PENDAHULUAN
1
1.3 Batasan Masalah
Dalam makalah ini, ruang lingkup permasalahan dibatasi pada aklimatisasi
pada tanaman kultur jaringan
,
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi untuk para mahasiswa dan masyarakat
2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang relevan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tanaman memiliki sifat totipotesi yang merupakan kemampuan setiap sel, dari
mana saja sel tersebut diambil, apabila diletakan dalam lingkungan yang sesuai
akan dapat tumbuh menjadi tanaman yang sempurna. Pemindahan eksplan
dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup.
Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama
penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama
penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan
barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit
3
dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generative (Pierik,
1997).
Istilah aklimasi ditujukan pada proses suatu tanaman atau organisme hidup
lain agar dapat menyesuaikan diri dengan kondisi atau situasi lingkungan dan
iklim yang baru sebagai hasil dari proses ilmiah. Misalnya tanaman yang akan
tumbuh di lapangan akan mengalami aklimasi terhadap suhu rendah menjelang
memasuki musim dingin (Taji, 2001).
Sementara itu istilah aklimatisasi menunjukan adanya campur tangan
manusia dalam mengarahka proses penyesuaian tersebut. Karena manusia
senantiasa terlibat dalam proses penyapihan tanaman dari kondisi in vitro agar
dapat tumbuh dan berkembang pada kondisi in vivo rumah kaca atau lapangan
maka istilah yang digunakan pada tahap akhir mikropropagasi adalah aklimatisasi,
bukan aklimasi (Taji, 2001).
4
Tanaman yang berasal dari kultur in vitro sangat berbeda bila
dibandingkan dengan tanaman yang hidup pada kondisi in vivo. Beberapa
karakteristik khas tanaman hasil perbanyakan in vitro diuraikan sebagai berikut
(Zulkarnain, 2009):
1. Daun
Tanaman yang berasal dari kultur in vitro sering memperlihatkan lapisan
lilin (kutikula) yang kurang berkembang sebagai akibat tingginya kelembapan di
dalam wadah kultur (90-100%). Hal ini menyebabkan tanaman kehilangan air
dalam jumlah yang cukup besar melalui evaporasi kutikula pada saat tanaman
dipindahkan ke tanah karena kelembapan udara pada kondisi in vivo jauh lebih
rendah dibandingkian dengan kondisi in vitro. Planlet kadang-kadang memiliki
daun yang tipis, lunak, tidak aktif berfotosintesis, dan tidak adaptif terhadap
kondisi in vivo. Sel- sel palisade lebih kecil dan lebih sedikit jumlahnya sehingga
tidak dapat menerima cahaya secara efisien dengan rongga udara mesofil yang
lebih besar dibandingkan tanaman normal. Stomata tidak berfungsi dengan
sempurna dan tidak menutup sehingga menyebabkan terjadinya cekaman air pada
beberapa jam pertama aklimatisasi.
2. Jaringan angkut
Pada planlet hasil kultur jaringan, sistem pumbuluh angkut antara pucuk
dan akar sering tidak terhubung dengan sempurna sehingga menyebabkan
berkurangnya transport air dan unsur hara. Harus diingat bahwa dalam keadaan in
vitro tanaman bersifat heterotroph sedangkan pada keadaan in vivo tanaman
dituntut untuk menjadi autotroph, kebutuhan karbohidratnya harus disuplai
melalui fotosintesis yang salah satu bahan bakunya adalah air.
Sistem perakaran pada planlet yang berasal dari kultur jaringan cenderung
mudah rusak dan tidak berfungsi dengan sempurna pada keadaan in vivo,
misalnya akar yang terbentuk sedikit atau tidak ada sama sekali. Akar yang tidak
berkembang dengan sempurna akan membuat pertumbuhanm tanaman pada
kondisi in vivo sangat tertekan, terutama pada evaporasi tinggi.
Untuk mengatasi masalah perkembangan system perakaran pada tahap
aklimatisasi, dapat diterapkan langkah-langkah sebagai berikut :
5
Aklimatisasikan planlet ke tanah setelah tahap perakaran. Pada saat
memasuki tahap perakaran, rendam bagian pangkal planlet dalam larutan
auksin untuk merangsang pembentukan akar.
3. Kemampuan bersimbiosis
2. Sterilisasi plantlet
Planlet hasil seleksi dibawa ke ruang aklimatisasi (rumah kaca) kemudian
dikeluarkan dari botol dengan menggunakan pinset secara hati-hati supaya akar
tidak putus. Planlet dibersihkan dari media agar dengan cara dicuci pada air
mengalir, selanjutnya direndam pada larutan fungisida dengan konsentrasi 1
gr/liter selama 2-3 menit.
3. Penyiapan media aklimatisasi
Media yang digunakan untuk aklimatisasi disesuaikan dengan jenis yang
akan ditanam. Pada umumnya media yang digunakan adalah top soil, pasir halus,
sekam padi, vermikulit dan kompos. Sterilisasi media dapat dilakukan dengan
cara media digoreng, disiram dengan air mendidih dan penyiraman dengan
fungisida. Dalam hal penyiapan dan pemilihan media ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu antara lain : media cukup terjaga kebersihannya (terbebas dari
mikroba), media cukup aerasi (porositas) dan media cukup mengandung makanan
yang dibutuhkan.
4. Penanaman plantlet
Sebelum planlet ditanam terlebih dahulu media tanam disiram dengan air
secukupnya, kemudian dibuat lubang tanam. Pada saat penanaman dilakukan
secara hatihati mengingat formasi perakaran yang halus dan mudah patah.
Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan di tempat yang terlindung dari
sinar matahari.
5. Pemeliharaan plantlet
6
Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman, buka tutup sungkup
(sungkup masal),pengguntingan ujung sungkup (sungkup tunggal) dan
penyiangan. Pembukaan dan pengguntingan sungkup dilakukan secara bertahap
sedikit demi sedikit tiap minggu hingga keseluruhannya terbuka(Nugroho, 1996).
2.4 Prosedur Aklimatisasi
1. Menyiapkan wadah
Wadah merupakan tempat yang brisi media tumbuh tanaman hasil kultur. Jenis
wadah yang dapat digunakan meliputi ; Pot terbuat dari tanah liat atau
plastik, sabut kelapa tua, tempurung kelapa tua danbatang pakis. Wadah yang
digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Harus memiliki lubang pembuangan air (draenase)
b. Harus memiliki kemampuan untuk mempertahankan kelembaban media tanam
c. Tidak mudah lapuk
d. Harus bersih dan bebas dari berbagai penyakit
e. Mudah diperoleh dan harganya murah
2. Menyiapkan media
Media merupakan tempat tumbuh dan berdiri tegaknya tanaman.
Persyaratan Media tanam Untuk aklimatisasi adalah :
a. Mampu mengikat air dan unsur hara secara baik
b. Harus memiliki kemampuan untuk menjaga kelembaban
c. Mempunyai aerasi yang baik
d. Tahan lama /Tidak mudah lapuk
e. Tidak menjadi sumber penyakit
f. Derajat keasaman (pH) 5 6
g.Mudah didapat dan harganya murah
Media yang biasa digunakan Untuk tanaman hasil kultur meliputi
;Pakis ( anggrek ), Moss, Potongan kayu pinus, Arang sekam (pisang), Pasir steril
( Jati) dan Sabut Kelapa. Sebelum digunakan media tersebut harus diseterilkan
selama 4 jam agar serangga, mikroba, serta biji-bijian gulma mati.
3.Menyiapkan tempat
Tempat yang digunakan Untuk memelihara tanaman hasil kultur harus
mempunyai Intensitas cahaya matahari : 35 45%, Suhu : malam 18-24 0 C, siang
21-320 C, Ketinggian tempat : 0 700 meter DPL, Kelembaban : 60 85% dan
mempunyai Aerasi / sirkulasi udara. Dalam memilih tempat harus memperhatikan
hal-hal berikut :
a. Lingkungan harus bersih dan bebas dari segala hama dan penyakit
b.Kondisi lingkungan disesuaikan dengan kondisi tanaman: suhu, kelembaban dan
cahaya
7
Teknik aklimatisasi
Adapun teknik yang digunakan dalam aklimatisasi adalah sebagai berikut :
a. Mengeluarkan bibit dari botol
Mengisi air ke dalam bibit botolan, kocok-kocok dan membuang air serta
media agar
Bibit dikeluarkan dari botol menggunakan pinset / kawat pengait satu
persatu
Mencuci bibit hingga bersih dari media agar
Akar-akar yang terlalu panjang dipotong dengan
gunting
b.Merendam bibit dalam larutan fungisida
Bibit direndam selama 5 menit
Meniriskan bibit di hamparan kertas koran
Bibit dikelompokkan berdasarkan ukurannya
c.Mengisi media dalam wadah
Media sebelum digunakan direndam dalam larutan fungisida
Pot diisi dengan media tinggi pot
d.Menanam bibit dalam pot
Bibit ditanam dengan bantuan pinset, letakkan sacara tegak
Bibit ditanam 20 - 25 tanaman per pot
e. Meletakkan pot bibit dalam green house (Hendaryono,1994)
8
media kultur jaringan mempunyai peran yang sangat penting dalam menstabilkan
pH. Penyimpangan pH dalam medium yang mengandung garam tinggi
kemungkinan terjadi lebih kecil, karena kapasitas buffernya lebih besar. Kapasitas
kultur sel untuk penggunaan NH4+ sebagai satu-satunya sumber N tergantung pada
pengaturan pH dari medium di atas 5.
Pengukuran pH dapat dilakukan dengan pH meter, atau bila menginginkan
yang lebih praktis dan murah dapat digunakan kertas pH. Bila ternyata pH
medium masih kurang dari normal, maka dapat ditambahkan KOH 1-2 tetes.
Sedangkan apabila pH melampaui batas normal dapat dinetralkan dengan
meneteskan HCL.
2. Kelembaban
Kelembaban relatif (RH) lingkungan biasanya mendekati 100%. RH
sekeliling kultur mempengaruhi pola pengembangan. Jadi, pengaturan RH pada
keadaan tertentu memerlukan suatu bentuk diferensiasi khusus.
3.Cahaya
Intensitas cahaya yang rendah dapat mempertinggi embriogenesis dan
organogenesis. Cahaya ultra violet dapat mendorong pertumbuhan dan
pembentukan tunas dari kalus tembakau pada intensitas yang rendah. Sebaliknya,
pada intensitas yang tinggi proses ini akan terhambat. Pembentukan kalus
maksimum sering terjadi di tempat yang lebih gelap.
4. Temperatur
Temperatur yang dibutuhkan untuk dapat terjadi pertumbuhan yang
optimum umumnya adalah berkisar di antara 20 0-300C. Sedangkan temperatur
optimum untuk pertumbuhan kalus endosperm adalah sekitar 25 0C. Faktor
lingkungan, di samping faktor makanan (media tanam) yang cocok, dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi (Herawan, 1996).
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
2. Istilah aklimasi ditujukan pada proses suatu tanaman atau organisme hidup
lain agar dapat menyesuaikan diri dengan kondisi atau situasi lingkungan
dan iklim yang baru sebagai hasil dari proses ilmiah, sedangkan
aklimatisasi menunjukan adanya campur tangan manusia dalam
mengarahka proses penyesuaian tersebut.
10
18-240 C, siang 21-320 C, Ketinggian tempat : 0 700 meter DPL,
Kelembaban : 60 85% dan mempunyai Aerasi / sirkulasi udara.
5. Adapun faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan
aklimatisasi yaitu sebagai berikut:
1. Keasaman (pH)
2. Kelembaban
3.Cahaya
4. Temperatur
11
DAFTAR PUSTAKA
12