Anda di halaman 1dari 12

BAB II

SIFAT FISIK DAN MEKANIK TANAH

2.1 Sifat Fisik Tanah

A. Volume dan Berat Tanah


Proses pelapukan batuan yang terjadi dekat dengan permukaan bumi akan
membentuk tanah. Jika hasil pelapukan masih berada di tempat asalnya, maka
tanah tersebut disebut tanah residual (residual soils) dan apabila telah terjadi
proses transportasi maka tanah tersebut disebut tanah terangkut (transported
soils).
Tanah terdiri dari tiga fasa yang mengandung air, udara, dan bahan-bahan
mineral dan organik. Void dapat mengandung air dan atau udara. Volume total
Vtadalah penjumlahan dari volume void Vv dengan volume solid Vs. Fenomena
tersebut dapat dijelaskan dalam persamaan berikut ini :
Vt = Vs + Vv = Vs + Vw + Va Persamaan 2.1
Keterangan :
Vt = volume total
Vs = volume solid
Vv = volume void
Vw = volume air
Va = volume udara

Gambar 2.2 Diagram Fasa Tanah Air Udara (West, 1995)

Jika udara dianggap tidak memiliki berat atau berat udara sama dengan
nol, maka berat total dari sampel tanah dapat dinyatakan sebagai berikut :
W = Ws + Ww . Persamaan 2.2
Keterangan :
Ws = berat solid atau berat butiran padat
Ww = berat air
Hubungan volumetrik yang umum digunakan untuk suatu elemen tanah
adalah angka pori (void ratio), porositas (porosity), derajat kejenuhan (degree of
saturation), kadar air (moisture content), bobot isi (unit weight), dan berat jenis
(specific gravity).
Angka pori (e) adalah perbandingan antara volume pori (V v) dengan
volume solid atau material padat (Vs).

e = Vv / Vs ....................
Persamaan 2.3
Porositas (n) adalah perbandingan Antara volume pori (V v) dengan volume
tanah total (Vt).

n = (Vv / V) x 100%
.. Persamaan 2.4
Derajat kejenuhan (Sr) adalah perbandingan antara volume air (Vw)
dengan volume pori (Vv).

Sr = (Vw / Vv) x 100%


..Persamaan 2.5

Kadar air (w) adalah perbandingan antar berat air (Ww) dengan berat
material padat (Ws).

w = (ww / ws) x 100%


..Persamaan 2.6

Bobot isi () adalah nilai berat material padat atau tanah (Ws) per satuan
volume (V).

=w/v .
Persamaan 2.7
= w / v = (ws + ww) / v .
.Persamaan 2.8

Persamaan 2.8 di atas digunakan untuk mengetahui nilai bobot isi basah
(moist unit weight). Sedangakan untuk menentukan nilai bobot isi kering
(dry unit weight), persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

dry = ws / v
Persamaan 2.9

Berat jenis (Gs) adalah perbandingan antara bobot isi material padat (s)
dengan bobot isi air (w) pada temperature ruangan.
Gs = s / w . Persamaan 2.10

Tabel 2.1 Berat Jenis Tanah (Bowles, 1992)

Jenis Tanah Berat jenis (Gs)


Pasir 2.65 2.68
Lanau Tanpa Komponen Organik 2.62 2.68
Lempung Organik 2.58 2.65
Lempung Tanpa Komponen Organik 2.68 2.75
Humus 1.37
Gambut 1.25 1.80

B. Klasifikasi Tanah

Berdasarkan ukuran besar butirnya, tanah terbagi menjadi dua jenis, yaitu
tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus. Sistem klasifikasi universal yang
biasa digunakan untuk mengklasifikasikan tanah adalah USCS (Unified Soil
Classification System). Berikut adalah sistem klasifikasi tanah berdasarkan USCS
(ASTM D2487 11) yang membagi tanah menjadi :
a. Tanah berbutir kasar (coarse-grained soil) adalah tanah yang memiliki
besar butir kerikil dan pasir, kurang dari 50% berat sampel tanah lolos
saringan no.200. Simbol yang digunakan untuk pemerian tanah jenis ini
adalah G (gravel) dan S (sand).
b. Tanah berbutir halus (fine-grained soil) adalah tanah yang 50% dari berat
sampel tanah nya lolos saringan no. 200. Simbol yang digunakan untuk
pemerian tanah jenis ini adalah M (silt) untuk lanau anorganik, C (clay)
untuk lempung anorganik, O (organic) untuk lanau dan lempung organik,
dan Pt (Peat) untuk gambut.

Simbol atau sufiks yang digunakan untuk pemerian tanah dari


pertimbangan nilai gradasi dan plastisitas yang biasa digunakan adalah sebagai
berikut :

W = well graded (bergradasi baik), untuk tanah berbutirkasar

P = poorly graded (bergradasi buruk), untuk tanah berbutir kasar

L = low plasticity (plastisitas rendah), untuk tanah berbutir halus

H = high plasticity (plastisitas tinggi), untuk tanah berbutir halus

Berikut ini adalah prosedur penggunaan klasifikasi USCS :

1. Untuk tanah gambut, ada tabel klasifikasi sendiri. Untuk tanah jenis
lain, ditentukan dari persentase fraksi yang lolos saringan no. 200.
2. Menentukan fraksi yang tertahan di saringan no.200
R200 = 100 F200

3. Bila R200 50, maka termasuk tanah berbutir halus. Lanjutkan pada
tabel khusus tanah berbutir halus. (Tabel 2.2)
4. Bila R200 > 50, maka termasuk tanah berbutir kasar. Tentukan
persentase tanah yang tertahan pada saringan no.4 dengan rumus :
R4 = 100 F4

5. Tentukan rasio dari R4 / R200


Bila R4 / R200 > 0,5 , maka termasuk tanah kerikilan (gravelly)
Bila R4 / R200 0,5 , maka termasuk tanah pasiran (sandy)
Tabel 2.2 Pemerian Tanah Berdasarkan USCS (Das, 1985)

Prosedur Jenis Sub


Prefiks Sufiks
Klasifikasi Tanah Kelompok
Gradasi Baik W
Lebih dari 50 % berat Kerikil G
Gradasi Buruk P
sampel tanah kering Gradasi Baik W
tidak lolos saringan no. Gradasi Buruk P
Pasir S
Lanauan M
200
Lempungan C
Plastisitas
L
Lanau M Rendah
Platisitas Tinggi H
Lebih dari 50 % berat Plastisitas
L
Lempung C Rendah
sampel tanah kering
Platisitas Tinggi H
lolos saringan no. 200 Plastisitas
L
Organik O Rendah
Platisitas Tinggi H
Gambut Pt

C. Batas Batas Atterberg

Kandungan air dalam sebuah massa tanah dapat digunakan untuk


menentukan sifat tanah (Atterberg, 1911 dalam West, 1995). Konsistensi tanah
menurut batas - batas Atterberg dijelaskan dalam Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Diagram Konsistensi Tanah (Atterberg, 1911 dalam West,1995)

Liquid Limit (LL) atau batas cair adalah kandungan air paling
rendah pada suatu massa tanah yang dapat menyebabkan tanah
tersebut bersifat cair kental.
Plastic Limit (PL) atau batas plastis adalah kandungan air paling
rendah paada suatu massa tanah yang dapat menyebabkan tanah
tersebut bersifat plastis.
Shrinkage Limit (SL) atau batas susut adalah kadar air maksimal
yang menyebabkan perubahan volume tanah akan berhenti apabila
dikeringkan secara terus menerus.
Plasticity Index (PI) atau indeks plastisitas adalah selisih Antara
batas cair dan batas plastis suatu tanah. Indeks plastisitas dijelaskan
pada persamaan berikut :
PI = LL PL . Persamaan 2.11

Tabel 2.3 Nilai Indeks Plastisitas dan Jenis Tanah (Das, 1988)

Indeks Plastisitas Sifat Jenis Tanah Kohesi


0 Non Plastis Pasir Non Kohesif
<7 Plastisitas Rendah Lanau Kohesif Sebagian
7 17 Plastisitas Sedang Lanau - Lempung Kohesif Sebagian
> 17 Plastisitas Tinggi Lempung Kohesif

2.2 Pengujian Sifat Fisik Tanah di Laboratorium

A. Uji Kadar Air Tanah


Uji kadar air tanah bertujuan untuk mengetahui besarnya kadar air yang

dikandung dalam sampel tanah. Standar pengujian uji ini mengacu pada

ASTM D2216-05. Kadar air tanah atau moisture content (Wn) adalah

perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah (Ww) dengan

berat butiran tanah kering (Ws) yang dinyatakan dalam persen (%).

Gambar 3.2 Peralatan uji kadar air


B. Uji Bobot Isi Tanah
Uji bobot isi tanah bertujuan untuk mengetahui besarnya bobot isi

tanahatau unit weight (). Standar pengujian uji ini mengacu pada ASTM

D2947-04. Uji ini dilakukan dengan cara memasukkan sampel tanah ke

dalam. Volume ring (V) tersebut adalah data yang kemudian dimasukkan

ke dalam rumus perhitungan bobotisi. Berat tanah diperoleh dengan cara

menimbang sampel tanah yang sudah dicetak di dalam ring.


Gambar 3.3 Peralatan uji bobot isi tanah
C. Uji Berat Jenis Tanah
Uji berat jenis tanah bertujuan untuk mengetahui nilai berat jenis tanah

atau specific gravity (Gs).Standar pengujian ini mengacu pada ASTM

D854-02. Sampel tanah yang digunakan adalah sampel tanah yang lolos

saringan no.4 dan sudah dikeringkan. Berat jenis tanah adalah nilai

perbandingan berat isi butiran tanah dan berat isi air suling atau aquades.

Gambar 3.4 Peralatan uji berat jenis tanah

D. Uji Batas-Batas Atterberg


Pengujian batas-batas Atterberg bertujuan untuk mengetahui nilai indeks

plastisitas. Indeks plastisitas diperoleh dari selisih antara nilai batas cair

dan batas plastis.


Uji Batas Cair
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai batas cair atau liquid

limits suatu jenis tanah. Standar pengujian ini mengacupada ASTM

D4318-05.
Uji Batas Plastis
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai batas cair atau plastic

limits suatu jenis tanah. Standar pengujian ini mengacu pada ASTM

D4318-05.

Gambar 3.5 Peralatan uji batas cair


(diambil dari www.testinglabequipments.com)
E. Analisis Saringan dan Hidrometer
Analisis saringan atau sieve analysis bertujuan untuk menentukan

pembagian butir atau gradasi agregat kasar dan agregat halus dengan

menggunakan sieve shaker. Pengujian ini mengacu pada ASTM D422-

63(2007). Analisis hydrometer bertujuan untuk menentukan pembagian

butir tanah halus. Prosedur pengujian ini mengacu pada ASTM D1140-00.

Gambar 3.6 Alat pengujian analisis saringan dan hidrometer


2.3 Sifat Mekanik Tanah

A. Kuat Geser (Shear Strength)


Kekuatan geser tanah merupakan perlawanan internal sebuah massa tanah

persatuan luas terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam

tanah tersebut (Das, 1985).


Kekuatan geser tanah tergantung kepada kemampuan tanah tersebut untuk

menahan tegangan tegangan geser (shear stresses). Tegangan geser bisa terjadi

pada daerah berlereng, daerah timbunan, dan tanah tempat ditanamnya fondasi

bangunan. Apabila nilai tegangan geser pada suatu amssa tanah terus menerus

meningkat hingga batas deformasinya terlampaui atau tanah tiba-tiba mengalami

perpindahan yang signifikan, maka tanah akan mengalamai keruntuhan (Mohr,

1910 dalam West, 1995).


Keruntuhan geser (shear failure) terjadi karena ada gerakan menggelincir

antara dua permukaan yang melibatkan bidang gelincir, pergesaran, dan gulinagn

partikel-partikel di dalam area yang tergelincir. Oleh karena runtuhan yang terjadi

adalah berupa runtuhan geser, maka kekuatan tanah yang harus diperhatikan

adalah kekuatan gesernya. (Mohr, 1900)


Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat geser tanah di lapangan adalah

sebagai berikut :
1. Jenis tanah (kerikil pasir lanau lempung)
2. Kadar air (terutama untuk lempung)
3. Jenis beban
4. Kondisi anisotropis

Kekuatan yang dimiliki oleh tanah bersumber dari nilai geseran dalam

tanah (berupa geseran sliding, rolling, dan interlocking antar partikel) dan nilai

kohesi tanah. Kekuatan geser tanah dinyatakan dalam persamaan Coulomb berikut

ini :
S = c + tan ..

Persamaan 2.12

Persamaan di atas menjelaskan hubungan antara kekuatan geser tanah dengan

nilai tahanan kohesi dan geser (friksi). Apabila tegangan efektif digunakan

untuk mengganti , maka diperoleh persamaan sebagai berikut :

S = c + tan ..

Persamaan 2.13

Keterangan :

s = kuat geser pada bidang yang ditinjau

c = kohesi atau daya tarik antar partikel

= tegangan normal pada bidang yang ditinjau

= ( U) = tegangan normal efektif

= sudut geser dalam tanah (angle of internal friction)

U = tegangan air pori

Grafik 2.1 Hubungan kuat geser tanah dan tegangan normal efektif (Mohr,

1900)
Untuk mendapatkan nilai-nilai parameter kekuatan geser tanah yang

didapatkan dari kuat geser tanah, perlu dilakukan serangkaian uji atau percobaan

laboratorium terhadap sampel tanah yang diteliti. Uji laboratorium yang umum

dipakai untuk mendapatkan parameter-parameter tersebut adalah sebagai berikut :

1. Uji tekan tidak terkekang (unconfined compression test)


2. Uji geser langsung (direct shear test)
3. Uji tekan terkekang atau uji triaksial (triaxial test)

Anda mungkin juga menyukai