Anda di halaman 1dari 25

TUGAS PBL

SKENARIO 1

Disusun oleh : Kelompok 13

No. Nama NPM


1. Akhmad Fahmy 13700002
2. Wayan Buda Pradana 13700004
3. Kiki Dwi Pangestu 13700006
4. St.Maghfira 13700008
5. Yusi Zakiyah Wijayanti 13700010
6. Titis Diatiti Anaini 13700012
7. Novita Dwi Wijayanti 13700014
8. Arya Vandy Eka P. 13700016
9. Nyoman Suarda 13700018
10. I Senna 11700434
11. Lintang Ayuningtyas 08700004
12. R.Rahmad Tamrin 07700224
Pembimbing Tutor : dr.Toni

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2015/2016
BAB I

SKENARIO 1

Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa ke puskesmas. Ibu tersebut


mengeluhkan anaknya sering gatal di daerah sekitar anus.
BAB II KATA KUNCI

1. Anak laki-laki berusia 5 tahun


2. Gatal di daerah sekitar anus
BAB III PROBLEM

1. Apa yang menyebabkan gatal di daerah anus pada anak usia 5 tahun?
2. Bagaimana terjadinya gatal di daerah anus pada anak usia 5 tahun ?
3. Penyakit apa saja yang menyebabkan gatal di daerah anus?
4. Bagaimana cara mendiagnosa pastinya?
5. Bagaimana cara penatalaksanaannya?
6. Kapan pasien dirujuk?
7. Bagaimana cara mencegah gatal pada daerah anus?
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 BATASAN

Gatal di Daerah Anus

Penyakit gatal anus secara medis disebut pruritus ani, yaitu kelainan
yang cukup umum dan dapat timbul di dalam atau lebih sering di sekitar
anus. Penyakit gatal anus jarang bersifat serius, walaupun dapat terasa
memalukan dan sulit ditangani. Gatal-gatal dapat terlokalisasi di sekitar
anus atau menjadi bagian dari penyakit gatal seluruh tubuh.

Menurut ahli parenting asal Inggris Dr. Miriam Stoppard, penyebab


paling umum dari gatal anus adalah kandida (jamur) dengan kemerahan
dan sisik di kulit sekitarnya. Penyakit gatal setempat juga dapat
disebabkan oleh kebersihan pribadi yang buruk, hemoroid, atau infestasi
cacing kremi, tutur Dr. Miriam.Berikut ini beberapa tindakan yang
dapat Anda lakukan untuk meredakan penyakit gatal di anus:

a) Hilangkan keinginan untuk menggaruk dan jangan biarkan kuku


dalam keadaan panjang.
b) Kenakan sarung tangan berbahan katun di malam hari, untuk
menghindari Anda menggaruk tanpa sadar.

c) Setelah buang air besar, gunakan kertas basah seperti tisu bayi, tisu
pembersih dubur atau tisu basah untuk membersihkan dubur. Kertas
basah ini lebih baik ketimbang tisu toilet.

d) Bersihkan dan keringkan anus secara menyeluruh dan hindari


meninggalkan sabun di daerah dubur.
e) Hindari menggunakan sabun yang mengiritasi kulit, dan cobalah
tidak menggaruk karena ini akan memperburuk rasa gatal.

f) Bila Anda mengalami inkontinensia tinja, mungkin perlu untuk


membersihkan dubur dengan bantalan basah.

g) Hindari makanan yang dapat memicu rasa gatal di anus, juga


hentikan penggunakan produk yang dapat menimbulkan alergi.

h) Gunakan obat untuk mengobati gatal seperti obat wasir yang


berbentuk salep, krim, gel, busa, dan bantalan. Krim yang
mengandung kortikosteroid topikal yang dijual bebas dapat
meredakan keluhan gatal

i) Mandi dengan air hangat di bak atau di pancuran sebelum tidur


dapat meredakan gatal pada malam hari.

j) Pakaian dalam longgar yang terbuat dari serat alami cenderung tidak
menimbulkan iritasi dibandingkan dengan bahan sintetis.

k) Penyakit gatal yang berlangsung lebih dari tiga hari seharusnya


dinilai oleh dokter. Dokter akan memeriksa anus dan menjadwalkan
pemeriksaan untuk mencari penyebab yang perlu ditangani.
4.2 ANATOMI DAN PATOFISIOLOGI

1. ANATOMI

Anus, dubur, atau lubang bokong (bahasa Latin: nus) adalah


sebuah bukaan dari rektum ke lingkungan luar tubuh. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi
utama anus. Anus sering dianggap sebagai bagian yang tabu oleh
berbagai kelompok masyarakat.

Anus manusia terletak di bagian tengah bokong,


bagian posterior dari peritoneum. Terdapat dua otot sphinkter anal (di
sebelah dalam dan luar). Otot ini membantu menahan feses saat
defekasi. Salah satu dari otot sphinkter merupakan otot polos yang
bekerja tanpa perintah, sedangkan lainnya merupakan otot rangka.
Anus mempunyai banyak kegunaan. Ketika rektum penuh
akan terjadi peningkatan tekanan di dalamnya dan memaksa dinding
dari saluran anus. Paksaan ini menyebabkan feses masuk ke saluran
anus. Pengeluaran feses diatur oleh otot sphinkter. Untuk mencegah
penyakit pada anus dan dalam rangka hidup sehat, manusia selalu
membersihkan anus setelah defekasi. Biasanya anus dibersihkan
dengan membilasnya dengan air atau kertas tisu toilet.

Anus memiliki banyak badan akhir saraf dan merupakan


daerah yang peka. Teori Sigmund Freud mengenai perkembangan
psikoseksual, menyebutkan tingkat anal sebagai salah satu tingkatan
perkembangan. Freud menyebutkan hipotesisnya bahwa anak balita
dapat merasakan kenikmatan seksual saat membuang feses.

Selama masa pubertas, hormon testosteron memberikan


dampaknya pada beberapa bagian tubuh pria (sekitar 13-14 tahun),
seperti tumbuhnya rambut pubis di sekitar anus. Rambut pubis akan
tumbuh mengelilingi anus pada remaja berusia 18 tahun.

Kebersihan adalah faktor yang penting untuk kesehatan di


sekitar anus. Membasuhnya dengan sabun dan air akan membuat anus
tetap dalam keadaan bersih. Sabun yang keras atau membersihkan
dengan kertas tisu toilet yang kasar dapat membuat iritasi kulit di
sekitar atus dan dapat membuat rasa gatal. Penetrasi anus dengan
penis atau benda lainnya dapat membuat iritasi di bagian dalam anus.
Hal ini dapat dicegah dengan lubrikasi. Cedera pada otot sphinkter
dapat mengganggu kontrol terhadap defekasi.

Kanker dan wasir adalah penyakit pada anus yang sering


terjadi. Pada bayi dapat terjadi stenosis (tidak adanya saluran) anus,
akibat kelainan kongenital (kelainan yang terjadi saat bayi dalam
masa kandungan). Anus juga merupakan tempat penularan penyakit
menular seksual (PMS).
2. PATOFISIOLOGI

Zat-zat kimia dan rangsangan fisik (mekanik) dapat memicu


terjadinya pruritus. Sensasi ini dipengaruhi oleh stimulasi terhadap
ujung saraf bebas yang terletak didekat junction dermo epidermal
sinaps, terjadi di akar dorsal korda spinalis (substansi grisea),
bersinaps dengan neuron kedua yang menyeberang ke tengah,
kemudian menuju traktus spino talamikus dan berakhir di thalamus.

Dari thalamus kemudian terdapat neuron ketiga yang


meneruskan rangsang sampai ke pusat persepsi yang terletak di
korteks serebri. Serabut saraf tipe C tidak tereliminasi merupakan
serabut saraf yang khusus menghantarkan rangsang pruritus,
baik di sistem saraf perifer maupun sistem saraf pusat. 80% serabut
saraf tipe C adalah nosiseptor polimodal yang merespons stimulasi
mekanik, panas dan kimiawi sedangkan 20% sisanya merupakan
nosiseptor mekano-insensitif yang dirangsang oleh stimulus kimiawi.
Dari 20% saraf tersebut, 15% merupakan histamin negatif (tidak
merangsanggatal), dan hanya 5% yang merupakan histamin positif
yang merangsang gatal.

Sel-sel keratinosit juga mengekspresikan mediator


neuropeptida dan reseptor juga terlibat dalam proses terjadinya
pruritus, termasuk diantaranya NGF (nerve growth factor ), reseptor
vanilloid TRPV1, PAR 2 ( proteinase activated receptor type 2 )
serta kanal ATP berbasis voltase.

Dengan demikian epidermis serta percabangan serabut saraf


intra epidermal terlebih tipe C berpengaruh dalam mekanisme gatal,
tidak hanya persarafan. Melalui serabut asenden stimulus akan
dipersepsi oleh korteks serebri. Sensasi gatal hanya akan dirasakan
apabila serabut-serabut saraf nosiseptor polimodal tidak terangsang.

Rangsangan nosiseptor polimodal terhadap rangsang mekanik


akan di interpretasikan sebagai nyeri dan akan menginhibisis 5%
serabut saraf yang mempersepsi gatal. Namun, setelah rangsang
mekanik ini dihilangkan dan pruritogen masih ada maka sensasi gatal
akan muncul kembali.

3. MANIFESTASI KLINIS

Pertama sangat penting untuk menentukan apakah penyebab


pruritus terkait dengan penyakit kulit atau penyakit sistemik. Pada
kondisi kulit kering atau pada scabies hanya terdapat sedikit lesi
primer kulit, sehingga penggalian riwayat penyakit dan pemeriksaan
laboratorium merupakan hal yang penting. Juga sangat penting untuk
dapat membedakan antara pruritus generalisata dan pruritus lokal
yang biasanya tidak disertai dengan penyakit sistemik. Anamnesis
yang lengkap, termasuk riwayat konsumsi obat-obat tertentu dan
pemeriksaan fisik merupakan langkah awal yang penting dalam
menentukan pruritus. Anamnesis juga harus mencakup kualitas dari
gatal, distribusi dan waktu.
Lesi kulit sekunder yang merupakan karakteristik dari pruritus
diantaranya eksoriasi, likenifikasi,dan hiper- atau hipopigemntasi.
Likenifikasi merupakan hasil dari aktivitas menggaruk yang
dilakukan secara terus-menerus dengan plak yang menebal.
Likenifikasi terdistribusi pada area yang mudah dijangkau pasien
untuk menggaruk seperti siku, pergelangan kaki dan pantat.
Dalam banyak kasus, gatal yang terjadi biasanya disertai
dengan nyeri dan sensasi terbakar. Prurigo nodular disertai dengan
stres emosional dan gangguan obsesif kompulsif yang juga dapat
terjadi pada dermatitis atopik dan gagal ginjal. Namun, beberapa
pruritus tidak menampakkan manifestasi klinis yang spesifik. Pruritus
berat,urtikaria krinis biasanya tidak menunjukkan lesi sekunder yang
berkaitan dengan aktivitas menggaruk. Pruritus neuropati seperti
neuralgia psthepertic, pruritus brachioradial danparethetica notalgia
biasanya disertai dengan nyeri dan perasaan terbakar. Dermatitis
atopic biasanya disertai dengan rasa terbakar setelah menggaruk.

4.3 JENIS-JENIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN

1. ENTEROBIASIS

Cacing kremi atau oxyuris vermicularis atau enterobius


vermicularis adalah parasit yang hanya menyarang manusia,penyakitnya
kita sebut oxyuriasis atau enterobiasis.cacing yang menginfeksi tubuh
manusia di bagi menjadi dua yaitu cacing hidup di saluran pencernaan
dan juga di jaringan tubuh manusia.infeksi cacing kremi adalah suatu
infeksi parasit yang terutama menyerang anak anak,dimana caing
tersebut tumbuh dan berkembang biak di dalam usus.

A. GEJALA KLINIS

Gejala klinis yang paling menonjol adalah rasa gatal (pruritus ani)
mulai dari rasa gatal sampai timbul rasa nyeri.Akibat garukan akan
menimbulkan iritasi di sekitar anus, kadang sampai terjadi perdarahan
dan di sertai infeksi bakteri.keadaan ini sering terjadi pada malam
hari.hal ini menyebabkan gangguan tidur pada anak-anak(insomnia)oleh
karena rasa gatal.

Kadang-kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus


bagian proksimal sampai ke lambung,esofagus dan hidung sehingga
menyebabkan gangguan di daerah tersebut. Cacing sering di temukan di
apendiks (usus buntu) tetapi jarang menyuebabkan appendicitis, adanya
cacing dewasa pada mukosa usus akan menimbulkan iritasi dan trauma
sehingga dapat menyebabkan ulkus kecil, jumlah cacing yang banyak
dalam rectum dapat menyebabkan rectal koli (rasa nyeri hebat pada usus
besar).

Diagnosis suatu penyakit dapat di tegagkan berdasarkan gejala


klinik yang di temukan pada pemeriksaan fisik,terutama sekali bagi
penyakit yang memiliki gejala klinik spesifik.pemeriksaan yang di
lakukan dapat berupa pemeriksaan fisik namun,bagi penyakit yang tidak
memiliki gejala klinik khas,untuk menegagkan diagnosanya kadang
kadang di perlukan pemeriksaan laboratorium (diagnosis laboratorium).

B. PEMERIKSAAN FISIK

Dari pemeriksaan umum dan fisik sering di dapat keterangan


keterangan yang menuju kearah tertentu dalam usaha membuat
diagnosis.pemeriksaan fisik di lakukan dengan berbagai cara
diantaranya adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Biasanya,pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis,mulai dari


bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki.

Pemeriksaan tanda - tanda vital yaitu:

1.Suhu Tubuh

2.Tekanan Darah

3.Frekuensi Denyut Nadi

4.Frekuensi Pernapasan

Dari hasil pemeriksaan fisik di dapati bahwa hasil pemeriksaan


tanda-tanda vital pasien dalam batas normal.pada kasus ini kita dapat
melakukan inspeksi pada bagian tubuh yang di keluhkan.maka kita
lakukan inspeksi pada daerah anus . Ditemukan adanya luka garuk pada
daerah anus yang di karenakan adanya gejala klinis dari pruritus ani.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kegunaan dari pemeriksaan penunjang adalah untuk keakuratan


diagnosis suatu penyakit

a) Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah
yang pada ujungnya dilekatkan scoth adhesive tape.bila adhesive
tape di tempelkan di daerah sekitar anus,telur cacing akan
menempel pada perekatnya. Kemudia adhesive tape di ratakan
pada kaca benda yang di bubuhi sedikit toluol untuk pemeriksaan
mikroskopik.sebaik nya pemeriksaan di lakukan tiga hari
berturut turut
b) Pemeriksaan tinja

Pemeriksaan feses di mkasudkan untuk mengetahui adanya


telur cacing atau larva yang infektik dalam feses.pemeriksaan
feses ini juga di maksudkan untuk mendiagnosa tingkat infeksi
cacing prasit usus pada oraang yang di periksa
fesesnya.pengambilan specimen feses dapat memperoleh data
dan menegagkan diagnosa apakah seseorang benar menderita
enterobiasis atau tidak

2. KONSTIPASI

Konstipasi atau sering di sebut sembelit adalah kelainan pada


system pencernaan di mana seseorang mengalami pengerasan fese
atau tinja yang berlebuhan sehingga sulit untuk di buang atau di
keluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada
penderitanya.
Konstipasi kebanyakan terjadi karena makan yang kurang
serat,kurang minum,dan kurang olahraga.kondisi akan bertambah
parah jika sudah lebih dari tiga hari berturut turut. Konstipasi di
bedakan menjadi dua yaitu ringan dan berat. Konstipasi yang berat
atau cukup hebat di sebut juga dengan abstipasi. Apabila seseorang
me nganggap remeh obstipasi ini dapat menyebabkan kanker usus
yang berakibat fatal pada penderitanya.

A. GEJALA KLINIS
Penderita yang mengalami konstipasi biasanya merasa
defekasinya menjadi sulit dan nyeri,tinja keras ,mengejan pada saat
defekasi,perasaan kurang puas setelah defekasi,defekasi hanya 3x
atau kurang dalam seminggu.keluhan lain yang bisa timbul adalah
perasan kembung,kurang enak,dan gatal akibat dari susahnya
defekasi yang menimbulkan iritasi pada kulit.penderita dapat juga
tanpa keluhan sama sekali.
B. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik sering kurang bermanfaat untuk


menetapkan penyebab serta pengobatan konstipasi,pemeriksaan fisik
untuk menilai keadaan sistemik dan local,terutama tanda adanya
masa intra abdomen,peristaltic dan colok dubur.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Laboratorium
Perlu di perhatikan warna,bentuk,besarnya dan
konsistensi dari masa fekal.pemeriksaan kimia darah dapat di
pakai untuk menyingkirkan kelainan metabolik sebagai
penyebab konstipasi.
b) Pemeriksaan Radiology
Foto polos abdomen (berdiri dan berbaring) dapat
menunjukkan jumlah tinja dalam kolon penderita.dengan
demikian diagnosis banding antara:fecal
implication,obstruksi usus dan fecalith dapat di buat.

c) Pemeriksaan Rektosigmoidoskopi

Perlu di kerjakan dan di perhatikan membrane


mukosa,untuk memperhatikan ada tidaknya tanda tanda
kataral proktosigmoiditis dan melanosis koli.
Beberapa prosedur yang dapat di kerjakan untuk
membantu diagnosis: Anoscopy atau Proctoscopy
pemeriksaan 9ini dapat di lakukan secara rutin pada setiap
penderita konstipasi untuk melihat adanya: fisura
ani,tukak,hemoroid,dan keganasan local anorektal.

3. HERPES

Herpes genetalis merupakan ifeksi pada genital dengan gejala


khas beruba vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat
rekuren,herpes genetalis terjadi pada alat genital dan sekitarnya
(bokong,daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV
yaitu:HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes
genital.infeksi HSV-2 sering di tularkan melalui hubungan seks dan
dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1
biasanya mengenai mulut dan tipe-2 mengenai daerah genital.
A. GEJALA KLINIS
Umumnya kelainan atau keluhan utama adalah timbulnya
sekumpulan vesikel pada kulit atau mukosa dengan rasa terbakar dan
gatal pada tempat lesi,kadang-kadang di sertai gejala konstitusi
seperti malaise,demam, dan nyeri otot.

B. PEMERIKSAAN FISIK

1.Status Dermatologis

2.Status Generalis

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.Tzank test: tidak di temukan multinucleated giant cell dan sel


akantolitik.

2.Pewarnaan gram: tidak di temukan gambaran school of fish

3.pemeriksaan serologis.

4.4 GEJALA KLINIS


1. Gatal daerah anus pada malam hari

4.5 DATA PASIEN

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : An.Budi

Alamat : Banyuurip, Surabaya

Pekerjaan : ...

Status : ...

Umur : 5 tahun

2. ANAMNESA

a. Riwayat Penyakit Sekarang

- Gatal daerah anus sejak 5 hari yang lalu


- Gatal pada malam hari
- Tidur terganggu
- Pada malam hari selalu menangis (cengeng)

b. Riwayat Penyakit Dahulu

- Pernah gatal didaerah anus sebelumnya


- Belum pernah masuk rumah sakit

c. Riwayat Pengobatan

- Belum pernah berobat


- Belum pernah mengonsumsi obat

d. Riwayat Penyakit Keluarga

- Keluarga ada yang sakit yaitu adeknya yaitu >1bulan yang lalu,
namun sudah sembuh setelah berobat ke dokter.

e. Riwayat Sosial

- Sering main di tanah


- BAB di sungai
- Tidak cuci tangan sebelum makan
- Sering tidak ganti CD
- Sering tidur satu ranjang dengan adek (keluarga yang sakit)
- Jarang potong kuku dan suka menghisap jempol
- Ganti seprai 3 bulan sekali

4.6 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Cengeng

Kesadaran : Composmentis

BB : 15 Kg

TB : 104 cm

Vital Sign :

- Tensi 100/65 mmHg


- Nadi 100x/menit
- RR 18x/menit
- Suhu 36,5C
a. Kepala dan Leher : Anemia (-)/Ikterus (-)/Sianosis (-)/Dyspnea(-)
b. Thorax :
- Cor (DBN)
- Pulmo (DBN)
c. Abdomen :
- Hepar, Lien, Ren (Tidak Teraba)
- Meteorismus (-)
- Bising Usus (DBN)
d. Ekstremitas : Akral hangat

4.7 PERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Anal Swab :

Setelah dilihat dibawah mikroskop ditemukan telur cacing. Telur


berbentuk lonjong asimetris yaitu satu sisi rata dan lainnya cembung.
BAB V

HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)

1. ENTEROBIASIS

2. KONSTIPASI

3. HERPES
BAB VI

ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

NAMA PENYAKIT GEJALA KLINIS PEMERIKSAA PEMERIKSAAN


N FISIK PENUNJANG
ENTEROBIASIS 1.gatal sampai nyeri Ditemukan 1.Anal Swab
2. terdapat lesi akibat adanya luka 2. Pemeriksaan
garukan garuk pada Tinja
3. kadang ada pendarahan daerah anus.
4. iritasi didaerag anus dan
trauma
KONSTIPASI 1.defekasinya menjadi sulit untuk menilai 1. Pemeriksaan
dan nyeri keadaan sistemik Laboratorium
2. Pemeriksaan
2.tinja keras dan
Radiology
3.mengejan pada saat local,terutama
3. Pemeriksaan
defekasi tanda adanya
Rektosigmoidos
4.perasaan kurang puas masa intra
kopi
setelah defekasi abdomen,peristal
5.defekasi hanya 3x atau tic dan colok
kurang dalam seminggu dubur.
6.keluhan lain:
kembung,kurang enak,dan
gatal akibat dari susahnya
defekasi yang
menimbulkan iritasi pada
kulit..

HERPES 1.sekumpulan vesikel 1.Status 1.Tzank test


pada kulit atau mukosa Dermatologis 2.Pewarnaan gram
2.Ada rasa terbakar dan
2.Status 3.pemeriksaan
gatal pada tempat lesi.
Generalis serologis.
3.Ada gejala konstitusi
seperti malaise,demam,
dan nyeri otot.

BAB VII

HIPOTESIS AKHIR
Dari beberapa diagonosa differential, Hipotesis akhir kelompok
kami menyatakan bahwa An.Budi menderita Enterobiasis
BAB VIII

MEKANISME DIAGNOSA

GEJALA KLINIS :
ENTEROBIASIS
GATAL PADA ANUS SAAT
MALAM HARI

PERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Anal Swab :
DIAGNOSA AWAL
Setelah dilihat dibawah mikroskop ditemukan
1. ENTEROBIASIS telur cacing. Telur berbentuk lonjong
2. KONSTIPASI asimetris, satu sisi rata dan lainnya cembung.
3. HERPES

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Cengeng
ANAMNESA Kesadaran : Composmentis
Gatal daerah anus sejak 5 hari yang
lalu BB : 15 Kg
Gatal pada malam hari dan Tidur TB : 104 cm
terganggu
Vital Sign : Tensi 100/65 mmHg/Nadi
Pada malam hari selalu menangis 100x/menit/RR 18x/menit/Suhu 36,5C
(cengeng)
Pernah gatal didaerah anus a.Kepala dan Leher : DBN
sebelumnya b.Thorax : Cor (DBN)/Pulmo (DBN)
Belum pernah berobat dan Belum
pernah mengonsumsi obat c.Abdomen : Hepar, Lien, Ren (Tidak
Teraba), Meteorismus (-).Bising Usus
adeknya pernah mengalaminya (DBN)
(sudah sembuh)
Kebiasaan main di tanah, BAB di d.Ekstremitas : Akral hangat
sungai, Tidak cuci tangan sebelum
makan, Sering tidak ganti CD,
Sering tidur satu ranjang dengan
BAB IX
adek Jarang Apotong kuku dan suka ENTEROBIASIS
menghisap jempol dan Ganti seprai
3 bulan sekali
STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH

9.1 PENATALAKSANAAN

Terapi Umum :
1. Istirahat (Terapi simptomatis )
2. Diet
3. Merdikamentosa
a. Terapi dilakukan pada seluruh anggota keluarga pada waktu yang
bersamaan
b. Umumnya yang tidak ada keluhan tidak diterapi.
c. Obat pertama :
Obat-obat berikut diulangi pada minggu ke 2 dan 4
1. Pirantel pamoat, obat pilihan. Dosis 10 mg/kg BB
(maksimun 1gr)
2. Mebendazole, juga merupakan obat pilihan. Dosis
cukup 100 mg tanpa memandang berat badan
Obat Alternative :
1. Albendazole. Dosis tunggal 400 mg
2. Piperazine : butuh waktu terapi 1 minggu

9.2 PRINSIP ATAU TINDAKAN MEDIS

Tindakan yang harus dilakukan :

1. Hilangkan keinginan untuk menggaruk dan jangan biarkan kuku


dalam keadaan panjang.
2. Kenakan sarung tangan berbahan katun di malam hari, untuk
menghindari Anda menggaruk tanpa sadar.

3. Setelah buang air besar, gunakan kertas basah seperti tisu bayi, tisu
pembersih dubur atau tisu basah untuk membersihkan dubur. Kertas
basah ini lebih baik ketimbang tisu toilet.

4. Bersihkan dan keringkan anus secara menyeluruh dan hindari


meninggalkan sabun di daerah dubur.

5. Hindari menggunakan sabun yang mengiritasi kulit, dan cobalah


tidak menggaruk karena ini akan memperburuk rasa gatal.
6. Bila Anda mengalami inkontinensia tinja, mungkin perlu untuk
membersihkan dubur dengan bantalan basah.

7. Hindari makanan yang dapat memicu rasa gatal di anus, juga


hentikan penggunakan produk yang dapat menimbulkan alergi.

8. Gunakan obat untuk mengobati gatal seperti obat wasir yang


berbentuk salep, krim, gel, busa, dan bantalan. Krim yang
mengandung kortikosteroid topikal yang dijual bebas dapat
meredakan keluhan gatal

9. Mandi dengan air hangat di bak atau di pancuran sebelum tidur


dapat meredakan gatal pada malam hari.

10. Pakaian dalam longgar yang terbuat dari serat alami cenderung tidak
menimbulkan iritasi dibandingkan dengan bahan sintetis.

11. Penyakit gatal yang berlangsung lebih dari tiga hari seharusnya
dinilai oleh dokter. Dokter akan memeriksa anus dan menjadwalkan
pemeriksaan untuk mencari penyebab yang perlu ditangani.
BAB X

PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

10.1 CARA PENYAMPAIAN PROGNOSIS KEPADA PASIEN


a. Berikan penjelasan tentang penyakit, penyebab dan penanganan
tentang Enterobiasis
b. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa
penyakit Enterobiasis dapat disembuhkan dengan terapi obat atau
memutus mata rantai penularannya
c. Pada pasien penderita enterobiasis di berikan obat:pyrantel
pamoat,piperazin,pyrvinium pamoat.

10.2 TANDA UNTUK MERUJUK PASIEN


Kondisi pasien masih memungkinkan untuk dilakukan pengobatan.
Pasien juga masih dalam keadaan sadar penuh serta belum terlihat
adanya komplikasi yang terjadi dari penyakit Enterobiasis ini sehingga
dokter belum perlu untuk melakukan tanda merujuk untuk pasien.

10.3 PERAN PASIEN/KELUARGA UNTUK PENYEMBUHAN

Peran Pasien :
1. Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter
2. Selalu kontrol secara rutin ke dokter
Peran Keluarga Pasien :
1. Ajarkan pasien untuk selalu mencuci tangan setelah BAB dan
sebelum makan
2. Ingatkan pasien untuk selalu melaksanakan perintah dokter
3. Selalu beri perhatian pada pasien
4. Temani pasien selama melakukan pengobatan
5. Ingatkan pasien agar tidak terlalu sering main di tanah
10.4 PENCEGAHAN PENYAKIT

Mengingat bahwa Enterobiasis adalah masalah kesehatan


keluarga maka lingkungan hidup keluarga harus diperhatikan, selain itu
kebersihan perorangan merupakan hal yang sangat penting dijaga. Perlu
ditekankan pada anak-anak untuk memotong kuku, membersihkan
tangan sesudah buang air besar dan membersihkan daerah perianal
sebaik-baiknya serta cuci tangan sebelum makan.

Di samping itu kebersihan makanan juga perlu diperhatikan.


Hendaknya dihindarkan dari debu dan tangan yang terkontaminasi telur
cacing E. vermicularis. Tempat tidur dibersihkan karena mudah sekali
tercemar oleh telur cacing infektif. Diusahakan sinar matahari bisa
langsung masuk ke kamar tidur, sehingga dengan udara yang panas
serta ventilasi yang baik pertumbuhan telur akan terhambat karena telur
rusak pada temperatur lebih tinggi dari 46C dalam waktu 6 jam.
Karena infeksi Enterobius mudah menular dan merupak penyakit
keluarga maka tidak hanya penderitanya saja yang diobati tetapi juga
seluruh anggota keluarganya secara bersama-sama (Soedarto, 1995).

Sanitasi yang baik dapat mengurangi penularan. Penyuluhan


mengenai kebersihan pribadi sangat penting dalam menunjang
pengobatan. Kuku hendaknya selalu dipotong pendek dan tangan dicuci
bersih sebelum makan. Anak yang terinfeksi sebaiknya tidur
menggunakan celana panjang supaya alas kasur tidak terkontaminasi
dan tangan tidak dapat mengandung parasit. Pakaian dan alas kasur
hendaknya dicuci setiap hari. Hal ini merupakan cara yang bermanfaat
untuk membatasi penularan telur.

Anda mungkin juga menyukai