Assesment in Occupational and Physical Therapy
Assesment in Occupational and Physical Therapy
ABC Scale terdiri atas 16 buah pertanyaan yang dapat dilakukan melalui wawancara langsung atau melalui telepon.
Subyek juga dapat mengisi sendiri penilaian dari setiap item pertanyaan dengan ketentuan bahwa subyek
memahami pertanyaan dengan jelas.
Untuk masing-masing item pertanyaan berikut ini, buatlah penilaian yang menunjukkan tingkat kepercayaan diri
anda dalam melakukan aktivitas tanpa kehilangan keseimbangan atau goyah dengan memilih salah satu poin dari
skala 0 sampai dengan 100.
Jika aktivitas dalam item pertanyaan tidak anda lakukan, maka pikirkanlah seandainya aktivitas tersebut anda
lakukan. Jika anda melakukan aktivitas tersebut dengan alat bantu atau berpegangan pada orang lain, maka
lakukanlah penilaian dengan bantuan tesebut.
Jika ada pertanyaan yang kurang jelas, tanyakanlah kepada penilai sebelum anda memberikan penilaian.
Skala ABC (0 sampai dengan 100) terdiri atas 11 angka pilihan, Kemungkinan total nilai antara 0 sampai dengan
1600.
Untuk setiap aktivitas berikut ini, berikanlah penilaian tentang tingkat kepercayaan diri anda dengan memilih
angka dari skala berikut ini :
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 %
Tidak percaya diri Percaya diri penuh
Seberapa yakinkah anda untuk tidak kehilangan keseimbangan atau goyah saat anda melakukan aktivitas berikut
ini :
Interpretasi
Nilai rata-rata dari hasil penilaian setiap item dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
Tujuan pengukuran ini adalah memberikan informasi awal tentang derajat patologi yang dialami akibat
adanya serangan stroke pada seseorang sekaligus memberikan prognosis fungsional individu.
Studi yang dilakukan oleh Celani dkk pada tahun 1994 di Italia menunjukkan akurasi sistem skoring ini
mencapai hasil yang cukup tinggi, yaitu memberikan prediksi positif hingga 91%, sedangkan dibandingkan
dengan CT scan adalah 89%. Demikian juga oleh Sevil Cuvalci dkk di tahun 2008 yang menyatakan bahwa APS
sangat tepat memberikan prognosis kemampuan fungsional jika dilakukan 1-30 hari setelah serangan stroke.
Variabel Skor
Onset apoplektik
Penurunan kesadaran 1 tanda =0
Nyeri kepala
Muntah 2 tanda = 21,9
Kaku kuduk
Derajat Kesadaran Compos mentis =0
Mengantuk = 7,3
Koma = 14,6
Respon Plantar Kedua sisi fleksi/ salah satu =0
ekstensi = 7,1
Kedua sisi ekstensi
Diastolik Diastolik 0,17
Petanda Ateroma Tidak ada =0
>1 petanda = -3,7
Riwayat hipertensi Tidak ada =0
Ada = -4,1
Riwayat TIA atau stroke Tidak ada =0
Ada = -6,7
Penyakit kardiovaskuler Tidak ada =0
Ada = -4,3
-12,6
TOTAL
Interpretasi : Total skor < 4 merupakan Indikasi stroke iskemik
Total skor > 24 merupakan indikasi stroke hemoragik
Ashworth's Scale
Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan terasanya tahanan minimal
1 (catch and release) pada akhir ROM pada waktu sendi digerakkan fleksi atau
ekstensi
Peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjang sebagian besar ROM, tapi sendi
2
masih mudah digerakkan
TOTAL _____
Instruksi Umum
Pengukuran terhadap satu seri keseimbangan yang terdiri dari 14 jenis tes keseimbangan statis dan dinamis
dengan skala 0-4 (skala didasarkan pada kualitas dan waktu yang diperlukan dalam melengkapi tes). Alat yang
dibutuhkan : stopwatch, kursi dengan penyangga lengan, meja, obyek untuk dipungut dari lantai, blok (step stool)
dan penanda. Waktu tes: 10 15 menit. Prosedur tes Pasien dinilai waktu melakukan hal-hal di bawah ini, sesuai
dengan kriteria yang dikembangkan oleh Berg
1. Duduk Ke Berdiri
Instruksi : Silahkan berdiri. Cobalah untuk tidak menggunakan support tangan anda.
Jika subyek mampu berdiri selama 2 menit tak tersangga, maka skor penuh untuk item 3 dan proses dilanjutkan
ke item 4
3. Duduk Tak Tersangga Tetapi Kaki Tersangga Pada Lantai Atau Stool
Instruksi : Silahkan duduk dengan melipat tangan selama 2 menit.
4. Berdiri Ke Duduk
Instruksi : Silahkan duduk.
5. Transfers
Instruksi : Atur jarak kursi. Mintalah subyek untuk berpindah dari kursi yang memiliki sandaran tangan ke kursi
tanpa sandaran atau dari tempat tidur ke kursi.
12. Menempatkan Kaki Bergantian Ke Stool Dalam Posisi Berdiri Tanpa Penyangga
Instruksi : Tempatkan kaki pada step stool secara bergantian.
Lanjutkan pada stool berikutnya
Catatan :
Status motorik hanya digunakan salah satu (Status motorik I atau II)
Pengukuran terhadap kemampuan mempertahankan posisi berdiri pada keadaan berkurang atau berselisihnya-nya
petunjuk sensorik.
Jenis tes :
o Mata terbuka; berdiri di permukaan yang keras
o Mata tertutup; berdiri di permukaan yang keras
o Konflik visual (memakai dome); berdiri di permukaan yang keras
o Mata terbuka; berdiri di atas foam
o Mata tertutup; berdiri di atas foam
o Konflik visual (memakai dome); berdiri di atas foam
Skor normal
Umur 25-44 : mampu melakukan semua tes sesuai dengan waktu (30 detik)
Umur 45-64 : mampu melakukan semua tes sesuai dengan waktu (30 detik)
dengan sedikit penurunan pada jenis tes nomor 6
Umur 65-84 : mampu melakukan/mempertahankan 30 detik untuk 3 tes pertama 29 detik untuk tes nomor 4 17
detik untuk tes nomor 5 19 detik untuk tes nomor 6
Reliabilitas : retes bagus pada pasien stroke (DiFabio R, 1990)
Validitas signifikan untuk menilai perkembangan pasien stroke (Hill K, 1997).
Clinical Test for Sensory Interaction in Balance (CTSIB)
(untuk anak berusia 4 tahun atau lebih dan orang dewasa)
Instruksikan pasien untuk berdiri dengan lengan terlipat di depan dada dan dengan kaki terbuka selebar bahu.
Pasien harus mampu untuk mempertahankan keseimbangan dalam setiap kondisi selama 30 detik dan di
perbolehkan melakukan tiga uji coba. Bila pasien jatuh dua kali atau lebih, maka dipertimbangkan menjadi
petunjuk adanya defisit informasi sensorik yang di butuhkan untuk keseimbangan berdiri. Kondisi ini dianggap
gagal bila pasien melangkahkan kaki, melepas lipatan lengannya, atau membuka mata ( dalam kondisi mata
tertutup). Observasi adanya ayunan tubuh dalam setiap kondisi yang di golongkan sebagai :
1 = ayunan minimal
2 = ayunan ringan
3 = ayunan sedang
4 = jatuh
Kondisi Kondisi yang Diuji Kondisi Defisit
1. Mata Terbuka Visual, vestibular dan
(Keadaan sematosensorik
dasar/baseline)
2. Mata Tertutup Vestibular dan Visual
sematosensorik
3. Menggunakan kubah Vestibular dan Konflik sensorik akibat
penutup kepala sematosensorik umpan bali visual yang
tidak akurat
4. Berdiri di atas busa; Visual dan vestibular Sematosensorik
mata terbuka
5. Berdiri di atas busa; Vestibular Visual dan tidak
mata tertutup akuratnya umpan balik
sematosensorik
6. Busa dan kubah Vestibular Umpan balik visual dan
penutup kepala sematosensorik yang
tidak akurat
Sumber : Dari Black FO, Wall C, Nashner LM. Effects of visual and support surface orientation references upon
postural control in vestibular deficit subjects. Acta Otolaryngology.1983;95:199-210, dengan izin.
Fungsi Motorik (Kontrol Motorik dan Pembelajaran Motorik)
Pertimbangan
A. Diskripsikan kualitas gerakan
Penilaian
A. Nilailah kemampuan untuk memulai atau menghentikan gerakan
B. Diskripsikan kemampuan untuk menyesuaikan kecepatan gerakan (akselerasi dan deselerasi)
C. Tentukan akurasi (atau kesalahan) dalam mencapai suatu target (yaitu kemampuan untuk mengoreksi
gerakan di tengah-tengah alur gerakan)
D. Lakukan tes koordinasi ekstremitas atas berikut ini dengan pasien dalam dalam posisi duduk yang nyaman
:
1. Jari-ke-hidung
Dengan bahu terabduksi dan siku terekstensi, pasien menyentuh hidung dengan jari telunjuk,
kemudian mengekstensikan lengan dan menyentuh hidung dengan jari telunjuk lainnya
2. Jari-ke-jari pemeriksa
a. Pemeriksa duduk di depan pasien dan mengangkat satu tangannya
b. Pasien menyentuhkan ujung jari telunjuknya ke ujung jari telunjuk pemeriksa
c. Pemeriksa mengubah posisi tangan dan mintalah pasien untuk mengulangi gerakan jari-ke-jari
3. Hidung-ke-jari secara bergantian
a. Pasien secara bergantian menyentuh hidungnya kemudian ujung jari telunjuk pemeriksa
b. Pemeriksa mengubah posisi tangan dan mintalah pasien untuk mengulangi gerakan hidung-ke-
jari
4. Oposisi jari
Mulai dengan jari telunjuk, pasien menyentuhkan ujung ibu jari ke masing masing ujung jari
5. Pronasi dan supinasi bergantian
o
a. Sambil menjaga lengan dekat dengan sisi tubuh, pasien melakukan fleksi siku hingga 90
b. Selanjutnya pasien membalik telapak tangan ke atas (supinasi) dank ke bawah (pronasi)
6. Menepukkan tangan mengikuti irama
o
a. Sambil menjaga lengan bawah pronasi, pasien melakukan fleksi kedua sikunya hingga 90
b. Pasien selanjutnya bergantian menepukkan tangannya pada lutut
7. Rebound (duduk ke berdiri)
a. Pasien merentangkan kedua lengannya ke depan dengan stabil setinggi bahu
b. Pemeriksa menekan lengan pasien ke bawah dengan gerakan yang cepat dan kuat
c. Pasien dengan gangguan serebelum akan memperlihatkan gerakan balik (rebounding) dimana
lengan bergerak ke bawah, memantul kembali (rebound) ke atas bahu dan akhirnya kembali
setinggi bahu
E. Lakukan tes koordinasi ekstremitas bawah berikut ini dengan pasien dalam posisi nyaman:
1. Tumit diatas tulang kering
Sambil berbaring telentang pasien menggerakkan tumit salah satunya ke arah atas dan bawah di atas
tulang kering tungkai sebelahnya
2. Menggambar sebuah lingkaran
Sambil berbaring telentang, pasien menggambar lingkaran di udara dengan salah satu kaki
3. Menepukkan kaki mengikuti irama
Sambil duduk nyaman dengan kedua kaki datar di atas lantai, pasien secara bergantian menepuk
lantai dengan mengangkat kaki bagian depan dan menjaga tumit tetap di ats lantai
F. Deskripsikan tremor (intensional atau istrahat)
G. Nilailah pola sinergistik
Kategori Skor
0 1 2
Wajah Tidak ada ekspresi Ekspresi wajah episodic Dagu sering bergetar
tertentu atau senyuman meringis atau hingga konstan, rahang
mengernyit, menarik diri, kaku, dan mengunci
tidak berminat
Tungkai Posisi nyaman normal Cemas, gelisah, tegang Menendang atau tungkai
atau relaks di tarik ke atas
Aktifitas Berbaring tenang, posisi Tidak bisa diam, bergerak Badan melengkung, rigid,
normal mudah bergerak mondar-mandir, tegang atau menyentak
Menangis Tidak menangis (bangun Mengerang atau Terus menangis, menjerit,
atau tertidur) merintih; kadang-kadang atau tersedu-sedu; sering
mengeluh mengeluh
Kekuatan Tenang, relaks Ditenangkan dengan Sulit untuk di tenangkan
Emosional sentuhan episodic, atau dibuat nyaman
pelukan, atau diajak
bicara, mudah dialihkan
Sumber : Merkel Sl, et. al. The FLACC: A behavioral scale for scoring postoperative pain in young children.
Pediatr Nurs. 1997;23(3):293-297, dengan izin
6
2. Posisi telentang 1 Berbaring miring, mengangkat kepala ke samping
kemudian namun tidak dapat duduk. (Pasien dibantu untuk
duduk di sisi berbaring miring)
tempat tidur 2 Berbaring miring kemudian duduk di sisi tempat
tidur. (Terapis membantu pasien saat bergerak.
Pasien mengendalikan posisi kepala selama
bergerak)
3 Berbaring miring kemudian duduk di sisi tempat
tidur. (Terapis berjaga-jaga dengan membantu
tungkai ke posisi di atas sisi tempat tidur)
4 Berbaring miring kemudian duduk di atas sisi tempat
tidur ( tanpa bantuan terapis yang siaga membantu)
Posisi yang telentang kemudian duduk di atas sisi
5 tempat tidur (tanpa bantuan terapis yang siaga
membantu)
Posisi telentang kemudian duduk di atas sisi tempat
6 tidur dalam 10 detik (tanpa bantuan terapis yang
siaga membantu)
3. Duduk dengan 1 Duduk hanya dengan topangan (Terapis harus
keseimbangan membantu pasien untuk duduk)
yang baik 2 Duduk tanpa di topang selama 10 detik (tanpa
berpegangan, lutut dan kaki rapat, kaki bertumpu
pada lantai)
3 Duduk tanpa di topang dengan berat badan condong
ke depan namun terdistribusi merata. (berat badan
harus condong ke depan pada panggul, kepala dan
tulang dada ekstensi, berat badan terdistribusi
merata pada kedua sisi)
4 Duduk tanpa ditopang, memutar kepala dan batang
tubuh untuk melihat ke belakang (kedua kaki
bertumpu pada lantai. Jangan biarkan terabduksi
atau kaki bergerak. Biarkan tangan terletak di atas
paha, jangan biarkan tangan bergerak ke atas
penyangga)
5 Duduk tanpa ditopang, menggapai ke depan untuk
menyentuh lantai, kembali ke posisi tegak. (Kaki
menumpu pada lantai. Jangan biarkan pasien
berpegangan. Jangan biarkan tungkai dan kaki
bergerak, topang lengan yang terkena bila perlu.
Tangan harus menyentuh lantai paling tidak 10 cm di
depan kaki)
6 Duduk tanpa bersandar dan tanpa di topang,
bergerak ke samping untuk menyentuh lantai dan
kembali ke posisi tegak. (Kaki bertumpu pada lantai.
Jangan biarkan pasien berpegangan. Jangan biarkan
tungkai dan kaki bergerak, topang lengan yang
terganggu bila perlu. Pasien harus mencapai sisi
samping, jangan ke depan)
4. Duduk ke 1 Bangkit berdiri dengan bantuan terapis (metode
berdiri apapun)
2 Bangkit berdiri dengan persiapan bantuan (berat
badan tidak terdistribusi merata, menggunakan
tangan untuk menopang)
3 Bangkit berdiri (jangan biarkan berat badan
terdistribusi tidak merata atau di bantu dengan
tangan)
4 Bangkit berdiri dan berdiri selama 5 detik dengan
panggul dan lutut ekstensi (jangan biarkan berat
badan terdistribusi tidak merata)
5 Duduk kemudian berdiri dan duduk lagi tanpa
bantuan terapis yang siaga membantu (jangan
biarkan distribusi berat badan tidak merata. Ekstensi
penuh panggul dan lutut)
6 Duduk dan kemudian berdiri dan duduk lagi tanpa
bantuan terapis yang siaga membantu sebanyak tiga
kali dalam 10 detik. (Jangan biarkan distribusi berat
badan tidak merata)
5. Berjalan 1 Berdiri pada tungkai yang terganggu dan melangakh
ke depan dengan tungkai yang satunya. (Panggul
yang menopang berat badan harus dalam posisi
ekstensi. Terapis dapat memberikan bantuan)
Berjalan dengan bantuan seseorang yang siaga
2 membantu
Berjalan 3 m sendiri atau menggunakan alat bantu
3 namun tanpa bantuan terapis yang siaga membantu
Berjalan 5 m tanpa bantuan dalam 15 detik
Berjalan 10 m tanpa bantuan, memutar balik,
4 mengambil kantong pasir kecil dari lantai, dan
berjalan kembali dalam 25 detik (dapat
5 menggunakan tangan lainnya)
Berjalan dan naik turun empat langkah dengan atau
tanpa bantuan namun tanpa berpegangan pada
pegangan sebanyak tiga kali dalam 35 detik
6
6. Fungsi lengan 1 Berbaring, Tarik sendi bahu dengan lengan dalam
bagian atas posisi elevasi (terapis meletakkan lengan pada posisi
tersebut dan menopangnya dengan siku pada
ekstensi)
2 Berbaring, tahan lengan yang terekstensi dalam
posisi elevasi selama 2 detik. (Terapis akan
meletakkan lengan pada posisi tersebut dan pasien
harus mempertahankan posisi dengan sedikit rotasi
eksternal). Siku harus ditahan dalam 20o ektensi
penuh
3 Fleksi dan ekstensi siku untuk membawa telapak
menyentuh dahi dengan lengan seperti pada No. 2
(Terapis dapat membantu supinasi lengan)
4 Duduk, tahan lengan yang terekstensi dalam fleksi ke
depan 90o terhadap tubuh selama 2 detik. (terapis
harus meletakkan lengan pada posisi tersebut dan
pasien harus memperthanakan posisi dengan sedikit
rotasi eksternal. Jangan biarkan elevasi bahu
berlebihan)
5 Duduk, pasien mengangkat lengan ke posisi di atas,
tahan selama 10 detik kemudian turunkan. (Pasien
harus mempertahankan posisi dengan sedikit rotasi
eksternal. Jangan biarkan terjadi pronasi)
Berdiri, tangan pada dinding. Pertahankan posisi
6 lengan saat memutar tubuh ke dinding (abduksikan
lengan hingga 90o dengan telapak tangan datar pada
dinding)
Sumber : Carr JH, Shepherd RB, Nordholm L, Lynne D. Investigation of a new motor assessment scale for
stroke patients. Phys Ther. 1985;65(2):175-180, dengan izin
Rancho Los Amigos Modifies
Sumber : Goetz CG, Fahn S, Martinez-Marin P, et. al. Movement Disorder Society-sponsored revision of
the Unified Parkinsons Disease Rating Scale (MDS-UPDRS): process, format dan clinometric testing plan.
Mov. Disord. 2007; 22:41-47, dengan izin
Gait Cycle (Inked-Foot print)
Prosedur ini memerlukan stopwatch, dua buah spidol penanda dengan tinta yang dapat dihapus, dan
tempat jalan (hallway) sepanjang 600 cm x 100 cm yang beralaskan kertas ditandai dengan selotip pada 4 titik.
Tempat jalan yang bisa digunakan misalnya : daerah bersemen di luar klinik, rumah pasien, atau bagian dari lantai
klinik. Tempat jalan ditandai sepanjang 600 cm untuk area tengah dan 150 cm untuk area ujungnya. Pengukuran
hanya dilakukan pada area 579,6 cm saja. Dua area 150 cm digunakan untuk pemanasan hingga mencapai
kecepatan normal sebelum pengukuran dan perlambatan setelah pengukuran.
Alat bantu jalan (tongkat jalan, quqdripod) boleh digunakan selama pengukuran, kecuali menggunakan
walker karena bisa menimbulkan bias pada hasil pengukuran dengan memberikan bantuan yang terlalu banyak
kepada pasien (Obembe et al, 2012)
Langkah Pengukuran
1. Persiapan
a. Siapkan alat dan bahan
b. Beri garis dengan jarak 150 cm dari ujung kertas (drawn line)
c. Tempelkan Felt-tipped marker pada belakang tumit pasien
2. Instruksikan pasien berjalan dengan kecepatan regular melewati kertas dengan kepala lurus ke depan.
3. Aturlah waktu pada stopwatch mulai dari heelstrike ke tiga dalam garis yang ditarik di ujung kertas. Cara
ini memberikan waktu pasien untuk memulai berjalan dan mengatur perlambatan di akhir waktu yang
diberikan.
Buanglah dua footprint awal sampai dengan tepi heelstrikes ke tiga. Buanglah ujung kertas pada drawn line.
1. Hitunglah Velocity dengan membagi jarak total jalan dengan waktu yang diperlukan. Catat dalam
centimeters persecond
2. Hitunglah Cadence dengan membagi jumlah langkah (step) yang dihasilkan selama waktu tertentu
dengan waktu yang diperlukan. Ubahlah steps perminute menggunakan rumus konversi:
3. Ukurlah step width / walking base: dengan mengukur jarak diantara sisi kanan dan sisi kiri heelstrikes
4. Stride and Step Length
a. Ukurlah Stride Length dengan mengukur jarak antara dua heelstrikes yang berurutan
b. Ukurlah Step Length dengan mengukur jarak antara dua heelstrikes kontralateral yang berurutan
c. Amati dan bandingkan footprint dari kedua kaki. amati apakah ada kaki yang diseret atau adanya
asimetri
d. Catat temuan pada lembar pencatatan analisis gait.
Felt-tipped marker ditempelkan pada belakang tumit pasien sehingga meninggalkan tanda yang dapat
diukur sebagai parameter jalan.
Walkway yang digunakan sebagai pengukuran Gait Cycle Measurement berjarak 6 m dengan lembaran
kertas yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
STEP
WIDTH
STRIDE
LENGTH
STEP
LENGTH
Gambar. Footprint yang telah siap dihitung : base of support, step, dan stride length
Setelah pre-test dan post-test dilakukan, dapat dibuat rangkuman hasil seperti tabel dibawah ini,
sebaiknya pengukuran dilakukan dengan repeat measurement
PARAMETER I II III
STEP
LENGTH
STEP PERIOD
STRIDE
LENGTH
CYCLE TIME
VELOCITY
CADANCE
STRIDE
WIDTH
Pengukuran tersebut memiliki validitas dan reliabilitas kateori baik untuk pengukuran gait cycle (Marantis, 2015).
Gait Cycle Measurement Modified
Metode pengukuran ini dikembangkan oleh Irfan tahun 2010 dengan mengkombinasikan beberapa metode
terkait dan menyesuaikan komponen gerak pada siklus berjalan.
Petunjuk Pelaksanaan
1. Instrumen penelitian di nilai dalam bentuk skor dari 8 komponen, antara lain :
I. Phases Of Gait Cycle, diukur melalui Observasi Langsung dan dapat di bantu dengan Visible Video Recording dengan
pemberian skor Sangat Kurang (SK) = 1, Kurang (K) = 2, Cukup (C)=3, Baik (B)=4, Sangat Baik (SB)=5.
Phases SK K C B SB
Initial Kontak awal Kontak awal Kontak awal Kontak awal Kontak awal
Contact dengan lantai dengan lantai dengan lantai dengan lantai dengan lantai
pada tungkai pada tungkai pada tungkai pada tungkai pada tungkai
yang diamati yang diamati yang diamati yang diamati yang diamati
menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan
sisi depan sisi samping seluruh telapak tumit dengan tumit dengan
telapak kaki. telapak kaki kaki lutut semi fleksi lutut lurus
Mid Bertumpu pada Bertumpu pada Bertumpu pada Bertumpu pada Bertumpu pada
Stance tungkai yang pada tungkai pada tungkai pada tungkai pada tungkai
diamati dengan yang diamati yang diamati yang diamati yang diamati
lutut sedikit dengan lutut dengan lutut dengan lutut dengan lutut
fleksi serta lurus tetapi lurus tanpa lurus tanpa lurus tanpa
masih masih menggunakan menggunakan menggunakan
menggunakan menggunakan bantuan bantuan bantuan
bantuan bantuan tungkai lainnya tungkai lainnya tungkai lainnya
tungkai lainnya tungkai lainnya tetapi terdapat tanpa semi serta kepala,
semi fleksi pada fleksi pada hip tubuh dan
hip tungaki
membentuk
satu garis lurus
Terminal Bertumpu pada Bertumpu pada Bertumpu pada Bertumpu pada Bertumpu pada
Stance kedua tungkai, kedua tungkai, kedua tungkai, kedua tungkai, kedua tungkai,
tungkai yang tungkai yang tungkai yang tungkai yang tungkai yang
diamati dan diamati dan diamati dengan diamati dengan diamati dengan
tungkai lainnya tungkai lainnya sisi lateral sisi depan sisi depan
pada seluruh pada seluruh telapak kaki, telapak kaki, telapak kaki,
telapak kaki. telapak kaki. sedang tungkai sedang tungkai sedang tungkai
Posisi kepala, Posisi kepala, lainnya pada lainnya pada lainnya pada
postur dan postur dan seluruh telapak seluruh telapak tumit. Posisi
pelvic pelvic kaki. Posisi kaki. Posisi kepala, postur
cenderung pada cenderung pada kepala, postur kepala, postur dan pelvic
sisi lateral salah satu dan pelvic dan pelvic berada satu
kedua tungkai tungkai. berada satu berada satu garis lurus
garis lurus garis lurus diantara kedua
diantara kedua diantara kedua tungkai
tungkai tungkai
Pre Swing Bertumpu pada Bertumpu pada Bertumpu pada Bertumpu pada Bertumpu pada
kedua tungkai, kedua tungkai, kedua tungkai, kedua tungkai, kedua tungkai,
tungkai yang tungkai yang tungkai yang tungkai yang tungkai yang
diamati dan diamati dan diamati dengan diamati dengan diamati dengan
tungkai lainnya tungkai lainnya sisi lateral sisi depan sisi depan
pada seluruh pada seluruh telapak kaki, telapak kaki, telapak kaki,
telapak kaki. telapak kaki. sedang tungkai sedang tungkai sedang tungkai
Posisi kepala, Posisi kepala, lainnya pada lainnya pada lainnya pada
postur dan postur dan seluruh telapak seluruh telapak tumit. Posisi
pelvic pelvic kaki. Posisi kaki. Posisi kepala, postur
cenderung pada cenderung pada kepala, postur kepala, postur dan pelvic
sisi lateral salah satu dan pelvic dan pelvic berada satu
kedua tungkai tungkai. berada satu berada satu garis lurus
garis lurus garis lurus diantara kedua
diantara kedua diantara kedua tungkai
tungkai tungkai
Initial Bertumpu pada Bertumpu pada Bertumpu pada Bertumpu pada Bertumpu pada
Swing tungkai lainnya tungkai lainnya tungkai lainnya tungkai lainnya tungkai lainnya
dengan semi dengan semi dengan posisi dengan posisi dengan posisi
fleksi sedang fleksi sedang lurus sedang lurus sedang lurus sedang
tungkai yang tungkai yang tungkai yang tungkai yang tungkai yang
diamati diamati diamati diamati diamati
melakukan melakukan melakukan melakukan melakukan
awalan ayunan awalan ayunan awalan ayunan awalan ayunan awalan ayunan
dengan plantar dengan minimal dengan minimal dengan dorsal dengan dorsal
fleksi dan dorsal fleksi dan dorsal fleksi dsn fleksi dan fleksi dan mid
inversi inversi inversi inversi posisi telapak
kaki.
Mid Swing Bertumpu pada Bertumpu pada Bertumpu pada Bertumpu pada Bertumpu pada
tungkai lainnya tungkai lainnya tungkai lainnya tungkai lainnya tungkai lainnya
dengan semi dengan semi dengan posisi dengan posisi dengan posisi
fleksi sedang fleksi sedang lurus sedang lurus sedang lurus sedang
tungkai yang tungkai yang tungkai yang tungkai yang tungkai yang
diamati pada diamati pada diamati pada diamati pada diamati pada
posisi plantar posisi minimal posisi minimal posisi dorsal posisi dorsal
fleksi dan dorsal fleksi dan dorsal fleksi dsn fleksi dan fleksi dan mid
inversi inversi inversi inversi posisi kaki.
Terminal Kontak akhir Kontak akhir Kontak akhir Kontak akhir Kontak akhir
Swing dengan lantai dengan lantai dengan lantai dengan lantai dengan lantai
pada tungkai pada tungkai pada tungkai pada tungkai pada tungkai
yang diamati yang diamati yang diamati yang diamati yang diamati
menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan
sisi depan sisi samping seluruh telapak tumit dengan tumit dengan
telapak kaki. telapak kaki kaki lutut semi fleksi lutut lurus
Gait Cycle Sk K C B Sb
(1) (2) (3) (4) (5)
Initial Contact
Loading Response
Mid Stance
Terminal Stance
Pre Swing
Initial Swing
Mid Swing
Terminal Swing
Pengukuran head and neck perception test merupakan metode pengukuran yang melibatkan kemampuan
receptor proprioceptive untuk memberikan informasi tentang posisi anggota tubuh yaitu tentang posisi kepala
dan leher.
Untuk dapat melakukan pengukuran dibutuhkan beberapa alat dan bahan antara lain:
1. Satu buah laser pointer yang telah dimodifikasi untuk dapat diikatkan di kepala.
2. Satu buah spidol atau penanda lainnya
3. Kursi
4. Penutup mata
1. Pasien/klien sebagai subyek yang diukur duduk di kursi didepan dinding atau papan tulis pada jarak antara
2 sampai 3 meter.
2. Tempatkan lasep pointer dengan ikatan kepala mengarah ke dinding atau papan tulis.
3. Tutup mata pasien/klient
4. Minta pasien/klien untuk mempertahankan posisi pointer, mengingat posisi tersebut.
5. Beri tanda dengan spidol atau alat penanda lainnya (A)
6. Minta pasien/ klien menoleh ke kiri atau ke kanan selama 3 detik kemudian instruksikan untuk kembali
pada posisi awal.
7. Beri tanda posisi pointer berikutnya (B)
8. Lakukan pengukuran jarak antara ke dua tanda tersebut.
A
A B
Indikator pengukuran :
Lower Extremity Functional Scale merupakan alat ukur dengan kuesioner dengan 20 butir pertanyaan tentang
kemampuan dalam kegiatan sehari-hari.
LEFS dapat digunakan oleh fisioterapis sebagai pengukuran awal dan evaluasi efektivitas intervensi selama
program fisioterapi dijalankan.
Instruksi :
Pengukuran ini untuk menilai seberapa besar gangguan aktivitas yang anda alami. Berikan penilaian dengan
menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini.
Apakah hari ini anda mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas dengan penilaian berikut :
Tingkatan ketidakmampuan
No Aktivitas Sangat Tinggi Sedang Rendah Tidak ada
Tinggi kesulitan
1 Aktivitas pekerjaan di kantor
2 Aktivitas hobby, olah raga dan
rekreasi
3 Keluar dan masuk kamar mandi
4 Berjalan diantara kamar
5 Memasang dan melepas sepatu
6 Ktivitas Squat (berjongkok)
7 Mengangkat benda dari lantai
8 Kegiatan ringan di sekitar rumah
9 Kegiatan berat di sekitar rumah
10 Keluar dan masuk mobil
11 Berjalan sekitar wilayah rumah
12 Berjalan pada jarak 1 km
13 Naik turun tangga
14 Berdiri selama 1 jam
15 Duduk selam 1 jam
16 Berlari kecil di permukaan tanah
17 Berlari kecil di permukaan aspal
18 Berlari dan berputar dengan
segera
19 Melompat
20 Rolling di atas tempat tidur
National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS)
Interpretasi :
Lebih dari 15 : Stroke dengan deficit berat
45 : Stroke dengan deficit sedang
Kurang dari 4 : Stroke dengan deficit ringan
POMA - Tinetti (Performance Oriented Mobility Assessment)
-Balance Tests-
Instruksi awal :
Subyek duduk bangku.
Instruksi awal : Subyek berdiri bersama dengan terapis, diawali berjalan dengan kecepatan biasa
kemudian kembali dengan sedikit lebih cepat. (Tes ini dapat dilakukan dengan alat bantu jalan)
Deskripsi
Pemeriksaan dengan menggunakan Tinetti POMA merupakan metode pencatatan yang sederhana untuk
mengukur kemampuan berjalan dan keseimbangan.
Pelaksanaan :
Waktu : 10-15 menit
Skor : Tiga poin dengan scala ordinal, jarak 0-2.
Skor 0 indikasi adanya gangguan pada level tertinggi pada system saraf dan 2 menujukkan skor
kemandirian individu.
Variabel Skor
0 = Compos mentis
2 = Soporous/Koma
1 = Ada
1 = Ada
-12
Interpretasi :
Studi yang dilakukan oleh Celani, dkk pada tahun 1994 di Italia menunjukkan akurasi sistem skoring ini mencapai
hasil yang cukup tinggi, yaitu memberikan prediksi positif hingga 93%.