan oksidatif yang (Jeon, 2007).
disebabkan oleh sinar ultraviolet. Pada penelitian ini akan dilihat beberapa
Betakaroten merupakan provitamin A yang parameter fisika yang terkait dengan ukuran
akan diubah menjadi vitamin A. Vitamin A droplet serta kestabilan sediaan, antara lain
ini berguna bagi proses metabolisme. distribusi ukuran droplet atau polydispersity
Sukrosa monoester merupakan surfaktan non Index (PDI), zeta potensial serta kecepatan
ionik yang mengandung sukrosa sebagai pemisahan nanoemulsi tanpa dan dengan
gugus hidrofilik dan asam lemak sebagai penggunaan zat pengental (Carbopol) yang
gugus lipofilik yang sedang dikembangkan berfungsi sebagai penstabil. Nanoemulsi
dalam pembuatan nanopartikel. Sukrosa minyak sawit (palm oil) yang dihasilkan
monoester tidak berbau, tidak berasa, tidak diharapkan dapat digunakan sebagai
toksik dan tidak mengiritasi kulit, sehingga pembawa pada sediaan kosmetik dan sediaan
bisa digunakan pada pembuatan makanan, farmasi lainnya untuk meningkatkan
obat-obatan, kosmetik dan produk farmasi penetrasi atau absorbsi zat aktif pada kulit
lainnya. Sukrosa monoester memiliki sehingga zat aktif akan lebih mudah diserap
kapasitas emulsi yang besar, dimana fase oleh tubuh.
terdispersi yang dapat diemulsikan lebih

METODOLOGI PENELITIAN

Alat laurat (L-1695 Ryoto), sukrosa


ZetaSizer Apparatus (Malvern), Mastersizer monoesterpalmitat / SME palmitat (P-1670
2000 Apparatus (Malvern), Stability Ryoto), gliserol / gliserin, air suling,
Analyzer(Lumifuge), timbangan, hot plate, carbopol 934 dan carbopol 940, NaOH 0,1
termometer, batang pengaduk, dan alat-alat M.
gelas lainnya. Pemeriksaan bahan baku
a. Minyak kelapa sawit (Palm oil)
Bahan dilakukan berdasarkan standar
Minyak kelapa sawit (Palm Oil), sukrosa departemen perindustrian minyak
monoesterstearat / SME stearat (S-1670 kelapa sawit meliputi pemerian dan
Ryoto), sukrosa monoesterlaurat / SME kelarutan.

32
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

b. Pemeriksaan gliserol dilakukan yang dilakukan pada suhu 80C. Temperatur


berdasarkan Farmakope Indonesia yang digunakan pada fase inversi ini sesuai
edisi IV meliputi pemerian dan dengan temperatur yang digunakan pada
kelarutan. penelitian terdahulu (Corizonna, 2005).
c. Pemeriksaan sukrosa monoester Selanjutnya emulsi yang terbentuk diaduk
laurat, sukrosa monoester stearat, kuat dan kencang hingga dingin untuk
sukrosa monoesterpalmitat, carbopol mendapatkan ukuran droplet yang lebih
934 dan carbopol 940 dilakukan kecil, sehingga terbentuk nanoemulsi.
berdasarkan standar yang telah Formula dibuat dalam berbagai perbandingan
ditentukan Mitshubishi-Kagaku Food untuk memperoleh komposisi surfaktan dan
Corporation dan Handbook of kosurfaktan yang menghasilkan nanoemulsi
Pharmaceutical Exipients meliputi terbaik. Formula yang digunakan pada
pemerian, kelarutan dan titik leleh. pembuatan nanoemulsi terdiri atas formula
SME Stearat dengan SME Laurat dan SME
Pembuatan nanoemulsi minyak kelapa sawit Palmitat dengan SME lauratdengan rasio
(palm oil) surfaktan : minyak masing-masing berturut-
turut adalah 1:4, 1:5, dan 1:6. Pada masing-
Nanoemulsi dibuat secara manual dengan masing rasio surfaktan : minyak dilakukan
metoda phase inversion temperature. Fase variasi terhadap konsentrasi campuran
minyak yang digunakan berupa minyak surfaktan dengan persentase perbandingan
kelapa sawit (palm oil), dipanaskan hingga pada setiap campuran SME stearat:SME
mencapai suhu 80C. Surfaktan yang laurat dan campuran SME palmitat:SME
digunakan dilarutkan dalam fase air (gliserol) laurat masing-masing adalah 0:100, 10:90,
dengan pemanasan sampai mencapai suhu 20:80, 30:70, 40:60, 50:50, 60:40, 70:30,
80C. Kemudian minyak diteteskan sedikit 80:20, 90:10 dan 100:0. Berikut adalah tabel
demi sedikit ke dalam larutan gliserol dan formula yang digunakan pada pembuatan
surfaktan sambil diaduk hingga homogen, nanoemulsi. (Tabel I VI).

Tabel I. Formula nanoemulsi dengan variasi konsentrasi Palm Oil dan 1:4 Stearat dengan
Laurat

Formula 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gliserol (g) 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
SME Stearat (g) 0,15 0,30 0,45 0,60 0,75 0,90 1,05 1,2 1,35 1,5
SME Laurat (g) 1,5 1,35 1,2 1,05 0,90 0,75 0,60 0,45 0,30 0,15
Minyak (g) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

Tabel II. Formula nanoemulsi dengan variasi konsentrasi Palm Oil dan 1:4 Palmitat dengan
laurat

Formula 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gliserol (g) 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
SME Palmitat (g) 0,15 0,30 0,45 0,60 0,75 0,90 1,05 1,2 1,35 1,5
SME Laurat (g) 1,5 1,35 1,2 1,05 0,90 0,75 0,60 0,45 0,30 0,15
Minyak (g) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

33
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Tabel III. Formula nanoemulsi dengan variasi konsentrasi Palm Oil dan 1:5 Stearatdengan
Laurat

Formula 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gliserol (g) 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8
SME Stearat (g) 0,12 0,24 0,36 0,48 0,6 0,72 0,84 0,96 1,08 1,2
SME Laurat (g) 1,2 1,08 0,96 0,84 0,72 0,6 0,48 0,36 0,24 0,12
Minyak (g) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

Tabel IV. Formula nanoemulsi dengan variasi konsentrasi Palm Oil dan 1:5 Palmitat dengan
Laurat

Formula 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gliserol (g) 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8
SME Palmitat (g) 0,12 0,24 0,36 0,48 0,6 0,72 0,84 0,96 1,08 1,2
SME Laurat (g) 1,2 1,08 0,96 0,84 0,72 0,6 0,48 0,36 0,24 0,12
Minyak (g) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

Tabel V. Formula nanoemulsi dengan variasi konsentrasi Palm Oil dan 1:6 Stearat dengan
Laurat

Formula 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gliserol (g) 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
SME Stearat (g) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
SME Laurat (g) 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1
Minyak (g) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

Tabel VI. Formula nanoemulsi dengan variasi konsentrasi Palm Oil dan 1:6 Palmitat dengan
Laurat

Formula 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gliserol (g) 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
SME Palmitat (g) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
SME Laurat (g) 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1
Minyak (g) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6

Pada setiap nanoemulsi yang dihasilkan sebagai stabilisator terhadap nanoemulsi


dilakukan analisa ukuran partikel dan minyak kelapa sawit (palm oil).
stabilitas fisika yang meliputi penentuan
ukuran droplet, distribusi ukuran droplet Penentuan ukuran droplet serta distribusi
(PDI), zeta potensial, kecepatan pemisahan ukuran partikel (polydispersity index / PDI)
dan pengaruh zat pengental (Carbopol) nanoemulsi minyak kelapa sawit (palm oil)

34
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Sediaan nanoemulsi diambil secukupnya lalu


diencerkan dengan air suling sebanyak 50 ml. Penentuan Kecepatan Pemisahan
Pada penggunaan Mastersizer, unit
pendispersi yang terdapat pada Mastersizer Kecepatan pemisahan ditentukan
harus dibilas terlebih dahulu menggunakan menggunakan Stability Analyzer Lumifuge.
air suling sebelum dan sesudah penggunaan Penyiapan sampel dilakukan dengan
alat. Selanjutnya air suling dimasukkan ke mengencerkan nanoemulsi dengan air suling
dalam tabung unit pendispersi sebanyak secukupnya, lalu disuntikkan ke dalam kuvet.
sepertiga tabung, kecepatan pengadukan Alat dijalankan selama 1 jam dengan
stirer diatur pada kecepatan 1500-1510, kecepatan 2624 rpm untuk mendapatkan
kemudian dilakukan pengukuran stabilitas setara dengan 1 bulan dengan
background. Sampel nanoemulsi yang telah kecepatan pemisahan dalam mm/tahun.
diencerkan dimasukkan ke tabung
pendispersi sampai batas tertentu, dilakukan Pengaruh zat pengental (Carbopol) sebagai
pengukuran dengan prinsip kerja alat yang stabilisator terhadap kecepatan pemisahan
berdasarkan difraksi sinar laser. Pada nanoemulsi minyak kelapa sawit (palm oil)
penggunaan zetasizer, sampel nanoemulsi
yang telah diencerkan dimasukkan kedalam Zat pengental yang digunakan adalah
kuvet, kemudian dilakukan pengukuran Carbopol 934 dan Carbopol 940. Carbopol
dengan prinsip Dynamic Light Scattering. dibuat dalam bentuk gel dengan konsentrasi
Data yang dihasilkan berupa ukuran droplet, berturut turut 0,25%; 0,5%; 0,75%; dan
kurva distribusi droplet, keseragaman 1%. Pembuatan gel carbopol dilakukan
distribusi droplet (polydispersity index / dengan menambahkan sejumlah air ke dalam
PDI). serbuk carbopol sedikit demi sedikit
kemudian diaduk sampai homogen.
Penentuan Zeta Potensial nanoemulsi Penyesuaian pH dilakukan dengan
minyak kelapa sawit (palm oil) penambahan NaOH 0,1M sampai pH 5,5.
Selanjutnya penyiapan sampel untuk uji
Zeta potensial droplet di ukur dengan stabilitas nanoemulsi dilakukan dengan
menggunakan Zetasizer. Nanoemulsi menambahkan gel carbopol ke dalam
diencerkan dalam air secukupnya, lalu nanoemulsi yang telah diencerkan dengan air
dimasukkan ke dalam kuvet kemudian suling. Adapun komposisi sampel uji dapat
dilakukan pengukuran terhadap zeta dilihat pada table VII.
potensial menggunakan zetasizer dengan
prinsip Dynamic Light Scattering.

Tabel VII. Komposisi sampel uji stabilitas nanoemulsi


Sampel uji Nano emulsi (g) Air (g) Susoensi Carbopol (g)
Krim C 0% 1 3 0
Krim C 0,25% 1 2,75 0,25
Krim C 0,5% 1 2,5 0,5
Krim C 0,75% 1 2,25 0,75
Krim C 1% 1 2 1

Keterangan:
Krim C 0% = sampel uji nanoemulsi dengan konsentrasi carbopol 0%.
Krim C 0,25% = sampel uji nanoemulsi dengan konsentrasi carbopol 0,25%
Krim C 0,5% = sampel uji nanoemulsi dengan konsentrasi carbopol 0,5%
Krim C 0,75% = sampel uji nanoemulsi dengan konsentrasi carbopol 0,75%
Krim C 1% = sampel uji nanoemulsi dengan konsentrasi carbopol 1%

35
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Masing-masing sampel uji dibuat sebanyak zeta potensial dan kecepatan pemisahan
4 gram lalu disuntikkan ke dalam kuvet. nanoemulsi. Dari data ini dilihat komposisi
Selanjutnya dilakukan uji stabilitas minyak kelapa sawit (palm oil) dan
menggunakan Stability AnalyzerLumifuge surfaktan terbaik yang menghasilkan
yang menunjukan kecepatan pemisahan nanoemulsi minyak kelapa sawit (palm oil)
dalam mm/waktu. dengan kriteria mempunyai ukuran droplet
< 500 nm, PDI < 0,1, nilai zeta potensial
Analisa data besar dari 30 mV, memiliki kecepatan
Data yang diperoleh berupa angka-angka pemisahan yang kecil dari 0,5 mm/tahun.
yang menunjukkan ukuran partikel, PDI,

HASIL DAN DISKUSI

Hasil Pemeriksaan Bahan Baku carbopol pada berbagai konsentrasi


Hasil pemeriksaan minyak kelapa sawit yang menunjukkan hubungan antara
(palm oil) memenuhi standar departemen konsentrasi carbopol terhadap
perindustrian minyak kelapa sawit. Hasil kecepatan pemisahan dapat dilihat pada
pemeriksaan gliserol memenuhi persyaratan lampiran 7 gambar 22 - 27.
Farmakope Indonesia edisi IV. Hasil 3. Grafik perbandingan stabilitas
pemeriksaan sukrosa monoester laurat, nanoemulsi terhadap formula 1:4; 1:5;
sukrosa monoester stearat, sukrosa 1:6 dengan konsentrasi SME-laurat
monoester palmitat, carbopol 934 dan 100% dapat dilihat pada lampiran 8
carbopol 940 memenuhi standar yang gambar 28 - 37.
ditetapkan Mitsubishi-Kagaku Food 4. Profil stabilitas Nanoemulsi dapat
Coorporation dan persyaratan Handbook of dilihat pada lampiran 9 gambar 38 - 40.
Pharmaceutical Exipients.
Optimasi jenis dan konsentrasi surfaktan
Hasil uji stabilitas nanoemulsi dalam pembuatan Nanoemulsi dan
menggunakan Stability Analyzer evaluasi nanoemulsi.Hasil penentuan
(Lumifuge), terhadap formula 1:4; 1:5; ukuran droplet menggunakan Mastersizer
1:6 dengan konsentrasi SME laurat 100% berkisar antara 146 nm - 590 nm
berdasarkan pengukuran kecepatan sedangkan penentuan ukuran droplet
pemisahan / laju sedimentasi yang menggunakan zetasizer berkisar antara
dipengaruhi oleh penambahan carbopol 140 nm 470 nm, hasil pengukuran nilai
934 dan carbopol 940. zetapotensial berkisar antara -32 mV - -48
1. Hasil uji stabilitas nanoemulsi selama mV, keseragaman puncak distribusi
satu bulan menggunakan carbopol 934 droplet (PDI) berkisar antara 0,074
dan carbopol 940 dengan konsentrasi 0,340. Hasil selengkapnya dapat dilihat
0% (tanpa penambahan carbopol), pada tabel VII - XII.Grafik perbandingan
0,25%, 0,50%, 0,75%, 1% berkisar ukuran droplet nanoemulsi pada tiap
antara 68,54 mm/tahun - 0,01 komposisi formula yang menunjukkan
mm/tahun. Hasil selengkapnya dapat hubungan antara konsentrasi surfaktan
dilihat pada lampiran 6 tabel XXI- dengan ukuran droplet yang dihasilkan,
XXII. dapat dilihat pada gambar 1-6.Kurva
2. Grafik perbandingan stabilitas distribusi ukuran droplet dan kurva zeta
nanoemulsi terhadap penggunaan potensial dapat dilihat pada gambar 7-15.

36
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Tabel VII. Hasil analisa perbadingan stearat dengan laurat (1:4)

Size Size zeta Potensial


Data PDI
(um) (nm) (mV)
1:4 0% L 0,337 257,4 0,11 -40,7
1:4 10% S/L 0,156 190,3 0,1 -43,9
1:4 20% S/L 0,152 173,2 0,086 -44,1
1:4 30% S/L 0,147 167,2 0,092 -43,2
1:4 40% S/L 0,149 167,8 0,106 -44,5
1:4 50% S/L 0,177 176,9 0,106 -48,2
1:4 60% S/L 0,179 175,6 0,11 -40
1:4 70% S/L 0,192 177,2 0,11 -44,5
1:4 80% S/L 0,198 177,9 0,143 -48,4
1:4 90% S/L 0,257 193,9 0,174 -46,5
1:4 100% S 0,435 308 0,2 -44,9

Tabel VIII. Hasil analisa perbadingan palmitat dengan laurat (1:4)

Size zeta Potensial


Data Size (um) PDI
(nm) (mV)
1:4 0% L 0,337 257,4 0,11 -40,7
1:4 10% P/L 0,156 165,8 0,119 -32,7
1:4 20% P/L 0,153 168,6 0,097 -34,8
1:4 30% P/L 0,193 177,8 0,074 -33,4
1:4 40% P/L 0,171 179,2 0,117 -35,4
1:4 50% P/L 0,183 180,6 0,133 -36,8
1:4 60% P/L 0,205 182,7 0,122 -33,8
1:4 70% P/L 0,261 199,1 0,157 -34,5
1:4 80% P/L 0,253 199,2 0,189 -36,6
1:4 90% P/L 0,334 224,2 0,184 -34,7
1:4 100% P 0,490 430,5 0,190 -36,5

37
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Tabel IX. Hasil analisa perbadingan stearat dengan laurat (1:5)

Data Size (um) Size PDI zeta Potensial


(nm) (mV)
1:5 0% L 0,156 172,2 0,076 -42,1
1:5 10% S/L 0,225 180,2 0,132 -41,7
1:5 20% S/L 0,21 183,6 0,151 -39,6
1:5 30% S/L 0,265 202,2 0,184 -43,2
1:5 40% S/L 0,339 231,2 0,214 -42,6
1:5 50% S/L 0,28 198,5 0,156 -39
1:5 60% S/L 0,269 217,2 0,152 -39,3
1:5 70% S/L 0,362 241 0,212 -41,2
1:5 80% S/L 0,296 245,3 0,207 -40,6
1:5 90% S/L 0,373 249,8 0,217 -43,8
1:5 100% S 0,480 405,3 0,219 -42,4

Tabel X. Hasil analisa perbadingan palmitat dengan laurat (1:5)

Data Size (um) Size (nm) PDI zeta Potensial


(mV)
1:5 0% L 0,156 172,2 0,076 -42,1
1:5 10% P/L 0,181 176,7 0,99 -42,6
1:5 20% P/L 0,258 192 0,126 -40,8
1:5 30% P/L 0,316 198,5 0,139 -41,9
1:5 40% P/L 0,265 194,6 0,154 -44,5
1:5 50% P/L 0,23 192,5 0,109 -42,1
1:5 60% P/L 0,241 192,7 0,123 -37,6
1:5 70% P/L 0,246 194,3 0,142 -34,5
1:5 80% P/L 0,231 185,9 0,145 -35,4
1:5 90% P/L 0,305 201,5 0,152 -38,5
1:5 100% P 0,470 390,7 0,163 -39,8

38
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Tabel XI. Hasil analisa perbadingan stearat dengan laurat (1:6)

zeta Potensial
Data Size (um) Size (nm) PDI
(mV)
1:6 0% L 0,291 201,8 0,163 -44,6
1:6 10% S/L 0,146 140,5 0,152 -40,1
1:6 20% S/L 0,28 224,3 0,182 -43,2
1:6 30% S/L 0,263 201,5 0,146 -41,6
1:6 40% S/L 0,291 207,2 0,128 -44,7
1:6 50% S/L 0,373 249,9 0,211 -39,1
1:6 60% S/L 0,384 250,7 0,235 -39,6
1:6 70% S/L 0,449 275,2 0,263 -41,4
1:6 80% S/L 0,498 288,7 0,324 -40,7
1:6 90% S/L 0,576 328,2 0,338 -42,6
1:6 100% S 0,590 450,6 0,340 -45,1

Tabel XII. Hasil analisa perbadingan palmitat dengan laurat (1:6)

zeta Potensial
Data Size (um) Size (nm) PDI
(mV)
1:6 0% L 0.291 201,8 0.163 -44.6
1:6 10% P/L 0.28 197,3 0.143 -41.1
1:6 20% P/L 0.302 207,3 0.158 -37.4
1:6 30% P/L 0.292 200,2 0.133 -35.3
1:6 40% P/L 0.308 217,5 0.158 -38.9
1:6 50% P/L 0.364 228 0.19 -35.5
1:6 60% P/L 0.339 215,3 0.179 -36
1:6 70% P/L 0.328 224,3 0.224 -33.2
1:6 80% P/L 0.366 241,8 0.201 -37
1:6 90% P/L 0.541 306,2 0.319 -36.4
1:6 100% P 0.580 470.4 0.337 -38,8

Ukuran droplet yang kecil dapat dicapai minyak (A/M) pada temperatur yang lebih
melalui metoda standar phaseinversion tinggi. Temperatur dimana terjadinya inversi
temperature dengan rasio minyak-surfaktan tergantung pada konsentrasi pengemulsi.
yang tepat. Kenaikan temperatur akan Suatu emulsi minyak-air yang distabilkan
mengurangi tegangan antarmuka dan dengan surfaktan non ionik maka ketika
viskositas sehingga memungkinkan temperatur dinaikkan, kelarutan surfaktan
terjadinya emulsifikasi. Pada phase dalam air akan berkurang, akibatnya misel
inversiontemperature transisi terjadi dari pecah, ukuran tetesan minyak yang teremulsi
sistem emulsi minyak-air (M/A) pada akan meningkat. Selanjutnya surfaktan yang
temperatur rendah menjadi sistem emulsi air- pada temperatur tersebut tidak larut air mulai

39
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

membentuk emulsi air dalam minyak yang konsentrasinya didasarkan pada orientasi
mengandung misel-misel gelembung air dan formula dan penelitian terdahulu. Zat
tetesan-tetesan air teremulsi dalam suatu fase pengemulsi yang digunakan adalah sukrosa
minyak sehingga terjadilah perubahan tipe monoester (sukrosa monoester laurat / SME
emulsi dari emulsi minyak dalam air menjadi laurat / L-1695, sukrosa monoester stearat /
emulsi air dalam minyak (Lachman, 1994). SME stearat / S-1670, sukrosa monoester
Selama proses pembuatan nanoemulsi ada palmitat / SME palmitat / P-1670) yang
beberapa hal penting yang harus diperhatikan merupakan surfaktan nonionik yang sedang
diantaranya, temperatur saat melarutkan dikembangkan dalam pembuatan
surfaktan harus dijaga tetap pada suhu 80C, nanopartikel. Ketiga surfaktan tersebut
karena jika suhu terlalu tinggi akan memiliki panjang rantai yang berbeda
menyebabkan surfaktan rusak sehingga tidak tergantung pada jenis asam lemak yang
memberikan hasil yang maksimal. Selain itu terikat pada sukrosanya. Surfaktan dengan
saat pencampuran minyak dan larutan rantai hidrokarbon yang panjang akan
surfaktan temperatur harus dijaga tetap pada meningkatkan kerja pelindung sterik
suhu 80C untuk membantu proses sehingga dapat meminimalisir kemungkinan
emulsifikasi. Penurunan temperatur bisa penggabungan antar partikel atau droplet
menyebabkan kegagalan pembentukan (Voight, 1994). Sukrosa monoester memiliki
nanoemulsi karena pada temperatur inilah beberapa keunggulan diantaranya ; tidak
pembentukan droplet dengan ukuran nano berasa, tidak berbau, dan tidak toksik
akan maksimal sehingga mampu sehingga baik dan cocok sebagai pengemulsi
menghasilkan nanoemulsi. Intensitas makanan ; tidak mengiritasi mata dan kulit
pencampuran fase minyak ke dalam larutan sehingga cocok untuk produk kosmetik
surfaktan juga harus diperhatikan, minyak (Kagaku, 2010).
diteteskan sedikit demi sedikit kemudian di Pada masing-masing perbandingan surfaktan-
aduk untuk menghindari penggabungan fase minyak digunakan campuran 2 surfaktan
minyak. Setelah proses pencampuran fase dengan berbagai konsentrasi yaitu campuran
minyak selesai, dilakukan pengadukan sukrosa monoester stearat-sukrosa monoester
kencang atau pengocokan kuat pada emulsi laurat (SME stearat (S-1670) - SME laurat
sampai dingin. Kekuatan pengadukan saat (L-1695)) dan campuran sukrosa monoester
pencampuran fase minyak ke dalam fase air palmitat-sukrosa monoester laurat (SME
berperan besar dalam pembentukan palmitat (P-1670) - SME laurat (L-1695)).
nanoemulsi, makin kuat pengadukan makin Dari ketiga jenis surfaktan tersebut dapat
besar kemungkinan terbentuknya ukuran dilihat kombinasi surfaktan mana yang
droplet yang kecil. Proses pembuatan dan menghasilkan nanoemulsi terbaik dengan
pengerjaan akan sangat mempengaruhi membandingkan ukuran droplet, zeta
nanoemulsi yang dihasilkan. potensial, dan keseragaman distribusi partikel
Pada penelitian ini nanoemulsi dibuat dengan yang dihasilkan. Dari data tersebut kemudian
3 rasio surfaktan-minyak yang berbeda, (1:4, di analisa kestabilan emulsi serta dilakukan
1:5, 1:6). Pemilihan surfaktan dan uji stabilitas.

40
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Gambar 1. Grafik hubungan antara ukuran partikel dan konsentrasi surfaktan pada
formula 1:4 laurat/stearat

Gambar 2. Grafik hubungan antara ukuran partikel dan konsentrasi surfaktan pada formula
1:4 laurat/palmitat

Gambar 3. Grafik hubungan antara ukuran partikel dan konsentrasi surfaktan pada formula
1:5 laurat/stearat

41
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Gambar 4. Grafik hubungan antara ukuran partikel dan konsentrasi surfaktan pada formula
1:5 laurat/pamitat

Gambar 5. Grafik hubungan antara ukuran partikel dan konsentrasi surfaktan pada formula
1:6 laurat/stearat

Gambar 6. Grafik hubungan antara ukuran partikel dan konsentrasi surfaktan pada formula
1:6 laurat/palmitat

Dari hasil yang diperoleh terlihat pada ukuran partikel. Pada penggunaaan SME
grafik (gambar 1-6) bahwa ada pengaruh laurat secara tunggal diperoleh droplet dalam
perbedaan konsentrasi surfaktan terhadap ukuran nanometer. Penambahan SME stearat

42
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

ataupun SME palmitat pada konsentrasi 10% SME stearat-SME laurat, ataupun
meningkatkan ukuran droplet walaupun tidak peningkatan konsentrasi palmitat pada
terlalu besar, dimana peningkatan ukuran campuran SME palmitat-SME laurat. Hal ini
droplet < 100nm. Hal ini kemungkinan kemungkinan dipengaruhi oleh sifat
dipengaruhi oleh proses pengerjaan, seperti surfaktan itu sendiri terhadap pembentukan
terlalu tingginya suhu sewaktu pemanasan ukuran droplet dan kestabilan suatu emulsi.
surfaktan, dan karena pengocokan yang Surfaktan dengan panjang rantai sedang
dilakukan secara manual sehingga tekanan memungkinkan surfaktan tersebut
yang diberikan bervariasi. Selanjutnya menghasilkan droplet yang lebih kecil,
terlihat penurunan ukuran droplet sampai seperti SME laurat dengan panjang rantai
pada konsentrasi tertentu seiring dengan carbon 12. Sebaliknya semakin panjang
peningkatan konsentrasi SME stearat pada rantai surfaktan yang digunakan akan makin
campuran SME stearat-SME laurat, ataupun besar ukuran droplet yang terbentuk seperti
peningkatan konsentrasi palmitat pada pada penggunaan SME stearat 100% dengan
campurann SME palmitat-SME laurat, yang panjang rantai karbon 18.
menunjukkan komposisi dan kondisi optimal Perbedaan rasio surfaktan-minyak juga
dalam pembentukan nanoemulsi, seperti yang memberikan pengaruh terhadap ukuran
terlihat pada formula 1:4 30% S/L dan 1:4 droplet nanoemulsi walaupun tidak terlalu
20% P/L. Hal ini sesuai dengan argumen besar. Dari hasil yang diperoleh tampak
sterik (ruang) oleh Schulman dan Cockbain bahwa ukuran droplet akan semakin
yang menyatakan bahwa pengemulsi meningkat dengan menurunnya rasio
campuran lebih efektif daripada pengemulsi surfaktan. Ukuran droplet yang lebih kecil
tunggal (Lachman, 1994). Setelah kondisi lebih mudah dihasilkan pada rasio surfaktan-
optimal pembentukan nanoemulsi tersebut minyak 1:4 dibanding rasio surfaktan-minyak
tercapai, terjadi kenaikan ukuran droplet 1:5 dan 1:6, Sedangkan rasio surfaktan-
secara bertahap seiring dengan peningkatan minyak 1:6 menghasilkan ukuran droplet
konsentrasi SME stearat pada campuran yang lebih besar dibanding yang lainnya.

Gambar 7. Kurva distribusi ukuran droplet nanoemulsi formula 1:4 30% laurat/stearat
menggunakan Mastersizer.

43
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Gambar 8. Kurva distribusi ukuran droplet nanoemulsi formula 1:4 30% laurat/stearat
menggunakan Zetasizer

Gambar 9. Kurva zeta potensial nanoemulsi formula 1:4 30% laurat/stearat menggunakan
Zetasizer.

Gambar 10. Kurva distribusi ukuran droplet nanoemulsi formula 1:6 10% laurat/stearat
menggunakan Mastersizer.

44
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Gambar 11. Kurva distribusi ukuran droplet nanoemulsi formula 1:6 10% laurat/stearat
menggunakan Zetasizer.

Gambar 12. Kurva zeta potensial nanoemulsi formula 1:6 10% laurat/stearat
menggunakan Zetasizer.

Gambar 13. Kurva distribusi ukuran droplet nanoemulsi formula 1:4 10% laurat/palmitat
menggunakan Mastersizer.

45
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Gambar 14. Kurva distribusi ukuran droplet nanoemulsi formula 1:4 10% laurat/palmitat
menggunakan Zetasizer.

Gambar 15. Kurva zeta potensial nanoemulsi formula 1:4 10% laurat/palmitat
menggunakan Zetasizer.

Ukuran partikel dari nanoemulsi ditentukan Zetasizer memberikan ukuran droplet yang
menggunakan Mastersizer 2000 dan berkisar antara 140 nm - 470 nm. Perbedaan
Zetasizer sedangkan zeta potensial hanya hasil pengukuran ini disebabkan sensitivitas
dapat ditentukan menggunakan Zetasizer. alat yang berbeda.
Zetasizer memiliki sensitivitas yang lebih Keseragaman distribusi ukuran droplet /
tinggi dibanding Mastersizer 2000 dan polidispersity index (PDI) dapat diketahui
pengukuran yang dihasilkanpun lebih akurat, berdasarkan pengukuran menggunakan
namun Zetasizer hanya dapat mengukur Zetasizer. Dari hasil pengukuran diperoleh
ukuran partikel yang kecil atau sama dengan nilai PDI yang berkisar antara 0,074 - 0,340
600nm. Sebelum pengukuran dilakukan dan menunjukkan kurva dengan satu puncak.
menggunakan Zetasizer, sampel diukur Semakin kecil nilai PDI makin tinggi tingkat
terlebih dahulu menggunakan Mastersizer keseragaman distribusi ukuran droplet dan
2000, jika hasil pengukuran memperlihatkan makin sempit kurva distribusi droplet yang
ukuran 600 nm maka pengukuran dihasilkan. PDI yang kecil dari 0,1
dilanjutkan menggunakan Zetasizer. Dari memberikan gambaran keseragaman ukuran
hasil pengukuran Mastersizer diperoleh droplet nanoemulsi yang baik, dimana
ukuran droplet yang berkisar antara 146 nm - nanoemulsi memiliki ukuran droplet yang
590 nm sedangkan hasil pengukuran seragam. Dari hasil pengukuran PDI yang
46
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

berkisar antara 0,074 - 0,340, umumnya di Penambahan Carbopol 934 dan 940 dengan
peroleh nilai PDI yang lebih besar dari 0,1 berbagai konsentrasi (0,25%, 0,5%, 0,75%,
yang berarti menunjukan tingkat 1%) terhadap nanoemulsi ditujukan untuk
keseragaman distribusi ukuran droplet yang melihat pengaruhnya terhadap kestabilan
masih rendah. (Gambar 7 15) nanoemulsi melalui kecepatan pemisahan
Zeta potensial yang dihasilkan dari yang di ukur menggunakan Stability Analyzer
pengukuran Zetasizer terhadap seluruh (Lumifuge). Pengujian stabilitas nanoemulsi
formula nanoemulsi berkisar antara -32 mV dilakukan pada formula dengan penggunaan
sampai dengan -48mV. Nilai zeta potensial SME laurat 100% pada setiap rasio surfaktan
bisa digunakan untuk memprediksi dan minyak (3 formula; 1:4; 1:5; 1:6). Formula
mengontrol stabilitas fisika suatu sistem ini dipilih karena hasil pengukuran
emulsi. Kestabilan suatu emulsi buruk jika dropletnya sudah memenuhi syarat
nilai zeta potensial kecil dari |30|, dan suatu nanoemulsi. Dari hasil pengukuran Stability
emulsi dikatakan stabil jika nilai zeta besar Analyzer (Lumifuge) pada 3 formula
dari |30|. Dari nilai zeta yang dihasilkan tersebut diperoleh besarnya kecepatan
tampak bahwa nanoemulsi cenderung stabil. pemisahan berkisar antara 68,54 mm/tahun
Nilai positif (+) dan negatif (-) pada zeta 0,01 mm/tahun seperti yang terlihat pada ,
potensial menunjukkan pH, positif (+) jika tabel XIII XIV.
pH rendah (Asam) dan negatif (-) jika pH
tinggi (Basa).

Tabel XIII. Hasil uji stabilitas nanoemulsi menggunakan carbopol 940


0,25% 0,50% 0,75% 1%
Konsentrasi 0%
(C 940) (C 940) (C 940) (C 940)
1:4 0% 15,25 0,02 0,13 0,9 0,46
1:5 0% 26,3 40,2 0,9 0,7 0,004
1:6 0% 12,3 0,32 0,23 0,13 0,15

Tabel XIV. Hasil uji stabilitas nanoemulsi menggunakan carbopol 934

0,25% 0,50% 0,75% 1%


Konsentrasi 0%
(C 934) (C 934) (C 934) (C 934)
1:4 0% 17,35 0,04 0,26 0,13 0,61
1:5 0% 39,26 68,54 0,11 0,93 0,0006
1:6 0% 24,28 0,44 0,003 0,012 0,02

Pada penggunaan Carbopol 934 dengan lebih besar dibanding Carbopol 934, seperti
konsentrasi 0,25% pengurangan kecepatan yang terlihat pada gambar 16 - 21. Dari
pemisahan nanoemulsi tidak begitu besar, grafik tersebut tampak bahwa tanpa
sedangkan pada penggunaan Carbopol 940 penggunaan carbopol diperoleh kecepatan
pada konsentrasi 0,25% kecepatan pemisahan nanoemulsi yang besar, namun
pemisahan nanoemulsi berkurang cukup dengan penggunaan carbopol secara
drastis. Hal ini menunjukkan bahwa bertahap dari konsentrasi 0.25% - 1%
Carbopol 940 pada konsentrasi 0,25% lebih kecepatan pemisahan nanoemulsi akan
efektif dibanding Carbopol 934 pada berkurang sampai pada konsentrasi optimal
konsentrasi 0,25% karena pada konsentrasi (konsentrasi yang memberikan kecepatan
kecil Carbopol 940 mampu memberikan pemisahan minimum). Pada konsentrasi
pengurangan kecepatan pemisahan yang optimal penggunaan Carbopol 934,
47
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

diperoleh kecepatan pemisahan minimum penggunaan Carbopol 940 diperoleh


sebesar 0,01 mm/tahun (tabel XIII), kecepatan pemisahan sebesar 0,02
sedangkan pada konsentrasi optimal mm/tahun (tabel XIV).

20
Formula 1:4
Kecepatan Pemisahan (mm/bulan)

18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 934) 0.25% (C
934) Konsentrasi
934) Carbopol
934) 934 934) 1Yr

Gambar 16. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 934 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:4) dengan konsentrasi SME laurat 100%.

Formula 1:5
45
Kecepatan pemisahan (mm/bulan)

40
35
30
25
20
15
10
5
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 934) 0.25% (C
934) 934) 934) 934) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 934 (%)

Gambar 17. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 934 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:5) dengan konsentrasi SME laurat 100%.

48
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Formula 1:6
30

Kecepatan pemisahan
20

(mm/bulan)
10

0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 934) 0.25% (C
934) 934) 934) 934) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 934 (%)

Gambar 18. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 934 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:6) dengan konsentrasi SME laurat 100%.

Formula 1:4
20
Kecepatan pemisahan

15
(mm/bulan)

10
5
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 940) 0.25% (C
940) 940) 940) 940) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 940 (%)

Gambar 19. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 940 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:4) dengan konsentrasi SME laurat 100%.

Formula 1:5
30
Kecepatan pemisahan

25
20
(mm/bulan)

15
10
5
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 940) 0.25% (C
940) 940) 940) 940) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 940 (%)

Gambar 20. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 940 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:5) dengan konsentrasi SME laurat 100%.

49
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Formula 1:6
15

Kecepatan pemisahan
10

(mm/bulan)
5

0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 0.25% (C
940) 940) 940) 940) 940) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 940 (%)

Gambar 21. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 940 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:6) dengan konsentrasi SME laurat 100%.

Nilai kecepatan pemisahan yang kecil Berdasarkan profil stabilitas nanoemulsi


memperlihatkan stabilitas nanoemulsi yang yang terlihat pada gambar 22 - 24, adanya
baik. Penambahan carbopol menyebabkan sedimentasi atau pemisahan pada nanoemulsi
nanoemulsi menjadi lebih kental. ditunjukkan dengan besarnya transmisi yang
Kemampuan carbopol sebagai agen diperoleh. Daerah dimana dispersi tercampur
pengental memberikan viskositas yang tinggi dengan baik (tidak terdapat sedimentasi)
yang mampu memperlambat gerakan akan menghamburkan dan mengabsorbsi
partikel, akibatnya laju pengendapan partikel cahaya sehingga transmisinya rendah (seperti
atau kecepatan pemisahan sediaan menjadi yang terlihat pada gambar 25). Sebaliknya
lebih lambat sehingga nanoemulsi yang jika dispersi kurang tercampur dengan baik
dihasilkan relatif stabil (Jarupa, et al., 2003). (terdapat sedimentasi) maka cahaya yang di
Carbopol 940 memiliki viskositas yang lebih absorbsi akan semakin banyak sehingga
tinggi dibandingkan Carbopol 934. Hal ini transmisi akan meningkat (seperti yang
memungkinkan Carbopol 940 memberikan terlihat pada gambar 27).
kecepatan pemisahan yang lebih kecil
dibanding Carbopol 934.

Gambar 25. Profil Stabilitas nanoemulsi yang baik

50
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Gambar 26. Profil Stabilitas nanoemulsi yang cukup baik

Gambar 27. Profil Stabilitas nanoemulsi yang buruk

Perbandingan stabilitas nanoemulsi pada umumnya memberikan kecepatan


formula (1:4) dengan konsentrasi SME pemisahan terkecil dibanding yang
laurat 100% dan formula (1:5) dengan lainnya, yang menunjukkan bahwa ia
konsentrasi SME laurat 100% serta memiliki stabilitas yang lebih baik.
formula (1:6) dengan konsentrasi SME Nanoemulsi minyak kelapa sawit (palm
laurat 100% (gambar 28-37) oil) yang terbaik dapat digunakan sebagai
memperlihatkan bahwa formula (1:5) basis untuk obat-obat lipofil dengan
dengan konsentrasi SME laurat 100% tujuan pemakaian transdermal.

C 934 0%
60
Kecepatan Pemisahan

40
(mm/bulan)

20
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

51
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Gambar 28. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 0%.

C 934 0.25%
80

Kecepatan Pemisahan
60

(mm/bulan)
40

20

0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 29. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 0.25%

C 934 0.50%
0.3
Kecepatan Pemisahan

0.2
(mm/bulan)

0.1

0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 30. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 0.50%

C 934 0.75%
1
Kecepatan Pemisahan

0.8
(mm/bulan)

0.6
0.4
0.2
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 31. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 0.75%

52
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

C 934 1%
0.8

Kecepatan Pemisahan
0.6

(mm/bulan)
0.4
0.2
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 32. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 1%

C 940 0%
30
Kecepatan Pemisahan

20
(mm/bulan)

10

0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 33. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 0%

C 940 0.25%
50
Kecepatan Pemisahan

40
30
(mm/bulan)

20
10
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 34. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 0.25%

53
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

C 940 0.50%
1

Kecepatan Pemisahan
(mm/bulan)
0.5

0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 35. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 0.50%

C 940 0.75%
1
Kecepatan Pemisahan

0.8
(mm/bulan)

0.6
0.4
0.2
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 36. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 0.75%

C 940 1%
0.5
Kecepatan Pemisahan

0.4
(mm/bulan)

0.3
0.2
0.1
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 37. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 1%

54
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

20
Formula 1:4

Kecepatan pemisahan (mm/bulan)


15

10

0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 934) 0.25% (C
934) 934) 934) 934) 1Yr

Gambar 16. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 934 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:4) dengan konsentrasi SME laurat 100%.

Formula 1:5
50
Kecepatan pemisahan

40
30
(mm/bulan)

20
10
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 0.25% (C
934) 934) 934) 934) 934) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 934 (%)

Gambar 17. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 934 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:5) dengan konsentrasi SME laurat 100%.

Formula 1:6
30
Kecepatan pemisahan

20
10
(mm/bulan)

0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 0.25% (C
934) 934) 934) 934) 934) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 934 (%)

Gambar 18. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 934 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:6) dengan konsentrasi SME laurat 100%.

55
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Formula 1:4
20

Kecepatan pemisahan
15

(mm/bulan)
10
5
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 0.25% (C
940) 940) 940) 940) 940) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 940 (%)

Gambar 19. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 940 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:4) dengan konsentrasi SME laurat 100%.

Formula 1:5
30
Kecepatan pemisahan

25
20
(mm/bulan)

15
10
5
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 0.25% (C
940) 940) 940) 940) 940) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 940 (%)

Gambar 20. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 940 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:5) dengan konsentrasi SME laurat 100%.

Formula 1:6
15
Kecepatan pemisahan

10
(mm/bulan)

0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 0.25% (C
940) 940) 940) 940) 940) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 940 (%)

Gambar 21. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 940 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:6) dengan konsentrasi SME laurat 100%.

56
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Nilai kecepatan pemisahan yang kecil Berdasarkan profil stabilitas nanoemulsi


memperlihatkan stabilitas nanoemulsi yang yang terlihat pada gambar 22 - 24, adanya
baik. Penambahan carbopol menyebabkan sedimentasi atau pemisahan pada nanoemulsi
nanoemulsi menjadi lebih kental. ditunjukkan dengan besarnya transmisi yang
Kemampuan carbopol sebagai agen diperoleh. Daerah dimana dispersi tercampur
pengental memberikan viskositas yang tinggi dengan baik (tidak terdapat sedimentasi)
yang mampu memperlambat gerakan akan menghamburkan dan mengabsorbsi
partikel, akibatnya laju pengendapan partikel cahaya sehingga transmisinya rendah (seperti
atau kecepatan pemisahan sediaan menjadi yang terlihat pada gambar 25). Sebaliknya
lebih lambat sehingga nanoemulsi yang jika dispersi kurang tercampur dengan baik
dihasilkan relatif stabil (Jarupa, et al., 2003). (terdapat sedimentasi) maka cahaya yang di
Carbopol 940 memiliki viskositas yang lebih absorbsi akan semakin banyak sehingga
tinggi dibandingkan Carbopol 934. Hal ini transmisi akan meningkat (seperti yang
memungkinkan Carbopol 940 memberikan terlihat pada gambar 27).
kecepatan pemisahan yang lebih kecil
dibanding Carbopol 934.

Gambar 25. Profil Stabilitas nanoemulsi yang baik

Gambar 26. Profil Stabilitas nanoemulsi yang cukup baik

57
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

Gambar 27. Profil Stabilitas nanoemulsi yang buruk

Perbandingan stabilitas nanoemulsi pada umumnya memberikan kecepatan pemisahan


formula (1:4) dengan konsentrasi SME laurat terkecil dibanding yang lainnya, yang
100% dan formula (1:5) dengan konsentrasi menunjukkan bahwa ia memiliki stabilitas
SME laurat 100% serta formula (1:6) dengan yang lebih baik. Nanoemulsi minyak kelapa
konsentrasi SME laurat 100% (gambar 28- sawit (palm oil) yang terbaik dapat
37) memperlihatkan bahwa formula (1:5) digunakan sebagai basis untuk obat-obat
dengan konsentrasi SME laurat 100% lipofil dengan tujuan pemakaian transdermal.

C 934 0%
60
Kecepatan Pemisahan

40
(mm/bulan)

20
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 28. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 0%.

C 934 0.25%
Kecepatan Pemisahan

100
(mm/bulan)

50

0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 29. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 0.25%

58
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

C 934 0.50%
0.3

Kecepatan Pemisahan
0.2

(mm/bulan)
0.1

0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 30. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 0.50%

C 934 0.75%
1
Kecepatan Pemisahan

0.8
0.6
(mm/bulan)

0.4
0.2
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 31. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 0.75%

C 934 1%
1
Kecepatan Pemisahan

0.5
(mm/bulan)

0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 32. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 1%

59
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

C 940 0%

Kecepatan Pemisahan
30

(mm/bulan)
20

10

0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 33. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 0%

C 940 0.25%
Kecepatan Pemisahan

60
(mm/bulan)

40
20
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 34. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 0.25%

C 940 0.50%
Kecepatan Pemisahan
(mm/bulan)

0.5

0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 35. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 0.50%

60
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

C 940 0.75%
1

Kecepatan Pemisahan
0.8

(mm/bulan)
0.6
0.4
0.2
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 36. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 0.75%

C 940 1%
0.5
Kecepatan Pemisahan

0.4
(mm/bulan)

0.3
0.2
0.1
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula

Gambar 37. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 1%

KESIMPULAN

Kesimpulan S/L, 1:5 10% P/L, 1:6 10% S/L, 1:6


10% P/L.
Dari penelitian yang dilakukan dapat 2. Berdasarkan penentuan kecepatan
diambil kesimpulan sebagai berikut : pemisahan maka formula (1:5)
1. Berdasarkan ukuran droplet terkecil dengan konsentrasi SME laurat
nanoemulsi maka komposisi 100% memberikan stabilitas yang
optimal basis nanoemulsi yang lebih baik dibanding formula(1:4)
diperoleh dari kombinasi sukrosa dan (1:6) dengan konsentrasi SME
monoester stearat-sukrosa laurat 100%.
monoester laurat (SME stearat (S- 3. Penggunaan Carbopol 934 dan
1670) - SME laurat (L-1695)) serta Carbopol 940 pada konsentrasi
kombinasi sukrosa monoester 0,25%, 0,5%, 0,75%,dan 1%
palmitat-sukrosa monoester laurat mampu memperbaiki stabilitas
(SME palmitat (P-1670) - SME nanoemulsi dengan mengurangi
laurat (L-1695)) adalah formula 1:4 kecepatan pemisahan nanoemulsi.
30% S/L, 1:4 20% P/L, 1:5 20%

61
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013

4. Carbopol 940 lebih efektif ini dan melakukan uji stabilitas pada
dibanding Carbopol 934 karena semua formula agar stabilitas semua
pada konsentrasi rendah Carbopol formula dapat dibandingkan.
940 mampu memberikan 2. Disarankan kepada peneliti
pengurangan kecepatan pemisahan selanjutnya untuk melanjutkan studi
yang lebih besar dibanding ini dan memformulasi sediaan
Carbopol 934. topikal dari sistem nanoemulsi
minyak kelapa sawit (palm oil)
Saran terbaik yang dihasilkan.

1. Disarankan kepada peneliti


selanjutnya untuk melanjutkan studi

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 2000. Ilmu meracik obat. extract I. physical characteristic and


Yogyakarta: Gajah Mada University stability of emulsion. Naresuan
Press. University Journal, 29-49.
Corizonna. 2007. Pengaruh kadar sugar Jeon, F.I.J. 2007. Development and
monoester dan gliserol terhadap formulation of carbomer 934P-
permeasi griseofulvin dalam D-phase containing mucoadhesive pellets by
gel nanoemulsi. (Skripsi). Padang: fluid-bed techniques. (Disertation).
Universitas Andalas. Jerman: Marthin luther university
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. halle-wittenberg.
1995. Farmakope indonesia (Edisi IV). Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig., &
Jakarta. Joseph L. 1994. Teori dan praktek
Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran industri II. Penerjemah : Suyatmi, Siti.
Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Jakarta: UI Press.
Jakarta. Mitshubishi-Kagaku Food Corporation.
Gutierrez, J.M., Gonzales, C., Maestro, A., 2002. Ryoto sugar ester, Diakses juni
Sole, I., Pey, C.M., & Nolla, J. 2008., 2010 dr http://www.google.com.
Nano-emulsions : new applications and Shakeel, F., Baboota, S., Ahuja, A., Ali, J.,
optimization of their preparation. Faisal, M.S., & Shafiq, S. 2008.
Current Opinion in Colloid and Stability evaluation of celecoxib
Interface Sci. 245-251. nanoemulsion containing tween 80.
Haryono, A. 12 Januari 2009. Thai Journal Pharm. Sci. 32, 4-9.
Pengembangan nanoemulsi dengan Solans, C., Izquierdo, P., Nolla, J., Azemar,
stabilizer dari turunanchitosan, N., & Garcia-Celma, M.J. 2005. Nano-
Diakses 24 Juli 2009 dr emulsions. Current Opinion in Colloid
http://nano.or.id. and Interface Science, 102-110.
Jarupa, V., Napaporn, K., & Watcharee, S.P. Voight, R. 1989. Tekhnologi farmasi edisi V.
2003. Development of oil-in-water Penerjemah: Ibrahim, F. Jakarta: UI.
emulsion containing tamarind fruit pulp

62

Anda mungkin juga menyukai