Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Elfi Sahlan Ben1, Muslim Suardi1, T. Chazraj Chalid1, dan Tomi Yulianto2
1
Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Padang
2
Fakultas Farmasi, University Teknologi Mara, Malaysia
ABSTRACT
Optimation nanoemulsion palm oil has been performed using a mixture of sucrose monoester/
SME (sucrose monoesterstearat (S-1670 Ryoto), sucrose monoesterlaurat (L-1695 Ryoto),
sucrose monoesterpalmitat (P-1670 Ryoto)) surfactants. The ratios of surfactant : VCO used
were 1:4, 1:5, 1:6 variation of the concentration of surfactant mixtures ratio has been studied.
The SME stearic: SME lauric and SME palmitic : SME lauric ratios used were 0:100, 10:90,
20 : 80, 30:70, 40:60, 50:50, 60:40, 70:30, 80:20, 90:10 and 100:0. The nanoemulsions are
prepared using phase inversion temperature method and monitored physical parameters such
as droplet size, zeta potential, Poly Dispersity Index (PDI) or the uniformity of droplet
distribution and the velocity separation nanoemulsion without and with the addition of
Carbopol. Based on this method and the ratio of oil-surfactant, the droplet sizes in the range
100 - 600 nm was obtained. The application of a single SME lauric (SME stearate: SME
lauric and SME palmitic : SME lauric at 0:100 ratio) in each oil-surfactant ratio capable of
producing droplets in the nanometer size. Additions with 10% SME stearate or palmitate (
SME stearic : SME lauric and SME palmitic : SME lauric 10:90) increase of droplet size
(increase < 100nm). The droplet size decreased along with the increase of SME stearate and
SME palmitate concentration in the surfactant (SME stearic -SME lauric and SME palmitic-
SME lauric) up to certain concentration indicating the optimum condition and surfactant
combination in the development of nanoemulsion. The zeta potential value showed
nanoemulsion moderate stable (-32 - -48). PDI showed range between 0,074-0,340, where is
the PDI smaller than 0.1 indicates high uniformity of droplets size. The stability of
nanoemulsions were determined using a stability analyzer without and with a thickening agent
(Carbopol 934 and Carbopol 940) with various concentration of 0.25, 0.5, 0.75 and 1%. The
additions of Carbopol could improve stability of nanoelmulsion by retardation of
nanoemulsion separation.
PENDAHULUAN
31
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
METODOLOGI PENELITIAN
32
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Tabel I. Formula nanoemulsi dengan variasi konsentrasi Palm Oil dan 1:4 Stearat dengan
Laurat
Formula 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gliserol (g) 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
SME Stearat (g) 0,15 0,30 0,45 0,60 0,75 0,90 1,05 1,2 1,35 1,5
SME Laurat (g) 1,5 1,35 1,2 1,05 0,90 0,75 0,60 0,45 0,30 0,15
Minyak (g) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Tabel II. Formula nanoemulsi dengan variasi konsentrasi Palm Oil dan 1:4 Palmitat dengan
laurat
Formula 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gliserol (g) 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
SME Palmitat (g) 0,15 0,30 0,45 0,60 0,75 0,90 1,05 1,2 1,35 1,5
SME Laurat (g) 1,5 1,35 1,2 1,05 0,90 0,75 0,60 0,45 0,30 0,15
Minyak (g) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
33
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Tabel III. Formula nanoemulsi dengan variasi konsentrasi Palm Oil dan 1:5 Stearatdengan
Laurat
Formula 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gliserol (g) 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8
SME Stearat (g) 0,12 0,24 0,36 0,48 0,6 0,72 0,84 0,96 1,08 1,2
SME Laurat (g) 1,2 1,08 0,96 0,84 0,72 0,6 0,48 0,36 0,24 0,12
Minyak (g) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Tabel IV. Formula nanoemulsi dengan variasi konsentrasi Palm Oil dan 1:5 Palmitat dengan
Laurat
Formula 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gliserol (g) 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8 3,8
SME Palmitat (g) 0,12 0,24 0,36 0,48 0,6 0,72 0,84 0,96 1,08 1,2
SME Laurat (g) 1,2 1,08 0,96 0,84 0,72 0,6 0,48 0,36 0,24 0,12
Minyak (g) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Tabel V. Formula nanoemulsi dengan variasi konsentrasi Palm Oil dan 1:6 Stearat dengan
Laurat
Formula 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gliserol (g) 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
SME Stearat (g) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
SME Laurat (g) 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1
Minyak (g) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Tabel VI. Formula nanoemulsi dengan variasi konsentrasi Palm Oil dan 1:6 Palmitat dengan
Laurat
Formula 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gliserol (g) 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
SME Palmitat (g) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
SME Laurat (g) 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1
Minyak (g) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
34
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Keterangan:
Krim C 0% = sampel uji nanoemulsi dengan konsentrasi carbopol 0%.
Krim C 0,25% = sampel uji nanoemulsi dengan konsentrasi carbopol 0,25%
Krim C 0,5% = sampel uji nanoemulsi dengan konsentrasi carbopol 0,5%
Krim C 0,75% = sampel uji nanoemulsi dengan konsentrasi carbopol 0,75%
Krim C 1% = sampel uji nanoemulsi dengan konsentrasi carbopol 1%
35
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Masing-masing sampel uji dibuat sebanyak zeta potensial dan kecepatan pemisahan
4 gram lalu disuntikkan ke dalam kuvet. nanoemulsi. Dari data ini dilihat komposisi
Selanjutnya dilakukan uji stabilitas minyak kelapa sawit (palm oil) dan
menggunakan Stability AnalyzerLumifuge surfaktan terbaik yang menghasilkan
yang menunjukan kecepatan pemisahan nanoemulsi minyak kelapa sawit (palm oil)
dalam mm/waktu. dengan kriteria mempunyai ukuran droplet
< 500 nm, PDI < 0,1, nilai zeta potensial
Analisa data besar dari 30 mV, memiliki kecepatan
Data yang diperoleh berupa angka-angka pemisahan yang kecil dari 0,5 mm/tahun.
yang menunjukkan ukuran partikel, PDI,
36
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
37
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
38
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
zeta Potensial
Data Size (um) Size (nm) PDI
(mV)
1:6 0% L 0,291 201,8 0,163 -44,6
1:6 10% S/L 0,146 140,5 0,152 -40,1
1:6 20% S/L 0,28 224,3 0,182 -43,2
1:6 30% S/L 0,263 201,5 0,146 -41,6
1:6 40% S/L 0,291 207,2 0,128 -44,7
1:6 50% S/L 0,373 249,9 0,211 -39,1
1:6 60% S/L 0,384 250,7 0,235 -39,6
1:6 70% S/L 0,449 275,2 0,263 -41,4
1:6 80% S/L 0,498 288,7 0,324 -40,7
1:6 90% S/L 0,576 328,2 0,338 -42,6
1:6 100% S 0,590 450,6 0,340 -45,1
zeta Potensial
Data Size (um) Size (nm) PDI
(mV)
1:6 0% L 0.291 201,8 0.163 -44.6
1:6 10% P/L 0.28 197,3 0.143 -41.1
1:6 20% P/L 0.302 207,3 0.158 -37.4
1:6 30% P/L 0.292 200,2 0.133 -35.3
1:6 40% P/L 0.308 217,5 0.158 -38.9
1:6 50% P/L 0.364 228 0.19 -35.5
1:6 60% P/L 0.339 215,3 0.179 -36
1:6 70% P/L 0.328 224,3 0.224 -33.2
1:6 80% P/L 0.366 241,8 0.201 -37
1:6 90% P/L 0.541 306,2 0.319 -36.4
1:6 100% P 0.580 470.4 0.337 -38,8
Ukuran droplet yang kecil dapat dicapai minyak (A/M) pada temperatur yang lebih
melalui metoda standar phaseinversion tinggi. Temperatur dimana terjadinya inversi
temperature dengan rasio minyak-surfaktan tergantung pada konsentrasi pengemulsi.
yang tepat. Kenaikan temperatur akan Suatu emulsi minyak-air yang distabilkan
mengurangi tegangan antarmuka dan dengan surfaktan non ionik maka ketika
viskositas sehingga memungkinkan temperatur dinaikkan, kelarutan surfaktan
terjadinya emulsifikasi. Pada phase dalam air akan berkurang, akibatnya misel
inversiontemperature transisi terjadi dari pecah, ukuran tetesan minyak yang teremulsi
sistem emulsi minyak-air (M/A) pada akan meningkat. Selanjutnya surfaktan yang
temperatur rendah menjadi sistem emulsi air- pada temperatur tersebut tidak larut air mulai
39
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
membentuk emulsi air dalam minyak yang konsentrasinya didasarkan pada orientasi
mengandung misel-misel gelembung air dan formula dan penelitian terdahulu. Zat
tetesan-tetesan air teremulsi dalam suatu fase pengemulsi yang digunakan adalah sukrosa
minyak sehingga terjadilah perubahan tipe monoester (sukrosa monoester laurat / SME
emulsi dari emulsi minyak dalam air menjadi laurat / L-1695, sukrosa monoester stearat /
emulsi air dalam minyak (Lachman, 1994). SME stearat / S-1670, sukrosa monoester
Selama proses pembuatan nanoemulsi ada palmitat / SME palmitat / P-1670) yang
beberapa hal penting yang harus diperhatikan merupakan surfaktan nonionik yang sedang
diantaranya, temperatur saat melarutkan dikembangkan dalam pembuatan
surfaktan harus dijaga tetap pada suhu 80C, nanopartikel. Ketiga surfaktan tersebut
karena jika suhu terlalu tinggi akan memiliki panjang rantai yang berbeda
menyebabkan surfaktan rusak sehingga tidak tergantung pada jenis asam lemak yang
memberikan hasil yang maksimal. Selain itu terikat pada sukrosanya. Surfaktan dengan
saat pencampuran minyak dan larutan rantai hidrokarbon yang panjang akan
surfaktan temperatur harus dijaga tetap pada meningkatkan kerja pelindung sterik
suhu 80C untuk membantu proses sehingga dapat meminimalisir kemungkinan
emulsifikasi. Penurunan temperatur bisa penggabungan antar partikel atau droplet
menyebabkan kegagalan pembentukan (Voight, 1994). Sukrosa monoester memiliki
nanoemulsi karena pada temperatur inilah beberapa keunggulan diantaranya ; tidak
pembentukan droplet dengan ukuran nano berasa, tidak berbau, dan tidak toksik
akan maksimal sehingga mampu sehingga baik dan cocok sebagai pengemulsi
menghasilkan nanoemulsi. Intensitas makanan ; tidak mengiritasi mata dan kulit
pencampuran fase minyak ke dalam larutan sehingga cocok untuk produk kosmetik
surfaktan juga harus diperhatikan, minyak (Kagaku, 2010).
diteteskan sedikit demi sedikit kemudian di Pada masing-masing perbandingan surfaktan-
aduk untuk menghindari penggabungan fase minyak digunakan campuran 2 surfaktan
minyak. Setelah proses pencampuran fase dengan berbagai konsentrasi yaitu campuran
minyak selesai, dilakukan pengadukan sukrosa monoester stearat-sukrosa monoester
kencang atau pengocokan kuat pada emulsi laurat (SME stearat (S-1670) - SME laurat
sampai dingin. Kekuatan pengadukan saat (L-1695)) dan campuran sukrosa monoester
pencampuran fase minyak ke dalam fase air palmitat-sukrosa monoester laurat (SME
berperan besar dalam pembentukan palmitat (P-1670) - SME laurat (L-1695)).
nanoemulsi, makin kuat pengadukan makin Dari ketiga jenis surfaktan tersebut dapat
besar kemungkinan terbentuknya ukuran dilihat kombinasi surfaktan mana yang
droplet yang kecil. Proses pembuatan dan menghasilkan nanoemulsi terbaik dengan
pengerjaan akan sangat mempengaruhi membandingkan ukuran droplet, zeta
nanoemulsi yang dihasilkan. potensial, dan keseragaman distribusi partikel
Pada penelitian ini nanoemulsi dibuat dengan yang dihasilkan. Dari data tersebut kemudian
3 rasio surfaktan-minyak yang berbeda, (1:4, di analisa kestabilan emulsi serta dilakukan
1:5, 1:6). Pemilihan surfaktan dan uji stabilitas.
40
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Gambar 1. Grafik hubungan antara ukuran partikel dan konsentrasi surfaktan pada
formula 1:4 laurat/stearat
Gambar 2. Grafik hubungan antara ukuran partikel dan konsentrasi surfaktan pada formula
1:4 laurat/palmitat
Gambar 3. Grafik hubungan antara ukuran partikel dan konsentrasi surfaktan pada formula
1:5 laurat/stearat
41
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Gambar 4. Grafik hubungan antara ukuran partikel dan konsentrasi surfaktan pada formula
1:5 laurat/pamitat
Gambar 5. Grafik hubungan antara ukuran partikel dan konsentrasi surfaktan pada formula
1:6 laurat/stearat
Gambar 6. Grafik hubungan antara ukuran partikel dan konsentrasi surfaktan pada formula
1:6 laurat/palmitat
Dari hasil yang diperoleh terlihat pada ukuran partikel. Pada penggunaaan SME
grafik (gambar 1-6) bahwa ada pengaruh laurat secara tunggal diperoleh droplet dalam
perbedaan konsentrasi surfaktan terhadap ukuran nanometer. Penambahan SME stearat
42
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
ataupun SME palmitat pada konsentrasi 10% SME stearat-SME laurat, ataupun
meningkatkan ukuran droplet walaupun tidak peningkatan konsentrasi palmitat pada
terlalu besar, dimana peningkatan ukuran campuran SME palmitat-SME laurat. Hal ini
droplet < 100nm. Hal ini kemungkinan kemungkinan dipengaruhi oleh sifat
dipengaruhi oleh proses pengerjaan, seperti surfaktan itu sendiri terhadap pembentukan
terlalu tingginya suhu sewaktu pemanasan ukuran droplet dan kestabilan suatu emulsi.
surfaktan, dan karena pengocokan yang Surfaktan dengan panjang rantai sedang
dilakukan secara manual sehingga tekanan memungkinkan surfaktan tersebut
yang diberikan bervariasi. Selanjutnya menghasilkan droplet yang lebih kecil,
terlihat penurunan ukuran droplet sampai seperti SME laurat dengan panjang rantai
pada konsentrasi tertentu seiring dengan carbon 12. Sebaliknya semakin panjang
peningkatan konsentrasi SME stearat pada rantai surfaktan yang digunakan akan makin
campuran SME stearat-SME laurat, ataupun besar ukuran droplet yang terbentuk seperti
peningkatan konsentrasi palmitat pada pada penggunaan SME stearat 100% dengan
campurann SME palmitat-SME laurat, yang panjang rantai karbon 18.
menunjukkan komposisi dan kondisi optimal Perbedaan rasio surfaktan-minyak juga
dalam pembentukan nanoemulsi, seperti yang memberikan pengaruh terhadap ukuran
terlihat pada formula 1:4 30% S/L dan 1:4 droplet nanoemulsi walaupun tidak terlalu
20% P/L. Hal ini sesuai dengan argumen besar. Dari hasil yang diperoleh tampak
sterik (ruang) oleh Schulman dan Cockbain bahwa ukuran droplet akan semakin
yang menyatakan bahwa pengemulsi meningkat dengan menurunnya rasio
campuran lebih efektif daripada pengemulsi surfaktan. Ukuran droplet yang lebih kecil
tunggal (Lachman, 1994). Setelah kondisi lebih mudah dihasilkan pada rasio surfaktan-
optimal pembentukan nanoemulsi tersebut minyak 1:4 dibanding rasio surfaktan-minyak
tercapai, terjadi kenaikan ukuran droplet 1:5 dan 1:6, Sedangkan rasio surfaktan-
secara bertahap seiring dengan peningkatan minyak 1:6 menghasilkan ukuran droplet
konsentrasi SME stearat pada campuran yang lebih besar dibanding yang lainnya.
Gambar 7. Kurva distribusi ukuran droplet nanoemulsi formula 1:4 30% laurat/stearat
menggunakan Mastersizer.
43
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Gambar 8. Kurva distribusi ukuran droplet nanoemulsi formula 1:4 30% laurat/stearat
menggunakan Zetasizer
Gambar 9. Kurva zeta potensial nanoemulsi formula 1:4 30% laurat/stearat menggunakan
Zetasizer.
Gambar 10. Kurva distribusi ukuran droplet nanoemulsi formula 1:6 10% laurat/stearat
menggunakan Mastersizer.
44
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Gambar 11. Kurva distribusi ukuran droplet nanoemulsi formula 1:6 10% laurat/stearat
menggunakan Zetasizer.
Gambar 12. Kurva zeta potensial nanoemulsi formula 1:6 10% laurat/stearat
menggunakan Zetasizer.
Gambar 13. Kurva distribusi ukuran droplet nanoemulsi formula 1:4 10% laurat/palmitat
menggunakan Mastersizer.
45
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Gambar 14. Kurva distribusi ukuran droplet nanoemulsi formula 1:4 10% laurat/palmitat
menggunakan Zetasizer.
Gambar 15. Kurva zeta potensial nanoemulsi formula 1:4 10% laurat/palmitat
menggunakan Zetasizer.
Ukuran partikel dari nanoemulsi ditentukan Zetasizer memberikan ukuran droplet yang
menggunakan Mastersizer 2000 dan berkisar antara 140 nm - 470 nm. Perbedaan
Zetasizer sedangkan zeta potensial hanya hasil pengukuran ini disebabkan sensitivitas
dapat ditentukan menggunakan Zetasizer. alat yang berbeda.
Zetasizer memiliki sensitivitas yang lebih Keseragaman distribusi ukuran droplet /
tinggi dibanding Mastersizer 2000 dan polidispersity index (PDI) dapat diketahui
pengukuran yang dihasilkanpun lebih akurat, berdasarkan pengukuran menggunakan
namun Zetasizer hanya dapat mengukur Zetasizer. Dari hasil pengukuran diperoleh
ukuran partikel yang kecil atau sama dengan nilai PDI yang berkisar antara 0,074 - 0,340
600nm. Sebelum pengukuran dilakukan dan menunjukkan kurva dengan satu puncak.
menggunakan Zetasizer, sampel diukur Semakin kecil nilai PDI makin tinggi tingkat
terlebih dahulu menggunakan Mastersizer keseragaman distribusi ukuran droplet dan
2000, jika hasil pengukuran memperlihatkan makin sempit kurva distribusi droplet yang
ukuran 600 nm maka pengukuran dihasilkan. PDI yang kecil dari 0,1
dilanjutkan menggunakan Zetasizer. Dari memberikan gambaran keseragaman ukuran
hasil pengukuran Mastersizer diperoleh droplet nanoemulsi yang baik, dimana
ukuran droplet yang berkisar antara 146 nm - nanoemulsi memiliki ukuran droplet yang
590 nm sedangkan hasil pengukuran seragam. Dari hasil pengukuran PDI yang
46
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
berkisar antara 0,074 - 0,340, umumnya di Penambahan Carbopol 934 dan 940 dengan
peroleh nilai PDI yang lebih besar dari 0,1 berbagai konsentrasi (0,25%, 0,5%, 0,75%,
yang berarti menunjukan tingkat 1%) terhadap nanoemulsi ditujukan untuk
keseragaman distribusi ukuran droplet yang melihat pengaruhnya terhadap kestabilan
masih rendah. (Gambar 7 15) nanoemulsi melalui kecepatan pemisahan
Zeta potensial yang dihasilkan dari yang di ukur menggunakan Stability Analyzer
pengukuran Zetasizer terhadap seluruh (Lumifuge). Pengujian stabilitas nanoemulsi
formula nanoemulsi berkisar antara -32 mV dilakukan pada formula dengan penggunaan
sampai dengan -48mV. Nilai zeta potensial SME laurat 100% pada setiap rasio surfaktan
bisa digunakan untuk memprediksi dan minyak (3 formula; 1:4; 1:5; 1:6). Formula
mengontrol stabilitas fisika suatu sistem ini dipilih karena hasil pengukuran
emulsi. Kestabilan suatu emulsi buruk jika dropletnya sudah memenuhi syarat
nilai zeta potensial kecil dari |30|, dan suatu nanoemulsi. Dari hasil pengukuran Stability
emulsi dikatakan stabil jika nilai zeta besar Analyzer (Lumifuge) pada 3 formula
dari |30|. Dari nilai zeta yang dihasilkan tersebut diperoleh besarnya kecepatan
tampak bahwa nanoemulsi cenderung stabil. pemisahan berkisar antara 68,54 mm/tahun
Nilai positif (+) dan negatif (-) pada zeta 0,01 mm/tahun seperti yang terlihat pada ,
potensial menunjukkan pH, positif (+) jika tabel XIII XIV.
pH rendah (Asam) dan negatif (-) jika pH
tinggi (Basa).
Pada penggunaan Carbopol 934 dengan lebih besar dibanding Carbopol 934, seperti
konsentrasi 0,25% pengurangan kecepatan yang terlihat pada gambar 16 - 21. Dari
pemisahan nanoemulsi tidak begitu besar, grafik tersebut tampak bahwa tanpa
sedangkan pada penggunaan Carbopol 940 penggunaan carbopol diperoleh kecepatan
pada konsentrasi 0,25% kecepatan pemisahan nanoemulsi yang besar, namun
pemisahan nanoemulsi berkurang cukup dengan penggunaan carbopol secara
drastis. Hal ini menunjukkan bahwa bertahap dari konsentrasi 0.25% - 1%
Carbopol 940 pada konsentrasi 0,25% lebih kecepatan pemisahan nanoemulsi akan
efektif dibanding Carbopol 934 pada berkurang sampai pada konsentrasi optimal
konsentrasi 0,25% karena pada konsentrasi (konsentrasi yang memberikan kecepatan
kecil Carbopol 940 mampu memberikan pemisahan minimum). Pada konsentrasi
pengurangan kecepatan pemisahan yang optimal penggunaan Carbopol 934,
47
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
20
Formula 1:4
Kecepatan Pemisahan (mm/bulan)
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 934) 0.25% (C
934) Konsentrasi
934) Carbopol
934) 934 934) 1Yr
Gambar 16. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 934 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:4) dengan konsentrasi SME laurat 100%.
Formula 1:5
45
Kecepatan pemisahan (mm/bulan)
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 934) 0.25% (C
934) 934) 934) 934) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 934 (%)
Gambar 17. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 934 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:5) dengan konsentrasi SME laurat 100%.
48
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Formula 1:6
30
Kecepatan pemisahan
20
(mm/bulan)
10
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 934) 0.25% (C
934) 934) 934) 934) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 934 (%)
Gambar 18. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 934 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:6) dengan konsentrasi SME laurat 100%.
Formula 1:4
20
Kecepatan pemisahan
15
(mm/bulan)
10
5
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 940) 0.25% (C
940) 940) 940) 940) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 940 (%)
Gambar 19. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 940 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:4) dengan konsentrasi SME laurat 100%.
Formula 1:5
30
Kecepatan pemisahan
25
20
(mm/bulan)
15
10
5
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 940) 0.25% (C
940) 940) 940) 940) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 940 (%)
Gambar 20. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 940 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:5) dengan konsentrasi SME laurat 100%.
49
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Formula 1:6
15
Kecepatan pemisahan
10
(mm/bulan)
5
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 0.25% (C
940) 940) 940) 940) 940) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 940 (%)
Gambar 21. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 940 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:6) dengan konsentrasi SME laurat 100%.
50
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
C 934 0%
60
Kecepatan Pemisahan
40
(mm/bulan)
20
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
51
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Gambar 28. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 0%.
C 934 0.25%
80
Kecepatan Pemisahan
60
(mm/bulan)
40
20
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 29. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 0.25%
C 934 0.50%
0.3
Kecepatan Pemisahan
0.2
(mm/bulan)
0.1
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 30. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 0.50%
C 934 0.75%
1
Kecepatan Pemisahan
0.8
(mm/bulan)
0.6
0.4
0.2
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 31. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 0.75%
52
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
C 934 1%
0.8
Kecepatan Pemisahan
0.6
(mm/bulan)
0.4
0.2
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 32. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 1%
C 940 0%
30
Kecepatan Pemisahan
20
(mm/bulan)
10
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 33. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 0%
C 940 0.25%
50
Kecepatan Pemisahan
40
30
(mm/bulan)
20
10
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 34. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 0.25%
53
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
C 940 0.50%
1
Kecepatan Pemisahan
(mm/bulan)
0.5
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 35. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 0.50%
C 940 0.75%
1
Kecepatan Pemisahan
0.8
(mm/bulan)
0.6
0.4
0.2
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 36. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 0.75%
C 940 1%
0.5
Kecepatan Pemisahan
0.4
(mm/bulan)
0.3
0.2
0.1
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 37. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 1%
54
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
20
Formula 1:4
10
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 934) 0.25% (C
934) 934) 934) 934) 1Yr
Gambar 16. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 934 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:4) dengan konsentrasi SME laurat 100%.
Formula 1:5
50
Kecepatan pemisahan
40
30
(mm/bulan)
20
10
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 0.25% (C
934) 934) 934) 934) 934) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 934 (%)
Gambar 17. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 934 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:5) dengan konsentrasi SME laurat 100%.
Formula 1:6
30
Kecepatan pemisahan
20
10
(mm/bulan)
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 0.25% (C
934) 934) 934) 934) 934) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 934 (%)
Gambar 18. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 934 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:6) dengan konsentrasi SME laurat 100%.
55
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
Formula 1:4
20
Kecepatan pemisahan
15
(mm/bulan)
10
5
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 0.25% (C
940) 940) 940) 940) 940) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 940 (%)
Gambar 19. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 940 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:4) dengan konsentrasi SME laurat 100%.
Formula 1:5
30
Kecepatan pemisahan
25
20
(mm/bulan)
15
10
5
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 0.25% (C
940) 940) 940) 940) 940) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 940 (%)
Gambar 20. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 940 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:5) dengan konsentrasi SME laurat 100%.
Formula 1:6
15
Kecepatan pemisahan
10
(mm/bulan)
0
0% 0.25% (C 0.50% (C 0.75%(C 1% (C 0.25% (C
940) 940) 940) 940) 940) 1Yr
Konsentrasi Carbopol 940 (%)
Gambar 21. Grafik hubungan antara konsentrasi carbopol 940 dengan kecepatan pemisahan
pada formula (1:6) dengan konsentrasi SME laurat 100%.
56
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
57
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
C 934 0%
60
Kecepatan Pemisahan
40
(mm/bulan)
20
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 28. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 0%.
C 934 0.25%
Kecepatan Pemisahan
100
(mm/bulan)
50
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 29. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 0.25%
58
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
C 934 0.50%
0.3
Kecepatan Pemisahan
0.2
(mm/bulan)
0.1
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 30. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 0.50%
C 934 0.75%
1
Kecepatan Pemisahan
0.8
0.6
(mm/bulan)
0.4
0.2
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 31. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 0.75%
C 934 1%
1
Kecepatan Pemisahan
0.5
(mm/bulan)
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 32. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 934 dengan konsentrasi 1%
59
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
C 940 0%
Kecepatan Pemisahan
30
(mm/bulan)
20
10
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 33. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 0%
C 940 0.25%
Kecepatan Pemisahan
60
(mm/bulan)
40
20
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 34. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 0.25%
C 940 0.50%
Kecepatan Pemisahan
(mm/bulan)
0.5
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 35. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 0.50%
60
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
C 940 0.75%
1
Kecepatan Pemisahan
0.8
(mm/bulan)
0.6
0.4
0.2
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 36. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 0.75%
C 940 1%
0.5
Kecepatan Pemisahan
0.4
(mm/bulan)
0.3
0.2
0.1
0
1:4 0% 1:5 0% 1:6 0%
Formula
Gambar 37. Grafik perbandingan kecepatan pemisahan pada masing-masing formula pada
penggunaan C 940 dengan konsentrasi 1%
KESIMPULAN
61
ISSN: 2339-2592
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III 2013
4. Carbopol 940 lebih efektif ini dan melakukan uji stabilitas pada
dibanding Carbopol 934 karena semua formula agar stabilitas semua
pada konsentrasi rendah Carbopol formula dapat dibandingkan.
940 mampu memberikan 2. Disarankan kepada peneliti
pengurangan kecepatan pemisahan selanjutnya untuk melanjutkan studi
yang lebih besar dibanding ini dan memformulasi sediaan
Carbopol 934. topikal dari sistem nanoemulsi
minyak kelapa sawit (palm oil)
Saran terbaik yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
62