PENDAHULUAN
1
terutama saat makan. tindakan kenyamanan alternatif. banyak
ketidaknyamanan gigi atau rahang bawah patah berhubungan
dengan tekanan dari edema. perawat menginstruksikan klien
untuk menjaga kepala tempat tidur ditinggikan atau tidur di
beberapa bantal untuk mendorong gravitasi drainase edema.
perawat juga memperingatkan klien untuk menghindari tidur di
sisi yang terluka untuk mencegah ketidaknyamanan lebih lanjut.
Prevalensi maloklsi di Indonesia mencapai 80% dan menduduki urutan ketiga
setelah karies dan penyakit periodontal. Penelitian tentang prevalensi maloklusi
pada remaja usia 12-14 tahun di SMP di Jakarta menyatakan 83,3 % responden
mengalami maloklusi. Banyaknya jumlah tersebut disertai dengan meningkatnya
pengetahuan masyarakat mengenai masalah maloklusi serta meningkatnya taraf
hidup masyarakat menjadi penyebab bertambahnya permintaan kebutuhan
perawatan ortodenti. (Lib UI. FKG, Universitas Indonesia)
2
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi maloklusi
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi geligi
3. Untuk mengetahui patofisiologi maloklusi
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien
dengan maloklusi.
1.4. Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai
anatomi fisiologi geligi.
2. Menambah sumber bacaan atau referensi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan bagi
pembaca.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
2. Tulang gigi (dentin), didalamnya terdapat saraf dan
pemnuluh darah.
3. Rongga gigi ( pulpa), merupakan bagian anatara corona
dan radeks.
4. Leher gigi (kolum), merupakan bagian yang berada dalam
gusi
5. Akar gigi ( radiks), merupakan bagian yang tertanam pada
tulang rahang. Akar gigi melekat pada tulang rahang
dengan perantara semen gigi.
6. Semen gigi melapisi akar gigi dan membantu menahan gigi
agar tetap melekat pada gusi. Semen gigi terdiri atas :
a. Lapisan semen, merupakan pelindung akar gigi dan
gusi
b. Gusi merupakan tempat gigi tumbuh ( syaifuddin,
2006)
5
anterior. Kombinasi lebar mesiodistal geligi harus harmonis
dengan lengkung basal, baik pada rahang atas maupun
rahang bawah. Di dalam praktek sehari-hari yang paling
sering ditemui adalah disharmoni antara ukuran gigi
dengan tulang basal (Bishara, 2001).
Besarnya ukuran gigi berpengaruh terhadap
besarnya lengkung geligi, ukuran gigi yang lebih besar
akan menghasilkan lengkung geligi yang besar pula
(Nourallah, 2005).
b. Jenis Kelamin
Terdapat perbedaan ukuran gigi rata-rata 4% pada
kelompok laki-laki dan perempuan. Ukuran gigi berbeda menurut
jenis kelamin, gigi laki-laki mempunyai ukuran yang lebih besar
dibanding perempuan. Apabila dilakukan pengukuran gigi dengan
arah bukolingual dan mesiodistal, pada umumnya perbedaan itu
tampak pada bentuknya yaitu gigi laki-laki cenderung
mempunyai bentuk persegi, sedang perempuan mempunyai
ukuran yang lebih kecil. Ukuran geligi laki-laki lebih besar
daripada perempuan (Endo, 2008).
6
c. Ras
Ukuran gigi ternyata juga dipengaruhi oleh unsur ras.
Perbedaan ukuran gigi rata-rata dapat mencapai 4%, yang paling
besar perbedaannya adalah gigi kaninus rahang. Pada penelitian
lain mengenai ukuran gigi pada ras Kaukasoid, Negroid,
Mongoloid, ditemukan bahwa ras Negroid mempunyai ukuran
yang paling besar, kemudian diikuti oleh ras Mongoloid, dan yang
paling kecil adalah ras Kaukasoid. Ukuran gigi kelompok ras
Negroid lebih besar 8,4% dibanding kelompok ras Kaukasoid
(Hong, 2008). Pada penelitian lain ditemukan pula ukuran
mesiodistal gigi orang kulit hitam lebih besar secara bermakna
daripada orang kulit putih, sehingga rata-rata lebar lengkung
geligi orang kulit hitam lebih besar secara bermakna daripada
orang kulit putih (Othman, 2007).
Ras menunjukkan sekelompok individu suatu spesies yang
memiliki beberapa ciri khas, dapat diwariskan kepada
keturunannya yang membuat mereka berbeda dari kelompok
lain. Sedangkan populasi adalah sekelompok 12 individu dari
spesies sama, tinggal di teritori yang sama, dan karena proses
perkawinan dengan kelompok yang lain (Endo, 2008).
7
fungsional, patologi. Maloklusi adalah penyimpangan letak
gigi dan atau malrelasi lengkung geligi (rahang) di
luar rentang kewajaran yang dapat diterima. Terdapat bukti
bahwa prevalensi maloklusi meningkat, peningkatan ini
sebagian dipercayai sebagai suatu proses evolusi yang
diduga akibat meningkatnya variabilitas gen dalam
populasi yang bercampur dalam kelompok ras.
Meningkatnya letak gigi yang berdesakan mungkin
disebabkan tidak adanya atrisi proksimal dan oklusal yang
terjadi pada gigi.
(Rahardjo, 2009)
8
Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat
satu atau beberapa gigi anterior maksila yang posisinya
terletak di sebelah lingual dari gigi anterior mandibula.
b. Crossbite posterior
Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau
beberapa gigi posterior mandibula.
4. Deep bite
Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya
bagian insisal insisivus maksila terhadap insisal insisivus
mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm. Pada kasus
deep bite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial
dan insisivus madibula sering berjejal, linguo versi, dan supra
oklusi.
5. Open bite
Open bite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau
insisal dari gigi saat rahang atas dan rahang bawah dalam
keadaan oklusi sentrik. Macam-macam open bite menurut
lokasinya adalah :
a. Anterior open bite
Klas I Angle anterior open bite terjadi karena rahang
atas yang sempit, gigi depan inklinasi ke depan, dan gigi
posterior supra oklusi, sedangkan klas II Angle divisi I
disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan.
b. Posterior open bite pada regio premolar dan molar
6. Crowded
Crowded adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan
yang normal. Penyebab crowded adalah lengkung basal yang
terlalu kecil daripada lengkung koronal. Lengkung basal adalah
lengkung pada prossesus alveolaris tempat dari apeks gigi itu
9
tertanam, lengkung koronal adalah lengkungan yang paling
lebar dari mahkota gigi atau jumlah mesiodistal yang paling
besar dari mahkota gigi geligi. Derajat keparahan gigi
crowded:
a. Crowded ringan
Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi
depan mandibula,dianggap suatu variasi yang normal, dan
dianggap tidak memerlukan perawatan.
b. Crowded berat
Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat
menimbulkan hygiene oral yang jelek
7. Diastema
Diastema adalah suatu keadaan adanya ruang di antara
gigi geligi yang seharusnya berkontak. Diastema ada 2 macam,
yaitu :
a. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat
disebabkan karena dens supernumerary frenulum
labii yang abnormal, gigi yang tidak ada, kebiasaan
jelek, dan persistensi.
b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat
disebabkan oleh faktor keturunan, lidah yang besar
dan oklusi gigi yang traumatis. (Rahardjo, 2009)
2.4. Etiologi Maloklusi
Etiologi maloklusi dibagi atas dua golongan yaitu faktor luar atau faktor
umum dan faktor dalam atau faktor lokal. Hal yang termasuk faktor luar yaitu
herediter, kelainan kongenital, perkembangan atau pertumbuhan yang salah pada
masa prenatal dan posnatal, malnutrisi, kebiasaan jelek, sikap tubuh, trauma, dan
penyakit-penyakit dan keadaan metabolik yang menyebabkan adanya predisposisi
ke arah maloklusi seperti ketidakseimbangan kelenjar endokrin, gangguan
metabolis, penyakit-penyakit infeksi.
Hal yang termasuk faktor dalam adalah anomali jumlah gigi seperti
adanya gigi berlebihan (dens supernumeralis) atau tidak adanya gigi
10
(anodontis), anomali ukuran gigi, anomali bentuk gigi, frenulum labii yang
abnormal, kehilangan dini gigi desidui, persistensi gigi desidui, jalan erupsi
abnormal, ankylosis dan karies gigi.
A. Faktor Luar :
a. Kelainan herediter
Beberapa kelainan gigi yang dipengaruhi factor herediter
ialah kekurangan
jumlah gigi (hipodontia),kelebihan jumlah gigi (hiperdontia),
misalnya adanya
mesiodens, bentuk gigi yang khas misalnya carabelly pada
molar, kaninus
yang impaksi di palatal, transposisi gigi misalnya kaninus yang
terletak di
antara premolar pertama dan kedua.
b. Kekurangan Jumlah Gigi
Kelainan jumlah gigi dapat berupa tidak ada
pembentukan gigi atau agenesis gigi. Anodontia adalah suatu
keadaan tidak terbentuk gigi sama sekali,
biasanya merupakan bagian dari sindrom dysplasia
ektodermal.
c. Kelebihan Jumlah Gigi
Yang paling sering ditemukan adalah gigi kelebihan yang
terletak di garis
median rahang atas yang disebut mesiodens. Adanya gigi-gigi
kelebihan dapat
menghalangi terjadinya oklusi normal.
d. Disharmoni Dentomaksiler
Disharmoni dentomaksiler ialah suatu keadaan disporsisi
antara besar gigi dan rahang dalam hal ini lengkung geligi
B. Faktor Dalam:
11
Gigi sulung yang tanggal premature dapat berdampak
pada susunan gigi permanen. Semakin muda umur pasien
pada saat terjadi tanggal premature gigi sulung semakin besar
akibatnya pada gigi permanen.
b. Persistensi Gigi
Persistensi gigi sulung atau disebut juga over retained
deciduous teeth berarti gigi sulung yang sudah melewati
waktunya tanggal tetapi tidak tanggal.
c. Trauma
Trauma yang mengenai gigi sulung dapat menggeser
benih gigi permanen. Bila terjadi trauma pada saat mahkota
gigi permanen sedang terbentuk dapat terjadi gangguan
pembentukan enamel, sedangkan bila mahkota gigi permanen
telah terbentuk dapat terjadi dilaserasi yaitu akar gigi yang
mengalami distorsi bentuk (biasanya bengkok). Gigi yang
mengalami dilaserasi biasanya tidak dapat mencapai oklusi
yang normal.
e. Kebiasaan Buruk
12
benda lain dalam waktu yang berkepanjangan dapat
menyebabkan maloklusi. Dari ketiga factor ini yang paling
berpengaruh adalah durasi kebiasaan berlangsung. Kebiasaan
mengisap jari pada fase geligi sulung tidak mempunyai
dampak pada gigi permanen bila kebiasaan tersebut telah
berhenti sebelum gigi permanen erupsi. Bila kebiasaan
tersebut terus berlanjut sampai gigi permanen erupsi akan
terdapat maloklusi dengan tanda- tanda berupa insisiv atas
proklinasi dan terdapat diastema, gigitan terbuka, lengkung
atas sempit serta retroklinasi insisi bawah.
13
2 Lebar lengkung yaitu terjadi kelainan saat mengucapkan
huruf s, z, th.
3 Open bite yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan
huruf s, sh, z, zh, th, dan kadang-kadang pada huruf t dan
d.
4 Derajat protrusi yaitu terjadi kelainan bunyi saat
mengucapkan huruf s, sh,z, zh.
5 Pada gigi yang rotasi kelainan bunyi yang terjadi sama
dengan kelainan pada ruang antar gigi.
Maloklusi dapat mempengaruhi estetis dari penampilan
seseorang. Penampilan wajah yang tidak menarik mempunyai
dampak yang tidak menguntungkan pada perkembangan
psikologis seseorang, apalagi pada saat usia masa remaja.
14
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN MALOKLUSI TEORITIS
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien : meliputi nama, alamat, umur
2. Keluhan utama : klien mengalami kesulitan makan
akibat nyeri dari maloklusi
3. Riwayat kesehatan
4. Riwayat kesehatan dahulu
Mengkaji riwayat gigi yang lengkap, kecukupan gizi
yang mepengaruhi pertumbuhan gigi dan tulang,
personal hygine, klien mengalami trauma dan
kurangnya perhatian terhadap gigi sehingga dapat
menimbulkan gigi patah.
5. Riwayat kesehatan sekarang
Mengkaji kebiasaan klien, menggigit benda keras
dalam makanan.
6. Riwayat kesehatan keluarga
7. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi kelainan bentuk struktur wajah untuk
mengamati otot otot wajah pada saat istirahat,
bergerak, berbicara dan makan. Dengan cara klien
membuka dan menutup rahang, perawat menggunakan palpates
atas daerah gigi dan rahang bawah secara lembut, menilai untuk
nyeri, kelainan atau pembatasan gerak, crepitance (grinding sensasi
dan suara yang disebabkan oleh fragmen tulang), atau perubahan
sensasi.
b. Kaji rongga mulut : catat gigi rusak, status gizi,
keutuhan membran nukosa mulut.
c. Palpasi rongga mulut dengan menggunakan teknik
palpasi daerah gigi dan rahang bawah secara lembut
untuk memeriksa bagian luar apakah timbul gerakan
abnormal dan nyeri.
d. Kaji tingkat nyeri
e. Perhatikan gejla fraktur mandibula ( nyeri dan
hilangnya sensasi ) akibat kerusakan saraf kranial V.
f. Penilaian psikososial
15
Perawat menilai reaksi psikososial klien untuk patah tulang
dalam rongga mulut. Sebagai fungsi dan penampilan dalam rongga
mulut dan wajah sangat terkait dengan citra tubuh dan seksualitas,
perawat bertanya tentang dampak patah tulang pada konsep diri
klien. Jika gangguan ini disebabkan oleh trauma, perawat menilai
reaksi klien terhadap dan pemulihan dari kejadian tersebut. Jika
patah tulang adalah hasil dari pertengkaran, perawat mengevaluasi
kebutuhan untuk konseling atau intervensi oleh pekerja sosial
untuk mengevaluasi hubungan interpersonal klien. Klien lanjut usia
yang mengalami patah tulang karena osteoporosis atau jatuh dinilai
untuk perlunya penjagaan atau bantuan di rumah. Perawat
mengeksplorasi dengan klien makna dan konsekuensi dari setiap
ketidakmampuan atau pilihan gaya hidup ( seperti
ketidakmampuan untuk makan atau sakit) yang di sebabkan oleh
patah tulang. Selain itu perawat menilai. Level pendidikan klien,
menentukan kebutuhan dan keinginan untuk informasi, dan
identifikasi banyak etnik atau hambatan budaya untuk pendidikan
atau instruksi.
8. Pemeriksaan Penunjang
16
2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan menyatunya sekresi dan edema oral
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan cedera di
area wajah
4) Gangguan membran mukosa berhubungan dengan
cedera
5) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
protokol pengobatan
6) Kecemasan dan ketakutan berhubungan dengan
prosedur diagnostik dan pengobatan
7) Perubahan gizi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan nyeri oral atau maloklusi
3.3 Penatalaksanaan
17
memadai dengan menggunakan suam-suam kuku garam
atau sodium bikarbonat bilasan dan menyikat dengan sikat
lembut kapan dan di mana sesuai.
1. Terapi diet
2. Manajemen bedah
18
pada gigi rahang atas dan kabel atau banded tanpa
memerlukan pengurangan lebih lanjut. Gigi kabel di fiksasi
intermaxillary sering membutuhkan reduksi terbuka,
sayatan bedah untuk mengekspos mandibula dan
mengurangi fraktur selama operasi. Pasca operasi, klien
ditempatkan di IMF.
3. Perawatan perioperative
4. Perawatan pascaoperasi
19
membutuhkan pemotongan seharusnya klien mengalami
kesulitan napas.
20
dari gigi. Perawat juga memasok klien dengan emolien bibir
untuk mencegah bibir pecah-pecah.
Untuk tindakan kenyamanan, perawat mengangkat kepala
tempat tidur klien setidaknya 30 derajat setelah klien
sepenuhnya terjaga dari anasthesia umum untuk membantu
dalam mengurangi edema. Perawat menilai terjadinya tanda
subjektif dan objektif klien ketidaknyamanan untuk
menentukan kebutuhan analgesik dan efektivitas regimen
analgesik. perawat hati-hati menilai tingkat analgesik untuk
mencegah oversedation dan penurunan Refleks importent,
khususnya Refleks gag. Kabel yang digunakan untuk
menempatkan klien dalam IMF sering menekan terhadap
resiko gigi dan bibir dan dapat menyakitkan bagi klien,
terutama jika edema oral menempatkan kabel bersentuhan
langsung dengan struktur oral. Perawat menilai perlunya
anasthetics topical.
Klien di IMF tidak dapat mengunyah dan harus mendapat
semua nutrisi dalam bentuk cair atau bubur. perawat
berkonsultasi dengan ahli gizi untuk menginstruksikan klien
dan menyiapkanmakanan keluarga dalam penyusunan diet
dan pemeliharaan keseimbangan gizi sementara klien menelan
makanan cair. Seringkali, makanan yang disiapkan harus
kreatif untuk memberikan cukup variasi dalam diet berpotensi
monoton. Klien di IMF sering kehilangan 10 sampai 20 kg BB di
6 minggu. Perhatian khusus harus diambil untuk menilai status
gizi klien dan prefent penurunan berat badan yang berlebihan.
5. Discharge Planning.
1. Persiapan perawatan di rumah.
persiapan perawatan di rumah kecil yang diperlukan
untuk klien yang telah mengalami perbaikan atau
ekstraksi gigi retak. Untuk klien yang telah mengalami
perbaikan dari mandibula retak, perawat menilai
21
kebutuhan klien untuk blender untuk persiapan diet dan
waterpik untuk perawatan mulut.
2. Klien / pendidikan keluarga.
Perawat menginstruksikan keluarga dan klien tentang
perawatan (seperti perawatan jahitan line dan
perubahan rias), perawatan mulut, obat, diet, dan
deteksi dini infeksi.
Perawat menasihati klien di IMF tentang tindakan
pencegahan sementara gigi dilengkapi di dalam oklusi.
Perawat memperingatkan klien untuk memiliki gunting
atau pemotong kawat dengan dia / nya setiap saat dan
menginstruksikan klien di mana kabel untuk memotong
dalam keadaan darurat. kegiatan berenang dan air
merupakan kontraindikasi, sebagai air memasuki
rongga mulut sulit untuk menghapus cepat sementara
di IMF. Perawat menginstruksikan klien untuk
menghindari minuman berkarbonasi karena mendesis di
rongga mulut sering dapat menyebabkan sensasi
tersedak. Minuman beralkohol merupakan
kontraindikasi sementara klien dipertahankan di IMF,
tidak hanya karena potensi untuk muntah setelah
konsumsi alkohol yang berlebihan, tetapi juga karena
efek alkohol pada penurunan refleks muntah. Klien
disarankan untuk menghindari olahraga atau kegiatan
yang dapat mengakibatkan luka kembali ke daerah
fraktur.
Perawat juga menyarankan klien untuk mencari
bantuan gigi profesional setelah kabel yang dihapus,
sebagai langkah kebersihan minimal selama periode
enam minggu IMF sering mengakibatkan banyak karies,
yang membutuhkan perhatian.
3. Persiapan Psikososial.
22
Adapun klien dengan gangguan lain dari rongga
mulut, klien yang telah mengalami perbaikan gigi atau
ekstraksi karena fraktur atau yang berada di IMF untuk
fraktur mandibula sering mengalami gangguan dalam
konsep diri. Munculnya gangguan lisan seringkali sulit
untuk menyembunyikannya. Selain itu, klien di IMF
mengalami perubahan dalam pola bicara dan makan.
Jika perawat mengantisipasi bahwa klien mungkin
mengalami gangguan dalam konsep diri, topik
diperkenalkan ke klien dan keluarga sebelum pulang
dari rumah sakit untuk mendorong verbalisasi perasaan
ini dan menjamin klien bahwa perasaan semacam itu
umum dan menjadi diharapkan.
4. Sumber perawatan kesehatan.
Pekerja sosial sering dicari untuk membantu klien
dengan kebutuhan keuangan, pengadaan peralatan,
menyediakan kebutuhan makanan khusus di rumah,
atau membantu dalam konseling klien yang mengalami
kesulitan kembali ke peran sosial. Komunitas perawat
kesehatan menilai situasi rumah, memastikan
kemampuan klien dan keluarga untuk melakukan
perawatan atau menyediakan diet di rumah,
memberikan evaluasi berkelanjutan klien di rumah
(misalnya, menilai status gizi dan kontrol nyeri),
memberikan dukungan emosional untuk klien dan
keluarga, dan menentukan kebutuhan petugas
kesehatan lainnya di rumah.
23
24
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MALOKLUSI
Studi Kasus:
4.1 Pengkajian:
A. Identitas pasien
a. Nama : An.B
b. Usia : 7 tahun
d. Alamat : Surabaya
B. Keluhan utama
25
Data tidak ditemukan
1. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing) : Normal
B2 (Blood) : Normal
B3 (Brain) : Cemas
B4 (Bladder) : Normal
B5 (Bowel) : Kesulitan dan rasa tidak nyaman ketika
menggigit atau mengunyah makanan
B6 (Bone) : gigi anterior terdorong ke depan
26
Misperception
Nafsu makan menurun
Intake makanan tidak
adekuat
Kebutuhan nutrisi kurang
2. DS : Faktor yang mempengaruhi Gangguan citra
Tidak ditemukan data ( kebiasaan buruk) tubuh
DO :
An. B memiliki profil Penyimpangan letak gigi dan
muka cembung, bibir lengkung geligi
bawah condong
terdorong ke belakang Fraktur gigi atau rahang
dan dagu terdesak ke akibat penyimpangan yang
dalam. tidak wajar ( condong ke
depan )
Gigi anterior condong
terdorong ke arah depan
Maloklusi : protrusi
Profil muka tampak cembung
Perubahan bentuk wajah
Perasaan negatif tentang
tubuh
27
Perubahan pada persepsi diri
Gangguan citra tubuh
Domain : 2 Nutrition
Class : 1 Ingestion
Kode 00002
28
4. Hemoglobin 6. Monitor lingkungan selama
5. Total ion binding capacity
makan
6. Jumlah limfosit
7. Monitor turgor kulit
8. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, total protein, Hb, dan
kadar Ht
10. Monitor mual muntah
11. Monitor intake nutrisi
12. Monitor pucat,
kemerahan, dan kekerngan
jarngan konjungtiva
13. Atur posisi
semifowler/fowler selama
makan
14. Anjurkan banyak minum
15. Pertahankan terapi IV
line
16. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
17. Kolaborasi dengan
dokter tentang kebuthan
suplemen makanan seperti
NGT/TPN sehingga intake
cairan yang adequat dapat
dipertahankan.
29
Kode 00118
Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC
4.5 Evaluasi
Atas dasar diagnosa keperawatan umum, perawat mengevaluasi
perawatan klien dengan maloklusi yang berdasarkan dari gigi atau
fraktur mandibula sesuai dengan yang diharapkan. Hasil yang
diharapkan meliputi :
1. Mematuhi rejimen kebersihan mulut
30
2. Menyatakan bahwa nyeri diringankan atau dikendalikan
3. Mengakui manifestasi klinis awal infeksi
4. Menjaga gizi seimbang sementara di IMF
31
BAB 5
KESIMPULAN
32
DAFTAR PUSTAKA
lib.ui.ac.id/file?file=digital/125312-R19-ORT-125%20%20Efek%20Topical-
Pendahuluan.pdf
33