Mati. Dijemput malaikat Dibungkus kafan tak terikat kuat Dikubur dalam gelap pekat liang lahat
Kalian diam cuma bisa melihat
Lalu menangis cuma bisa meratap Sampai semua kenangan datang teringat Cinta yang ikut mati, kau rasa terlambat
Di rumahku jadi banyak pelayat,
Semua yang jauh datang mendekat Yang tak ku kenal pun kumpul, Ikut membaca ayat, surat, solawat
Aku tak mau mati
Tapi aku tak takut mati Karna aku jadi punya kerabat Jadi banyak yang mengaku sahabat
Walau sedihmu cuma sehari,
Dan matiku tak cuma sehari GILA
Ada cinta yang gila
Ada juga yang gila karna cinta Ada yang gak gila tapi cinta Ah mungkin karna dia belum cinta Yang cinta itu nanti gila juga! Karna cinta itu dengan hati, bukan kepala Yang lihat bilang gila Yang cinta bilang cinta ANGIN BODOH Aku burung liar yang sedang terbang memutar di atasmu kala kau duduk diam di ujung dermaga itu. Atau bisa juga ikan kecil yang tak sampai mau menyentuh kakimu yang menggantung menari-nari di atasku. Satu hal yang sialnya tak bisa aku tiru adalah menjadi angin yang bisa suka- suka berkeliling terlalu dekat sampai kadang kau ijinkan masuk kedalam paru-parumu lalu keluar dari bibir indahmu. Dasar angin bodoh kataku. Cepat nian dia ingin pergi meninggalkan gadis cantik sepertimu. SEPUCUK SURAT KELUHAN
Waktu selalu datang tepat waktu, tak pernah
mau sebentar saja datang terlambat. 24 jam tak pernah cukup mengejar uang atau seseorang, atau keduanya yang hilang menolak ditemukan. Cinta semakin langka. Saat hati ingin berkencan, dan gengsi ingin berteman. Kata-kata yang jujur tak pernah diterima. Dan semua orang menjilat sesama orang agar diterima kerja atau diterma cintanya.
Dunia ini sekosong langit malam tanpa
bintang dan burung dan bulan yang sedang mati. Semua orang sudah pergi pagi-pagi, lupa ibunya, ayahnya, anaknya, mencari apa-apa di hutan yang dulunya pohon sekarang gedung tinggi. Anak kecil lupa caranya tertawa, terganti tangis lupa muka bapak mamaknya. Beberapa ditinggal mati bekerja atau mati ditinggal bekerja.
Anak-anak muda tersesat tak tau mau
kemana. Orang-orang yang dulu jadi cita- citanya semakin terlihat membosankan. Mereka terlalu sering serasa bosan. Kerja, belajar, dan kencan, selalu diganggu instagram penuh foto orang yang pura-pura terlihat senang. SEMUA CINTA KEDAMAIAN.
Hujan berhenti pelan-pelan, diam-diam,
hati-hati, kadang-kadang besar, sekali- sekali hilang. Angin mirip rindu, tarasa tak tersentuh.Marah mirip salju, diam-diam sudah dingin. Cinta mirip api, sama-sama merah, hilang disiram air mata, yang lain air nyata. Bumi, katanya damai. Anak-anak kecil sibuk mati muda, mereka tak diajari kalau cinta adalah penyakit paling mematikan di dunia. Mereka saling mencintai, kata mereka. Orang tuanya juga. Tetangganya juga. Mereka cinta damai, sibuk tak melakukan apa-apa. Semua orang sibuk tak melakukan apa-apa. Mereka lihat semua baik walau langit berulang kali berteriak meminta tolong pada siapa lagi yang bisa mendengar. Air sudah bukan rumah, bukan pula tanah yang dikeruk sedalam gunung yang dulu menjadi tiang tiangnya, diganti gedung tempat rayap menemukan sarang di kamar-kamar bos besar, dulunya tempat monyet dan harimau berebut binatang sama liar. Buku semakin tipis, seperti layar kapal yang semakin hilang, diganti layar ponsel yang semakin lebar, berebut angin yang membawa berita tentang perang yang semakin besar. Semua diam. Semua cinta kedamaian. TENTANG PENULIS
Bernama lengkap Rezalendra Putra
Pratama. Numpang lahir di Tanjung Pinang 14 september 1995, lalu menetap ke Kota Batam 40 hari kemudian sampai memutuskan melanjutkan kuliah di ITN Malang di suatu Oktober 2016. Mengontrak sebuah rumah di Jalan Bandulan 613b Kota Malang, bersama 10 mahasiswa para pencinta wanita dari berbagai daerah Indonesia. Memutuskan menyukai puisi setelah membaca beberapa karya Aan Mansyur dan Sapardi Djoko Darmono.