Anda di halaman 1dari 24

LIBRARY MANAGER

DATE SIGNATURE
DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

REFERAT
FEBRUARI 2017

VISUM ET REPERTUM PADA KORBAN HIDUP

DISUSUN OLEH:
Priska Geovani S. C11112147
Steven Gosal C11112150
Meylisa C11112156
Nurul Rifqiani D. C11112157

PEMBIMBING:
dr. Tjiang Sari Lestari

SUPERVISOR:
Prof. Dr. dr. Gatot Susilo Lawrance, Sp.PA(K), Sp.F, DFM

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini meyatakan bahwa :

Nama : 1. Priska Geovani S. C11112147


2. Steven Gosal C11112150
3. Meylisa C11112156
4. Nurul Rifqiani D C11112157

Judul Referat : VISUM ET REPERTUM PADA KORBAN HIDUP

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar, Februari 2017

Mengetahui

SUPERVISOR PEMBIMBING

Prof. Dr. dr. Gatot Susilo Lawrance, Sp.PA(K), Sp.F, DFM dr. Tjiang Sari Lestari

DISCLAIMER

Referat ini kami buat dengan mengambil dan menambahkan pembahasan dari referat
yang dibuat oleh:
1 Judul : Pembuatan Visum et Repertum pada Korban Perlukaan Hidup
Penyusun : Witono Gunawan C11107234
Muhammad Firdaus C11107349
2
Ilmiyah 110206103
Supervisor : dr. Jerni Dase, SH, Sp.F, M.Kes
Tahun : September 2011

2 Judul : Alur Pembuatan Visum et Repertum pada Korban Hidup


Penyusun : Chandra Maria D.I. L. Manehat 1008012024
Jeanyanty Y. Djaranjoera 1008012016
Lina Maria F. F. Naitkakin 0908012853
Supervisor : dr. Muh. Husni Cangara, Ph.D,DFM, SpPA
Tahun : Juli 2015

3 Judul : Visum et Repertum di UGD


Penyusun : Nur Hasanah 1102060024
Rabiatuladawiah 1102070132
Habibi 1102070093
Supervisor : dr. Djumadi Achmad, Sp.PA(K), Sp.F
Tahun : Januari 2014

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . i

HALAMAN PENGESAHAN .. ii

DISCLAIMER . iii

DAFTAR ISI ... iv

STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA . 1

KERANGKA KONSEP .... 2

BAB I. PENDAHULUAN 3

3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 4

DEFINISI VISUM ET REPERTUM ... 4

DASAR HUKUM VISUM ET REPERTUM ... 5

PERANAN DAN FUNGSI VISUM ET REPERTUM .... 6

JENIS VISUM ET REPERTUM . 8

STRUKTUR DAN ISI VISUM ET REPERTUM ... 8

PROSEDUR PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM .... 9

ALUR PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM 11

REKAM MEDIS SEBAGAI DASAR PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM


KORBAN HIDUP 11

BAB III. PENUTUP 15

DAFTAR PUSTAKA .. 16

LAMPIRAN 17

4
STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA

KERANGKA TEORI
1
DOKTER PASIEN (HIDUP)

LAPORAN MEDIS

VISUM ET
REPERTUM

DEFINISI VER PERANAN DAN


FUNGSI VER

PROSEDUR JENIS VER


PERMINTAAN VER

DASAR HUKUM VER STRUKTUR DAN ISI


VER

STAATSBLAAD

KUHP

2
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam tugas sehari-hari, selain melakukan pemeriksaan diagnostik, memberikan


pengobatan dan perawatan kepada pasien, dokter juga mempunyai tugas melakukan
pemeriksaan medik dengan tujuan untuk membantu penegakan hokum baik untuk korban
hidup maupun korban mati.1
Seorang dokter tidak hanya melakukan pemeriksaan medis untuk kepentingan
diagnostik dan pengobatan penyakit saja, tetapi juga untuk dibuatkan suatu surat keterangan
medis. Demikian pula halnya dengan seorang pasien yang datang ke instalasi gawat darurat,
tujuan utama yang bersangkutan umumnya adalah untuk mendapatkan pertolongan medis
agar penyakitnya sembuh. Namun dalam hal pasien tersebut mengalami cedera, pihak yang
berwajib dapat meminta surat keterangan medis atau VeR (Visum et Repertum) dari dokter
yang memeriksa. Jadi pada suatu saat yang sama dokter dapat bertindak sebagai seorang
klinis yang bertugas mengobati penyakit sekaligus sebagai seorang petugas forensik yang
bertugas membuat Visum et Repertum. Sedangkan pasien bertindak sebagai seorang yang
diobati, yang diperiksa, dan hasilnya dijadikan sebagai alat bukti.3
Pemeriksaan medik untuk tujuan membantu penegakan hukum antara lain adalah
pembuatan Visum et Repertum terhadap seorang yang dikirim oleh polisi (penyidik) karena
diduga sebagai korban suatu tindakan pidana, baik dalam peristiwa kecelakaan, kecelakaan
kerja, penganiayaan, pembunuhan, pemerkosaan, maupun korban meninggal yang pada
pemeriksaan pertama polisi, terdapat kecurigaan adanya tindakan pidana.1, 2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3
I. DEFINISI VISUM ET REPERTUM

Visum et Repertum adalah keterangan yang di buat oleh dokter atas permintaan
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, baik hidup
atau mati atau bagian yang diduga begian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan
dibawah sumpah untuk kepentingan peradilan.1, 2
Visum et repertum adalah istilah yang dikenal dalam ilmu kedokteran forensik,
biasanya dikenal dengan nama Visum yang berarti tanda melihat atau melihat yang artinya
penandatanganan dari barang bukti tentang segala sesuatu hal yang ditemukan, disetujui,
dan disahkan, sedangkan Repertum berarti melapor yang artinya apa yang telah didapat
dari pemeriksaan dokter terhadap korban. Secara etimologi, Visum et Repertum adalah apa
yang dilihat dan ditemukan. Menurut Staatsblad Tahun 1937 Nomor 350 Visum Et
Repertum adalah laporan tertulis untuk kepentingan peradilan atas permintaan yang
berwenang, yang dibuat oleh dokter, terhadap segala sesuatu yang dilihat dan ditemukan
pada pemeriksaan barang bukti, berdasarkan sumpah pada waktu menerima jabatan, serta
berdasarkan pengetahuannya yang sebaik-baiknya".1, 4

Bila diperinci isi Staatsblad ini mengandung makna :4


1. Setiap dokter yang telah disumpah waktu menyelesaikan pendidikannya di
Belanda ataupun di Indonesia, ataupun dokter-dokter lain berdasarkan sumpah
khusus ayat (2) dapat membuat Visum et Repertum.
2. Visum et Repertum mempunyai daya bukti yang sah/ alat bukti yang sah dalam
perkara pidana.
3. Visum et Repertum berisi laporan tertulis tentang apa yang dilihat, ditemukan pada
benda-benda/ korban yang diperiksa.

Dalam perkembangan selanjutnya di dunia hukum maupun kedokteran, istilah visum


et repertum hanya digunakan di Indonesia, yaitu untuk menyebut suatu laporan medis
forensik baik untuk korban hidup maupun korban mati. Hal ini dikarenakan seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan akan laporan medis forensik juga
bertambah. Objek laporan visum et repertum tidak lagi hanya terbatas untuk korban mati,
namun juga untuk korban hidup. Di negara-negara lain, laporan medis forensik secara

4
umum hanya disebut dengan istilah medical report yang kebanyakan digunakan untuk
korban hidup, dan autopsy report atau coronary report untuk korban mati. Penggunaan
istilah ini menyiratkan bahwa laporan medis untuk korban mati harus dibuat berdasarkan
suatu proses autopsi yang lengkap, mencakup pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam (bedah
mayat), dan pemeriksaan penunjang lainnya. 2

II.DASAR HUKUM VISUM ET REPERTUM

Baik dalam kitab Hukum Acara Pidana yang lama maupun Kitab Hukum Acara Pidana
(KUHAP) tidak ada pasal pun yang memuat perkataan VeR. Hanya dalam lembaran Negara
tahun 1973 No. 350 Pasal 1 dan Pasal 2 yang menyatakan bahwa Visum et Repertum adalah
suatu keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas sumpah atau janji tentang apa yang
dilihat pada benda yang diperiksanya yang mempunyai daya bukti dalam perkara perkara
pidana.1
Pasal 133 KUHAP memakai istilah surat keterangan ahli yang dibuat oleh spesialis
kedokteran forensik atau surat keterangan bila dibuat oleh dokter umum atau spesialis
lainnya, adalah identik dengan Visum et Repertum.1, 2
Dalam pasal KUHAP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan kewajiban dokter,
untuk membantu peradilan, yaitu dalam bentuk: keterangan ahli, pendapat orang ahli, ahli
kedokteran kehakiman, dokter, dan surat keterangan dari seorang ahli yang memuat
pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan keadaan yang
diminta secara resmi daripadanya (KUHAP: Pasal 187 butir c).1, 2
Bila kita lihat perihal apa yang dimaksudkan dengan alat bukti yang sah menurut Pasal
184 ayat (1) KUHAP, yaitu 1, 2:

a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Petunjuk
d. Keterangan terdakwa
e. Surat

Maka VeR dapat diartikan sebagai surat. Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli
nyatakan disidang pengadilan (Pasal 186 KUHAP). Keterangan ahli ini dapat juga sudah
diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan

5
dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu menerima
jabatan atau pekerjaan.1, 2
Yang berhak menerima Visum et Repertum adalah :

1. Penyidik
2. Hakim pidana
3. Hakim perdata
4. Hakim agama
Yang berhak membuat Visum et Repertum (Pasal 133 ayat (1) KUHAP): 2
1. Ahli kedokteran kehakiman
2. Dokter atau ahli lainnya.

III. PERANAN DAN FUNGSI VISUM ET REPERTUM

Kedudukan Visum et Repertum dalam suatu proses peradilan adalah sebagai salah satu
alat bukti yang sah sebagaimana yang tertulis di Pasal 184 Ayat (1) KUHAP Visum et
Repertum turut berperan dalam proses pembuktian perkara pidana terhadap kesehatan dan
jiwa manusia artinya dokter bukan lagi memeriksa pasien tetapi memeriksa saksi/korban
tindak pidana. Pemeriksaan tersebut dilakukan secara rinci dan diuraikan kemudian dituang
ke dalam tulisan dalam bentuk Visum et Repertum.1
Tujuan Visum et Repertum adalah, untuk memberikan kepada hakim (majelis)
suatu kenyataan akan fakta-fakta dari bukti-bukti tersebut atas semua keadaan/hal
sebagaimana tertuang dalam pembagian pemberitaan agar hakim dapat mengambil
putusannya dengan tepat atas dasar kenyataan atau fakta-fakta tersebut, sehingga dapat
menjadi pendukung atas keyakinan hakim.5
Peranan dari kedokteran forensik bagi Jaksa dalam penuntutan maupun dalam
penyelesaian perkara pidana di Pengadilan adalah membantu penegak hukum dalam
menemukan dan membuktikan unsur-unsur yang di dakwakan kepada pelaku. Dengan
bantuan laboratorium forensik akan memberikan gambaran mengenai hubungan kausalitas
antara korban dan pelaku dengan mengetahui laporan dalam Visum et Repertum. Visum
et Repertum sebagai salah satu aspek peranan ahli dan atau adalah satu aspek
keterangan ahli, maka keterkaitan antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Keterangan
ahli yang tertuang dalam suatu laporan hasil pemeriksaan adalah perwujudan hasil-hasil
yang di buat berdasarkan atas ilmu dan teknik serta pengetahuan dan pengalaman yang
sebaik-baiknya dari ahli itu.5

6
Beban/kewajiban untuk membuat Visum et Repertum atas seorang korban tindak
pidana tidak bisa terlepas dari praktek sehari - hari. Dalam penyidikan untuk kepentingan
peradilan menangani seorang korban yang diduga karena peristiwa tindak pidana, seorang
penyidik berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter danatau ahli lainnya. Seorang dokter sebagaimana pasal 179
KUHAP wajib memberikan keterangan yang sebaikbaiknya dan yang sebenarnya
menurut pengetahuan di bidang keahliannya demi keadilan.2, 5
Ketentuan tentang bantuan dokter untuk kepentingan peradilan didalam KUHAP
tercantum didalam pasal 133 dan 179 dan 180. Seorang dokter jika dimintakan
kepadanya untuk membutkan visum et repertum, maka secara hukum dokter wajib
melakukan dan tidak ada alasan untuk menolak. Visum et Repertum berbeda dengan
catatan medik dan surat keterangan medik lainnya karena Visum et Repertum dibuat atas
kehendak Undang-Undang yang berlaku, maka dokter tidak dapat dituntut karena membuka
rahasia pekerjaan sebagaimana diatur dalam Pasal 322 KUHP, meskipun dokter
membuatnya tanpa seizin pasien dan selama Visum et Repertum dibuat untuk dipergunakan
dalam proses peradilan.1, 5

IV. JENIS VISUM ET REPERTUM DI INDONESIA


Dilihat menurut sifatnya, Visum et Repertum korban hidup dibagi menjadi tiga, yaitu:7
a. Visum et Repertum definitif, merupakan visum yang dibuat lengkap sekaligus.
b. Visum et Repertum sementara, merupakan visum yang dibuat bagi korban yang
sementara dirawat di rumah sakit akibat luka-lukanya akibat penganiayaan.
c. Visum et Repertum lanjutan, merupakan visum bagi korban yang luka tersebut
(Visum et Repertum sementara) kemudian meninggal di rumah sakit, ataupun
akibat luka-lukanya tersebut korban dipindahkan ke rumah sakit atau dokter
lain, melarikan diri, pulang paksa, atau meninggal dunia.

V. STRUKTUR DAN ISI VISUM ET REPERTUM

7
Visum et Repertum terdiri atas lima bagian, yaitu: 2, 6
1. Kata PRO JUSTITIA yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan
bahwa Visum et Repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Visum et
Repertum tidak membutuhkan materai untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti di
depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum.
2. Bagian pendahuluan. Kata pendahuluan sendiri tidak ditulis dalam Visum et
Repertum, melainkan langsung ditulis sebagai kalimat-kalimat di bawah judul.
Bagian ini menerangkan berbagai hal, diantaranya :
a. Nama dokter pembuat Visum et Repertum dan institusi kesehatannya
b. Instansi penyidik peminta berikut nomor dan tanda surat permintaannya
c. Tempat dan waktu pemeriksaan
d. Identitas korban yang diperiksa

Dokter tidak dibebani dalam hal pemastian identitas korban, maka uraian
identitas korban adalah sesuai dengan uraian identitas yang ditulis dalam surat
permintaan Visum et Repertum. Bila terdapat ketidaksesuaian identitas korban
antara surat permintaan dengan catatan medik atau pasien yang diperiksa, dokter
dapat meminta kejelasannya dari penyidik.
3. Bagian pemberitaan. Bagian ini berjudul HASIL PEMERIKSAAN dan berisi
hasil pemeriksaan medik tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban
yang berkaitan dengan perkaranya, tindakan medik yang dilakukan serta
keadaannya selesai pengobatan atau perawatan. Yang diuraikan dalam bagian ini
merupakan pengganti barang bukti, berupa perlukaan yang berkaitan dengan
perkaranya.
4. Bagian kesimpulan. Bagian ini berjudul KESIMPULAN dan berisi pendapat
dokter berdasarkan keilmuannya, mengenai jenis perlukaan atau cederan yang
ditemukan dan jenis kekerasan atau zat penyebabnya, serta derajat perlukaan
yang ditemukan.
5. Bagian penutup. Bagian ini tidak diberi judul dan berisi kalimat baku
Demikianlah Visum et Repertum ini saya buat dengan sesungguhnya
berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan kitab
undang-undang hukum acara pidana.

8
VI. PROSEDUR PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM

Tata cara permintaan Visum et Repertum sesuai peraturan perundang-undangan adalah


diminta oleh penyidik tertulis, dijelaskan pemeriksaan untuk apa, diantar langsung oleh
penyidik, korban dibuatkan label, tidak dibenarkan Visum et Repertum diminta tanggal
yang lalu. 1
Seperti yang telah dicantumkan dalam Pasal 133 Ayat (1) KUHAP yang berbunyi
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,
ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya. Ayat (2) yang berbunyi Permintaan keterangan ahli
sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu
disebutkan dengan tugas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat. Adapun yang berwenang untuk membuat laporan medis
adalah dokter dan/atau dokter gigi, sesuai dengan Pasal 133 Ayat (1) KUHAP
sebagaimana tersebut di atas dan sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(2012), yakni suatu standar kompetensi minimal yang harus dicapai seorang lulusan
dokter Indonesia, yang memberikan level kompetensi 4A baik untuk pembuatan visum et
repertum maupun surat keterangan medis. Level kompetensi 4A dijelaskan sebagai
kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter. Secara implisit, pemberian level
kompetensi 4A untuk pembuatan visum et repertum mengindikasikan bahwa kompetensi
untuk membuat visum et repertum adalah kompetensi dari semua lulusan dokter dan/atau
dokter gigi, dan tidak harus dibuat oleh dokter spesialis forensik atau ahli kedokteran
kehakiman.1, 2, 8
Syarat kepangkatan Penyidik seperti ditentukan oleh Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 27 tahun 1983, tentang pelaksanaan Pasal 2 KUHAP yang berbunyi: 1
1) Penyidik adalah Pejabat Polri yang sekurang-kurangnya berpangkat Pelda Polisi
2) Penyidik Pembantu adalah Pejabat Polri yang sekurang-kurangnya berpangkat
Serda Polisi
3) Kapolsek yang berpangkat Bintara dibawah Pelda Polisi karena Jabatannya
adalah penyidik.

9
Catatan: Kapolsek yang dijabat oleh Bintara berpangkat Serda Polisi, sesuai dengan
ketentuan Peraturan Pemerintah No 27 tahun 1983 Pasal 2 Ayat (2), maka Kapolsek yang
berpangkat Serda tersebut karena Jabatannya adalah Penyidik.

VII. ALUR PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM

Gambar 7.1 Alur Pembuatan VeR


Catatan:

10
1. Visum et Repertum hanya dapat dibuat setelah ada surat permintaan visum (SPV).
2. Pemeriksaan forensik untuk pembuatan VeR hanya dapat dibuat setelah kondisi
pasien stabil.

VIII. REKAM MEDIS SEBAGAI DASAR PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM


KORBAN HIDUP

Dalam UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada paragraf 3 Pasal
46 bertuliskan bahwa:

1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medik.
2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi
setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.
3. Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan
petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.9

Dalam UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada paragraf 4 Pasal
48 bertuliskan bahwa:

1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib
menyimpan rahasia kedokteran.
2. Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum,
permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan
Menteri.9

Adanya surat permintaan keterangan ahli Visum et Repertum merupakan hal yang
penting untuk dibuatnya Visum et Repertum tersebut. Dokter sebagai penanggung jawab
pemeriksaan medikolegal harus meneliti adanya surat permintaan tersebut sesuai
ketentuan yang berlaku. Hal ini merupakan aspek yuridis yang sering menimbulkan
masalah, yaitu pada saat korban akan diperiksa surat permintaan dari penyidik belum ada
atau korban datang sendiri dengan membawa surat permintaan keterangan ahli atau

11
Visum et Repertum. Untuk mengantisipasi masalah tersebut maka perlu dibuat kriteria
tentang pasien/korban yang pada waktu masuk rumah sakit atau UGD tidak membawa
SPV yaitu sebagai berikut: 6

1 Setiap pasien dengan trauma


2 Setiap pasien dengan keracunan/diduga keracunan
3 Pasien tidak sadar dengan riwayat trauma yang tidak jelas
4 Pasien dengan kejahatan keasusilaan/perkosaan
5 Pasien tanpa luka/cedera dengan membawa surat permintaan visum

Kelompok pasien tersebut di atas dilakukan kekhususan dalam hal temuan-temuan


medis dalam rekam medis khusus, diberi tanda pada map rekam medisnya (tanda
VeR), warna sampul rekam medis serta penyimpanan rekam medis yang tidak digabung
dengan rekam medis pasien umum. Kemungkinan atas pasien tersebut di atas pada saat
yang akan datang, akan dimintakan Visum et Repertum dengan surat permintaan visum
yang datang menyusul. 6

Dalam penanganan korban hidup, sangat sering korban datang tidak disertai dengan
surat pembuatan visum (SPV) dari penyidik dan SPV baru diterima setelah beberapa
lama setelah pemeriksaaan. Keterlambatan SPV bisa diterima asalkan keterlambatan itu
masih bersifat reasonable. Keadaan masih dianggap reasonable bila:

1. Keterlambatan SPV karena keterlambatan pelaporan oleh korban karena luka


yang dialami korban memerlukan penanganan medis yang segera. Keterlambatan
pelaporan bisa juga disebabkan sulitnya komunikasi dan kesulitan transportasi.
2. Keterlambatan SPV karena adanya keadaan yang memaksa. Yang dimaksud
dengan keadaaan yang memaksa, meliputi:
Adanya daya paksa (overmatch)
Kedaruratan (noodtoestand)
Kedaruratan yaitu keadaan dimana terjadi benturan antara dua kewajiban
hukum, benturan antara dua kepentingan hukum dan benturan antara
kewajiban hukum. Misalnya, dokter menangani anak dengan tanda-tanda
child abuse. Di satu pihak, dokter mempunyai kewajiban hukum untuk
menjaga rahasia kedokteran sehingga apa yang ditemukan pada anak tidak
akan diungkapkan ke orang lain (konfidensialitas). Di lain pihak terdapat
kepentingan hukum si anak sebagai korban untuk tidak mendapatkan

12
perlakuan abusive lagi dari orang tuanya. Dalam keadaan seperti ini dokter
harus menanggalkan kewajiban hukumnya demi kepentingan hukum si
anak sebagai korban untuk tidak mendaptkan perlakuan abusive lagi dari
orang tuanya. Dalam keadaan seperti ini dokter harus menanggalkan
kewajiban hukumnya demi kepentingan hukum si anak dan malah
sebaliknya bila dokter tidak membuka rahasia kedokteran justru terjadi
ketidakadilan pada anak (obstruction of justice). 6

Pada dasar Visum et Repertum adalah surat keterangan medis sehingga dapat dibuat
berdasarkan data-data rekam medis. Berbeda dengan pembuatan surat keterangan medis
lainnya. Visum et Repertum boleh tanpa izin pasien tetapi surat keterangan medis lainnya
harus dengan izin pasien karena pasien yang memiliki isi dari rekam medis. Rekam medis
secara hukum telah menjadi barang bukti sejak surat permintaan visum datang dari
penyidik. 10

BAB 3

13
PENUTUP

Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik
yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati
ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah
sumpah untuk kepentingan peradilan.1

Adanya keharusan membuat Visum et Repertum pada korban hidup tidak berarti bahwa
korban tersebut, dalam hal ini adalah pasien, untuk tidak dapat menolak sesuatu pemeriksaan.
Korban hidup adalah juga pasien sehingga mempunyai hak sebagai pasien. Apabila
pemeriksaan ini sebenarnya perlu menurut dokter pemeriksa sedangkan pasien
menolaknya, maka hendaknya dokter meminta pernyataan tertulis singkat penolakan tersebut
dari pasien disertai alasannya atau bila hal itu tidak mungkin dilakukan, agar mencatatnya di
dalam catatan medis.11

DAFTAR PUSTAKA

14
1. Gopalakrishnan HN, Syukriani YF, Setiawati EP. 2017:Forensic Experts Opinion
Regarding Clinical Forensic Medicine Practice in Indonesia and Malaysia. Journal of
Forensic Science and Medicine. Vol 2. Bandung: Indonesia
2. Santoso SP. 2016. Analisis Peran Visum Et Repertum Pada Pelaku Penganiyaan,
Ditinjau Dari Pasal 351 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) (Studi
Kasus Perkara Nomor: 247/PID.B/2014/PN.Cibadak). Jurnal Ilmiah WIDYA. Vol 3.
3. Winda Trijayanthi Utama. 2014. Visum et Repertum: A Medicolegal Report. Jurnal
Kedokteran, Departemen Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. No. 8, Vol 4.
4. Arsip Nasional RI. Staatsblad van Nederlandsch-Indie Tahun 1937 No.350
5. Susanti R. 2012. Paradigma Baru Peran Dokter Dalam Pelayanan Kedokteran Forensik.
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.36.
6. Dedi Afandi. 2010. Visum et Repertum of Injury: Medicolegal Aspect and Determining
Degree of Injury dalam Majalah Kedokteran Indonesia, Volum 60, No. 4, April 2010
7. Utama WT. 2014. Visum Et Repertum: A Medicolegal Report As A Combination of
Medical Knowledge and Skill with Legal Jurisdiction. JuKe Unila 2014; 4(8): 269-275
8. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. 2012.
9. Presiden Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Jakarta: Indonesia
10. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Manual Rekam Medis. Jakarta :Indonesia
11. Payne-James J, Jones R, Karch SB, Manlove J. 2011. Simpsons Forensic Medicine,
13thEdition. London, United Kingdom: Hodder Arnold.

Lampiran

15
16
17
2 Logo institusi yang mengeluarkan/menerbitkanVeR.
3 Kop surat diisisesuai kop surat resmi dari institusi yang mengeluarkan/menerbitkan Surat
Keterangan Visum et Repertum.
4 Logo institusi jejaring diisi sesuai logo institusi jejaring yang bekerjasama dengan
institusi yang mengeluarkan/menerbitkan Surat Keterangan Visum et Repertum, yaitu
institusi di mana dilakukan pemeriksaan pasien hidup dalam rangka menjawab Surat
Permintaan Visum et Repertum. Jika tidak ada institusi jejaring, tempat ini dikosongkan.
5 Pro Justitia yaitu frase pembuka pada Surat Keterangan Visum et Repertum, berasal dari
bahasa Latin dan berarti Demi kebenaran (For the sake of truth).
6 No. Surat Keterangan VeR dari [1] diisi sesuai dengan nomor Surat Keterangan Visum et
Repertum yang dikeluarkan oleh bagian administrasi pada institusi yang
mengeluarkan/menerbitkan Surat Keterangan Visum et Repertum.
7 No. Surat Permintaan VeR (SPV) diisi sesuai dengan nomor yang tercantum pada Surat
Permintaan Visum et Repertum yang diperoleh dari pihak penyidik.
8 Tanggal dan Waktu SPV diterima diisi sesuai dengan tanggal dan waktu (jam dan menit
ke berapa?) Departemen KFM menerima Surat Permintaan Visum et Repertum dari pihak
penyidik.
9 Pihak yang membuat SPV (penyidik) diisi institusi yang membuat SPV, nama, pangkat,
dan Nomor Registrasi Pokok (NRP) penyidik yang menandatangani SPV.
10 Jenis pemeriksaan yang diminta diisi sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
dicantumkan dalam SPV yang diperoleh dari penyidik.
11 Waktu danTempat Pemeriksaan diisi sesuai dengan waktu (jam dan menit ke berapa?)
dan tempat pemeriksaan dilakukan oleh dokter (atau dokter gigi bilamana menyangkut
masalah gigi).
12 Nama Pasien/Pasien diisi sesuai dengan nama yang tercantum pada bukti identitas yang
diberikan (KTP, SIM, Paspor, atau sesuai dengan yang dicantumkan pada SPV). [tulisan
dicetak miring]
13 Tanggal Lahir/Umur diisi sesuai dengan tanggal lahir dan/atau umur yang tercantum pada
bukti identitas yang diberikan (KTP, SIM, atau sesuai dengan yang dicantumkan pada
SPV). [tulisan dicetak miring]
14 Alamat diisi sesuai dengan alamat yang tercantum pada bukti identitas yang diberikan
(KTP, SIM, Paspor atau sesuai dengan yang dicantumkan pada SPV). [tulisan dicetak
miring]
15 No. Bukti Identitas diisi sesuai dengan nomor bukti identitas yang digunakan (KTP, SIM,
Paspor atau sesuai dengan yang dicantumkan pada SPV). [tulisan dicetak miring]

18
16 Anamnesis diisi sesuai hasil anamnesis terhadap pasien pada saat datang ke dr/drg/tenaga
kesehatan untuk meminta Surat Keterangan Visum et Repertum dengan membawa Surat
Permintaan Visum et Repertum.
17 Pemeriksaan Fisis diisi sesuai pemeriksaan fisis terhadap pasien sesuai dengan
pendekatan ilmu kedokteran untuk mengetahui mekanisme/ patogenesis terjadinya
jejas/damage (diagnosis/gambaran klinis pada saat dilakukan pemeriksaan pasien hidup
dalam rangka menjawab Surat Permintaan Visum et Repertum).
18 Pemeriksaan Penunjang diisi sesuai dengan pemeriksaan penunjang dalam rangka
membuat diagnosis terhadap jejas atau damage (diagnosis/gambaran klinis pada saat
dilakukan pemeriksaan pasien hidup dalam rangka menjawab Surat Permintaan Visum et
Repertum).
19 Ringkasan Pemeriksaan diisi sesuai dengan rangkuman hasil pemeriksaan fisis serta
pemeriksaan penunjang terhadap jejas atau damage (diagnosis/gambaran klinis pada saat
dilakukan pemeriksaan pasien hidup dalam rangka menjawab Surat Permintaan Visum et
Repertum).
20 Diagnosis Kerja (ICD coding) diisi sesuai dengan diagnosis terhadap jejas atau damage
pada saat dilakukan pemeriksaan pasien hidup dalam rangka menjawab Surat Permintaan
Visum et Repertum. Bilamana damage tersebut merupakan rangkaian damage dan
komplikasi sebagai konsekuensi dari adanya kejadian (incidence), maka dalam
mengungkapkan rangkaian patomekanisme tersebut perlu dimasukan dalam lampiran
semua ringkasan/ resume medik dari tindakan medik terdahulu yang telah dilakukan oleh
dokter/dokter gigi/petugas kesehatan yang diberikan wewenang; dan resume medik
tersebut harus ditandatangani oleh dokter/dokter gigi/petugas kesehatan tersebut. Urutan
diagnosis kerja menggunakan pendekatan Multiple Cause of Damage (MCOD), sehingga
dituliskan keadaan morbid yang langsung berhubungan dengan damage sekarang (A1), dan
penyebab antaranya (A-2, A-3), serta penyebab yang mendasari terjadinya damage (A-4).
Selain itu dituliskan pula semua keadaan morbid lain yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan penyebab langsung damage tersebut, namun berkontribusi terhadap
keadaan damage sekarang (B-1, B-2, B-3, dan B-4). Kemudian diagnosis/damage tersebut
diberi kode sesuai dengan International Classification of Disease-10 (ICD-10).
21 Pengobatandan Tindakan diisi sesuai dengan pengobatan dan tindakan terhadap jejas
atau damage (diagnosis/gambaran klinis pada saat dilakukan pemeriksaan pasien hidup
dalam rangka menjawab Surat Permintaan Visum et Repertum).

19
22 Prognosis dari penyakit/damage diisi sesuai dengan prognosis yang dibuat berdasarkan
penilaian terhadap jejas atau damage (diagnosis/gambaran klinis pada saat dilakukan
pemeriksaan pasien hidup dalam rangka menjawab Surat Permintaan Visum et Repertum).
23 Kesimpulan diisi sesuai dengan Diagnosis dan Prognosis.
24 Tempat dan Tanggal dikeluarkan VeR diisi dengan tempat dan tangga
ldikeluarkan/diterbitkan Surat Keterangan Visum et Repertum oleh institusi yang membuat
VeR.
25 Nama lengkap dan Nomor Induk Kepegawaian dari dokter/dokter gigi yang diberi
wewenang pelayanan kesehatan diisi sesuai dengan nama dan NIK dari dokter/ dokter
gigi/ petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan pasien hidup dalam rangka
menjawab Surat Permintaan Visum et Repertum. Dokter/ dokter gigi/ petugas kesehatan ini
adalah dokter/ dokter gigi/ petugas kesehatan yang ditunjuk/mewakili institusi yang
mengeluarkan/menerbitkan Surat Keterangan Visum et Repertum.
26 Jabatan dan kompetensi dari [24] diisi sesuai dengan jabatan dan kompetensi yang
dimiliki oleh dokter/ dokter gigi/ petugas kesehatan yang membuat surat keterangan Visum
et Repertum.
27 Tanda tangan ditanda tangani oleh [24].
28 Lampiran pemeriksaan dilampirkan semua pemeriksaan dalam rangka membuat
diagnosis terhadap damage yang terjadi (misalnya hasil pemeriksaan laboratorium,
radiologi, ultrasonografi, EKG, EEG, histopatologi, toksikologi, DNA, dan lain-lain).

20

Anda mungkin juga menyukai