Anda di halaman 1dari 52

JURNAL AWAL PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI II

PENETAPAN KADAR ETANOL DAN METANOL DALAM


MINUMAN ARAK BALI DENGAN METODE
KROMATOGRAFI GAS

OLEH:
GOLONGAN I
KELOMPOK V

Desak Made Nita Pratiwi (1408505014)


Made Wina Sadina (1408505015)
I Komang Ananda Yoga Murti (1408505016)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
PENETAPAN KADAR ETANOL DAN METANOL DALAM MINUMAN
ARAK BALI DENGAN METODE KROMATOGRAFI GAS

I. TUJUAN
1.1 Mengetahui cara preparasi sampel yang akan dipisahkan dan diidentifikasi
dengan menggunakan metode Kromatografi Gas.
1.2 Mengetahui prinsip pemisahan dan identifikasi menggunakan Kromatografi
Gas.
1.3 Menetapkan kadar etanol dan metanol dari sampel arak bali menggunakan
metode Kromatografi Gas.
1.4 Untuk melakukan quality control terhadap sampel minuman beralkohol.

II. DASAR TEORI


2.1 Arak Bali
Arak merupakan minuman beralkohol yang diperoleh dari penyulingan cairan
beralkohol hasil fermentasi bahan pangan misalnya beras, shorgum, molases, nira
dan buah-buahan. Arak memiliki bau dan rasa normal khas, kadar etanol tidak
kurang dari 30% v/v; metanol tidak lebih dari 0,01% v/v dihitung terhadap volume
produk (BPOM RI, 2016). Minuman arak Bali dapat mencapai kadar alkohol yang
hingga 37-50% (BPOM RI, 2014). Penentuan kadar etanol telah dilakukan pada
arak bali yang beredar dipasaran dengan kadar etanol yang dicapai sekitar 20,08
70,08% (v/v). Kadar etanol tinggi dapat diperoleh dengan melakukan beberapa kali
destilasi yang betujuan sebagai bahan bakar (Suaniti, dkk., 2012).
2.2 Alkohol
o
Alkohol mempunyai densitas (kerapatan) 0,78506 g/mL pada 25 C, titik didih
o
78,4 C, tidak berwarna dan mempunyai bau serta rasa yang spesifik (Kartika dkk.,
1992). Dalam dunia perdagangan, yang disebut dengan alkohol adalah etil alkohol
atau etanol dengan rumus kimia C2H5OH (Prihandana dan Noerwijan, 2007).
Alkohol merupakan minuman yang mengandung alkohol yang bila dikonsumsi
secara berlebihan dan terus menerus dapat merugikan dan membahayakan jasmani,

1
rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan cara berpikir kejiwaan, sehingga
akibat lebih lanjut akan mempengaruhi kehidupan keluarga dan hubungan
masyarakat sekitarnya (Wresniwiro, 1999). Adapun minuman beralkohol
dikelompokkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
a. Minuman Beralkohol Golongan A adalah minuman yang mengandung etil
alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar sampai dengan 5%;
b. Minuman Beralkohol golongan B adalah minuman yang mengandung etil
alkohol atau etanol dengan kadar lebih dari 5%-20%; dan
c. Minuman Beralkohol golongan C yaitu minuman yang mengandung etil
alkohol atau etanol dengan kadar lebih dari 20%-55%.
(BPOM, 2014).
2.3 Metanol
Metanol adalah senyawa Alkohol dengan 1 rantai karbon. Rumus Kimia
o
CH3OH , dengan berat molekul 32. Titik didih (64-65) C (tergantung kemurnian),
dan berat jenis 0,7920-0,7930 gram/mL (juga tergantung kemurnian). Secara fisik
metanol merupakan cairan bening, berbau seperti alkohol, dapat bercampur dengan
air, etanol, kloroform dalam perbandingan berapapun, higroskopis, mudah menguap
dan mudah terbakar dengan api yang berwarna biru (Spencer, 1988).
2.4 Etanol
Etanol dengan rumus kimia C2H6O merupakan campuran etil alkohol dan air.
Etanol berupa cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak.
Bau khas dan rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang
tidak berasap. Kelarutan dari etanol sangat mudah larut dalam air, kloroform P, dan
dalam eter P. Bobot jenis dari etanol yaitu 0,8119 sampai 0,8139 gram/mL (Depkes
o o
RI,1979). Etanol memiliki titik didih pada 78,4 C dan titik beku pada -112 C serta
berat molekul 46,07 gram/mol (Perry, 1999). Waktu retensi yang dimiliki oleh
etanol adalah 2,467 menit (Tiscione, dkk, 2011).
Etanol dalam industri farmasi, kosmetika, dan laboratorium banyak
digunakan sebagai pelarut, namun industri minuman merupakan pengguna etanol
terbesar (Putro dan Ardhiany, 2010). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.86/Menkes/Per/IV/77, minuman keras merupakan semua jenis minuman

2
beralkohol tetapi bukan obat, yang meliputi minuman keras golongan A (kurang
dari 5%), minuman keras golongan B (5%-20%), dan minuman keras golongan C
(20%-55%). Etanol yang dikonsumsi berlebihan bisa menyebabkan kerusakan
pada banyak organ, terutama otak dan hati. Sedangkan, etanol yang dikonsumsi
dalam jumlah sedang mempunyai efek pelindung terhadap penyakit jantung
iskemik. Etanol dengan kadar rendah dan sedang juga berperan sebagai stimulan
(Pardosi, 2009).
2.5 Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk unit operasi kimia
jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada
suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Bahan
yang akan didestilasikan pada drum pemasakan tidak boleh penuh, melainkan harus
menyediakan sedikitnya 10% ruang kosong dari kapasitas penuh drum pemasakan
pada drum pemasakan (Kister, 1992).
2.6 Gas Chromatography (GC)
Kromatografi gas merupakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif
dinamis terhadap senyawa-senyawa yang mudah menguap di dalam suatu
campuran. Sampel yang digunakan pada metode ini dapat berupa padat, cair,
ataupun gas. Prinsip kromatografi gas adalah teknik pemisahan berdasarkan titik
didih dimana solut-solut yang mudah menguap dan stabil terhadap panas
bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam dengan kecepatan yang
tergantung pada fase distribusinya (Gandjar dan Rohman, 2007).
Mekanisme kerja kromatografi gas yakni gas yang bertekanan tinggi dialirkan
ke dalam kolom yang berisi fase diam, kemudian cuplikan diinjeksikan ke dalam
aliran gas dan ikut terbawa oleh gas ke dalam kolom. Di dalam kolom terjadi proses
pemisahan cuplikan menjadi komponen-komponen penyusunnya. Fase gerak yang
berupa gas akan mengelusi solut dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke

3
detektor. Komponen-komponen tersebut satu per satu akan keluar dari kolom dan
mencapai detektor yang diletakkan di ujung akhir kolom. Hasil pendeteksian
direkam oleh rekorder dan ditampilkan dalam bentuk kromatogram. Jumlah peak
(puncak) pada kromatogram menyatakan jumlah komponen yang terdapat dalam
cuplikan sedangkan kuantitas suatu komponen ditentukan berdasarkan luas
peaknya (Hendayana, 1994).
Keuntungan dari metode kromatografi gas, yaitu:
a. Waktu yang dibutuhkan dalam analisis singkat.
b. Ketajaman pemisahan tinggi
c. Efisiensi dan resolusi tinggi
d. Sensitif, dapat mendeteksi ppm (part per million) bahkan ppb (part per
billion).
e. Memerlukan sampel dan campuran cuplikan dalam jumlah yang sangat
sedikit, umumnya dalam L.
(Adamovics, 1997)
Kekurangan dari metode kromatografi gas, yaitu:
a. Terbatas pada sampel-sampel yang mudah menguap
b. Cukup sulit untuk preparasi sampel dalam jumlah besar
c. Tidak sesuai untuk sampel yang termolabil
(McNair dan Miller, 1998). Kromatografi gas terdiri dari tiga jenis yaitu
kromatografi gas-cair (KGC) dengan mekanisme sorpsi partisi, yakni fase diam
yang digunakan adalah cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut
akan terlarut dalam fae diam; kromatografi gas-padat (KGP) dengan mekanisme
sorpsi adsorpsi dengan menggunakan fase diam berupa padatan; dan kromatografi
gas kolom kapiler yang mana kolom-kolom dengan tabung terbuka digunakan
dengan fase diam padatan atau cairan yang dilapiskan pada dinding dengan fase
diam padatan atau cairan yang dilapiskan pada dinding tabung kolom sebelah
dalam (Gandjar dan Rohman, 2012). Beberapa faktor yang dilihat dalam
kromatografi gas antara lain suhu, laju alir, dan retensi relatif. Retensi relatif
merupakan waktu yang dibutuhkan oleh senyawa
yang diinjeksikan sejak injeksi melalui kolom hingga ke detektor. Waktu retensi

4
didasarkan oleh titik didih yang lebih besar akan memiliki waktu retensi yang lebih
lama, kelarutan senyawa dimana senyawa yang mudah larut dalam fase cair
memiliki waktu retensi yang lama, dan berdasarkan temperatur kolom yang tinggi
akan mempersingkat waktu retensi untuk segala sesuatunya di dalam kolom
(Underwood, 1989).
Instrumentasi Gas Chromatography (GC)

Gambar 1. Diagram Skema Peralatan Kromatografi Gas (Mcnair dan Miller, 2009)
a. Penyedia dan Kontrol Gas Pembawa
Fase gerak pada kromatografi gas adalah gas yang disebut pembawa.
Digunakan fase gerak (gas pembawa) dalam metode krmatografi gas bertujuan untuk
membawa gas solut ke kolom. Syarat gas pembawa yaitu tidak reaktif, murni sehingga
tidak berpengaruh pada detektor, dan dapat disimpan pada tangki bertekanan tinggi.
Umumnya yang digunakan sebagai gas pembawa dalam kromatografi gas yaitu
nitrogen, helium, dan hidrogen (Gandjar dan Rohman, 2012).
b. Ruang Suntik Sampel pada Kromatografi Gas
Ruang suntik (inlet) berfungsi untuk menghantarkan sampel ke dalam aliran
gas pembawa. Sampel yang akan dikromatografi dimasukkan ke dalam ruang suntik
melalui gerbang suntik yang biasanya berupa lubang yang ditutupi dengan septum atau
pemisah karet. Ruang suntuk harus dipanaskan tersendiri (terpisah dari kolom). Suhu
o
ruang suntik diatur 10-15 C lebih tinggi daripada suhu kolom maksimum. Sehingga,
sampel akan menguap segera setelah sampel disuntikkan ke injektor. Injektor, yang
mana merupakan suatu jalan masuk sampel ke kromatogram, mempunyai fungsi yang
berbeda. Disamping peranannya sebagai jalan masuk sampel, injektor harus mampu
menguapkan sampel, mencampurkannya dengan gas

5
pembawa, dan membawa sampel ke ujung depan kolom. Penyuntikan sampel dapat
dilakukan baik secara manual maupun otomatis (Gandjar dan Rohman, 2012).
c. Kolom Kromatografi Gas
Kolom kromatografi gas berfungsi sebagai tempat terjadinya proses
pemisahan. Terdapat dua jenis kolom kromatografi gas yang digunakan yaitu kolom
kemas (packed column) dan kolom kapiler (capillary column). Kolom kapiler
(capillary column) lebih dipilih dalam metode kromatografi gas karena memiliki
resolusi pemisahan tinggi dan memiliki kemampuan untuk memberikan harga jumlah
lempeng teori (N) yang sangat besar (>300.000 lempeng). Kolom kapiler adalah
kolom yang terbuat dari fused silica dengan diameter dalam 0,02-0,2 mm dan dinding
kapiler berfungsi sebagai penyangga fase diam cair sehingga fase diam melekat
mengelilingi dinding kolom. Pada kolom kromatografi gas, jenis fase diam akan
menentukan urutan elusi komponen dalam campuran. Semakin sempit diameter kolom
maka efisiensi pemisahan kolom semakin besar atau puncak kromatogram yang
dihasilkan semakin tajam. Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat
polar, semi polar, atau non polar (Gandjar dan Rohman, 2012).
d. Detektor Kromatografi Gas
Detektor adalah alat yang diletakkan di ujung kolom tempat keluarnya fase
gerak yang membawa komponen hasil pemisahan dan berfungsi mengubah sinyal
gas pembawa dan komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Detektor pada
kromatografi gas dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain detektor
hantar panas (Thermal Conductivity Detektor), detektor ionisasi nyala (Flame
Ionization Detektor), dan detektor tangkap elektron (Electron Capture Detektor).
Salah satu detektor dalam kromatografi gas adalah Detektor Ionisasi Nyala (Flame
Ionization Detector. Prinsip FID adalah mengukur jumlah atom karbon pada
komponen yang dipisahkan, dimana senyawa organik akan terurai menjadi
pecahan sederhana bermuatan positif yang biasanya terdiri dari 1 atom karbon
(Gandjar dan Rohman, 2012).
e. Komputer
Kromatografi gas modern menggunakan komputer yang telah dilengkapi
dengan software untuk digitalisasi signal detektor dan mempunyai beberapa fungsi

6
yaitu memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen; menampilkan
kromatogram dan informasi-informasi lain dengan menggunakan grafik berwarna;
merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan statistik;
dan menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu (Gandjar
dan Rohman, 2012).
2.7 Validasi Metode
Validasi metode menurut United States Pharmacopeia (USP) digunakan untuk
menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan pada kisaran
analit yang akan dianalisis. Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan
verifikasi bahwa parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi
problem analisis (Gandjar dan Rohman, 2007). Terdapat beberapa tahapan dalam
validasi metode analisis menurut ICH dan USP salah satunya yaitu presisi atau
keterulangan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji
individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur
diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang
homogen (Harmita, 2004). Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau
simpangan baku relatif (koefisien variasi) (Gandjar dan Rohman, 2007).
Akurasi atau ketepatan merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan
antara nilai terukur dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai
sebenarnya, atau nilai rujukan (Gandjar dan Rohman, 2007). Akurasi dinyatakan
sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Ketepatan
dapat diperoleh dengan optimal apabila menggunakan peralatan yang telah
dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan suhu,
pelaksanaannya yang cermat, dan sesuai prosedur (Harmita, 2004).
Ketepatan dapat ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (Spiked-
Placebo Recovery) dan metode penambahan baku (Standard Addition Method). Dalam
metode simulasi, sejumlah analit bahan murni (senyawa pembanding kimia CRM atau
SRM) ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo)
lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang
ditambahkan (kadar yang sebenarnya). Dalam metode penambahan baku, sampel
dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke

7
dalam sampel dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan
dengan kadar yang sebenarnya (hasil yang diharapkan). Dalam kedua metode
tersebut, persen peroleh kembali dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang
diperoleh dengan hasil yang sebenarnya. Persen perolehan kembali dapat
ditentukan dengan cara membuat sampel plasebo (eksepien obat, cairan biologis)
kemudian ditambah analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80% sampai
120% dari kadar analit yang diperkirakan), kemudian dianalisis dengan metode
yang akan divalidasi. Namun apabila tidak memungkinkan untuk membuat sampel
plasebo karena matriksnya tidak diketahui seperti obat-obat paten, atau karena
analitnya berupa suatu senyawa endogen misalnya metabolit sekunder pada kultur
kalus, maka dapat dipakai metode adisi (Harmita, 2004).
III. ALAT DAN BAHAN
3.1. Alat

Detektor FID
Megapore capillary GC

Syringe 10 L

Alat destilasi


Botol vial 10 mL


Labu ukur 5 mL; 10 mL


Pipet tetes


Pipet ukur 1 mL; 5mL


Bulb Filler


Gas Cromatography (CP-Wax 58 CB)


Fase diam polietilen glikol
3.2. Bahan

Sampel (Arak Bali)

WFI (Water for Injections)


Akuades


Etanol 100% (p.a)

Metanol 100% (p.a)

Gas pembawa (Helium)

8

Make-up gas nitrogen (gas tambahan)

IV. PROSEDUR KERJA


4.1 Perhitungan
4.1.1 Pembuatan Larutan baku metanol 1% v/v
Diketahui : Konsentrasi larutan metanol yang tersedia = 100%v/v
Volume larutan yang dibuat = 10 mL
Ditanya : Volume larutan metanol 100% yang harus dipipet = ?
Penyelesaian :
Cstok x Vstok = Cbaku x Vbaku

100% v/v x Vstok = 1% v/v x 10 mL


Vstok = 0,1 mL
Jadi, dipipet sebanyak 0,1 mL larutan metanol 100% untuk membuat larutan
baku metanol 1% v/v.
4.1.2 Pembuatan Larutan Seri Berbagai Konsentrasi Etanol dan Metanol
Diketahui : Konsentrasi larutan baku etanol = 100%v/v
Konsentrasi larutan baku metanol = 1%v/v
Volume larutan seri yang dibuat = 5 mL
Konsentrasi larutan seri etanol yang dibuat yaitu 10%v/v,
20%v/v, 30%v/v, 40%v/v, dan 50%v/v.
Konsentrasi larutan seri metanol yang akan dibuat yaitu
0,01%v/v, 0,02%v/v, 0,05%v/v, 0,1%v/v, dan 0,2%v/v
Ditanya : Volume larutan baku etanol dan metanol yang dipipet =
....?
Jawab :
a. Pembuatan Larutan Seri Etanol Berbagai Konsentrasi
Seri I (10% v/v)
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
100% v/v x Vbaku = 10% v/v x 5 mL
Vbaku = 0,5 mL

9
Jadi dipipet 0,5 mL larutan baku etanol 100%v/v untuk membuat larutan
seri etanol 10%v/v.
Seri II (20% v/v)
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
100% v/v x Vbaku = 20% v/v x 5 mL
Vbaku = 1 mL
Jadi dipipet 1 mL larutan baku etanol 100%v/v untuk membuat larutan
seri etanol 20%v/v
Seri III (30% v/v)
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
100% v/v x Vbaku = 30% v/v x 5 mL
Vbaku = 1,5 mL
Jadi dipipet 1,5 mL larutan baku etanol 100%v/v untuk membuat larutan
seri etanol 30%v/v
Seri IV (40% v/v)
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
100% v/v x Vbaku = 40% v/v x 5 mL
Vbaku = 2 mL
Jadi dipipet 2 mL larutan baku etanol 100%v/v untuk membuat larutan
seri etanol 40%v/v
Seri V (50% v/v)
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
100% v/v x Vbaku = 50% v/v x 5 mL
Vbaku = 2,5 mL
Jadi dipipet 2,5 mL larutan baku etanol 100%v/v untuk membuat larutan
seri etanol 50%v/v.
b. Pembuatan Larutan Seri Metanol Berbagai Konsentrasi
Seri I (Metanol 0,01%v/v)
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
1%v/v x Vbaku = 0,01%v/v x 5 mL
Vbaku = 0,05 mL

10
Jadi dipipet 0,05 mL larutan baku metanol 1%v/v untuk membuat larutan
seri metanol 0,01%v/v.
Seri II (Metanol 0,02%v/v)
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
1%v/v x Vbaku = 0,02%v/v x 5 mL
Vbaku = 0,1 mL
Jadi dipipet 0,1 mL larutan baku metanol 1%v/v untuk membuat larutan
seri metanol 0,02%v/v.
Seri III (Metanol 0,05%v/v)
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
1%v/v x Vbaku = 0,05%v/v x 5 mL
Vbaku = 0,25 mL
Jadi dipipet 0,25 mL larutan baku metanol 1%v/v untuk membuat larutan
seri metanol 0,05%v/v.
Seri IV (Metanol 0,1%v/v)
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
1%v/v x Vbaku = 0,1%v/v x 5 mL
Vbaku = 0,5 mL
Jadi dipipet 0,5 mL larutan baku metanol 1%v/v untuk membuat larutan
seri metanol 0,1%v/v.
Seri V (Metanol 0,2%v/v)
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
1%v/v x Vbaku = 0,2%v/v x 5 mL
Vbaku = 1 mL
Jadi dipipet 1 mL larutan baku metanol 1%v/v untuk membuat larutan seri
metanol 0,2%v/v.
4.1.3 Pembuatan Larutan Uji
Diketahui : Konsentrasi larutan baku etanol = 100%v/v
Konsentrasi larutan baku metanol = 1%v/v
Volume larutan yang akan dibuat = 5 mL
Ditanya : Volume larutan baku etanol dan metanol yang dipipet = ....?

11
Jawab :
Larutan Uji Etanol 30% v/v
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
100%v/v x Vbaku = 30%v/v x 5 mL
Vbaku = 1,5 mL
Jadi untuk membuat larutan uji etanol 30%v/v dilakukan dengan
dipipet larutan baku etanol 100%v/v sebanyak 1,5 mL.
Larutan Uji Metanol 0,01% v/v
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri
1%v/v x Vbaku = 0,01%v/v x 5 mL
Vbaku = 0,05 mL
Jadi untuk membuat larutan uji metanol 0,01%v/v dilakukan dengan
dipipet larutan baku metanol 1%v/v sebanyak 0,05 mL.

4.2 Prosedur Kerja


4.2.1 Pembuatan Larutan baku metanol 1%v/v sebanyak 10 mL
Dipipet larutan metanol 100%v/v berderajat pro analisis (p.a) sebanyak 0,1
mL lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Ditambahkan WFI (water
for injections) hingga tanda batas labu ukur, lalu digojog hingga homogen,
dimasukkan ke dalam botol vial lalu diberi label.
4.2.2 Pembuatan Larutan Seri Etanol dan Metanol Berbagai Konsentrasi
Seri I
Dipipet larutan baku etanol 100%v/v sebanyak 0,5 mL ke dalam labu ukur 5
mL. Dipipet larutan baku metanol 1%v/v sebanyak 0,05 mL ke dalam labu
ukur 5 mL yang sama. Ditambahkan WFI hingga tanda batas, ditutup lalu
digojog hingga homogen. Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label.
Seri II
Dipipet larutan baku etanol 100%v/v sebanyak 1 mL ke dalam labu ukur 5
mL. Dipipet larutan baku metanol 1%v/v sebanyak 0,1 mL ke dalam labu
ukur 5 mL yang sama. Ditambahkan WFI hingga tanda batas, ditutup lalu
digojog hingga homogen. Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label.

12
Seri III
Dipipet larutan baku etanol 100%v/v sebanyak 1,5 mL ke dalam labu ukur 5
mL. Dipipet larutan baku metanol 1%v/v sebanyak 0,25 mL ke dalam labu
ukur 5 mL yang sama. Ditambahkan WFI hingga tanda batas, ditutup lalu
digojog hingga homogen. Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label.
Seri IV
Dipipet larutan baku etanol 100%v/v sebanyak 2 mL ke dalam labu ukur 5
mL. Dipipet larutan baku metanol 1%v/v sebanyak 0,5 mL ke dalam labu
ukur 5 mL yang sama. Ditambahkan WFI hingga tanda batas, ditutup lalu
digojog hingga homogen. Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label.
Seri V
Dipipet larutan baku etanol 100%v/v sebanyak 2,5 mL ke dalam labu ukur 5
mL.Dipipet larutan baku metanol 1%v/v sebanyak 1 mL ke dalam labu ukur
5 mL yang sama. Ditambahkan WFI hingga tanda batas, ditutup lalu digojog
hingga homogeny. Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label.
4.2.3 Pembuatan Larutan Uji
Dipipet masing-masing larutan baku etanol 100%v/v sebanyak 1,5 mL dan
0,05 mL larutan baku metanol 1%v/v. Dimasukkan ke labu ukur 5 mL yang
sama, ditambahkan WFI hingga tanda batas dan digojog hingga homogen.
Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label.
4.2.4 Destilasi
Dipipet sampel Arak Bali sebanyak 25 mL kemudian dimasukkan ke dalam
labu alas bulat yang telah berisi WFI sebanyak 25 mL. Setelah itu dilakukan
o
destilasi dengan suhu 78 C sampai diperoleh destilat sebanyak 12,5 mL.
Destilat yang diperoleh selanjutnya ditampung pada botol.
4.2.5 Penetapan Bobot Jenis
Digunakan piknometer bersih dan kering (dibilas dengan alkohol dan
dikeringkan). Ditimbang bobot piknometer kosong (W0), diisi air suling pada
o
suhu 25 C. Dilap bagian luar piknometer hingga kering dan ditimbang (W 1).
Air suling dibuang, piknometer dikeringkan, lalu diisi dengan destilat pada
o
suhu yang sama yaitu 25 C. Ditimbang bobot W2 yang diperoleh. Masing-

13
masing penimbangan dilakukan berulang sebanyak 3 kali. Dihitung bobot
jenis destilat dengan rumus :

Bobot Jenis ( ) W - W
2 0
W -W0
1
4.2.6 Optimasi GC
Dihidupkan perangkat alat GC (kabel dihubungkan ke stop kontak, ditarik tuas
kebawah, diputar tabung gas pembakar, dan gas pembawa berlawan arah jarum
jam, serta di tekan tombol ON pada alat GC dan komputer. Dilakukan optimasi
dengan cara memilih menu GC-Solutions pada monitor komputer. Dipilih
analisis (1) lalu di klik File dan klik Open dan dipilih template untuk
o
conditioning. Pada template tersebut diatur suhu injektor pada suhu 250 C,
o
lalu suhu detektor diatur menjadi 300 C, diatur juga suhu awal kolom
o
menjadi 50 C, suhu ini dibiarkan selama dua menit, lalu ditingkatkan secara
o o
bertahap sebesar 50 C/menit sampai suhu mencapai 220 C dan suhu ditahan
selama lima menit. Lalu diatur laju alir dari kolom menjadi 0,7 mL/menit,
dan laju alir helium diatur menjadi 30 mL/menit, laju diatur laju alir udara
menjadi 300 mL/menit. Lalu di klik Download, dan ditunggu sampai Ready.
Lalu di klik File dan Open, selanjutnya dipilih template untuk analisis. Lalu
pada template diatur waktu retensi sesuai pustaka terkait analit. Lalu klik
Download dan ditunggu sampai Ready
4.2.7 Analisis Gas Chromatography
Setelah dilakukan optimasi, di klik Single Run, selanjutnya di klik Sample
Login dan diatur file name dan lokasi penyimpanan data yang akan dihasilkan
menggunakan GC. Setelah itu klik Ok untuk menyimpan File. Setalah itu
disiapkan syringe yang telah dicuci dengan metanol pro analisis, syring diisi
dengan 1 L larutan (destilat, larutan uji, larutan seri I-V) yang akan di analisis.
Lalu syringe diletakkan di di injektor. Setelah itu di klik Start pada monitor.
Lalu didorong spuite syringe agar larutan yang dianalisis masuk ke injektor.
Setelah itu, ditunggu tulisan Aquired muncul pada monitor yang
menndakan bahwa larutan telah terbawa semua dari injektor dan syringe
dicabut dari injektor. Dilakukan running sampel hingga diperoleh

14
kromatogram. Running dilkukan hingga pada monitor muncul Not Ready. Lalu
di klik GC-Solutions dan diklik Postrun. Selanjutnya di klik Top, dan di klik
Data Analysis, maka akan muncul data hasil analisis dengan GC-FID. Lalu data
di drug, lalu di klik menu report in data dan setelah itu di klik menu
Print dan diedit menjadi file dalam bentuk PDF. Setelah itu di klik Ok.
Diamati peak-peak yang yang didapatkan dari dari detektor, dibuat
persamaan regresi liniernya dan ditentukan nilai r. Lalu klik Download dan
ditunggu sampai Ready. Langkah-langkah di atas dilakukan terhadap
masing-masing larutan yang akan di analisis secara bergantian dimulai dari
larutan seri I-V, lalu larutan uji dan yang terakhir destilat (sampel arak Bali
yang telah di destilasi).

4.2.9 Cooling Gas Chromatography


Dilakukan Coolling pada perangkat GC dengan cara mengatur suhu semua
komponen GC (injektor, kolom dan detektor) menjadi 50C pada File
template. Dimatikan perangkat seperti komputer, tuas di tarik ke atas dan
tangki gas yang dipakai ditutup.
V. SKEMA KERJA
5.1 Pembuatan Larutan baku metanol 1%v/v

Dipipet larutan metanol 100%v/v berderajat pro analisis (p.a) sebanyak


0,1 mL lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.

Ditambahkan WFI (water for injections) hingga tanda batas labu ukur.

Digojog hingga homogen, dimasukkan ke botol vial lalu diberi label.

5.2 Pembuatan Larutan Seri Etanol dan Metanol Berbagai Konsentrasi


5.2.1 Seri I

15
Dipipet larutan baku etanol 100%v/v sebanyak 0,5 mL ke dalam labu
ukur 5 mL.

Dipipet larutan baku metanol 1%v/v sebanyak 0,05 mL ke dalam labu


ukur 5 mL yang sama.

Ditambahkan WFI hingga tanda batas, ditutup lalu digojog


hingga homogen.

Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label.

5.2.2 Seri II

Dipipet larutan baku etanol 100%v/v sebanyak 1 mL ke dalam labu ukur


5 mL.

Dipipet larutan baku metanol 1%v/v sebanyak 0,1 mL ke dalam labu


ukur 5 mL yang sama.

Ditambahkan WFI hingga tanda batas, ditutup lalu digojog hingga


homogen.

Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label.

5.2.3 Seri III

Dipipet larutan baku 100%v/v sebanyak 1,5 mL ke dalam labu ukur 5


mL.

16
Dipipet larutan baku metanol 1%v/v sebanyak 0,25 mL ke dalam labu
ukur 5 mL yang sama.

Ditambahkan WFI hingga tanda batas, ditutup lalu digojog hingga


homogen.

Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label.

5.2.4 Seri IV

Dipipet larutan baku etanol 1%v/v sebanyak 2 mL ke dalam labu ukur


5 mL.

Dipipet larutan baku metanol 1%v/v sebanyak 0,5 mL ke dalam labu


ukur 5 mL yang sama.

Ditambahkan WFI hingga tanda batas, ditutup lalu digojog hingga


homogen.

Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label.


5.2.5 Seri V

Dipipet larutan baku etanol 100%v/v sebanyak 2,5 mL ke dalam labu


ukur 5 mL.

Dipipet larutan baku metanol 1%v/v sebanyak 1 mL ke dalam labu ukur


5 mL yang sama.

Ditambahkan WFI hingga tanda batas, ditutup lalu digojog hingga


homogen.

Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label.


17
5.3 Pembuatan Larutan Uji

Dipipet masing-masing larutan baku etanol 100%v/v sebanyak 1,5 mL


dan 0,05 mL larutan baku metanol 1%v/v.

Dimasukkan ke labu ukur 5 mL yang sama, ditambahkan WFI hingga


tanda batas.

Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label.

5.4 Destilasi

Sampel (Arak Bali) dipipet sebanyak 25 mL.

Dimasukkan dalam labu alas bulat yang berisi WFI sebanyak 25 mL.

o
Setelah itu dilakukan destilasi dengan suhu 78 C sampai
diperoleh destilat sebanyak 12,5 mL.

Destilat yang diperoleh ditampung pada botol kaca.

5.5 Optimasi GC

Dihidupkan perangkat alat GC (kabel dihubungkan ke stop kontak,


ditarik tuas kebawah, diputar tabung gas pembakar, dan gas pembawa
berlawan arah jarum jam, serta di tekan tombol ON pada alat GC dan
komputer.

Dilakukan optimasi dengan cara memilih menu GC-Solutions pada


monitor komputer.

18
Dipilih analisis (1) Lalu di klik File dan klik Open dan dipilih
template untuk conditioning.

o
Pada template tersebut diatur suhu injektor pada suhu 250 C, lalu
o
suhu detektor diatur menjadi 300 C, diatur juga suhu awal kolom
o
menjadi 50 C, suhu ini dibiarkan selama dua menit, lalu ditingkatkan
o o
secara bertahap sebesar 50 C/menit sampai suhu mencapai 220 C dan
suhu ditahan selama lima menit.

Lalu diatur laju alir dari kolom menjadi 0,7 mL/menit, dan laju alir
helium diatur menjadi 30 mL/menit, laju diatur laju alir udara menjadi
300 mL/menit. Lalu di klik Download, dan ditunggu sampai Ready.

Lalu di klik File dan Open, selanjutnya dipilih template untuk analisis.
Lalu pada template diatur waktu retensi sesuai pustaka terkait analit.
Lalu klik Download dan ditunggu sampai Ready.

5.6 Analisis Gas Chromatography

Setelah dilakukan optimasi, di klik Single Run, selanjutnya di klik Sample


Login dan diatur file name dan lokasi penyimpanan data yang akan
dihasilkan menggunakan GC. Setelah itu klik Ok untuk menyimpan
File.

Setalah itu disiapkan syringe yang telah dicuci dengan metanol pro
analisis, syring diisi dengan 1 L larutan (destilat, larutan uji, larutan
seri I-V) yang akan di analisis. Lalu syringe diletakkan di di injektor.
Setelah itu di klik Start pada monitor. Lalu didorong spuite syringe agar
larutan yang dianalisis masuk ke injector.

Setelah itu, ditunggu tulisan Aquired muncul pada monitor yang


menndakan bahwa larutan telah terbawa semua dari injektor dan
syringe dicabut dari injektor.

19
Dilakukan running sampel hingga diperoleh kromatogram. Running
dilkukan hingga pada monitor muncul Not Ready.

Lalu di klik GC-Solutions dan diklik Postrun. Selanjutnya di klik Top,


dan di klik Data Analysis, maka akan muncul data hasil analisis dengan
GC-FID.

Lalu data di drug, lalu di klik menu report in data dan setelah itu di klik
menu Print dan diedit menjadi file dalam bentuk PDF. Setelah itu di klik
Ok.

Diamati peak-peak yang yang didapatkan dari dari detektor, dibuat


persamaan regresi liniernya dan ditentukan nilai r. Lalu klik Download
dan ditunggu sampai Ready.

Langkah-langkah di atas dilakukan terhadap masing-masing larutan


yang akan di analisis secara bergantian dimulai dari larutan seri I-V, lalu
larutan uji dan yang terakhir destilat (sampel arak Bali yang telah di
destilasi).

5.7 Cooling Gas Chromatography

Dilakukan Coolling pada perangkat GC dengan cara mengatur suhu


semua komponen GC (injektor, kolom dan detektor) menjadi 50C pada
File template.

Dimatikan perangkat seperti komputer, tuas di tarik ke atas dan tangki


gas yang dipakai ditutup.

20
VI. HASIL PENGAMATAN
6.1 Tabel Penimbangan
No. Nama Bahan Jumlah
1. Pembuatan Larutan Baku Etanol 100% v/v
Etanol p.a 10 mL
Pembuatan Larutan Baku Metanol 1% v/v
2. Metanol p.a 0,1 mL
WFI Add 10 mL
Pembuatan Larutan Seri Etanol
Seri 10% v/v
Baku Etanol 100% v/v 0,5 mL
WFI Add 5 mL
Seri 20% v/v
Baku Etanol 100% v/v 1 mL
WFI Add 5 mL
3. Seri 30% v/v
Baku Etanol 100% v/v 1,5 mL
WFI Add 5 mL
Seri 40% v/v
Baku Etanol 100% v/v 2 mL
WFI Add 5 mL
Seri 50% v/v
Baku Etanol 100% v/v 2,5 mL
WFI Add 5 mL
Pembuatan Larutan Seri Metanol
Seri 0,01% v/v
4. Baku Metanol 1% v/v 0,05 mL
WFI Add 5 mL
Seri 0,02% v/v
Baku Metanol 1% v/v 0,1 mL

21
WFI Add 5 mL
Seri 0,05% v/v
Baku Metanol 1% v/v 0,25 mL
WFI Add 5 mL
Seri 0,1% v/v
Baku Metanol 1% v/v 0,5 mL
WFI Add 5 mL
Seri 0,2% v/v
Baku Metanol 1% v/v 1 mL
WFI Add 5 mL
Pembuatan Larutan Uji
5. Baku Metanol 1% v/v 0,05 mL
Baku Etanol 100% v/v 1,5 mL
WFI Add 5 mL

6.2 Hasil Kromatogram Seri I

22
6.3 Hasil Kromatogram Seri II

6.4 Hasil Kromatogram Seri III

23
6.5 Hasil Kromatogram Seri IV

6.6 Hasil Kromatogram Seri V

24
6.7 Hasil Kromatogram Uji I

6.8 Hasil Kromatogram Uji II

25
6.9 Hasil Kromatogram Uji III

6.10 Hasil Kromatogram Sampel

26
6.11 Tabel Data Hasil Larutan Etanol
No. Larutan Waktu Retensi AUC Konsentrasi
1. Seri 1 2.496 34832993 5% v/v
2. Seri 2 2.471 143987399 20% v/v
3. Seri 3 2.509 250034182 30% v/v
4. Seri 4 2.524 417174084 40% v/v
5. Seri 5 2.491 605717057 50% v/v
6. Uji 1 2.443 185355433 30% v/v
7. Uji 2 2.479 257502075 30% v/v
8. Uji 3 2.458 206271064 30% v/v
9. Sampel 2.488 927586547 -
6.12 Tabel Data Hasil Larutan Metanol
No Larutan Waktu Retensi AUC Konsentrasi
1. Seri 1 2.325 11585052 0.01% v/v
2. Seri 2 2.327 36022185 0.02% v/v
3. Seri 3 2.312 162932058 0.05% v/v
4. Seri 4 2.358 106707144 0.1% v/v
5. Seri 5 2.324 169433769 0.2% v/v
6. Uji 1 2.329 33474734 0.01% v/v
7. Uji 2 2.306 78922550 0.01% v/v
8. Uji 3 2.336 38436418 0.01% v/v
9. Sampel 2.329 206996376 -

VII. ANALISIS DATA


7.1 Persamaan Regresi Linear untuk Larutan Seri Etanol
Untuk menentukan kurva kalibrasi dan persamaan regresi linier diambil 3 data
dari larutan seri kinin sulfat yaitu pada seri 3, 4, dan 5. Persamaan regresi linier
dibuat hubungan kurva antara konsentrasi (X) dengan AUC (Y).

27
No. Larutan AUC Konsentrasi
1. Seri 3 36022185 0.02% v/v
2. Seri 4 417174084 40% v/v
3. Seri 5 605717057 50% v/v
Dari data diatas yang digunakan untuk menentukan persamaan regresi linier,
sehingga didapat persamaan regresi yaitu:

y = 17784143.75 x - 287057309
2
R = 0,998

Kurva Seri Etanol antara AUC


vs
Konsentrasi
70000000
0
y = 17784143.75x - 287057309
60000000
0
R = 0.998
50000000
AUC

0 AUC
40000000
0 Linear
30000000 (AUC)
0
20000000
0
10000000
0
0
0 1 2 3 4
Konsentrasi (% v/v)

7.2 Persamaan Regresi Linear untuk Larutan Seri Metanol


Untuk menentukan kurva kalibrasi dan persamaan regresi linier diambil 3
data dari larutan seri kinin sulfat yaitu pada seri 2, 4, dan 5. Persamaan regresi
linier dibuat hubungan kurva antara konsentrasi (X) dengan AUC (Y).
No. Larutan AUC Konsentrasi
1. Seri 2 250034182 30% v/v
2. Seri 4 106707144 0.1% v/v
3. Seri 5 169433769 0.2% v/v

28
Dari data diatas yang digunakan untuk menentukan persamaan regresi linier,
sehingga didapat persamaan regresi yaitu:

y = 736507056.1 x + 25493613.34
2
R = 0,998

Kurva Seri Metanol antara


AUC vs
Konsentrasi
2000000
y = 736507056.1x +
00
25493613.34
R = 0.998
1500000
00
AUC

10000000 AUC
0
5000000
0 Linear
(AUC)
0

0 1 2 3 4
Konsentrasi (% v/v)

7.3 LOD & LOQ Etanol


Penentuan AUC Standar berdasarkan Persamaan Regresi Linier
Diketahui : Seri 1 = 5% v/v
Seri 2 = 20% v/v
Seri 3 = 30% v/v
Seri 4 = 40% v/v
Seri 5 = 50% v/v
Persamaan regresi linier : y = 17784143.75 x - 287057309
Ditanya : y =.......?
Jawab :
Seri 1 : y = 17784143.75 x - 287057309 y
= 17784143.75 (5) - 287057309 y
= -198136590.3
Seri 2 : y = 17784143.75 x - 287057309
y = 17784143.75 (20) - 287057309
29
y = 68625566
Seri 3 : y = 17784143.75 x - 287057309
y = 17784143.75 (30) - 287057309
y = 246467003.5
Seri 4 : y = 17784143.75 x - 287057309
y = 17784143.75 (40) - 287057309
y = 424308441
Seri 5 : y = 17784143.75 x - 287057309
y = 17784143.75 (50) - 287057309
y = 602149878.5

Penentuan Simpangan Baku Residual


Diketahui :
Konsent Y y y-y 2
(y-y)
rasi

5% v/v 34832993 -198136590.3 232969583.3 5.427482674 x 10


16

20% v/v 143987399 68625566 75361833 5.679405873 x 10


15

30% v/v 250034182 246467003.5 3567178.5 1.272476245 x 10


13

40% v/v 417174084 424308441 -7134357 5.08990498 x 10


13

50% v/v 605717057 602149878.5 3567178.5 1.272476245 x 10


13

2 13
(y-y) 6.003058119 x 10
Ditanya : Nilai Simpangan Baku Residual ( Sy/x) = .........?
Jawab :

( y y" ) 2
Sy/ =
N2
x
13
=
6.003058119 x 10
3
Sy/
x

= 2.001019373 x 1013
= 44732755
Perhitungan LOD dan LOQ

30
y = 17784143.75 x - 287057309
Sy /x = 44732755

LOD = 3 sy/x
slope
= 3 x 44732755
17784143.75
= 7.5% v/v
LOQ =10 sy/x
slope
= 10 x 44732755
17784143.75
= 25.15% v/v
7.4 LOD & LOQ Metanol
Penentuan AUC Standar berdasarkan Persamaan Regresi Linier
Diketahui : Seri 1 = 0.01% v/v
Seri 2 = 0.02% v/v
Seri 3 = 0.05% v/v
Seri 4 = 0.1% v/v
Seri 5 = 0.2% v/v
Persamaan regresi linier : y = 17784143.75 x - 287057309
Ditanya : y =.......?
Jawab :
Seri 1 : y = 736507056.1 x + 25493613.34
y = 736507056.1 (0.01) + 25493613.34
y = 32858683.901
Seri 2 : y = 736507056.1 x + 25493613.34
y = 736507056.1 (0.02) + 25493613.34
y = 40223754.462
Seri 3 : y = 736507056.1 x + 25493613.34
y = 736507056.1 (0.05) + 25493613.34
y = 62318966.145
Seri 4 : y = 736507056.1 x + 25493613.34
y = 736507056.1 (0.1) + 25493613.34

31
y = 99144318.95
Seri 5 : y = 736507056.1 x + 25493613.34
y = 736507056.1 (0.2) + 25493613.34
y = 172795024.56

Penentuan Simpangan Baku Residual


Diketahui :
Konsentrasi Y y y-y 2
(y-y)
0.01% v/v 11585052 32858683.901 -21273631.9 452567414259245
0.02% v/v 36022185 40223754.462 -4201569.462 17653185944011
0.05% v/v 162932058 62318966.145 100613091.9 10122994252622700
0.1% v/v 106707144 99144318.95 7562825.05 57196322736908
0.2% v/v 69433769 172795024.56 -3361255.56 11298038939631
2 10661709214502500
(y-y)
Ditanya : Nilai Simpangan Baku Residual ( Sy/x) = .........?
Jawab :

( y y" ) 2
Sy/ =
N2
x
= 10661709214502500

3
Sy/ = 3553903071500820
x
= 59614621.29
Perhitungan LOD dan LOQ
y = 736507056.1 x + 25493613.34
Sy /x = 59614621.29

LOD = 3 sy/x
slope

= 3736507056.1
x 59614621.29
= 0.24% v/v
LOQ =10 sy/x
slope

32
= 10 x 59614621.29
736507056.1

= 0.81% v/v
7.5 Penentuan Kadar dan Perolehan Kembali Larutan Uji Etanol
Uji 1
Diketahui : Waktu Retensi = 2.443
AUC = 185355433
Konsentrasi = 30% v/v
Ditanya : Kadar Etanol pada larutan uji 1 dan persen perolehan kembali
etanol uji 1?
Penyelesaian:
- Perhitungan Kadar Larutan Uji Etanol
y = 17784143.75 x - 287057309
AUC = 17784143.75 x - 287057309
185355433 =17784143.75 x - 287057309
x = 26,56 %v/v
kadar yang didapat

- % Recovery = kadar sebenarnya x 100%


26.56% v/v
= x 100%
30% v/v
= 88,53%
Uji 2
Diketahui : Waktu Retensi = 2.479
AUC = 257502075
Konsentrasi = 30% v/v
Ditanya : Kadar Etanol pada larutan uji 2 dan persen perolehan kembali
etanol uji 2?
Penyelesaian:
- Perhitungan Kadar Larutan Uji Etanol
y = 17784143.75 x - 287057309
AUC = 17784143.75 x - 287057309
257502075 =17784143.75 x - 287057309
33
x = 30,62 %v/v
- % Recovery =kadar yang didapat x 100%

kadar sebenarnya
= 30.62% v/v

30% v/v x 100%


= 102,07%

Uji 3
Diketahui : Waktu Retensi = 2.458
AUC = 206271064
Konsentrasi = 30% v/v
Ditanya : Kadar Etanol pada larutan uji 3 dan persen perolehan kembali
etanol uji 3?
Penyelesaian:
- Perhitungan Kadar Larutan Uji Etanol
y = 17784143.75 x - 287057309
AUC = 17784143.75 x - 287057309
206271064 =17784143.75 x - 287057309
x = 27,74 %v/v
kadar yang didapat
- % Recovery =
kadar sebenarnya x 100%

=27.74% v/v x 100%


30% v/v
= 92,47%

7.6 Penentuan Kadar dan Perolehan Kembali Larutan Uji Metanol


Uji 1
Diketahui : Waktu Retensi = 2.329
AUC = 33474734
Konsentrasi = 0.01% v/v
Ditanya : Kadar metanol pada larutan uji 1 dan persen perolehan kembali
metanol uji 1?
Penyelesaian:

34
- Perhitungan Kadar Larutan Uji Metanol
y = 736507056.1 x + 25493613.34
AUC = 736507056.1 x + 25493613.34
33474734 =736507056.1 x + 25493613.34
x = 0,01 %v/v
kadar yang didapat
- % Recovery =
kadar sebenarnya x 100%
0.01% v/v
= x 100%
0.01% v/v
= 100%
Uji 2
Diketahui : Waktu Retensi = 2.306
AUC = 78922550
Konsentrasi = 0.01% v/v
Ditanya : Kadar metanol pada larutan uji 2 dan persen perolehan kembali
metanol uji 2?
Penyelesaian:
- Perhitungan Kadar Larutan Uji Metanol
y = 736507056.1 x + 25493613.34
AUC = 736507056.1 x + 25493613.34
78922550 =736507056.1 x + 25493613.34
x = 0,07 %v/v
kadar yang didapat
- % Recovery =
kadar sebenarnya x 100%
0.07% v/v
=
0.01% v/vx 100%
= 700%
Uji 3
Diketahui : Waktu Retensi = 2.336
AUC = 38436418
Konsentrasi = 0.01% v/v

35
Ditanya : Kadar metanol pada larutan uji 3 dan persen perolehan kembali
metanol uji 3?
Penyelesaian:
- Perhitungan Kadar Larutan Uji Metanol
y = 736507056.1 x + 25493613.34
AUC = 736507056.1 x + 25493613.34
38436418 =736507056.1 x + 25493613.34
x = 0,018 %v/v

kadar yang didapat

- % Recovery = kadar sebenarnya x 100%


0.018% v/v
= x 100%
0.01% v/v
= 180%

7.7 Penetapan Kadar Etanol Sampel


Diketahui:
Persamaan regresi linier kinin: y = 17784143.75 x - 287057309
AUC sampel: 927586547
Ditanya:
Kadar Etanol pada sampel = ?
Jawab:
y = 17784143.75 x - 287057309
927586547 = 17784143.75 x - 287057309
1214643856 = 17784143.75 x
x = 68,3% v/v

7.8 Penetapan Kadar Metanol Sampel


Diketahui:
Persamaan regresi linier kinin: y = 736507056.1 x + 25493613.34

36
AUC sampel: 206996376
Ditanya:
Kadar Metanol pada sampel = ?
Jawab:
y = 736507056.1 x + 25493613.34
206996376 = 736507056.1 x + 25493613.34
181502762.66 = 736507056.1 x
x = 0,25% v/v

VIII. PEMBAHASAN
Kromatografi Gas merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut yang
mudah menguap dan stabil terhadap panas bermigrasi melalui kolom yang mengandung
fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya (Ganjar dan
Rohman, 2007). Dalam mengidentifikasi kadar alkohol dalam sampel minuman arak
Bali digunakan karena Gas Cromatography dapat memisahkan dan mengidentifikasi
suatu senyawa organik yang mudah menguap dan juga dapat melakukan analisis
kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam suatu campuran dalam waktu singkat
(Winarno, 2002). Penetapan kadar etanol dan metanol dalam minuman arak Bali dengan
menggunakan GC-FID, hal ini sejalan dengan mekanisme kerja dari Detektor FID
(Flame Ionization Detector) yaitu dengan mngukur peningkatan daya handtar listrik di
sekitar dua buah electrode yang diakibatkan oleh Iion positif yang diperoleh dari proses
ionisasi sampel. Menurut Farmakope Edisi IV, terdapat dua metode yang dapat
digunakan untuk penetapan kadar etanol yaitu metode dengan cara destilasi dan cara
kromatografi gas cair. sifat solut (etanol dan metanol) yang mudah menguap. Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan Quality Control (QC) terhadap
sampel minuman beralkohol, untuk mengontrol apakah kadar alkohol yang terdapat
pada sampel minuman beralkohol sudah sesuai apa belum dengan ketentuan/kriteria
yang ditetapkan.
Agar sampel dapat memenuhi syarat untuk dianalisis dengan kromatografi gas,
maka dilakukan proses preparasi sampel. Destilasi sampel dilakukan untuk memisahkan
etanol dan metanol (jika ada) dari komponen-komponen lainnya seperti

37
gula, air, dan lain sebagainya dalam sampel minuman beralkohol sehingga pemisahan
yang terjadi lebih optimal. Destilasi merupakan proses pemisahan komponen yang
mudah menguap dari komponen yang tidak menguap atau proses pemisahan dari suatu
campuran yang bersifat mudah menguap. Komponen-komponen yang mudah menguap
(titik didih rendah) akan menguap lebih dahulu daripada komponen yang memiliki titik
didih lebih tinggi. Dalam hal ini, metanol yang memiliki titik didih 64 - 65C akan
0
lebih dahulu menguap daripada etanol yang memiliki titik didih 78 C, sehingga nanti
apabila dilakukan analisis lebih lanjut, adanya metanol dalam sampel dapat dideteksi.
Destilat kemudian disaring dengan mikrofilter untuk menghilangkan zat yang bertindak
sebagai pengotor yang nantinya dapat menggangu pemisahan pada kolom kromatografi
gas.Destilasi dilakukan dengan memipet 25 mL sampel minuman, kemudian
ditambahkan dengan 25 mL WFI (Water For Injection) dan didestilasi hingga diperoleh
volume destilat sebanyak 12,5 mL. Volume destilat yang ditampung adalah 12,5 mL
karena diasumsikan bahwa pada volume tersebut senyawa methanol dan etanol sudah
tertampung dalam labu destilat. Penambahan WFI dilakukan untuk menjaga volume di
dalam labu agar tidak terjadi kekosongan dalam labu akibat menguapnya sampel yang
dapat menyebabkan labu tersebut pecah. Menurut USP 1995, WFI adalah air yang telah
dimurnikan dengan destilasi atau reverse osmosis dan tidak mengandung substansi
tambahan (USP, 1995). WFI ditambahkan sebagai pelarut pada saat analisis dengan GC,
karena WFI memiliki kemurnian yang sangat tinggi sehingga tidak akan mengganggu
pemisahan dan merusak kolom yang merupakan komponen utama dalam GC.
Menurut ketentuan BPOM RI, jumlah alkohol yang diizinkan untuk
minuman beralkohol adalah 37-50%. Sehingga dari 25 mL sampel minuman arak
yang akan didestilasi, diasumsikan bahwa 50% dari sampel tersebut adalah
kandungan alkohol (metanol dan etanol).
Pemisahan larutan campuran dengan metode destilasi harus memperhatian titik
didih dari sampel, dimana kedua atau lebih senyawa dalam larutan harus memiliki
titik ddih yang memiliki rentang cukup jauh. Hal ini dilakukan untuk menjamin
terjadinya pemisahan senyawa yang diinginkan,

38
Destilat yang diperoleh selanjutnya disimpan dalam wadah yang tertutup
rapat dan dilakukan pembuatan larutan baku metanol 1% dengan cara memipet
larutan stok metanol 100% berderajat pro analisis (p.a) sebanyak 0,1 mL. Lalu
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Kemudian ditambahkan WFI (water for
injections) hingga tanda batas, lalu digojog hingga homogen. Selanjutnya disiapkan
larutan baku etanol 100% dengan cara memipet larutan baku etanol 100% sebanyak
10 mL. Larutan baku metanol dan etanol ini kemudian disiapkan untuk pembuatan
larutan seri dan larutan uji.
Dasar pemilihan seri adalah aturan BPOM RI yang menyatakan bahwa kadar
alkohol yang diperbolehkan dalam minuman beralkohol adalah kisaran 37%.
Dimana rinciannya adalah kadar etanol tidak kurang dari 37% dan kadar metanol
tidak boleh lebih dari 0,01%.
Seri Konsentrasi Waktu AUC Senyawa
(%v/v) Retensi

I 0.01 2.496 34832993 Metanol


10 2.325 11585052 Etanol
II 0,02 2.471 143987399 Metanol
20 2.327 36022185 Etanol
III 0,05 2.509 250034182 Metanol
30 2.312 162932058 Etanol
IV 0,1 2.524 417174084 Metanol
40 2.358 106707144 Etanol
V 0,2 2.491 605717057 Metanol
50 2.324 169433769 Etanol

Masing-masing larutan seri dibuat dalam volume 10 mL. Pembuatan seri


tersebut didasarkan atas rentang perkiraan kadar metanol yang terdapat dalam
sampel. Dimana, diusahakan agar kadar etanol dan metanol (jika ada) yang terdapat
dalam sampel berada di tengah-tengah rentang seri tersebut sehingga nantinya
diperoleh persamaan regresi linier yang digunakan menentukan kadar alkohol dalam
sampel secara valid dan memiliki akurasi yang baik.

39
Disiapkan larutan uji. Larutan uji merupakan larutan yang dibuat untuk validasi
metode yaitu akurasi. Kemudian dihitung nilai % recovery dari analisis
menggunakan kromatografi gas yang dilakukan pada larutan uji. Hal ini merupakan
salah satu metode validasi yang dilakukan dalam praktikum ini. Larutan uji dibuat
dalam konsentrasi etanol 35%v/v dan metanol 0,1%v/v. Larutan ini dibuat dengan
cara memipet masing-masing larutan baku etanol 100% sebanyak 1,75 mL dan 0,5
mL larutan baku metano 1%v/v. Dimasukkan ke labu ukur 5 mL yang sama,
ditambahkan aquadest hingga tanda batas dan digojog hingga homogen. Lalu
dimasukkan ke dalam botol vial.
Dalam instrument GC-FID terdapat fase diam dan fase gerak (gas
pembawa). Fase diam yang digunakan pada praktikum ini adalah polietilenglikol
Innowax sedangkan gas pembawa yang digunakan adalah helium. Detektor yang
digunakan yaitu Flame Ionization Detektor (FID) dengan gas pembakar hidrogen.
0
Pada alat GC diatur suhu injektor 250 C, tekanan 100 Kpa, aliran 17 mL/menit,
0 0
suhu awal kolom 100 C (ditahan 2 menit), suhu kolom dinaikkan 50 C per menit,
0 0
suhu akhir kolom 220 C (ditahan 5 menit), suhu pada detektor FID 300 C.
Setelah GC-FID selesai dioptimasi, maka dilakukan inject seri standar
campuran metanol dan etanol dengan konsentrasi terendah terlebih dahulu yaitu etanol
10% dan metanol 0,01% sebanyak 0,1 L. Setelah itu dilanjutkan ke larutan seri dengan
konsentrasi yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan untuk mengefisienkan waktu dan
ketepatan analisis, dimana ketika larutan seri dengan kadar terkecil dimasukkan ke
dalam syringe terlebih dahulu maka kecil pengaruhnya dengan seri konsentrasi yang
selanjutnya. Berbeda hasilnya apabila larutan seri yang memiliki kadar tertinggi
dimasukkan terlebih dahulu. Besar kemungkinan kadar seri yang lebih rendah memiliki
konsentrasi yang lebih tinggi karena masih adanya seri dengan kadar yang lebih tinggi
yang tertinggal pada syringe yang tidak dicuci. Setelah semua larutan seri dianalisis,
maka dilakukan analisis larutan uji, dan terakhir adalah analisis larutan sampel
(destilat). Penginjeksian sampel dilakukan sebanyak 3 kali untuk memperoleh
keseksamaan. Semua larutan diinjeksikan dengan volume 0,1 L. Dalam setiap
penginjeksian, diselingi dengan pencucian syringe dengan metanol p.a.

40
Setiap larutan dapat diinject pada inlet setelah tertera GC ready pada layar
monitor komputer, kemudian ditekan tombol start, ditunggu running sampel sampai
keluar kromatogram. Mekanisme kerja dari Gas Cromatography ini pertama adalah
menginjeksikan sampel yang berupa cairan pada ruang suntik sampel. Di dalam
0
injektor, suhu yang digunakan adalah 250 C. Pada suhu ini, sampel yang berupa cair
akan berubah menjadi gas dan bersamaan sampel dalam bentuk gas tersebut kemudian
bercampur dan dibawa oleh gas pembawa (helium) untuk berjalan melewati kolom. Di
dalam kolom gas berubah menjadi bentuk cair kembali karena suhu awal kolom yaitu
0 0
50 C. Suhu pada kolom diatur sedemikian rupa, dinaikkan suhunya sebayak 50 C/menit
0
secara bertahap hingga tercapai suhu 220 C, lalu ditahan selama 5 menit. Kemudian
cuplikan dibawa oleh gas pembawa yaitu helium ke dalam kolom dan di dalam kolom
terjadi proses pemisahan, dimana komponen yang memiliki titik didih yang lebih
rendah, akan paling pertama keluar dari kolom dan menuju ke detektor. Detektor FID
pada ujung kolom akan mendeteksi jenis maupun jumlah komponen campuran dengan
cara mengionisasi (membakar) analit dan mengukur peningkatan daya hantar listrik
yang ditimbulkan. Jumlah peak yang dihasilkan menyatakan jumlah komponen
(senyawa) yang terdapat dalam campuran. Sedangkan luas peak bergantung kepada
kuantitas suatu komponen dalam campuran.
Jika dalam kromatogram tersebut terdapat 2 puncak atau lebih, maka puncak
yang pertama keluar merupakan puncak yang dihasilkan oleh komponen yang
memiliki titik didih yang lebih rendah sehingga memiliki waktu retensi yang lebih
singkat di dalam kolom. Waktu retensi ialah waktu yang menunjukkan berapa lama
suatu senyawa tertahan dalam kolom (Gritter et al., 1991).
Dalam hasil kromatogram praktikan, diperoleh waktu retensi metanol berkisar
antara 2,471-2.496 dan waktu retensi etanol berkisar antara 2.312-2.358. Penetapan
kadar etanol dan metanol secara kualitatif pada sampel minuman beralkohol dilakukan
dengan membandingkan waktu retensi dalam kromatogram hasil dengan pustaka
sehingga dapat diketahui senyawa mana yang merupakan etanol dan metanol pada
kromatogram hasil. Dalam pustaka,waktu retensi metanol adalah 1,939 dan waktu
retensi etanol adalah 2,467. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peak yang muncul lebih
awal adalah peak metanol dengan waktu retensi lebih singkat

41
(Tioscione dkk., 2011). Namun perbedaan waktu retensi dengan pustaka dapa
diakibatkan oleh pengotor yang terdapat pada seri, maka disarankan untuk menyering
seri dengan mikrofilter agar menjamin terbebasnya sampel dari pengotor pengotor yang
tidak terlarut dalam larutan seri. Puncak pada kromatogram dipengaruhi oleh titik didih
dari analit. Puncak yang pertama muncul merupakan metanol karena titik didihnya lebih
rendah (64-65C) sehingga waktu retensinya lebih singkat, dan puncak kedua
merupakan puncak dari etanol karena titik didihnya lebih tinggi yaitu 78C sehingga
waktu retensinya yang lebih lama. Dalam analisi kuantitatif, dibuat persamaan regresi
linier dengan menggunakan seri yang telah ditentukan konsentrasinya dan diplot
bersamas dengan nilai AUC. Sehingga diperoleh kurva kalibrasi. Persamaan regresi
linier digunakan untuk menghitung kadar etanol dan metanol dalam sampel dengan
menggunakan data AUC dari masing-masing sampel.
Berikut adalah kurva kalibrasi larutan seri metanol dengan nilai AUC dari
larutan seri II, IV, dan V dan seri etanol dengan nilai AUC dari seri III, IV, V.

Dari data seri etanol yang digunakan untuk menentukan persamaan regresi
2
linier, didapat persamaan regresi yaitu: y = 17784143.75 x 287057309 dan nilai R
= 0,998. Konsentrasi etanol yang diperoleh dari injeksi sampel (destilat) adalah
63,3% v/v. Adapun kurva kalibrasi metanol yang diperoleh dari larutan seri adalah
sebagai berikut.

42
Dan dengan menggunakan data seri metanol yang digunakan untuk menentukan
persamaan regresi linier, didapat persamaan regresi yaitu: y = 736507056.1 x +
2
25493613.34 dan nilai R = 0,998. Konsentrasi metanol yang diperoleh dari injeksi
sampel (destilat) adalah 0,25% v/v.
Kadar etanol pada sampel yaitu 63,3% dan 0,25% untuk metanol dalam
minuman beralkohol menurut standar BPOM sudah melampui batas aman
konsumsi. BPOM menetapkan kadar metanol dalam arak adalah 0,01% dan kadar
etanol tidak kurang dari 30% v/v. Sehingga dapat disimpulka bahwa minuman arak
yang dibeli di daerah Bukit Jimbaran tidak aman untuk dikonsumsi.
Valid atau tidaknya metode yang digunakan dalam praktikum ini ditentukan
oleh beberapa parameter antara lain adalah akurasi, linearitas, dan LOD & LOQ.
Akurasi (%recovery) merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
dengan kadar analit yang sebenarnya. Persen recovery yang baik adalah persen recovery
yang memberikan nilai 100%. etanol yang diperoleh dari hasil analisis dan perhitungan
berdasarkan rata rata dari 3 uji yang digunakan adalah 92,47 %, dan akurasi metanol
yang diperoleh dari 3 rata - rata sampel yang digunakan adalah 180 %. Ketdaksesuaian
nilai akurasi (%recovery) yang diperoleh dikarenakan salah satunya oleh
terkontaminasinya alat alat yang digunakan dalam analisis kali ini oleh metanol.
Karena dalam pencucian alat alat gelas yang digunakan kemungkinan

43
terdapat sisa metanol sehingga dapat meningkatkan kadar metanol dalam sampel
yang memiliki kadar hanya 0,01%. Penambahan atau terjadinya kontaminasi dalam
jumlah yang sangat sedikit akan mampu merubah nilai akurasi dari sampel metanol.
Salah satu parameter validasi yang digunakan adalah linearitas. Kurva
2
kalibrasi dikatakan linear apabila nilai r nya mendekati 1 dan minimal bernilai
0,995. Hal ini bertujuan agar penetapan kadar sampel dapat dilakukan dengan lebih
2
akurat dan tepat. Nilai r yang diperoleh untuk kurva kalibrasi seri metanol dan
2
etanol adalah 0,998. Berdasarkan hasil ini, nilai r kurva regresi yang digunakan sah
atau valid gunakan untuk mengukur kadar sampel.
LOD dan LOQ merupakan parameter untuk menguji suatu metode dilihat
dari kemampuan suatu analit untuk dideteksi dan dihitung kadarnya. Dari hasil
perhitungan diperoleh batas deteksi (LOD) metanol sebesar 0.24% v/v dan batas
kuantisasi (LOQ) metanol adalah sebesar 0.81% v/v. Nilai LOD dan LOQ metanol
tersebut tidak sah untuk dilakukannya penetapan kadar metanol dalam sampel
karena kadar terkecildari metanol yang dapat diukur adalah 0,81% dimana
diharapkan nilai terkecil yang dapat diukur atau dikuantifikasi adalah 0,01% sesuai
dengan batas maksimum kadar metanol dalam sampel minuman. Sedangkan batas
deteksi (LOD) etanol sebesar 7.5% v/v dan batas kuantisasi (LOQ) etanol adalah
sebesar 25.15% v/v. Nilai LOD dan LOQ dari etanol ini sah dan valid sehingga seri
yang digunakan telah sesuai untuk menetapkan kadar etanol dalam sampel. Hal ini
dikarenakan batas minimun kadar etanol agar dapat dikuantifikas atau ditetapkan
kadarnya adalah 25,15% v/v.

IX. KESIMPULAN
9.1 Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini adalah arak bali , sebelum
dilakukan analisis menggunakan kromatografi gas dilakukan preparasi
sampel dengan metode destilasi untuk menghilangkan pengotor- pengotor
pada sampel yang dapat menggangu saat proses analisis
9.2 Prinsip kromatografi gas adalah teknik pemisahan berdasarkan titik didih
dimana solut-solut yang mudah menguap dan stabil terhadap panas

44
bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam dengan kecepatan
yang tergantung pada fase distribusinya.
9.3 Analisis kuantitatif pada praktikum kali ini dilakukan dengan cara
menetapkan kadar etanol dan methanol dalam sampel berdasarkan nilai AUC
diperoleh pada kromatogram.
9.4 Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan kadar etanol dan methanol pada
sampel arak bali melebihi standar BPOM sehingga minuman ini kurang
direkomendasikan karena dapat menimbulkan efek toksik.

45
DAFTAR PUSTAKA

nd
Adamovics, J.A,. 1997. Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals. 2
Edition. New York: Marcel Dekker

BPOM RI. 2014. Menilik Regulasi Minuman Beralkohol Indonesia. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Departemen


Republik Indonesia.

Gandjar, Ibnu Gholib, Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2012. Analisis Obat secara Spektroskopi


dan.Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gritter, Roy J., James M. Bobbit, dan Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi.
Bandung: ITB Press.

Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya.


Majalah Ilmu Kefarmasian 1(3).

Kartika, B., A.D. Guritno, D. Purwadi dan D. Ismoyowati. 1997. Petunjuk Evaluasi
Produk Industri Hasil Pertanian. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.

McNair, H.M. dan J.M. Miller. 1998. Basic Gas Chromatography. New York: John
Willey & Sons.

Munson, B. R., D. F. Young, dan T. H. Okiishi. 2004. Mekanika Fluida. Edisi


Keempat. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Hal: 14,15.

Pardosi, J. L. 2009. Perbandingan Metode Kromatografi Gas dan Berat Jenis pada
Penetapan Kadar Etanol. Medan: Departemen Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Perry. 1999. Chemical Engineers Handbook. Amerika: McGraw-Hill.

Putro, A.N.H dan S.A. Ardhiany. 2010. Proses Pengambilan Kembali Bioetanol
Hasil Fermentasi dengan Metode Adsorpsi Hidrophobik. Semarang: Jurusan
Teknik Kima Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Spenser, N.D. 1988. Journal of Catalysis. Partial Oxydation of Methane to


Formaldehyde by Means of Molekular Oxygen. Vol. 109(1). Hal: 187-197.

46
Suaniti, N. M., I. A. R. Astiti Asih, dan N. P. 2012. Widya Astuti. Deteksi Etanol
Setelah Konsumsi Arak Dalam Urin Dengan Gas Chromatography. Jurnal
Kimia 6 (2): 123-126.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. penerbit ITB. Bandung.

Tiscione, N.B., H. Alford, D.T. Yeatman, dan X. Shan. 2011. Ethanol Analysis by
Headspace Gas Chromatography with Simultaneous Flame-Ionization and
Mass Spectrometry Detection. Journal of Toxicology. Vol. 35. Hal: 501-510.

Underwood, A. L., dan R. A. Day. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

USP. 1995. The United States Pharmacopeia Convention. USA: Twinbrook


ParkWay Rockville Inc.

Winarno.F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Penerbit Gramedia.

Young, H. D., R. A. Freedman, T. R. Sadin, dan A. L. Ford. 2002. Sears and


Zemanskys University Physycs. Jakarta: Erlangga: 424-425.

47

Anda mungkin juga menyukai