TINJAUAN TEORITIS
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya, yaitu meninges,
ginjal, tulang dan nodus limfe ((Brunner & Suddarth dalam Smelzert (2002) dan
2.1.2 Etiologi
Tuberkulusis pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882, adalah satu
basil yang bersifat tahab asam pada pewarnaan sehingga disebut pula sebagai Basil
panjangnya 1-4 mikron. Lebarnya antara 0,3 sampai 0,6 mikron. Kuman akan tumbuh
optimal pada suhu sekitar 37 yang memang kebetulan sesuai dengan tubuh manusia,
hasil tuberkulusis tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar dan dalam ruangan
10
yang gelap, lembab dan cepat mati terkena sinar matahari langsung (sinar ultraviolet),
dalam jaringan tubuh kuman ini bersifat dormant tertidur lama) selama beberapa
tahun dan dapat kembali aktif jika mekanisme pertahanan tubuh lemah (Alsagaff,
2010)
Kuman TB bersifat aerob dan lambat tumbuh (Holt, 2008). Suhu optimum
pertumbuhannya 37-38 C. Kuman TB Paru cepat mati pada paparan sinar matahari
langsung tetapi dapat bertahan beberapa jam pada tempat yang gelap dan lembab
serta dapat bertahan hidup 8-10 hari pada sputum, kering yang melekat pada debu
Penularan terjadi melalui percikan dahak (droplet Infection) saat penderita batuk,
berbicara atau meludah (Soediman, 2010). Kuman TB Paru dari percikan tersebut
melayang di udara, jika terhirup oleh orang lain akan masuk kedalam sistem respirasi
Dengan demikian penyakit ini sangat erat kaitannya dengan lingkungan, penyakit TB
Paru dapat terjadi akibat komponen lingkungan yang tidak seimbang (pencemaran
udara). Masalah pencemaran udara dipermukaan bumi sudah ada sejak zaman
pembentukan bumi itu sendiri. Namun dampak bagi kesehatan manusia, tentu dimulai
sejak manusia pertama itu terbentuk. Udara adalah salah satu media transmisi
penularan TB Paru dimana manusia memerlukan oksigen untuk kehidupan. Jadi jika
11
seorang penderita TB Paru BTA(+) membuang dahak di sembarang tempat, maka
konsentrasi kuman yang terhirup dan daya tahan tubuh. Sumber penularan adalah
pasien TB Paru BTA(+). Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman
ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Bsekali batuk dapat
ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat
kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak,
kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikn dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut. Resiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan
lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA(-). Resiko penularan setiap tahunnya di
penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1% berarti 10
(sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia
12
bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopik pada TB Paru
1. Tuberkulosis Paru BTA(+)
Sekurang-kurngnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA(+), 1
spesimen dahak SPS hasilnya BTA(+) dan foto toraks dada menunjukkan
13
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa
dengan BTA(+).
4. Gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB.
Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosilier bronkus dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan
menetap di sana. Infeksi dimulai saat kuman TB berkasil berkembang biak dengan
cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan radang di dalam paru. Aliran getah
14
bening akan membawa kuman TB ke kelenjar getah benih di sekitar hilus paru, ini
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Infeksi dapat dibuktikan
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan
besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya
beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persisten atau dorman (tidur). Kadang
daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam
Mycobacterium tuberculusis
Saluran pernafasan
atas pernafasan
bronkus
Penumpukkan sekret
Alveolus
15
Efektif Tidakeksudasi
efektif
Sekret keluar
saat batuk Sekret tidak
keluar saat
Batuk terus batuk Gangguan
menerus pertukaran
Bersihan Gas
Terhirup jalan
orang sehat nafas
tidak
Resiko efektif
penyebaran
infeksi
Gangguan
pola
istirahat
tidur
Bagan 2.1 WOC TBC
a. Batuk
Batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau, lebih.
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus dan
terjadi iritasi. Akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan menjadi
peradangan.
b. Dahak
16
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit,
d. Sesak Nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru
sakit sewaktu menarik nafas dalam. Bisa juga disebabkan regangan otot
karena batuk.
2.1.6 Penyebab TB Paru
khusus tahan terhadap asam pada pewarnaan. Kuman TB cepat mati dengan
sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup sampai beberapa jam di
tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat tertidur
lama (dorrman) selama beberapa tahun (Bustan, 2002). Ada beberapa jenis
17
Mycobacterium kansaii, Mycobaterium avium dan Mycobacterium nenopi.
Suspek TB Paru
Pemeriksaan dahak mikroskopis--sewaktu, pagi, Sewaktu (SPS)
Pemeriksaan Dahak
Mikroskopis
TB
Hasil BTA
+++
++-
+--
18
Foto Toraks dan
pertimbangan dokter
Bukan TB
2.1.8 Pemeriksaan
2.1.8.1 Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Penemuan basil tahan asam (BTA) merupakan suatu alat penentu yang amat
penting dalam diagnosis Tuberkulosis Paru. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa
mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen
hasilnya positif.
S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat suspek datang berkunjung pertarma kali.
Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak
hari kedua.
19
P (Pagi) : dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun
tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK (Unit Pelayanan
Kesehatan).
S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua saat menyerahkan dahak
pagi.
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA(-) dan foto rontgen dada
menjadi bentuk berat dan ringan tergantung pada gambaran luas kerusakan paru pada
foto rontgen dan melihat kepada keadaan penderita yang buruk. Penentuan klasifikasi
penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan OAT yang
foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB
Paru (Dinkes Provinsi SU, 2008). Indikasi pemeriksaan foto toraks adalah sebagai
berikut :
20
1. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA(+).
melalui orang ke orang lain melalui udara. Individu terinfesi melalui berbicara,
batuk, bersin, atau bernyanyi. Melepaskan droplet besr (lebih besar dari 100)
dan kecil (1 sampai 5). Droplet yang besar menetap, sementra droplet yang
kecil tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan (Smeltzert, 2002).
Sumber utama penularan TB ini adalah penderita TB BTA(+). Pada waktu
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi yang baik dapat
jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya dari penularan seseorang
ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamnya menghirup udara
21
Menurut Naga (2012) secara umum, derajat atau tingkat penularan
sputum, virulensi atas dan peluang adanya pencemaran udara dari batuk, bersin
dan berbicara keras. Kuman ini dapr bertahan diudara selama beberapa jam,
sehingga cepat tau lambat droplet yang mengandung bkteri TB akan terhirup
proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar
1%, berarti sepuluh orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI
menjadi pasien TB dipengaruhi oleh daya tahan tubuh yang rendah dan
di masyarakat.
Brunner dan Suddart dalam Smeltzer (2002) individu yng berisiko tinggi
22
f. Setiap indvidu yang tinggal di institusi misalnya fasilitas perawatan jangka
panjang
g. Individu yang tingggal di perumahan kumuh
h. Petugas kesehatan
2.1.10 Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan penderita, mencegah
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap
kuman dalam keadaan metabolic akti, yaitu kuman yang sedang berkembang.
yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk
3 Pirasinamid (Z)
Bersifat bakteriasid. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan
23
Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB
mg/kg BB.
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari bebrapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman
persisten) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai
dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang
digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC
akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). Untuk menjamin kepatuhan
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung
untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama rifampisin. Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TBC
BTA(+) menjadi BTA(-) (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pada tahap
lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang
24
1. Pemeriksan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat
populasi tertentu, misalnya karyawan rumah sakit atau puskesmas atau bali
kesehatan lainnya.
3. Vaksinasi BCG; reaksi positif terjadi jika setelah mendapat vaksinasi
langsung terdapat lesi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari
setelah penyuntikan.
4. Kemoprofilaksis, dengan menggunkan INH mg/kg BB selama 6-12 bulan
masih sedikit.
5. Komunikasi, informasi dan edukasi tentang penyakit tuberkulosis kepada
kesehatan.
Pada setiap pelayanan kesehatan, Arias (2010) menyebutkan tindakan
meliputi :
a. Pengenalan segera orang-orang (pasien dan petugas) yang menderita TB
paru
b. Isolasi segera pasien yang diketahui atau diduga menderita TB paru dalam
tanda dan gejala Tuberkulosis paru (misalnya riwayat medis dan fisik,
radiografi, dada, uji kulit tiberkulin dan pulasan serta biakan sputum untuk
25
d. Penggunaan alat pelindung pernafasan (masker) untuk petugas yang
merawat pasien yang diketahui atau diduga TB. Perawatan segera pasien
laringitis.
2. Kronis : obstruksi jalan nafas pasca TB, kerusakan parenkim berat/ fibrosis
dewasa (ARDS).
2.1.13 Faktor yang berhubungan dengan terjadinya peningkatan angka kejadian
penyakit TB Paru.
Faktor yang mempengaruhi kejadian tuberkulusis diantaranya :
1. Faktor Predisposisi
a. Umur
Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis di Amerika yaitu
umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS. Hasil
diperkirakan 75% penderita Tb paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-
50 tahun.
26
b. Jenis Kelamin
Tuberkulosis paru lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan
perilaku hidup bersih dan sehat. Tingkat pendidikan seseorang juga akan
paling banyak diderita pada orang yang tidak pernah sekolah yaitu sebesar 0,5%
d. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor resiko apa yang harus dihadapi setiap
27
morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan
penderita TB paru paling banyak diderita pada orang yang tidakbekerja yaitu
sebesar 11,7%.
Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan
(UMR) akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai
nutrisi dan gizi yang kurang akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi
(Sarwani, 2012)
e. Status Gizi
28
Secara umum kekurangan gizi atau gizi buruk akan berpengaruh
terhadap kekuatan, daya tahan dan respon imun terhadap serangan penyakit.
Faktor ini sangat penting pada masyarakat miskin, baik pada orang dewasa
(Notoatmodjo, 2007).
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host (pejamu) baik benda
mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat
interaksi.
29
perumahan dan rumah tempat tinggal yang tidak sehat, telah diatur dalam
Perumahan.
1) Pencahayaan
Minimal vahaya matahari yang masuk kedalam ruangan 60 ux dan
penderita, selain itu kuman tersebut dapat bertahan hidup beberapa jam
ditempat yang gelap dan lembab, tetapi akan mati bila terkena cahaya
matahari langsung. Hal ini akan semakin baik bila konstruksi rumah
menggunakan genteng kaca dengan jendela kaca minimal 20% luas lantai,
pada ruang keluarga dan kamar tidur mengingat pada tempat tersebut
30
kelembaban dan dapat membunuh kuman penyakit akibat pengaruh sinar
a. Infiltrasi, bila udara luar rumah masuk kedalam rumah melalui celah-
buatan minimal maka rate pertukaran udara akan rendah pula, sedangkan
31
tersebut memungkinkan seseorang akan terinfeksi kuman TB Paru (Depkes,
2002).
Faktor lingkungan rumah seperti ventilasi juga berperan dalam
m2/orang, jadi untuk satu keluarga yang terdiri dari 5 orang minimum
ketentuan anak < 1 tahun tidak diperhitungkan dan umur 1-10 tahun
diperhitungkan setengah.
Hasil penelitian Rusnoto, menunjukkan bahwa adahubungan yang
(OR=5,983).
3. Pelayanan Kesehatan
32
Perawatan di rumah sakit bukanlah suatu keharusan bagi penderita TB
pengobatan relatif akan berjalan lama yaitu sekurang-kurangnya 6 bulan dan bisa
terlatih dan teratur minum obat sesuai petunjuk. Tempat pelayanan dapat berupa
dilakukan pada usia dini dengan pemberian imunisasi pada saat anak usia mulai 0
bulan atau anak usia 6 tahun dan efek imunitasnya hanya berlangsung 6 tahun atau
kurang. Anak yang sejak usia 1 bulan mndapat suntikan imunisasi BCG dapat
meninggikan daya tahan tubuh terhadap kuman tuberculosis yang virulen (Depkes,
2000)
ini belum dapat menjangkau seluruh Puskesmas, rumah sakit pemerintah maupun
yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya
33
dan pada berbagai spesies hewan umumnya memang terdapat bentuk bentuk
lebih dari satu respon yang berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat saja
sifat kpribadian dan sikap yang saling berinteraksi pula dengan faktor faktor
dalam menentukan perilaku, bahkan kadang kadang kekuatannya lebih besar dari
pada karakteristik individu. Hal inilah yang menjadikan prediksi perilaku lebih
kompleks.
lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya
1. Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang spesifik
terhadap sesuatu.
2. Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma norma
subjektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain
34
Secara sederhana, teori ini mengatakanbahwa seseorang akan melakukan
suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya
bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. Dalam teori perilaku terencana
normanorma subjektif dan pada kontrol perilaku yang dia hayati. Ketiga komponen
ini berinteraksi dan menjadi determinan bagi intensi yang pada gilirannya akan
menentukan apakah perilaku yang bersangkutan dilakukan atau tidak (Azwar, 2010).
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku (behaviour causer) dan faktor
dari luar perilaku (non behaviour causer). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan
sebagainya.
3. Faktorfaktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok
35
Di simpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang
atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
pencegahan adalah segala kegiatan yang dilakukan baik langsung maupun tidak
kesehatan reproduksi bagi remaja yang hamil diluar nikah, yang terkena
ditempat kerja.
36
4) Perlindungan terhadap bahanbahan yang bersifat karsinogenik, bahan-
c. Menggunakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (Early
serviks.
berpenyakit menular.
menimbulkan komplikasi.
masyarakat.
37
2) Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberi
Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap suatu perbuatan nyata.
Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimilus dalam bentuk nyata
atau terbuka.
Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan
itu bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini disebut perilaku, bentuk
perilaku dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam peraturan teoritis, tingkah
laku dapat dibedakan atas sikap, di dalam sikap diartikan sebagai suatu
kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap belum
otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu
tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi fasilitas yang
memungkinkan.
tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh
38
ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.
Secara biologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan, namun tidak
pula dapat dikatakan bahwa sikap tindakan memiliki hubungan yang sistematis.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek
(practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh karena
oleh tiga faktor yaotu faktor predisposisi seperti pengetahuan, sikap keyakinan, dan
nilai, berkanaan dengan motivasi seseorang bertindak. Faktor pemungkin atau faktor
39
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas,
sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung
tingkatan, yaitu :
a) Persepsi, yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sesuai dengan tindakan
40
Status Imunisasi suhu Bakteri hidup Bakteri mati
BCG debu dalam sel
Merokok lantai Manifestasi
dinding Berkembang biak klinis:
-keringat
Pemeriksaan malam
penunjang : - anoreksia
- Pemeriksaan -penurunan
fisik BB
- Tes -malaise
Perilaku tuberkulin
pencegahan - Rontgen Komplikasi:
penularan : torak -gagal nafas
- Laboratoriu
- Mengguna -hemoptisis
kan masker m (sputum,
-efusi pleura
- Tidak urine, darah)
-empiema
meludah - Dll
-dll
- Minum obat
- Menutup
mulut saat Positif Tb
batuk
Penatalaksanaan
Pada kerangka teori serta tinjauan kepustakaan, tidak semua variabel untuk
diteliti. Penulis hanya akan meneliti sebagian faktor yang berhubungan dengan
41
Selanjutnya disusun kerangka konsep sebagai berikut :
Karakteristik Individu
1. Umur
2. Tingkat pendidikan
3. Pekerjaan
4. Jenis Kelamin
5. Status Gizi
Faktor Predisposi
Pengetahuan
Perilaku Penderita TB Paru
Faktor Pendorong :
Pelayanan Kesehatan
42
H3 : Ada hubungan pendidikan dengan kejadian TB Paru BTA(+) dalam
pencegahan penularan TB Paru pada keluarga di wilayah kerja
Puskesmas Pinangsori kabupaten Tapanuli Tengah
H4 : Ada hubungan pekerjaan dengan kejadian TB Paru BTA(+) dalam
pencegahan penularan TB Paru pada keluarga di wilayah kerja
Puskesmas Pinangsori kabupaten Tapanuli Tengah
H5 : Ada hubungan status gizi dengan kejadian TB Paru BTA(+) dalam
pencegahan penularan TB Paru pada keluarga di wilayah kerja
Puskesmas Pinangsori kabupaten Tapanuli Tengah
H6 : Ada hubungan Pengetahuan dengan kejadian TB Paru BTA(+) dalam
pencegahan penularan TB Paru pada keluarga di wilayah kerja
Puskesmas Pinangsori kabupaten Tapanuli Tengah
H7 : Ada hubungan pencahayaan dengan kejadian TB Paru BTA(+)
dalam pencegahan penularan TB Paru pada keluarga di wilayah kerja
Puskesmas Pinangsori kabupaten Tapanuli Tengah
H8 : Ada hubungan ventilasi dengan kejadian TB Paru BTA(+) dalam
pencegahan penularan TB Paru pada keluarga di wilayah kerja
Puskesmas Pinangsori kabupaten Tapanuli Tengah
H9 : Ada hubungan kepadatan hunian dengan kejadian TB Paru BTA(+)
dalam pencegahan penularan TB Paru pada keluarga di wilayah kerja
Puskesmas Pinangsori kabupaten Tapanuli Tengah
H10 : Ada hubungan pelayanan kesehatan dengan kejadian TB Paru
BTA(+) dalam pencegahan penularan TB Paru pada keluarga di
wilayah kerja Puskesmas Pinangsori kabupaten Tapanuli Tengah
43