Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kurikulum adalah suatu hal yang esensial dalam penyelenggaraan pendidikan.
Secara sederhana, kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar
pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara pemberian nilai
pencapaian belajar dikurun waktu tertentu. Kurikulum harus mampu mengakomodasi
kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi waktu
maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu kurikulum sudah
barang tentu bukan perkara gampang. Banyak faktor yang menentukan dalam proses
lahirnya sebuah kurikulum.
Dalam merancang kurikulum biasanya dibentuk suatu tim kerja khusus yang dapat
berupa lembaga resmi, misalnya seperti Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan
Nasiona. Pusat kurikulum sampai saat ini sebagai satu-satunya lembaga resmi
bermandat menelurkan kurikulum bagi sekolah penyelenggara pendidikan nasional
Indonesia. Tercatat sudah ada 7 kurikulum: kurikulum pertama tahun 1964, kurikulum
1976, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 1999, kurikulum 2004 (KBK) yang
dilanjutkan dengan lahirnya kurikulum 2006 (KTSP). Masing-masing kurikulum
memiliki ciri khas tersendiri. Warna dan ciri khas kurikulum menentukkan kurikulum
berusaha menghadirkan sosok peserta didik yang paling pas dengan jamanya.
Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu bukan tanpa alasan dan landasan yang
jelas, sebab perubahan ini disemangati oleh keinginan untuk terus memperbaiki,
mengembangkan, dan meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional. Persekolahan
sebagai ujung tombak dalam implementasi kurikulum dituntut untuk memahami dan
mengaplikasikannya secara optimal dan penuh kesungguhan, sebab mutu
penyelenggaraan proses pendidikan salah satunya dilihat dari hal tersebut. Namun
dilapangan, perubahan kurikulum sering kali menimbulkan persoalan baru., sehingga
pada tahap awal implementasinya memiliki kendala teknis. Sehingga sekolah sebagai
penyelenggara proses pendidikan formal sedikit banyaknya pada tahap awal ini
membutuhkan energi yang besar hanya untuk mengetahui dan memahami isi dan tujuan

Pengembangan Kurikulum 1
kurikulum baru. Dalam teknis pelaksanaannya pun sedikit terkendala disebabkan perlu
adaptasi terhadap perubahan atas kurikulum terdahulu yang sudah bias diterapkannya.
Pada makalah ini, kami akan membahas konsep dasar dari kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) dan kompetensi tingkat satuan pendidikan (KTSP), kelebihan,
kelemahan, serta perbandingan antara keduanya, agar kita bisa lebih memahami tentang
KBK dan KTSP.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep kurikulum 2004 (KBK)?
2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan kurikulum 2004 (KBK)?
3. Bagaimana konsep kurikulum 2006 (KTSP)?
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan kurikulum 2006 (KTSP)?
5. Bagaimana perbandingan kurikulum 2004 (KBK) dan 2006 (KTSP)?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui bagaimana konsep kurikulum 2004 (KBK)?
2. Mengetahui bagaimana kelebihan dan kekurangan kurikulum 2004 (KBK)?
3. Mengetahui bagaimana konsep kurikulum 2006 (KTSP)?
4. Mengetahui bagaimana kelebihan dan kekurangan kurikulum 2006 (KTSP)?
5. Mengetahui bagaimana perbandingan kurikulum 2004 (KBK) dan 2006 (KTSP)?

Pengembangan Kurikulum 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kurikulim 2004 (KBK)


a. Pengertian KBK
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan
sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan befikir dan bertindak. Dalam hal ini,
kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat
melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-
baiknya. Kurikulum menuntut kerja sama yang baik antara pendidikan dengan
dengan dunia kerja, terutama dalam mengidentifikasi dan menganalisis kompetensi
yang perlu diajarkan kepada peserta didik di sekolah.
Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa
agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar peserta didik yang mengacu pada
pengalaman langsung. Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar, dan tingkat-
tingkat penguasaan yang akan digunakan sebagai kriteria pencapaian secara eksplisit,
dikembangkan berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan memiliki
kontribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajari. Penilaian
terhadap pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja
peserta didik, dengan bukti penguasaan mereka terhadap pengetahuan, keterampilan,
nilai, dan sikap sebagai hasil belajar.
Berdasarkan pengertian kompetensi di atas, kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performansi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan
sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh rasa
tanggung jawab.
b. Latar Belakang dan Tujuan dibentuknya KBK
Di dalam sejumlah dokumen yang ada, yang salah satunya dikemukakan oleh
Dr. H. Ch. Soeprapto (2004) bahwa lahirnya Kurikulum 2004 pada dasarnya telah

Pengembangan Kurikulum 3
ditopang dengan sejumlah argumentasi kuat, baik dikaitkan dengan faktor internal
maupun eksternal. Faktor internal misalnya dapat dikaitkan dengan adanya beberapa
pendapat tentang kurikulum 1994, antara lain:
a) Masih cukup padat materi dan terlalu banyak jam pelajarannya.
b) Kurang memberi peluang bagi guru dan siswa untuk lebih kreatif dan inovatif
karena bersifat instruktif dalam bingkai sentralisasi (monolitic design) dan
kurang memberikan peluang berkembangnya potensi dan kebutuhan daerah.
c) Kurang menyentuh pendidikan anak seutuhnya, karena lebih berorientasi
pada aspek kognitif akademis (subject matter oriented dan belum
mengembangkan life skills).
d) Bersifat kurang luwes karena Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang
terpusat dan seragam.
e) Pembelajaran masih bersifat klasikal dan belum memberikan makna yang
dialogis dan menyenangkan bagi anak.
Sementara yang berkenaan dengan faktor eksternal bahwa pengaruh perubahan
global, perkembangan ilmu pengetahuan-teknologi, dan seni-budaya berdampak
terhadap sistem pendidikan nasional termasuk perlunya penyempurnaan kurikulum.
Argumentasi yang dikemukakan tersebut sangatlah common-sense, hanya saja akan
lebih mantap, jika didukung oleh sejumlah penelitian yang handal, sehingga
perbaikan yang dilakukan lebih terarah dan benar-benar memenuhi kebutuhan
lapangan. Demikian juga halnya bahwa perubahan kurikulum tidak hanya ditekankan
pada upaya menyesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan perubahan jaman dan
dunia, melainkan juga perlu dikaitkan dengan pemenuhan keunikan individu yang
memang jauh lebih penting dalam menciptakan proses pendidikan yang efektif.
Selanjutnya bahwa Kurikulum 2004 pada dasarnya dikembangkan terutama
berdasarkan Market-Driven (dan Life Skills) atau Society-oriented curriculum.
Padahal untuk menjaga eksistensi kita, pertimbangan yang lebih komprehensif dan
konsisten dengan tujuan pendidikan nasional, kurikulum yang seharusnya menjadi
keinginan kita seyogyanya berdasarkan atas Eclectic Curriculum, yang tidak hanya
memenuhi tuntutan pasar saja, melainkan juga kebutuhan individu, dan
perkembangan iptek secara simultan (Longstreet and Shane, 1993).

Pengembangan Kurikulum 4
Kurikulum 2004 memang diharapkan dapat memberikan jawaban untuk
memenuhi keragaman individu, yang sebelumnya kurikulum 94 nuansanya lebih
bersifat generik seragam. Dengan kata lain bahwa kurikulum dikembangkan perlu
disesuaikan dengan minat peserta didik, di samping perubahan sosial yang ada.
Menurut hemat saya, masih ada variabel lain yang justru sangat menentukan, di
samping minat peserta didik yaitu keragaman kemampuan dan bakat peserta didik.
c. Karakteristik KBK
Karakteristik KBK antara lain mencakup seleksi kompetensi yang sesuai;
spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan kesuksesan pencapaian
kompetensi; dan pengembangan sistem pembelajaran. Di samping itu KBK memiliki
sejumlah kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, penilaian dilakukan
berasarkan standar khusus sebagai hasil demonstrasi kompetensi yang ditunjukkan
oleh peserta didik, pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan individual
personal untuk menguasai kompetensi yang dipersyaratkan, peserta didik dapat
dinilai kompetensinya kapan saja bila mereka telah siap, dan dalam pembelajaran
peserta didik dapat maju sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing.
Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi
memiiki karakteristik sebagai berikut.
a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
b) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
c) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
d) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
e) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
Lebih lanjut, dari berbagai sumber sedikitnya dapat diidentifikasikan enam
karakteristik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu: (1) sistem belajar dengan
modul; (2) menggunakan keseluruhan sumber belajar; (3) pengalaman
belajar; (4) strategi individual personal; (5) kemudahan belajar; dan (6)
belajar tuntas.

Pengembangan Kurikulum 5
d. Prinsip-prinsip Pengembangan
Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai perkembangan
serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, maka dalam pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) perlu memperhatikan dan
mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a) Keimanan, Nilai, dan Budi Pekerti Luhur
Keimanan, nilai-nilai, dan budi pekerti luhur yang dianut dan dijunjung tinggi
masyarakat sangat berpengaruh terhadap sikap dan arti kehidupannya. Oleh
karena itu, hal tersebut perlu digali, dipahami, dan diamalkan oleh peserta
didik melalui pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
b) Penguatan Integritas Nasional
Pengembangan KBK harus memperhatikan penguatan integritas nasional
melalui pendidikan yang memberikan pemahaman tentang masyarakat
Indonesia yang majemuk dan kemajuan peradaban dalam tatanan kehidupan
dunia yang multikultur dan multibahasa.
c) Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika
Pengembangan KBK perlu memperhatikan keseimbangan pengalaman
belajar peserta didik antara etika, logika, estetika, dan kinestetika.
d) Kesamaan Memperoleh Kesempatan
Pengembangan KBK harus menyediakan tempat yang memberdayakan
semua peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap
perlu diutamakan dalam pengembangan kurikulum.
e) Abad Pengetahuan dan Teknologi Informasi
Kurikulum perlu mengembangkan kemampuan berfikir dan belajar dengan
mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk mengatasi situasi yang
cepat berubah dan penuh ketidakpastian, yang merupakan kompetensi penting
dalam menghadapi abad ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.
f) Pengembangan Keterampilan Untuk Hidup
Pengembangan KBK perlu memasukan unsur keterampilan untuk hidup agar
peserta didik memiliki keterampilan, sikap, dan perilaku adaptif, kooperatif
dan kompetitif dalam menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-
hari secara efektif.

Pengembangan Kurikulum 6
g) Belajar Sepanjang Hayat
Pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia untuk mengembangkan,
menambah kesadaran, dan selalu belajar memahami dunia yang selalu
berubah dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum
berbasis kompetensi perlu memperhatikan kemampuan belajar sepanjang
hayat yang dapat dilakukan melalui pendidikan formal, dan non formal, serta
pendidikan alternatif yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun
oleh masyarakat.
h) Berpusat pada Anak dengan Penilaian yang Berkelanjutan dan Komprehensif
Pengembangan KBK harus berupaya memandirikan peserta didik untuk
belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri agar mampu membangun
pemahaman dan pengetahuan. Penilaian yang berkelanjutan dan
komprehensif menjadi sangat penting dalam rangka pencapaian upaya
tersebut.
i) Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan
Pengembangan KBK harus mempertimbangkan semua pengalaman belajar
yang dirancang secara berkesinambunganmulai dari TK dan RA sampai
dengan kelas XII. Pendekatan yang digunakan dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar harus berfokus pada kebutuhan peserta didik yang
bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu.
2.2 Kelebihan dan kelemahan KBK
a. Kelebihan KBK
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan dengan model-model lainnya.
a) Mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didik pada setiap aspek
mata pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran
itu sendiri.
b) KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena berangkat berfokus dan
bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai
kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta
didik merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara

Pengembangan Kurikulum 7
alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan standar
kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge).
c) Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) boleh jadi mendasari pengembangan
kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian
tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari, serta aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara
optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
d) Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik/siswa
(student oriented). Peserta didik dapat bergerak aktif secara fisik ketika
belajar dengan memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh
tubuh serta pikiran terlibat dalam proses belajar. Dengan demikian, peserta
dapat belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara dan
mendengar, belajar dengan mengamati dan menggambarkan, serta belajar
dengan memecahkan masalah dan berpikir. Pengalaman-pengalaman itu
dapat diperoleh melalui kegiatan mengindra, mengingat, berpikir, merasa,
berimajinasi, menyimpulkan, dan menguraikan sesuatu. Kegiatan tersebut
dijabarkan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis.
e) Guru diberikan kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi di sekolah/daerah masing-masing sesuai mata
pelajaran yang diajarkan.
f) Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu
mata pelajaran memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
g) Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan peserta didik untuk
mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan
penilaian yang terfokus pada konten.
h) Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi,
terutama yang berkaitan dengan ketrampilan.

Pengembangan Kurikulum 8
b. Kelemahan KBK
a) Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indikator
sebaiknya disusun oleh guru, karena guru yang paling mengetahui tentang
kondisi peserta didik dan lingkungan.
b) Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar
kompetensi dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk
merancang pembelajaran secara berkelanjutan.
c) Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-
kurikulum sebelumnya yang lebih pada teacher oriented.
d) Sistem pengukuran perilaku yang menggunakan paradigma behaviorisme
ditengarai tidak mampu mengukur sesuatu perilaku yang dihasilkan dari
pembelajaran bermakna (significant learning) dan kendala yang dihadapi
dalam mengimplementasikan KBK adalah waktu, biaya dan tenaga yang
banyak.

2.3 Konsep Kurikulim 2006 (KTSP)


a. Pengertian KTSP
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, Ayat 15) dijelaskan bahwa
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun
dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP
dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standart
kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standart
Nasional Pendidikan (BNSP).
Ada beberapa hal yang berhubungan dengan makna kurikulum operasional yaitu
pertama sebagai kurikulum yang bersifat operasional maka dalam pengembangannya
KTSP tidak akan lepas dari ketetapan-ketetapan yang telah disusun pemerintah
secara nasional artinya walaupun daerah diberi kewenangan untuk mengembangkan
kurikulum akan tetapi kewenangan itu hanya sebatas pada pengembangan
operasionalnya saja. Sedangkan yang menjadi rujukan pengembangannya itu sendiri
ditentukan oleh pemerintah, misal jenis mata pelajaran dan jam pembelajaran, isi
setiap mata pelajaran serta kompetensi yang harus dicapai dari mata pelajaran
tersebut. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat 1 yang menjelaskan bahwa pengembangan

Pengembangan Kurikulum 9
kurikulum mengacu pada Standart Nasional Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan
Pendidikan Nasional.
Kedua, sebagai kurikulum operasional para pengembang KTSP, dituntut dan
harus memperhatikan ciri khas kedaerahan, sesuai dengan bunyi Undang-Undang No
20 Tahun 2003 ayat 2 yakni kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah dan peserta didik. Walaupun standart isi ditentukan oleh pemerintah akan
tetapi dalam operasional pembelajarannya yang direncanakan dan dilakukan oleh
guru dan pengembang kurikulum tidak terlepas dari keadaan dan kondisi daerah.
Misalnya ketika standart isi mengharuskan siswa mempelajari masalah transportasi,
maka para pengembang KTSP di suatu daerah akan berlainan dengan daerah lain.
Pengembang di Jawa misalnya akan mengembangkan isi kurikulum tentang
transportasi darat sedangkan di Kalimantan akan banyak membahas transportasi air.
Dengan demikian walaupun topik yang dikaji mungkin sama secara nasional akan
tetapi materi atau isi topik tersebut mungkin akan lain.
Ketiga, sebagai kurikulum yang operasional para pengembang kurikulum di
daerah memiliki keleluasaan dalam mengembangkan kurikulum menjadi unit-unit
pelajaran, misalnya dalam mengembangkan strategi dan metode pembelajaran, dalam
menentukan media pembelajaran dalam menentukan evaluasi yang dilakukan
termasuk dalam menentukan berapa kali pertemuan dan kapan suatu topik materi
harus dipelajari siswa agar kompetensi dasar yang telah ditentukan dapat tercapai.
b. Latar Belakang dan Tujuan dibentuknya KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menyempurnakan kurikulum yang
sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, lahir dari semangat otonomi daerah, dimana urusan pendidikan tidak
semuanya tanggung jawab pusat akan tetapi sebagian menjadi tanggung jawab
daerah, oleh sebab itu dilihat dari pola atau model pengembangan KTSP merupakan
salah satu model kurikulum yang bersifat desentralistik.
Bersifat desentralistik yaitu pengembangan KTSP didasarkan pada dua landasan
pokok, yakni landasan empiris dan landasan formal. Yang menjadi landasan empirik
diantaranya adalah adanya kenyataan rendahnya kualitas pendidikan kita baik dilihat

Pengembangan Kurikulum 10
dari sudut proses maupun hasil belajar. Dari sudut proses misalnya pendidikan kita
kurang mampu mengembangkan peserta didik secara utuh.
Pertama, proses pendidikan cenderung berorientasi hanya pada pengembangan
kognitif atau pengembangan intelektual sedangkan pengembangan sikap dan
psikomotor cenderung terabaikan. Melalui KTSP sebagai kurikulum yang
berorientasi pada pencapaian kompetensi mendorong proses pendidikan tidak hanya
berfokus pada pengembangan intelektual saja akan tetapi juga pembentukan sikap
dan keterampilan secara seimbang yang dapat direfleksikan dalam kehidupan nyata.
Kedua, Indonesia adalah negara yang sangat luas yang memiliki keragaman
sosial budaya dengan potensi dan kebutuhan yang berbeda, selama ini kurikulum
yang bersifat sentalistik cenderung mengabaikan potensi dan kebutuhan daerah yang
berbeda itu. Akibatnya lulusan pendidikan tidak sesuai dengan harapan dan
kebutuhan daerah dimana siswa tinggal. KTSP sebagai kurikulum yang cenderung
bersifat desentralistik memiliki prinsip berorientasi pada kebutuhan dan potensi
daerah artinya keanekaragaman daerah baik dilihat dari sosial, budaya dan kebutuhan
harus dijadikan pertimbangan dalam proses penyusunan dan pengembangan
kurikulum.
Ketiga selama ini peran sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum bersifat pasif. Sekolah hanya berfungsi untuk melaksanakan kurikulum
yang dibuat oleh pusat, yang kemudian berimbas pada kurangnya peran dan
tanggung jawab masyarakat dalam mengembangkan dan mengimplementasikan
program sekolah. KTSP sebagai bentuk kurikulum desentralistik menuntut peran
aktif masyarakat, sebab KTSP disusun dan dirancang oleh sekolah dan masyarakat
sehingga berbagai keputusan sekolah tentang pengembangan kurikulum beserta
pengimplementasiannya menjadi tanggung jawab masyarakat.
KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang Standart
Nasional Pendidikan.
Secara umum tujuan ditetapkan KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan. Dengan demikian melalui KTSP diharapkan dapat

Pengembangan Kurikulum 11
mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif
dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkan KTSP adalah
sebagai berikut.
a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber
daya yang tersedia. Kemandirian setiap sekolah dalam menggali dan
memanfaatkan potensi dan sumber daya akan menentukan kualitas sekolah
yang bersangkutan. KTSP sebagai kurikulum operasional memberi
kesempatan kepada setiap sekolah untuk mengembangkan kurikulum yang
sesuai dengan kebutuhan daerah dan sesuai dengan karakteristik sekolah.
Untuk itulah sekolah dituntut melakukan inisiatif menggali secara mandiri
berbagai potensi dan sumber daya untuk mendukung program sekolah yang
dikembangkannya.
b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. Pada
kurikulum-kurikulum sebelumnya sekolah hanya berfungsi melaksanakan
kurikulum yang telah disusun secara terpusat. Sekolah apalagi masyarakat
kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan kurikulum akibatnya
peran sekolah dan masyarakat sangat terbatas. Tidak demikian dengan
KTSP, sebagai kurikulum operasional KTSP menuntut keterlibatan
masyarakat secara penuh sebab tanggung jawab pengembangan kurikulum
tidak lagi berada di pemerintah tetapi berada di tangan sekolah sedangkan
sekolah akan berkembang apabila ada masyarakat.
c) Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sekolah dengan KTSPnya tidak lagi
berfungsi sebagai pelaksana kurikulum yang telah diatur pusat akan tetapi
juga sebagai pengambilan keputusan tentang pengembangan dan
implementasi kurikulum. Melalui KTSP diharapkan setiap sekolah atau
stuan pendidikan dapat berlomba dalam menyusun program kurikulum
sekaligus mengimplementasikannya.
c. Karakteristik KTSP
Dilihat dari desainnya, karakteristik KTSP antara lain:

Pengembangan Kurikulum 12
a) KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu. Hal ini dapat
dilihat dari, pertama struktur program KTSP yang memuat sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Setiap pelajaran yang
dipelajari itu selain sesuai dengan nama-nama disiplin ilmu juga ditentukan
jumlah jam pelajaran secara ketat. Kedua, kriteria keberhasilan KTSP lebih
banyak diukur dari kemampuan siswa menguasai materi pelajaran. Hal ini
dapat dilihat dari sistem kelulusan yang ditentukan oleh standart minimal
penguasaan isi pelajaran seperti yang diukur dari hasil ujian nasional. Soal-
soal UN lebih banyak bahkan seluruhnya menguji kemampuan kognitif
siswa dalam setiap mata pelajaran. Walaupun dianjurkan pada setiap guru
menggunakan sistem penilaian proses misalnya dengan portofolio, namun
pada akhirnya kelulusan siswa ditentukan oleh sejauh mana siswa menguasai
materi pelajaran.
b) KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu. Hal
ini dapat dilihat dari prinsip-prinsip pembelajaran dalam KTSP yang
menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sendiri
materi pelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran yang
disarankan misalnya melalui CTL, inkuiri, pembelajaran fortofolio dan lain
sebagainnya demikian juga secara tegas dalam srtuktur kurikulum terdapat
komponen pengembangan diri yakni komponen kurikulum yang
menekankan kepada aspek pengembangan minat dan bakat siswa.
c) KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah. Hal ini
tampak pada salah satu prinsip yakni berpusat pada potensi pengembangan,
kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Dengan
demikian, maka KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan oleh daerah
bahkan dengan program muatan lokalnya KTSP didasarkan pada
keberagaman kondisi, sosial, budaya yang berbada masing-masing daerah.
d) KTSP merupakan kurikulum teknologis. Hal ini dapat dilihat dari adanya
standart kompetensi, kompetensi dasar yang kemudian dijabarkan pada
indikator hasil belajar yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagai bahan
penilaian.

Pengembangan Kurikulum 13
d. Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP
a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta
didik dan lingkungan.
KTSP memiliki prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sental untuk
mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusi yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap,
berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
b) Beragam dan terpadu
Pengembangan kurikulum memerhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan serta menghargai dan
tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat,
status sosial, ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen
muatan wajib kurikulum, muatan lokal dan pengembangan diri secara
terpadu serta disusun secara keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna.
c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu semangat
dan isi kurikulum memberi pengalaman belajar peserta didik untuk
mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu oengetahuan, teknologi
dan seni.
d) Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentinga untuk menjamin relevan pendidikan dengan kebutuhan
kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha
dan dunia kerja.
e) Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencangkup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian ilmu dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
kesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
f) Belajar sepanjang hayat

Pengembangan Kurikulum 14
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
g) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
2.4 Kelebihan dan kelemahan KTSP
a. Kelebihan KTSP
a) Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan
pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan
pelaksanaan kurikulum di masa lalu ialah adanya penyeragaman kurikulum
di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di lapangan, dan
kurang menghargai atau meninjau potensi keunggulan lokal yang ada bisa
dimunculkan sekolah didaerah atau provinsi.
b) Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-
program pendidikan dan dapat tercapainya pendidikan karakter.
c) KTSP sangat memungkinkan bagi tiap sekolah untuk mengembangkan mata
pelajaran tertentu bagi kebutuhan siswa.
d) Untuk mengantisipasi permasalahan pendidikan, namun secara umum,
KTSP bisa diandalkan menjadi patokan mengadapi tantangan masa depan
dengan pembekalan keterampilan peserta didik.
e) Peserta didik juga diajak bicara, diskusi, wawancara dan membahas
masalah-masalah yang kontekstual, yang dalam kenyataanya memang
diperlukan sehingga peserta didik menjadi lebih mengerti dan menjiwai
permasalahannya karena sesuai dengan keadaan peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari.
f) Peserta didik tidak hanya dituntun menghafal namun yang lebih penting
sudah adalah belajar proses sehingga mendorong peserta didik untuk
meneliti dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
g) KTSP mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan
kurang lebih 20 persen.

Pengembangan Kurikulum 15
h) KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus
untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhannya.
i) Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum.
j) Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru
untuk mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah,
kemampuan peserta didik dan kondisi daerahnya masing-masing.
k) Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu, baik
kemampuan, kecakapan belajar, maupun konteks social budaya.
l) Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses
perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai
pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan
belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.
m) Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk
memberikan kemudahan belajar peserta didik
n) Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan
pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual.
o) Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar
sekolah, masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk kompetensi peserta
didik.
p) Kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan
q) Menggunakan berbagai sumber belajar.
r) Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.
s) Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk
memberikan kemudahan belajar siswa.
b. Kelemahan KTSP
a) Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada
kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan
sekolah.
b) Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai
kelengkapan dari pelaksanaan KTSP.
c) Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik
konsepnya, penyusunannya, maupun prakteknya di lapangan

Pengembangan Kurikulum 16
d) Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan
berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban
mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru untuk mendapatkan
tunjangan profesi.
e) Pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreativitas guru.
f) Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif juga
merupakan kendala yang banyak dijumpai di lapangan, banyak satuan
pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang
yang menjadi syarat utama pemberlakuan KTSP.
g) Diperlukannya waktu yang cukup oleh pedidik dalam membina
perkembangan peserta didiknya,terutama peserta didik yang berkemampuan
dibawah rata-rata. Kenyataan membuktikan, kondisi sosial, dan ekonomi
yang menghimpit kesejahteraan hidup para guru.
h) Kendala lain yang dialami guru adalah ketidakpahaman mengenai apa dan
bagaimana melakukan evaluasi dengan portofolio karena ketidak
pemahaman ini mereka kembali kepada pola assessment lama dengan tes-tes
dan ulangan-ulangan yang cognitive based semata.
2.5 Perbandingan KBK dan KTSP
Analisis perbandingan kurikulum KBK dan KTSP salah satu inovasi terbaru yang
dilakukan pemerintah saat ini adalah dengan menyempurnakan kualitas kurikulum yang
lama, yaitu kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan dikeluarkannya Undang-
Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan yang mengamanatkan kurikulum pada kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh satuan
pendidikan dengan mengacu pada SI (Standart Isi) dan SKL (Standar Kompetensi
Lulusan).
Secara operasional KBK dan KTSP adalah sama, hanya saja pada KTSP sekolah
diberikan keleluasaan untuk mendelegasikan seluruh isi kurikulum melihat karakter,
dan potensi lokal, KTSP tetap menekankan kompetensi akan tetapi lebih dikerucutkan
lagi dalam operasional dan implementasinya di sekolah. Baik KBK maupun KTSP
kedua menggunakan UU No. 20 tahun 2003 sebagai landasannya.

Pengembangan Kurikulum 17
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan
relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekoalahan di
bawah kordinasi dan supervisi dinas pendidikan. Ciri dan karakter di atas sama-sama
diimplementasikan baik dalam KBK dan KTSP, namun KTSP memberikan
pendelegasiaan lebih terhadap sekolah sebagai satuan pendidikan, dengan mengamodasi
segenap kemampuan sekolah dan potensi lokal daerah. Selain itu baik KBK maupun
KTSP juga mengacu pada standart isi, hanya saja KTSP standart isinya disempurnakan
melalui Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Standar isi memuat
kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan
pendidikan, dan kalender pendidikan.
Berikut merupakan perbedaan KBK dan KTSP.
a) KBK menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada
pemahaman, kemampuan/kompetensi tertentu disekolah, yang berkaitan
dengan pekerjaan yang ada di masyarakat. Sedangkan KTSP pendekatan
yang diguanakn adalah kompetensi lulusan antara lain : (1) berpusat pada
potensi, pengembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya; (2) beragam dan terpadu; (3) tanggap terhadap
perkembangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni, 4) relevan terhadap kebutuhan kehidupan; (5) berkesinambungan; (6)
belajar sepanjang hayat; (7) seimbang antara kepentingan nasional dan
daerah.
b) KBK, Standar kompetensi yang memperhatikan perbedaan individu, baik
kemampuan, kecepatan belajar, maupun konteks sosial budaya. Sedangkan
KTSP memberi kesempatan peserta didik untuk belajar untuk beriman dan
bertakwa kepada tuhan yang maha esa, belajar untuk memahami dan
menghayati, belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
belajar untuk hidup bersama melalui proses belajar yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan.
c) KBK pengembangan kurikulum dilakukan secara desentralisasi, sehingga
pemerintah dan masyarakat bersama-sama menetukan kurikulum. Sedangkan
KTSP, mengacu pada standart isi dan standart kompetensi lokal dan

Pengembangan Kurikulum 18
berpedoman pada paduan penyusun kurikulum atas pertimbangan komite
sekolah.
d) KBK evaluasi berbasis kelas, yang menekankan pada proses dan hasil
belajar. Sedangkan KTSP evaluasi akhir dengan ujian negara (UN) dan hal
ini akan membuat guru sibuk bagaimana agar seluruh siswa lulus, dan pada
akhirnya lupa mengembangkan kreatifitas sekolah (hal ini merupakan
kelemahan).

Pengembangan Kurikulum 19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar pelajaran yang
akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara pemberian nilai
pencapaian belajar dikurun waktu tertentu.
b. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu.
c. Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu: (1) sistem belajar dengan
modul; (2) menggunakan keseluruhan sumber belajar; (3) pengalaman belajar;
(4) strategi individual personal; (5) kemudahan belajar; dan (6) belajar tuntas.
d. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan
KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan
berdasarkan standart kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan
oleh Badan Standart Nasional Pendidikan (BNSP).
e. Secara operasional KBK dan KTSP adalah sama, hanya saja pada KTSP sekolah
diberikan keleluasaan untuk mendelegasikan seluruh isi kurikulum melihat
karakter, dan potensi lokal, KTSP tetap menekankan kompetensi akan tetapi
lebih dikerucutkan lagi dalam operasional dan implementasinya di sekolah.

Pengembangan Kurikulum 20
DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa. 2010. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Pengembangan Kurikulum 21

Anda mungkin juga menyukai