Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
karya tulis sedehana yang berjudul Pengelolaan Sampah Organik dan Anorganik Sebagai
Upaya Pelestarian Lingkungan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Menyadari banyak permasalahan yang terjadi akibat sampah, terutama sampah padat.
Untuk itu penulis berusaha menyajikan konsep pengelolaan sampah. Dalam menyelesaikan
karya tulis sederhana ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan kerendahan hati dan rasa hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah mendukung pembuatan karya tulis sederhana ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis sederhana ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga menjadikan
karya tulis selanjutnya menjadi lebih baik..
Semoga karya tulis sederhana ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun penulis,
sehingga dapat menerapkan ilmu ini kepada masyarakat luas.

Sidoarjo, Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sampah ...................................................................................................... 4
2.1.1 Definisi Sampah ................................................................................. 4
2.1.2 Jenis-jenis Sampah ............................................................................. 5
2.2 Pelestarian Lingkungan Hidup .................................................................. 8
2.2.1 Definisi Lingkungan Hidup ............................................................... 8
2.2.2 Masalah yang Terjadi Pada Lingkungan Hidup Akibat Sampah ....... 9
2.2.3 Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan .................. 10
2.3 Pengelolaan Sampah Sebagai Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup ....... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 18
3.2 Saran .......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat ini seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, manusia mulai
menciptakan teknologi untuk mempermudah aktifitas mereka. Kemajuan teknologi ini
berkembang sangat pesat. Masyarakat lebih memilih menggunakan cara modern daripada
tradisional karena lebih mudah dan praktis dalam penggunaannya.
Selain banyak dampak positif yang dihasilkan, kemajuan teknologi juga membawa
dampak negatif. Contoh dampak negatifnya yaitu mesin yang digunakan untuk membuat
suatu barang pasti akan menghasilkan sampah atau barang sisa yang sudah tidak diperlukan
lagi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri
dan konsumsi. Sampah menurut sumbernya dapat berasal dari sampah alam, sampah
manusia, sampah konsumsi, atau sumber lainnya. Sedangkan berdasarkan sifatnya sampah
dibagi menjadi dua yaitu 1) sampah organik atau sampah yang dapat diurai (degradable)
contohnya daun-daunan, sayuran, sampah dapur dan lain-lain, 2) sampah anorganik atau
sampah yang tidak terurai (undegradable) contohnya plastik, botol, kaleng dan lain-lain.
Masalah sampah mempengaruhi berbagai bidang dalam kehidupan manusia. terutama
di daerah perkotaan. Sebagian besar sampah di kota dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA). Seiring dengan bertambahnya penduduk kota, timbunan sampah ini menimbulkan
berbagai masalah, mulai dari masalah kesehatan, pencemaran udara, air, tanah sampai
masalah estetika. Di sisi lain, tidak semua sampah yang dibuang akan mudah hancur. Butuh
waktu berbulan-bulan, bahkan ada yang puluhan tahun baru bisa hancur. Akibatnya jika
volume sampah yang dihasilkan warga kota banyak dan lama hancur, maka akan dibutuhkan
lahan yang luas untuk TPA.
Sementara itu tidak sedikit warga yang membuang sampah di sembarang tempat,
misalnya sungai, saluran drainase atau rawa-rawa. Akibatnya sampah akan menyumbat
saluran sehingga menyebabkan banjir pada saat musim hujan. Selain itu ada juga yang
menangani sampah dengan cara dibakar. Masalah yang ditimbulkan pun tidak kalah serius,
karena sampah yang dibakar akan menghasilkan zat atau gas polutan yang tidak hanya
berbahaya bagi lingkungan tetapi juga berbahaya langsung terhadap manusia. Polutan yang
dihasilkan akibat pembakaran sampah dapat menyebabkan gangguan kesehatan, pemicu
kanker (karsinogenik), bahkan kematian.
Berdasarakan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui cara pengelolaan
sampah organik dan anorganik sebagai upaya pelestarian lingkungan hidup.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah pengelolaan sampah organik dan anorganik sebagai upaya pelestarian
lingkungan hidup ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui cara pengelolaan sampah organik dan anorganik sebagai upaya
pelestarian lingkungan hidup.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sampah
2.1.1 Definisi Sampah
Sampah adalah semua jenis bahan padat, termasuk cairan dalam kontainer, yang
dibuang sebagai barang-barang buangan, tidak bermanfaat, atau barang-barang yang dibuang
karena kelebihan (Sarudji, Didik, 2006).
Sedangkan menurut kamus lingkungan sampah adalah bahan yang tidak mempunyai
nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi atau
pemakaian; barang rusak atau cacat selama manufaktur; atau materi berlebihan atau buangan.
2.1.2 Jenis Sampah
Pada dasarnya sampah berasal dari a) sampah alam, yaitu sampah yang diproduksi di
alam dan dapat diurai melalui proses daur ulang alami, seperti daun kering di hutan yang
akan terurai menjadi tanah, b) sampah manusia adalah sampah yang dihasilkan oleh
pencernaan manusia, seperti feses dan urin, serta c) sampah konsumsi, yaitu sampah yang
sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah yang dihasilkan karena (manusia)
penggunaan barang. Sampah konsumsi adalah jenis sampah yang umum menjadi masalah
saat ini.
Adapun menurut bentuknya sampah dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Sampah cair
Sampah cair adalah sampah yang bentuknya berupa benda cair. Misalnya air bekas
cucian dan sampah cair pabrik. Sampah cair atau yang biasa dikenal dengan limbah cair,
apabila dibuang langsung tanpa diolah terlebih dahulu, maka akan menimbulkan pencemaran
pada tanah sehingga mengakibatkan berkurangnya unsur hara yang terkandung dalam tanah,
selain itu juga dapat menimbulkan pencemaran air yang berakibat langsung pada kehidupan
biota air dan secara tidak langsung mempengaruhi kualitas air minum.
b. Sampah padat
Sampah padat adalah sampah yang bentuknya berupa benda padat. Misalnya potongan
sayur, buah, sisa makanan, plastik, kaca, besi, kertas, rumput, daun, dan ranting.
Berdasarkan sifatnya, sampah padat dikelompokkan menjadi:
1. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat
diurai oleh mikroba atau jasad renik (biodegradable). Sampah ini dengan mudah dapat
diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan
organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, tepung,
sayuran, kulit buah, rumput, daun dan ranting.
2. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan nonhayati, baik
berupa produk sintetis maupun hasil pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik
dibedakan menjadi : sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah
detergen, sampah kaca dan keramik. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam
secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya dapat diurai dalam
waktu yang lama. Sampah jenis ini umumnya termasuk sampah rumah tangga misalnya botol
plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng.
2.2 Pelestarian Lingkungan Hidup
2.2.1 Definisi Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (Undang-
undang No. 32 Tahun 2009 dalam Alamendah, ).
Berdasarkan pengertian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa manusia yang
memegang kendali seluruh alam. Sehingga apapun yang dilakukan mereka pasti akan
mempengaruhi kehidupan dirinya sendiri, lingkungannya, bahkan kelangsungan hidup dan
kesejahteraan makhluk hidup lain.
2.2.2 Masalah yang Terjadi pada Lingkungan Hidup Akibat Sampah
Masalah lingkungan hidup yang berhubungan dengan sampah adalah pencemaran.
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan
atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982 dalam Henhen
Herawati, 2009).
Jenis-jenis pencemaran yang ada di sekitar kita yaitu :
a. Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuknya benda asing ke dalam lingkungan air dimana benda
asing tersebut dapat mengurangi kualitas lingkungan air. Benda asing yang dimaksud yaitu
sampah yang dapat berupa sampah padat dan sampah cair baik organik maupun anorganik.
Yang termasuk lingkungan air adalah sungai, danau, rawa, dan laut. Contohnya limbah rumah
tangga (sisa sayur, buah, makanan, kaleng, kertas, dan plastik), limbah pertanian (insektisida
dan pupuk organik), dan limbah industri.
b. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah masuknya benda asing ke dalam lingkungan tanah yang akan
mengurangi kualitas tanah. Sampah organik tidak akan merusak kesuburan tanah karena
sampah organik mudah diurai oleh zat-zat renik dalam tanah menjadi mineral, gas, dan air.
Sampah anorganik sulit diurai oleh tanah sehingga sampah anorganik dapat merusak
kesuburan tanah dan mengganggu ekosistem tanah.
c. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya benda asing ke dalam udara yang akan mengurangi
kualitas udara itu sendiri. Salah satu hal yang menjadi penyebab dari pencemaran udara
adalah limbah pabrik dan asap kendaraan bermotor yang banyak mengandung zat-zat
berbahaya seperti Carbon Dioxyde (CO2), Carbon Monoxyde (CO), Chloro Fluoro Carbon
(CFC), dan Dihydrogen Sulfide (H2S). Banyak pabrik yang masih belum menyediakan sarana
untuk menetralisir zat-zat berbahaya yang dikandung oleh asap pabrik.
2.2.3 Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan dan Lingkungan
Sampah banyak mempengaruhi hampir semua bidang dalam kehidupan manusia.,
terutama dalam bidang kesehatan dan lingkungan.
a. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan
1. Sampah sebagai sarang vektor dan binatang pengerat.
Sampah terutama sampah yang mudah membusuk adalah sumber makanan bagi lalat
dan tikus. Lalat merupakan salah satu perantara beberapa penyakit diantaranya typus perut,
diare, kolera, dan disentri. Demikian pula dengan tikus yang dikenal sebagai sumber penyakit
pes, leptospirosis dan lain-lain.
2. Sampah sebagai sumber infeksi
Sumber infeksi adalah bahan dimana hidup penyebab penyakit untuk sementara waktu
sebelum penyebab penyakit mencapai host yang baru. Seringkali sampah tercampur dengan
bahan-bahan yang bersifat infeksius sehingga sampah dapat dikatakan dengan sumber
infeksi.
b. Pengaruh Sampah Terhadap Lingkungan
1. Sampah mencemari lingkungan
Sampah yang tidak ditangani secara baik dapat mencemari air melalui selokan. Sampah
anorganik seperti plastik dan karet akan menyebabkan pendangkalan pada saluran air.
Sedangkan sampah organik yang masuk ke air akan mengganggu keseimbnagan ekosistem
karena air akan mengalami pencemaran dari hasil penguraian bahan organik. Di samping itu,
tanah juga akan mendapat pencemaran dari hasil penguraian sampah organik dan bahan-
bahan berbahaya lainnya yang terkandung dalam sampah.
2. Sampah mengganggu estetika
Sampah baik bentuk atau wujud maupun baunya sudah menimbulkan kesan tidak
estetis. Terdapatnya tumpukan sampah yang terkesan tidak dikelola dengan baik akan
memberikan nilai negatif bukan hanya dilihat dari segi estetika, melainkan menjurus pada
kepribadian masyarakat bahkan bangsa.
2.3 Pengelolaan Sampah Sebagai Upaya Pelestarian Lingkungan
Pengelolaan sampah meliputi penampungan, pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
pendaur ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Tujuan dari pengelolaan sampah,
yaitu mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis dan mengolah
sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi kesehatan dan lingkungan
hidup. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam.
Penampungan sampah merupakan proses awal yang tujuannya untuk menghindari agar
sampah tidak berserakan sehingga tidak mengganggu lingkungan. Tahap kedua yaitu
pengumpulan sampah, yaitu proses pengambilan sampah dari tempat penampungan sampai
ke tempat pembuangan sementara. Proses selanjutnya adalah pengangkutan sampah yang
telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara ke tempat pembuangan akhir. Berhasil
tidaknya penanganan sampah juga tergantung pada sistem pengangkutan yang diterapkan.
Pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truck container tertentu yang dilengkapi alat
pengepres. Tempat pembuangan akhir (TPA) adalah sarana fisik untuk berlangsungnya
kegiatan pembuangan akhir sampah. Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan
untuk membuang sampah dari semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih lanjut.
Prinsip pembuangan akhir adalah memusnahkan sampah domestik di suatu lokasi
pembuangan akhir.
2.3.1 Pengelolaan Sampah Organik Sebagai Upaya Pelestarian Lingkungan
A. Pembuatan Pupuk Kompos (Pengomposan atau Composting)
Pengomposan adalah sistem pengolahan sampah organik dengan bantuan
mikroorganisme sehingga membentuk pupuk kompos. Mengolah sampah menjadi kompos
dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai yang sederhana hingga skala industri atau
komersial.
Dalam proses pengomposan, sampah organik secara alami akan diuraikan oleh berbagai
jenis mikroba seperti bakteri, jamur dan lain-lain. Proses peruraian ini memerlukan kondisi
yang optimal seperti kesediaan nutrisi yang memadai, udara yang cukup, dan kelembaban
yang tepat. Di tempat pengomposan, mula-mula sejumlah mikroba akan menguraikan
senyawa rantai panjang yang terkandung dalam sampah, seperti selulosa, karbohidrat, lemak,
dan protein menjadi senyawa yang lebih sederhana, seperti gas karbondioksida dan air.
Senyawa-senyawa sederhana tersebut merupakan makanan bagi mikroba untuk tumbuh dan
berkembangbiak sehingga jumlahnya berlipatganda.
Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan kompos dikenal sebagai Effective
Microorganism (EM). EM bertugas menguraikan sampah organik. Hasil fermentasinya dapat
menciptakan kondisi yang mendukung kehadiran jamur pemangsa nematoda (cacing parasit
pada akar tanaman).
Kompos digunakan dalam sistem pertanian bersifat ramah lingkungan. Dengan
memanfaatkan pupuk organik, disamping menanggulangi sampah juga menerapkan gaya
hidup sehat.
B. Pakan ternak
Selain digunakan untuk kompos, sampah organik juga dapat digunakan sebagai pakan
ternak. Namun sampah organik yang lebih baik digunakan untuk pakan ternak adalah sampah
sayuran, karena sampah sayuran memiliki kadar air yang relatif lebih rendah jika
dibandingkan dengan sampah buah-buahan. Sehingga jika sampah sayuran dipergunakan
sebagai bahan baku untuk pakan ternak maka bahan pakan tersebut akan relatif tahan lama
atau tidak mudah busuk.
Proses pertama yaitu pemisahan antara sampah organik dan anorganik. Sampah organik
yang telah dipisahkan dari sampah anorganik selanjutnya dihancurkan menjadi ukuran yang
untuk memudahkan proses fermentasi. Fermentasi dilakukan untuk meningkatkan kandungan
gizi dan nilai cerna sampah karena kandungan gizi sampah umumnya rendah tetapi serat
kasarnya relatif tinggi. Sampah yang telah difermentasi itu kemudian dikeringkan dengan
dijemur. Setelah kering, sampah hasil fermentasi yang sudah kering lalu digiling hingga
menjadi tepung. Selanjutnya tepung sampah ditambah bahan lain termasuk enzim dan diaduk
dalam mesin pencampur, sehingga diperoleh pakan ternak yang sesuai dengan kebutuhan
ternak.
C. Briket arang
Manfaat lainnya dari sampah organik ini adalah untuk dijadikan briket arang. Sampah
organik yang digunakan contohnya daun-daunan, ranting, dan tempurung kelapa.
Proses pembuatannya yang pertama yaitu pembakaran sampah organik yang dilakukan
di tabung tertutup agar dapat menjadi arang. Setelah menjadi arang, sampah itu kemudian
digiling hingga halus menjadi bubuk arang. Setelah itu, bubuk arang dicampur dengan tepung
kanji dan air. Adonan arang cair kemudian dibentuk dan dipadatkan. Proses pemadatan inilah
yang mempengaruhi kualitas briket arang, semakin padat briket semakin semakin tinggi daya
nyala apinya.
D. Asap cair
Asap cair adalah hasil pengembunan uap hasil pembakaran langsung ataupun tidak
langsung dari bahanbahan yang mengandung karbon. Bahan baku yang banyak digunakan
untuk membuat asap cair adalah kayu, bongkol kelapa sawit, ampas hasil penggergajian kayu,
dan lain-lain. Asap cair dalam industri pangan, memberi rasa dan aroma yang khas juga
sebagai pengawet karena sifat antimikroba.
Prinsip pembentukan asap cair sangat sederhana. Bahan berkayu di bakar (untuk
mendapatkan asapnya), kemudian dilakukan proses pengembunan sehingga asap menjadi
cair.
E. Pembuatan Biogas (Gas Bio)
Biogas merupakan gas-gas yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah organik
dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan. Bahan baku pembuatan
biogas adalah kotoran hewan, sisa-sisa tanaman, atau campuran dari kedua bahan tersebut.
Proses pembusukan atau fermentasinya yang terjadi secara anaerobik. Artinya, proses
tersebut berlangsung dalam keadaan tertutup (tanpa oksigen) dan dilakukan oleh bakteri
Metalothrypus methanica.
Prosesnya yaitu dengan mencampurkan sampah organik dan air. Setelah dicampur
dengan air, sampah kemudian dicampur dengan bakteri Metalothrypus methanica. Lalu
disimpan di dalam tempat yang kedap udara dan dibiarkan selama dua minggu.
F. Daur Ulang Kertas
Daur ulang kertas dapat dilakukan dengan memanfaatkan kertas menjadi kertas buram,
produk kertas yang sudah dihancurkan bersama dengan air dan diblender, kemudian dicetak
dan dapat digunakan untuk membuat berbagai kerajinan tangan seperti tas dari kardus,
bingkai foto dari kertas koran, dan lain-lain.
2.3.2 Pengelolaan Sampah Anorganik Sebagai Upaya Pelestarian Lingkungan
Sampah anorganik yang dapat didaur ulang yaitu sampah plastik, kaca, dan
kaleng. Sampah anorganik berupa plastik seperti kemasan makanan ringan, minyak goreng,
sabun cuci dan plastik lainnya dapat diolah kembali menjadi tas, gantungan kunci, maupun
pita rambut. Sedangkan sampah anorganik berupa kaleng dan botol kaca bekas dapat
dimanfaatkan lagi misalnya untuk pot tanaman atau diberikan kepada pengumpul barang
bekas untuk diolah lagi di pabrik daur ulang.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa sampah merupakan
barang-barang yang sudah tidak digunakan kembali yang dapat menimbulkan berbagai
kerugian terutama terhadap kelestarian lingkungan. Hal ini dapat diatasi dengan metode
pengelolaan sampah yang efektif sesuai dengan jenis sampah. Salah satu cara pengelolaan
sampah padat yaitu dengan memilah sampah padat menjadi sampah organik dan anorganik
untuk dilakukan proses pemanfaatan selanjutnya. Sampah organik dapat dimanfaatkan
menjadi pupuk kompos, biogas, pakan ternak, asap cair, dan briket arang. Sedangkan sampah
anorganik dapat didaur ulang menjadi berbagai macam perabot rumah tangga.
3.2 Saran
Berikut adalah saran yang dapat dipaparkan berdasarkan uraian diatas :
a. Bagi masyarakat, sebaiknya perlu meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan dan
kelestarian lingkungan yaitu dengan cara mengolah sampah organik dan anorganik menjadi
barang yang berguna.
b. Bagi pemerintah, sebaiknya perlu memperbanyak sarana dan prasarana yang dapat
menunjang proses pengelolaan sampah sebagai upaya pelestarian lingkungan.
c. Bagi penulis selanjutnya, sebaiknya dapat memaparkan lebih rinci lagi mengenai
pengelolaan sampah organik dan anorganik baik secara tradisional ataupun modern.

Anda mungkin juga menyukai