Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan Nasional di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 antara


lain adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Anonim, 2003: 3).
Usaha mencapai keberhasilan pembangunan dalam bidang pendidikan
bukan hanya merupakan tanggung jawab dari pemerintah semata, melainkan juga
seluruh masyarakat termasuk di dalamnya adalah guru. Berbicara tentang
pendidikan tidak akan terlepas dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada proses
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat dijiwai oleh matematika
sebagai ilmu dasar (basic science). Matematika merupakan kunci utama dari
pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari di sekolah. Tujuan dari pendidikan
matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah menekankan
pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar dapat
menerapkan atau menggunakan matematika dalam kehidupannya (Soedjadi, 2000:
42). Dengan demikian, matematika menjadi mata pelajaran yang sangat penting
dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenjang pendidikan.
Objek dasar yang dipelajari matematika adalah bersifat abstrak yang
meliputi fakta, konsep, operasi atau aturan dan prinsip. Oleh karena itu, banyak
individu yang mempunyai pandangan bahwa pelajaran matematika merupakan
mata pelajaran yang sulit. Hal ini terlihat dari banyaknya individu yang bersikap
pesimis dalam menyelesaikan masalah matematika dan kurang termotivasi untuk
mempelajarinya. Sikap-sikap tersebut tentunya akan mempengaruhi hasil yang
akan mereka capai dalam belajar nanti. Prestasi belajar matematika siswa, rata-
rata lebih rendah bila dibandingkan dengan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaraan yang lain. Seperti halnya dengan siswa SMP Negeri 1 Jenar Sragen,
dimana nilai ulangan harian matematika siswa kelas VII tahun pelajaran
2009/2010, masih ada sekitar 37% yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan oleh sekolah yaitu 60, sehingga
guru lebih sering memberikan remedial daripada pengayaan. Pada saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung, siswa lebih sering terlihat pasif. Siswa hanya
mendengarkan penjelasan guru dan mencatat apa yang guru tulis di papan tulis.
Akibatnya, siswa tidak dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya. Hal
ini seharusnya menjadikan periksa bagi guru, apakah metode pembelajaran yang
diterapkan sudah sesuai dengan materi atau belum. Untuk itu, dalam mengajarkan
matematika seorang guru harus mampu menerapkan metode pembelajaran yang
tepat untuk setiap materi yang akan diajarkan karena metode pembelajaran
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Guru
seharusnya dapat menguasai bermacam-macam metode pembelajaran sehingga
dapat memilih metode yang tepat untuk suatu materi yang akan disampaikannya.
Salah satu faktor penyebab kesulitan siswa dalam belajar matematika
kemungkinan adalah metode mengajar guru yang kurang sesuai dengan kondisi
siswa maupun pokok bahasan yang disampaikan. Banyak metode mengajar yang
dapat digunakan dalam pengajaran matematika, tetapi tidak setiap metode dapat
diterapkan dalam setiap pokok bahasan. Oleh karena itu, pemilihan metode
mengajar sangatlah penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Namun pada kenyataannya masih banyak guru menggunakan
metode pembelajaran yang masih konvensional dan kurang bervariasi seperti,
metode ekspositori pada setiap pokok bahasan. Dalam metode ekspositori, guru
lebih dominan dibandingkan siswa. Meskipun sudah memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya dan mengerjakan latihan soal sendiri, keaktifan
siswa belum begitu nampak. Hal ini dikarenakan belum adanya kegiatan yang
diberikan oleh guru kepada siswa untuk menjadi lebih aktif, dapat berfikir kritis
dan kreatif serta mudah memahami materi yang diterima. Karena itu, penggunaan
metode ekspositori pada sub pokok bahasan segiempat yang menuntut siswa dapat
berpikir kritis dan kreatif serta membutuhkan pemahaman konsep yang cukup
tinggi dimungkinkan menyebabkan prestasi belajar matematika siswa kurang
optimal. Pemilihan metode mengajar perlu memperhatikan beberapa hal seperti
materi yang disampaikan, tujuan pengajaran, waktu yang tersedia dan banyaknya
siswa serta hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Sub Pokok Bahasan Segiempat yang diberikan kepada siswa kelas VII
semester genap Sekolah Menengah Pertama merupakan salah satu sub pokok
bahasan yang sukar di mata pelajaran matematika. Hal tersebut menyebabkan
nilai rata-rata ulangan harian pada sub pokok bahasan ini umumnya rendah,
seperti halnya pada SMP Negeri 1 Jenar Sragen tahun pelajaran 2008/2009 yaitu
sekitar 58. Sub pokok bahasan ini berhubungan dengan logika dan menuntut
pemikiran yang kompleks. Oleh karena itu, sub pokok bahasan ini membutuhkan
pemahaman dan penguasaan konsep serta ketelitian.
Terkait dengan masalah kesulitan siswa di atas, maka di dalam
pembelajaran matematika, khususnya pada SMP Negeri 1 Jenar Sragen perlu
diterapkan suatu metode pembelajaran yang dapat membangkitkan dan
melibatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu metode
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran adalah metode
pembelajaran kooperatif, dimana metode tersebut menempatkan siswa dalam
kelompok kerja. Salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif adalah tipe TGT
(Teams Games Tournaments).
Hal yang mendasari peneliti memilih metode pembelajaran kooperatif tipe
TGT adalah karena selain menyenangkan juga dapat menciptakan suasana
kompetisi baik antar individu maupun antar team. Dalam hal ini, peneliti
beranggapan bahwa jika suasana belajar kondusif serta menyenangkan, siswa
akan mudah memahami konsep yang diberikan oleh guru dan dapat menanamkan
konsep tersebut pada dirinya sehingga tujuan pembelajaran dapat terwujud
dengan optimal. Oleh karena itu, metode pembelajan kooperatif tipe TGT tepat
diterapkan pada siswa SMP Negeri 1 Jenar Sragen kelas VII yang sudah terbiasa
menerima pelajaran dengan menggunakan metode konvensional.
Dalam metode TGT ini, siswa diarahkan dalam kegiatan belajar
berkelompok dan bekerjasama dalam memecahkan masalah pemahaman materi
serta berkompetisi dengan teamnya secara menyenangkan, sehingga siswa tidak
merasa jenuh dan bosan. Metode ini memunculkan interaksi antar siswa. Siswa
dengan kemampuan lebih tinggi, diarahkan untuk membantu siswa yang
berkemampuan lebih rendah di dalam kelompoknya, sehingga seluruh anggota
dalam kelompok tersebut dapat memahami materi yang diajarkan.
Selain itu, rendahnya prestasi belajar matematika siswa tidak mutlak
disebabkan oleh metode mengajar yang kurang sesuai dalam proses pembelajaran.
Tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar matematika,
diantaranya adalah motivasi belajar matematika siswa.
Motivasi merupakan pendorong dan penggerak individu yang dapat
menimbulkan dan memberikan arah bagi individu untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu untuk mencapai tujuannya. Standar nilai baik nilai ketuntasan
belajar maupun kelulusan yang ditetapkan secara nasional yang harus dicapai oleh
siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan berprestasi. Akan
tetapi, pada umumnya di dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi belajar siswa
cenderung meningkat apabila mereka diminta mengerjakan tugas yang mereka
bisa, dan akan terjadi hal sebaliknya jika tugas yang diberikan terasa sulit. Hal
inilah yang menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa. Jadi, motivasi
merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan, dimana tujuan tersebut
menyangkut suatu kebutuhan. Motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar
tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Jadi, motivasi belajar
matematika siswa adalah dorongan dan penggerak dari dalam diri siswa yang
dapat menimbulkan dan memberikan arah untuk melakukan aktivitas-aktivitas
belajar tentang matematika dalam mencapai tujuannya.
Motivasi yang tinggi pada siswa, akan menuntun siswa untuk mau
berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Hal itu tentunya dapat menjadikan
siswa paham terhadap setiap sub pokok bahasan yang diberikan, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian, untuk
memperoleh prestasi belajar yang maksimal pada materi segiempat dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT harus didukung dengan
motivasi belajar matematika siswa yang tinggi. Bertolak dari uraian di atas,
penulis terdorong untuk mengadakan penelitian pada siswa kelas VII SMP Negeri
1 Jenar Sragen, apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar matematika yang
lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvensional pada sub pokok
bahasan segiempat dan juga apakah motivasi belajar matematika siswa
mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan
segiempat.

B. Identifikai Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat


diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar yang baik adalah yang
berorientasikan pada keaktifan dan kekreatifan siswa karena pada dasarnya
setiap siswa mempunyai potensi untuk berkembang. Tetapi pada
kenyataannya masih banyak siswa yang cenderung pasif dalam kegiatan
belajar mengajar. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang masih
konvensional yakni guru mendominasi kegiatan belajar mengajar sementara
siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang diberikan oleh gurunya
tanpa berusaha berkembang secara aktif. Akibatnya, siswa akan sulit
mengembangkan potensi pada dirinya. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih
lanjut apakah penggunaan metode pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi
belajar matematika siswa.
2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa pada sub
pokok bahasan segiempat, disebabkan karena kurangnya motivasi mereka
dalam belajar. Terkait dengan hal ini, dapat diteliti apakah motivasi belajar
matematika siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa.
3. Perbedaan motivasi belajar siswa pada setiap metode pembelajaran dapat
menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa. Sebaliknya, setiap metode
pembelajaran untuk tingkat kategori motivasi belajar siswa yang berbeda juga
dapat menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa. Hal ini karena dalam
belajar khususnya matematika materi segiempat dibutuhkan pemikiran yang
kritis dan kreatif serta pemahaman yang cukup tinggi. Sehingga baik
motivasi belajar maupun metode pembelajarn saling menunjang prestasi
belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan
dilaksanakannya penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada
metode kooperatif tipe TGT untuk kelas eksperimen dan metode
konvensional untuk kelas kontrol.
2. Motivasi belajar matematika siswa yang dimaksud adalah dorongan dan
penggerak dari dalam diri siswa yang dapat menimbulkan dan memberikan
arah untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar tentang matematika dalam
mencapai tujuannya.
3. Prestasi belajar matematika siswa yang dimaksudkan adalah prestasi belajar
siswa pada sub pokok bahasan segiempat (jajar genjang, persegi panjang, dan
persegi) yang dicapai setelah proses belajar mengajar.
4. Siswa dalam penelitian ini dibatasi pada siswa SMP Negeri 1 Jenar kelas VII
semester II tahun ajaran 2009/2010.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka permasalahan
yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar matematika
siswa yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvensional pada
sub pokok bahasan segiempat?
2. Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar matematika siswa terhadap
prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat?
3. Apakah terdapat interaksi antara metode mengajar dengan motivasi belajar
matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok
bahasan segiempat?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui metode pembelajaran mana yang menghasilkan prestasi
belajar yang lebih baik antara metode kooperatif tipe TGT dan metode
konvensional dalam pembelajaran matematika pada sub pokok bahasan
segiempat.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh motivasi belajar matematika
siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan
segiempat.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran
dengan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan masukan kepada guru ataupun calon guru matematika dalam
menentukan metode mengajar yang tepat, yang dapat digunakan sebagai
alternatif metode mengajar dalam proses belajar mengajar dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan khususnya dalam sub pokok bahasan
segiempat.
2. Memberikan informasi kepada guru ataupun calon guru untuk lebih
memperhatikan motivasi belajar matematika siswa sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, khususnya pada pokok
bahasan segiempat.
3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian eksperimentasi
metode TGT yang lainnya.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi
Pengertian prestasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895)
adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya). Dalam pengertian ini, prestasi merupakan suatu hasil dari sebuah
usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan. Prestasi merupakan
akhir dari usaha yang melalui proses pendidikan dan pelatihan tertentu. Prestasi
yang dicapai sering mendatangkan konsekuensi-konsekuensi berupa imbalan-
imbalan yang bersifat material, psikologis, dan sosial. Hal ini hampir sama
dengan pernyataan W.S Winkel (1996: 391) yang menyatakan bahwa, Prestasi
adalah bukti usaha yang telah dicapai. Sementara itu, Zainal Arifin (1990: 3)
juga menyatakan bahwa, Prestasi adalah hasil dari kemampuan, ketrampilan, dan
sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi merupakan bukti atau hasil yang
telah dicapai setelah diadakan usaha sebaik-baiknya sesuai batas kemampuan dari
batas usaha tersebut.
b. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak akan terlepas dari kehidupan
manusia. Seseorang yang telah belajar akan mengalami perubahan tingkah laku
baik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan, maupun dalam sikap. Perubahan
tingkah laku dalam aspek pengetahuan yaitu dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dari bodoh menjadi pintar. Perubahan tingkah laku dalam aspek
ketrampilan yaitu tidak bisa menjadi bisa, dari tidak trampil menjadi trampil.
Sedangkan perubahan tingkah laku dalam sikap yaitu dari ragu-ragu menjadi
yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Winkel (1996: 53) bahwa, Belajaradalah suatu aktivitas mental/psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkanperubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan
dan nilai-
sikap. Perubahan ini bersifat relarif konstan dan berbekas. Pengertian lain
tentang belajar juga diberikan oleh ahli diantaranya adalah pengertian menurut
psikologis. Slameto (1995: 2) menyatakan bahwa, Belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan.
Selain itu, definisi belajar menurut Sumadi Suryabrata (Gino, H. J.,
Suwarni, Suripto, Maryanto, Sutijan ,1999: 15) menyebutkan bahwa ada tiga ciri
yang khas pada aktivitas manusia, sehingga aktivitas tersebut disebut sebagai
kegiatan belajar yakni:
1. Aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pelajar
(individu yang belajar) (Behavioral Changes) baik aktual maupun potensial.
2. Perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kemampuan baru yang berlaku
dalam waktu yang relatif lama.
3. Perubahan itu terjadi karena usaha.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu aktifitas yang dilakukan oleh individu yang mengakibatkan perubahan
tingkah laku yang berupa pengetahuan (aspek kognitif), sikap (aspek afektif),
ketrampilan (aspek psikomotor), pada diri individu tersebut berkat adanya
interaksi antara individu dengan individu atau individu dengan lingkungannya.
Di dalam belajar terkandung suatu aktifitas yang dilakukan dengan segenap
panca indra untuk memahami arti dari hubungan hubungan kemudian
menerapkan konsep-konsep yang dihasilkan ke situasi yang nyata.
c. Pengertian Prestasi Belajar
Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar tersebut di atas, prestasi
belajar merupakan suatu hasil usaha yang dicapai seseorang dalam penguasaan
pengetahuan, sikap serta ketrampilan berkat pengalaman dan latihan yang terus
menerus dalam waktu tertentu yang dinyatakan dalam perubahan tingkah laku.
Prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1999: 787)
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
matapelajaran ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.
Menurut Djamarah dan Azwan Zain (1994: 23) prestasi belajar adalah hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu
sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar. Perubahan yang dicapai merupakan
kemajuan yang diperoleh individu yang tidak hanya mencakup pengetahuan,
tetapi juga berupa kecakapan atau keterampilan, dan ini dinyatakan sesudah hasil
penilaian.
Sedang Zainal Arifin (1990: 3) menyatakan bahwa, Prestasi belajar
merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah manusia karena
sepanjang rentang kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi menurut
bidang kamampuannya masingmasing. Zainal Arifin juga mengemukakan bahwa
prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:
1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai anak didik.
2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan.
5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan)
anak didik.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil dari usaha yang dicapai oleh siswa dalam proses belajar yang
dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol. Di dalam penelitian ini
prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka. .
d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723) disebutkan bahwa,
Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan
dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan. Purwoto (2003: 12-13) mengemukakan bahwa, Matematika adalah
pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang
terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang
didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil.
Sedangkan R. Soejadi (2000: 11) mengemukakan bahwa ada beberapa
definisi dari matematika, yaitu sebagai berikut:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik.
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan.
4. Matematika tentang ruang dan bentuk. adalah pengetahuan tentang fakta-
fakta kuantitatif dan masalah
5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6)
Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika


adalah cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan, kalkulasi, penalaran,
logik, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-aturan yang ketat,
dan pola keteraturan serta tentang struktur yang terorganisir. Berdasarkan
pengertian prestasi belajar dan matematika yang telah diuraikan di atas dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai
siswa dalam proses belajar matematika yang menghasilkan perubahan pada diri
seseorang berupa penguasaan, ketrampilan, dan kecakapan baru yang dinyatakan
dengan symbol, angka, atau, huruf.

2. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang
mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Guru harus mampu
memilih metode pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
Metode pembelajaran yang dikemukakan oleh Slameto (1995: 65) adalah
suatu cara atau jalan yang harus dilakukan dalam mengajar. Menurut Muhibbin
Syah (1995:201) bahwa Metode pembelajaran adalah cara yang berisi prosedur
baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya penyajian materi
pelajaran kepada siswa. Hal ini berarti, di dalam metode pembelajaran terdapat
langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang telah disusun untuk mempermudah
proses belajar mengajar.
Sedangkan arti metode pembelajaran menurut Purwoto (2003: 65) antara
lain:
1. Metode pembelajaran adalah suatu cara mengajarkan topik tertentu agar
proses dari pengajaran tersebut berhasil dengan baik.
2. Metode pembelajaran adalah cara-cara yang tepat dan serasi dengan
sebaik-baiknya, agar guru berhasil dalam mengajarnya, agar mengajar
mencapai tujuannya atau mengenai sasarannya.
3. Metode pembelajaran adalah cara mengajar yang umum yang dapat
diterapkan atau dipakai untuk semua bidang studi.
Dari bebrapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode
mengajar adalah suatu cara atau teknik yang dipakai guru untuk menyajikan
bahan pengajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.
b. Metode Pembelajaran Konvensional
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 467) dinyatakan bahwa
Konvensional adalah tradisional, selanjutnya tradisional sendiri diartikan
sebagai Sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada
norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun. Oleh karena itu
metode konvensional dapat juga disebut metode tradisional. Dari pengertian di
atas, disimpulkan bahwa metode konvensional adalah suatu pembelajaran dimana
proses belajar mengajar dilakukan dengan cara yang tradisional, yaitu dalam
penyampaian pelajaran guru masih mengandalkan metode ceramah dan metode
ekspositori.
Dalam pembelajaran matematika, metode konvensional yang paling sering
dipakai adalah metode ekspositori karena selain memberikan materi, guru juga
memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan siswa. Metode konvensional
dalam penelitian ini adalah metode ekspositori, guru memegang peranan utama
untuk menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa sehingga tidak bisa begitu saja dikatakan jelek.
c. Metode Pembelajaran Kooperatif
Semua metode mengajar ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur
tujuan dan struktur penghargaan (reward). Struktur tugas mengacu pada jenis-
jenis tugas kognitif dan sosial yang memerlukan model pengajaran dan pelajaran
yang berbeda. Struktur tujuan dan hadiah dua-duanya mengacu pada tingkat
kooperasi atau kompetensi yang dibutuhkan siswa untuk mencapai tujuan dan
hadiah mereka. Metode pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama siswa dan
saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan hadiah.
Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif merupakan metode
pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan
heterogen. Siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam
belajar.
Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri:
1. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok
secara kooperatif.
2. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
3. Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku,
budaya, jenis kelamin maka diupayakan budaya, jenis kelamin yang
berbeda pula. agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku,
4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

d. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments)


Teams Games Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh
David De Vries dan Keith Edwards. Prinsip model TGT ini pada dasarnya sama
dengan model tipe STAD, yang berbeda hanyalah cara mengetahui kemampuan
siswanya saja. Dalam TGT diakhiri dengan permainan / turnamen yang
pesertanya perwakilan dari masing masing kelompok. Penerapan model ini
dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama
bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam
bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan
kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman
dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara
guru bersikap terbuka, ramah, lembut, dan santun. Dalam TGT, para siswa
dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen.
Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk
memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran (Slavin,2008).
Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki prosedur belajar yang
terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games
Tournaments dimasukkan sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam
tim.
TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan
permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri
untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-
masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game
temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab
individual. Permainan TGT berupa pertanyaanpertanyaan yang ditulis pada kartu-
kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah kartu dan
berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka yang tertera.
Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk menyumbangkan skor-skor
maksimal buat kelompoknya. Turnamen ini juga dapat digunakan sebagai review
materi pelajaran.

3. Motivasi Belajar Matematika Siswa


Setiap manusia pada dasarnya berbuat sesuatu karena adanya dorongan
oleh suatu motivasi tertentu. Menurut Sadirman (1987: 100), motivasi berpangkal
dari kata motif yang dapat diartikan daya penggerak yang ada di dalam diri
seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu
tujuan. Mc. Donald (Sadirman, 1987: 73) mengemukakan motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengetian tersebut,
terdapat tiga elemen penting tentang motivasi yaitu :
1. Motivasi mengawali terjadinya suatu perubahan energi pada diri setiap
individu manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling, afeksi seseorang.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
Jadi motivasi merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan, dimana
tujuan tersebut menyangkut dengan kebutuhan. Motivasi juga dapat dikatakan
sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka ia
akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu
(Sadirman, 1987: 75). Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar
tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.
Menurut French (1986 dalam Rivai, 2000: 3) motivasi adalah dorongan
yang ada di dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu dan
disamping itu motivasi juga merupakan keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak
yang berasal dari dalam diri manusia. Selanjutnya Crowl, Kaminsky and Podell
(1997 dalam Rivai, 2000: 3) menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi
fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengukur
tindakannya dengan cara tertentu.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan hal yang
diinginkan dalam mencapai suatu tujuan. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai
rancangan atau kehendak untuk menuju keberhasilan dan
mengelakkan/menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain, motivasi adalah
proses menghasilkan tenaga oleh suatu keperluan yang di arahkan untuk mencapai
suatu tujuan (Anonim, 2006: 5).
Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam bidang pendidikan.
Siswa memerlukan motivasi untuk menggerakkan dirinya untuk mencapai
keberhasilan yang lebih cemerlang. Salah satu motivator bagi siswa adalah guru.
Guru yang dapat menciptakan kondisi belajar yang baik dapat memotivasi siswa
untuk belajar dengan baik dan berkembang secara optimal. Pelajar yang
mempunyai motivasi untuk belajar bagi pencapaian tujuannya, mereka akan
mendengar dan memberikan perhatian sepenuhnya pada pelajaran yang diberikan
oleh guru. Mereka aktif di dalam dan di luar kelas, mudah bertindak dan
menerima teguran serta arahan dari guru. Mereka suka memberikan pandangan
dan pendapat dalam kelas. Pelajar-pelajar yang demikian ini memiliki penggerak
dari dalam dirinya untuk mencapai kecermelangan akademik dan juga dalam
hidup secara keseluruhannya (Anonim, 2006: 4).
kebutuhan menurut Maslow yaitu sebagai berikut:
1. Physiological needs (kebutuhan fisiologi)
Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan yang paling asas yaitu
kebutuhan fisik seseorang, seperti makanan, minuman, tempat tinggal. Dalam
konteks pendidikan, siswa yang mendapat kurang makanan tidak dapat
memusatkan perhatian sepenuhnya terhadap pelajaran mereka. Dengan kata lain
bila kebutuhan ini tidak dipenuhi maka kesehatan pelajar terganggusehingga dapat
menyebabkan motivasi dan minat belajar siswa berkurang. Hadiah dan materi
juga merupakan kebutuhan fisik akan prestasi yang dicapai oleh siswa.
2. Safety needs (kebutuhan akan rasa aman/keselamatan)
Siswa memerlukan keselamatan dari guru yaitu dalam bentuk disiplin.
Keselamatan di dalam kelas dapat dijamin jika seorang guru bertindak konsisten.
Guru juga perlu bersikap toleransi terhadap para siswanya. Dengan perasaan aman
pada diri siswa, siswa dapat memusatkan perhatian sepenuhnya dalam belajar.
3. Social needs (kebutuhan sosial)
Hubungan yang baik antar anggota kelas dan juga guru sangat diperlukan
untuk membantu lancarnya proses belajar mengajar. Suatu keadaan misalnya
perkelahian atau perselisihan dapat mengganggu kestabilan emosi dan perhatian
siswa. Keadaan ini menjadi lebih menegangkan bila guru bersikap tidak baik atau
memarahi mereka. Situasi ini menyebabkan siswa seolah-olah tidak disukai, tidak
dihargai, atau tidak dipedulikan oleh guru maupun teman-temannya. Akhirnya
keinginan, minat, dan juga motivasi siswa untuk belajar akan pudar dan lenyap.
4. Esteem needs (kebutuhan akan harga diri)
Rasa dihargai pada setiap individu sangat mempengaruhi motivasinya
dalam melakukan sesuatu. Siswa yang merasa diterima oleh lingkungan kelas atau
rumah cenderung dapat meningkatkan prestasinya dibanding dengan siswa yang
merasa dirinya tidak diterima. Siswa yang diterima akan merasa diri mereka
dihargai, dikasihi dan bernilai. Oleh karena itu mereka akan dapat berinteraksi
secara positif dalam belajar. Guru perlu menyediakan hal-hal yang berkaitan
dengan aktivitas siswa agar mereka dapat hidup berdampingan. Faktor yang
penting ialah kebutuhan ini dapat dipenuhi apabila seseorang mempunyai
keyakinan diri, kebebasan, perhatian, dan penilaian dari orang lain.
5. Self Actualization (kebutuhan aktualisasi diri)
Setiap individu memiliki ciri-ciri yang unik. Dengan keunikan tersebut
seorang individu dapat berpendapat dan menganggap dirinya istimewa.
Anggapan itu berdasarkan pada kepekaan dan kesadaran tentang kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Kesadaran tersebut juga timbul dengan melihat
reaksi individu lain dalam pergaulan, sosialisasi, dan interaksi dengan individu
lain. Aktualisasi diri adalah peringkat paling tinggi dari kebutuhan seseorang
setelah peringkat bawah terpenuhi. Menurut Atan Long (1976 dalam Anonim,
2006: 5) pemenuhan akan kebutuhan penyempurnaan diri atau aktualisasi diri ini
merupakan pemenuhan keseluruhan dari kebutuhan manusia. Ini berarti jika
seseorang telah memenuhi kebutuhan ini maka ia juga telah memenuhi kebutuhan
untuk estetika; ia merasa telah mendapatkan makna hidup dengan sepenuhnya; ia
dapat menerima keadaan diri orang lain; ia merasa gembira dengan nikmat hidup;
dan telah menggunakan keahliannya secara maksimal. Apabila seorang siswa
berusaha mengaktualisasikan diri atau mencapai penyempurnaan diri, maka
mereka harus belajar tekun, sungguh-sungguh, dan melipatgandakan usaha
melalui arah yang tegas dan berdisiplin.

B. Kerangka Berpikir
Prestasi belajar matematika siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa
dalam proses belajar matematika sehingga terdapat perubahan dalam pemikiran
serta tingkah lakunya. Prestasi belajar matematika siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor di antaranya adalah metode pembelajaran dan motivasi belajar
matematika siswa tersebut.
Dalam proses belajar mengajar, terjadi interaksi antara guru dan siswa,
yaitu melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yaitu kegiatan belajar
siswa dan kegiatan mengajar guru. Belajar pada hakikatnya adalah aktivitas yang
membuat perubahan tingkah laku yang bersifat permanen dan kontinu serta
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan mengajar adalah
suatu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa
untuk menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Guru harus
mampu melaksanakan tugasnya dengan mengatur dan menciptakan kondisi yang
memungkinkan siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar. Dengan demikian
tujuan pembelajaran akan tercapai dan siswa memperoleh prestasi belajar yang
tinggi. Dalam proses belajar mengajar, pemilihan dan penggunaan metode
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi atau bahan pelajaran akan
membantu siswa dalam menstransfer segala sesuatu yang disampaikan oleh guru
sehingga prestasi belajar siswa tinggi. Sebaliknya, pemilihan metode
pembelajaran yang tidak tepat dapat menghambat tercapainya tujuan mengajar.
Oleh karena itu, seorang guru harus mengetahui metode pembelajaran yang
sesuai dengan materi pokok yang akan diberikan. Matematika bukanlah pelajaran
yang dapat dipelajari dengan menghafal saja.
Terdapat dua macam metode pembelajaran yang dibahas dalam penelitian
ini, yaitu : metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Pembelajaran dengan metode konvensional adalah
pembelajaran yang didominasi oleh guru sebagai sumber informasi, sedangkan
siswa tidak dituntut aktif, hanya memperhatikan, membuat catatan, dan
mengerjakan latihan seperlunya. Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT
merupakan metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika agar bisa menjadi lebih bermakna. Dengan menggunakan metode ini
pada sub pokok bahasan segiempat siswa lebih mudah memahami konsep dasar
yang berkaitan dengan segiempat. Dengan mengaitkan segiempat dengan
masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari maka siswa akan termotivasi untuk
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya
dalam permasalahan yang dihadapi. Hal tersebut akan sangat membantu siswa
dalam memahami konsep-konsep dasar dari materi tersebut sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika karena siswa mengetahui akan makna
belajar. Jadi, bila dibandingkan dengan metode konvensional, metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat diharapkan akan menghasilkan prestasi
belajar yang lebih baik pada pembelajaran matematika sub pokok bahasan
segiempat.
Selain pemilihan metode pembelajaran, guru juga perlu menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa termotivasi untuk
belajar secara optimal. Dengan pengalaman belajar yang menyenangkan,
diharapkan siswa mampu memperoleh pemahaman konsep yang melekat pada
dirinya. Prestasi belajar siswa terutama dalam pembahasan ini yaitu pada sub
pokok bahasan segiempat belum tentu sama. Perbedaan ini salah satunya
dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa merupakan
penggerak dari dalam diri seseorang / siswa untuk melakukan kegiatan belajar
yang diinginkannya dalam mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar siswa
dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu motivasi belajar tinggi, sedang, dan
rendah. Siswa yang motivasi belajarnya tinggi selalu semangat mengerjakan soal-
soal latihan dan biasanya mereka adalah anak yang pandai. Siswa dengan tingkat
motivasi belajar sedang hanya semangat mengerjakan soal-soal latihan yang tidak
terlalu sulit dan biasanya mempunyai prestasi yang cukup baik. Sedangkan siswa
dengan tingkat motivasi belajar rendah biasanya mempunyai prestasi yang agak
tertinggal dari siswa yang tingkat motivasi belajarnya tinggi atau sedang. Hal ini
dikarenakan, siswa yang tingkat motivasi belajarnya rendah, hanya semangat
mengerjakan soal-soal latihan yang mudah. Pada metode pembelajaran
konvensional maupun kooperatif tipe TGT, prestasi belajar siswa dalam
pembahasan ini yaitu pada sub pokok bahasan segiempat yang motivasi
belajarnya tinggi lebih baik daripada siswa yang motivasi belajarnya sedang atau
rendah. Sedangkan siswa yang motivasi belajarnya sedang lebih baik prestasi
belajarnya daripada siswa yang motivasi belajarnya rendah. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi memiliki
semangat mengerjakan soal-soal, misalnya saat kegiatan belajar mengajar maupun
saat ulangan. Sedangkan siswa yang motivasi belajarnya sedang atau rendah
kurang bersemangat dalam mengerjakan soal-soal saat kegiatan belajar-mengajar
maupun saat ulangan.

C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian
ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments)
menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik jika
dibandingkan dengan metode konvensional pada pembelajaran matematika
sub pokok bahasan segiempat.
2. Terdapat pengaruh motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi
belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat.
3. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi belajar
matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub
pokok bahasan segiempat.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian


Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP. Sedangkan uji coba tes maupun angket
dilaksanakan di SMP pada kelas VII semester II

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental semu (quasi-
experimental research). Hal tersebut berkenaan dengan peneliti tidak mungkin
mengontrol semua variabel yang relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono
(2003: 82) bahwa Tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh
informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Pada penelitian
ini yang dilakukan adalah membandingkan prestasi belajar dari kelompok yang
diberi perlakuan dengan metode pembelajaran tipe TGT dengan kelompok yang
diberi pelajaran dengan menggunakan metode konvensional pada sub pokok
bahasan segiempat.

Anda mungkin juga menyukai