Multi
Multi
PENDAHULUAN
B. Identifikai Masalah
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan
dilaksanakannya penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada
metode kooperatif tipe TGT untuk kelas eksperimen dan metode
konvensional untuk kelas kontrol.
2. Motivasi belajar matematika siswa yang dimaksud adalah dorongan dan
penggerak dari dalam diri siswa yang dapat menimbulkan dan memberikan
arah untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar tentang matematika dalam
mencapai tujuannya.
3. Prestasi belajar matematika siswa yang dimaksudkan adalah prestasi belajar
siswa pada sub pokok bahasan segiempat (jajar genjang, persegi panjang, dan
persegi) yang dicapai setelah proses belajar mengajar.
4. Siswa dalam penelitian ini dibatasi pada siswa SMP Negeri 1 Jenar kelas VII
semester II tahun ajaran 2009/2010.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka permasalahan
yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar matematika
siswa yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvensional pada
sub pokok bahasan segiempat?
2. Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar matematika siswa terhadap
prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat?
3. Apakah terdapat interaksi antara metode mengajar dengan motivasi belajar
matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok
bahasan segiempat?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui metode pembelajaran mana yang menghasilkan prestasi
belajar yang lebih baik antara metode kooperatif tipe TGT dan metode
konvensional dalam pembelajaran matematika pada sub pokok bahasan
segiempat.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh motivasi belajar matematika
siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan
segiempat.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran
dengan motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan masukan kepada guru ataupun calon guru matematika dalam
menentukan metode mengajar yang tepat, yang dapat digunakan sebagai
alternatif metode mengajar dalam proses belajar mengajar dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan khususnya dalam sub pokok bahasan
segiempat.
2. Memberikan informasi kepada guru ataupun calon guru untuk lebih
memperhatikan motivasi belajar matematika siswa sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, khususnya pada pokok
bahasan segiempat.
3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian eksperimentasi
metode TGT yang lainnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi
Pengertian prestasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895)
adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya). Dalam pengertian ini, prestasi merupakan suatu hasil dari sebuah
usaha yang telah dilaksanakan menurut batas kemampuan. Prestasi merupakan
akhir dari usaha yang melalui proses pendidikan dan pelatihan tertentu. Prestasi
yang dicapai sering mendatangkan konsekuensi-konsekuensi berupa imbalan-
imbalan yang bersifat material, psikologis, dan sosial. Hal ini hampir sama
dengan pernyataan W.S Winkel (1996: 391) yang menyatakan bahwa, Prestasi
adalah bukti usaha yang telah dicapai. Sementara itu, Zainal Arifin (1990: 3)
juga menyatakan bahwa, Prestasi adalah hasil dari kemampuan, ketrampilan, dan
sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi merupakan bukti atau hasil yang
telah dicapai setelah diadakan usaha sebaik-baiknya sesuai batas kemampuan dari
batas usaha tersebut.
b. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak akan terlepas dari kehidupan
manusia. Seseorang yang telah belajar akan mengalami perubahan tingkah laku
baik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan, maupun dalam sikap. Perubahan
tingkah laku dalam aspek pengetahuan yaitu dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dari bodoh menjadi pintar. Perubahan tingkah laku dalam aspek
ketrampilan yaitu tidak bisa menjadi bisa, dari tidak trampil menjadi trampil.
Sedangkan perubahan tingkah laku dalam sikap yaitu dari ragu-ragu menjadi
yakin, dari tidak sopan menjadi sopan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Winkel (1996: 53) bahwa, Belajaradalah suatu aktivitas mental/psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkanperubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan
dan nilai-
sikap. Perubahan ini bersifat relarif konstan dan berbekas. Pengertian lain
tentang belajar juga diberikan oleh ahli diantaranya adalah pengertian menurut
psikologis. Slameto (1995: 2) menyatakan bahwa, Belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan.
Selain itu, definisi belajar menurut Sumadi Suryabrata (Gino, H. J.,
Suwarni, Suripto, Maryanto, Sutijan ,1999: 15) menyebutkan bahwa ada tiga ciri
yang khas pada aktivitas manusia, sehingga aktivitas tersebut disebut sebagai
kegiatan belajar yakni:
1. Aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pelajar
(individu yang belajar) (Behavioral Changes) baik aktual maupun potensial.
2. Perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kemampuan baru yang berlaku
dalam waktu yang relatif lama.
3. Perubahan itu terjadi karena usaha.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu aktifitas yang dilakukan oleh individu yang mengakibatkan perubahan
tingkah laku yang berupa pengetahuan (aspek kognitif), sikap (aspek afektif),
ketrampilan (aspek psikomotor), pada diri individu tersebut berkat adanya
interaksi antara individu dengan individu atau individu dengan lingkungannya.
Di dalam belajar terkandung suatu aktifitas yang dilakukan dengan segenap
panca indra untuk memahami arti dari hubungan hubungan kemudian
menerapkan konsep-konsep yang dihasilkan ke situasi yang nyata.
c. Pengertian Prestasi Belajar
Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar tersebut di atas, prestasi
belajar merupakan suatu hasil usaha yang dicapai seseorang dalam penguasaan
pengetahuan, sikap serta ketrampilan berkat pengalaman dan latihan yang terus
menerus dalam waktu tertentu yang dinyatakan dalam perubahan tingkah laku.
Prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1999: 787)
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
matapelajaran ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.
Menurut Djamarah dan Azwan Zain (1994: 23) prestasi belajar adalah hasil yang
diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu
sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar. Perubahan yang dicapai merupakan
kemajuan yang diperoleh individu yang tidak hanya mencakup pengetahuan,
tetapi juga berupa kecakapan atau keterampilan, dan ini dinyatakan sesudah hasil
penilaian.
Sedang Zainal Arifin (1990: 3) menyatakan bahwa, Prestasi belajar
merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah manusia karena
sepanjang rentang kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi menurut
bidang kamampuannya masingmasing. Zainal Arifin juga mengemukakan bahwa
prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:
1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai anak didik.
2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan.
5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan)
anak didik.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil dari usaha yang dicapai oleh siswa dalam proses belajar yang
dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, maupun simbol. Di dalam penelitian ini
prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka. .
d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723) disebutkan bahwa,
Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan
dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan. Purwoto (2003: 12-13) mengemukakan bahwa, Matematika adalah
pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang
terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang
didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil.
Sedangkan R. Soejadi (2000: 11) mengemukakan bahwa ada beberapa
definisi dari matematika, yaitu sebagai berikut:
1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik.
2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan.
4. Matematika tentang ruang dan bentuk. adalah pengetahuan tentang fakta-
fakta kuantitatif dan masalah
5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6)
Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
2. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang
mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Guru harus mampu
memilih metode pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
Metode pembelajaran yang dikemukakan oleh Slameto (1995: 65) adalah
suatu cara atau jalan yang harus dilakukan dalam mengajar. Menurut Muhibbin
Syah (1995:201) bahwa Metode pembelajaran adalah cara yang berisi prosedur
baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya penyajian materi
pelajaran kepada siswa. Hal ini berarti, di dalam metode pembelajaran terdapat
langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang telah disusun untuk mempermudah
proses belajar mengajar.
Sedangkan arti metode pembelajaran menurut Purwoto (2003: 65) antara
lain:
1. Metode pembelajaran adalah suatu cara mengajarkan topik tertentu agar
proses dari pengajaran tersebut berhasil dengan baik.
2. Metode pembelajaran adalah cara-cara yang tepat dan serasi dengan
sebaik-baiknya, agar guru berhasil dalam mengajarnya, agar mengajar
mencapai tujuannya atau mengenai sasarannya.
3. Metode pembelajaran adalah cara mengajar yang umum yang dapat
diterapkan atau dipakai untuk semua bidang studi.
Dari bebrapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode
mengajar adalah suatu cara atau teknik yang dipakai guru untuk menyajikan
bahan pengajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran.
b. Metode Pembelajaran Konvensional
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 467) dinyatakan bahwa
Konvensional adalah tradisional, selanjutnya tradisional sendiri diartikan
sebagai Sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada
norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun. Oleh karena itu
metode konvensional dapat juga disebut metode tradisional. Dari pengertian di
atas, disimpulkan bahwa metode konvensional adalah suatu pembelajaran dimana
proses belajar mengajar dilakukan dengan cara yang tradisional, yaitu dalam
penyampaian pelajaran guru masih mengandalkan metode ceramah dan metode
ekspositori.
Dalam pembelajaran matematika, metode konvensional yang paling sering
dipakai adalah metode ekspositori karena selain memberikan materi, guru juga
memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan siswa. Metode konvensional
dalam penelitian ini adalah metode ekspositori, guru memegang peranan utama
untuk menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa sehingga tidak bisa begitu saja dikatakan jelek.
c. Metode Pembelajaran Kooperatif
Semua metode mengajar ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur
tujuan dan struktur penghargaan (reward). Struktur tugas mengacu pada jenis-
jenis tugas kognitif dan sosial yang memerlukan model pengajaran dan pelajaran
yang berbeda. Struktur tujuan dan hadiah dua-duanya mengacu pada tingkat
kooperasi atau kompetensi yang dibutuhkan siswa untuk mencapai tujuan dan
hadiah mereka. Metode pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama siswa dan
saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan hadiah.
Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif merupakan metode
pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan
heterogen. Siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam
belajar.
Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri:
1. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok
secara kooperatif.
2. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
3. Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku,
budaya, jenis kelamin maka diupayakan budaya, jenis kelamin yang
berbeda pula. agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku,
4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
B. Kerangka Berpikir
Prestasi belajar matematika siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa
dalam proses belajar matematika sehingga terdapat perubahan dalam pemikiran
serta tingkah lakunya. Prestasi belajar matematika siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor di antaranya adalah metode pembelajaran dan motivasi belajar
matematika siswa tersebut.
Dalam proses belajar mengajar, terjadi interaksi antara guru dan siswa,
yaitu melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yaitu kegiatan belajar
siswa dan kegiatan mengajar guru. Belajar pada hakikatnya adalah aktivitas yang
membuat perubahan tingkah laku yang bersifat permanen dan kontinu serta
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan mengajar adalah
suatu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa
untuk menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Guru harus
mampu melaksanakan tugasnya dengan mengatur dan menciptakan kondisi yang
memungkinkan siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar. Dengan demikian
tujuan pembelajaran akan tercapai dan siswa memperoleh prestasi belajar yang
tinggi. Dalam proses belajar mengajar, pemilihan dan penggunaan metode
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi atau bahan pelajaran akan
membantu siswa dalam menstransfer segala sesuatu yang disampaikan oleh guru
sehingga prestasi belajar siswa tinggi. Sebaliknya, pemilihan metode
pembelajaran yang tidak tepat dapat menghambat tercapainya tujuan mengajar.
Oleh karena itu, seorang guru harus mengetahui metode pembelajaran yang
sesuai dengan materi pokok yang akan diberikan. Matematika bukanlah pelajaran
yang dapat dipelajari dengan menghafal saja.
Terdapat dua macam metode pembelajaran yang dibahas dalam penelitian
ini, yaitu : metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Pembelajaran dengan metode konvensional adalah
pembelajaran yang didominasi oleh guru sebagai sumber informasi, sedangkan
siswa tidak dituntut aktif, hanya memperhatikan, membuat catatan, dan
mengerjakan latihan seperlunya. Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT
merupakan metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika agar bisa menjadi lebih bermakna. Dengan menggunakan metode ini
pada sub pokok bahasan segiempat siswa lebih mudah memahami konsep dasar
yang berkaitan dengan segiempat. Dengan mengaitkan segiempat dengan
masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari maka siswa akan termotivasi untuk
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya
dalam permasalahan yang dihadapi. Hal tersebut akan sangat membantu siswa
dalam memahami konsep-konsep dasar dari materi tersebut sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika karena siswa mengetahui akan makna
belajar. Jadi, bila dibandingkan dengan metode konvensional, metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat diharapkan akan menghasilkan prestasi
belajar yang lebih baik pada pembelajaran matematika sub pokok bahasan
segiempat.
Selain pemilihan metode pembelajaran, guru juga perlu menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa termotivasi untuk
belajar secara optimal. Dengan pengalaman belajar yang menyenangkan,
diharapkan siswa mampu memperoleh pemahaman konsep yang melekat pada
dirinya. Prestasi belajar siswa terutama dalam pembahasan ini yaitu pada sub
pokok bahasan segiempat belum tentu sama. Perbedaan ini salah satunya
dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa merupakan
penggerak dari dalam diri seseorang / siswa untuk melakukan kegiatan belajar
yang diinginkannya dalam mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar siswa
dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu motivasi belajar tinggi, sedang, dan
rendah. Siswa yang motivasi belajarnya tinggi selalu semangat mengerjakan soal-
soal latihan dan biasanya mereka adalah anak yang pandai. Siswa dengan tingkat
motivasi belajar sedang hanya semangat mengerjakan soal-soal latihan yang tidak
terlalu sulit dan biasanya mempunyai prestasi yang cukup baik. Sedangkan siswa
dengan tingkat motivasi belajar rendah biasanya mempunyai prestasi yang agak
tertinggal dari siswa yang tingkat motivasi belajarnya tinggi atau sedang. Hal ini
dikarenakan, siswa yang tingkat motivasi belajarnya rendah, hanya semangat
mengerjakan soal-soal latihan yang mudah. Pada metode pembelajaran
konvensional maupun kooperatif tipe TGT, prestasi belajar siswa dalam
pembahasan ini yaitu pada sub pokok bahasan segiempat yang motivasi
belajarnya tinggi lebih baik daripada siswa yang motivasi belajarnya sedang atau
rendah. Sedangkan siswa yang motivasi belajarnya sedang lebih baik prestasi
belajarnya daripada siswa yang motivasi belajarnya rendah. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi memiliki
semangat mengerjakan soal-soal, misalnya saat kegiatan belajar mengajar maupun
saat ulangan. Sedangkan siswa yang motivasi belajarnya sedang atau rendah
kurang bersemangat dalam mengerjakan soal-soal saat kegiatan belajar-mengajar
maupun saat ulangan.
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian
ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments)
menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik jika
dibandingkan dengan metode konvensional pada pembelajaran matematika
sub pokok bahasan segiempat.
2. Terdapat pengaruh motivasi belajar matematika siswa terhadap prestasi
belajar matematika siswa pada sub pokok bahasan segiempat.
3. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi belajar
matematika siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa pada sub
pokok bahasan segiempat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental semu (quasi-
experimental research). Hal tersebut berkenaan dengan peneliti tidak mungkin
mengontrol semua variabel yang relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono
(2003: 82) bahwa Tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh
informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Pada penelitian
ini yang dilakukan adalah membandingkan prestasi belajar dari kelompok yang
diberi perlakuan dengan metode pembelajaran tipe TGT dengan kelompok yang
diberi pelajaran dengan menggunakan metode konvensional pada sub pokok
bahasan segiempat.