SUMBER INFORMASI :
1.Kartu Obat
2.Catatan Medik
3.Klien/keluarga Klien
4.Team Kesehatan (dokter, perawat)
5.Kartu observasi
6.Data Laboratorium
INTERVENSI DOKUMENTASI
Merupakan langkah untuk mengatasi problem dalam pelayanan jamu
Mengidentifikasi masalah penggunaan jamu
Merencanakan hasil terapi yang diharapkan
Merencanakan terapi alternatif jika terapi gagal.
Mendesain rencana pelayanan jamu untuk klien
Mengidentifikasi parameter-parameter indikator
Mengkomunikasikan dan mengimplementasikan rencana pelayanan pada klien, keluarga dan
tenaga kesehatan lain
Dapat dilakukan dengan cara:
1.SOAP : Subjective Objective Assessment Plan
2.PAM : Problem Assesment/ Action Monitoring
3.FARM : Finding Assessment Resolution Monitoring
SOAP
Subjective (S) : data meliputi sejarah pengobatan
Objective (O) : data didapat dari data laboratorium, konsentrasi obat dalam serum/ darah, hasil-
hasil tes diagnostik misalnya sinar X, ECG, CT Scan
The Assessment (A) : Hasil dari pemikiran praktisi untuk mengatasi masalah klien berdasarkan
informasi S& O
The Plan :
1.Termasuk tes diagnosa, inisiasi, revisi atau treatment lanjutan.
2.Keputusan untuk mengatasi masalah kontra indikasi, efek samping, interaksi
3.Merokumendasikan terapi non farmakologik, atau terapi alternatif
4.Kerasionalan terapi harus diperjelas
5.Perencanaan konseling
6.Memonitor parameter indikator
MISAL
KH seorang laki-laki berumur 52 thn dengan keluhan nafas sesak, dan produksi sputum
meningkat
Gejala :
1.ruam-ruam kulit sejak kemaren
2.Merasa depresi, kurang fit, terbangun di malam hari dan tidak bisa tidur lagi, kurang nafsu
makan, tidak perhatian pada lingkungan termasuk pekerjaan, keluarga selama 6 bulan.
Riwayat penyakit
1.Bronkritis kronis skunder disebabkan merokok, peningkatan sesak nafas dua tahun terakhir
2.Pernah patah kaki kanan karena jatuh 6 bulan yang lalu dan terjadi Deep Vein trombosis
Sejarah sosial
1.KH stabil dan bahagia dalam kehidupan perkawinannya, punya 2 putra yang sudah kuliah,
keduanya anak yang membanggakan.
2.KH merokok 1 pak/hari.
3.KH pernah mencoba marijuana dengan putranya tetapi tidak menyukainya.
RIWAYAT PENGOBATAN
Theodur 600 mg 2x sehari selama 2 th
Terbutaline inhaler 4 semprotan 4 kali sehari selama 2 tahun
Vibramycin 100 mg 4 x sehari untuk bronkritis selama 10 hari
Warfarin 3 mg, 4 x sehari mulai 7 bulan yang lalu
Acetaminophen bila perlu untuk sakit kepala
Alergi obat tidak diketahui.
PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum : Laki-laki paruh baya dalam kondisi stres yang parah
Vital sign : BP 120/80, HR 100, Tiga 37,6*C, RR 32, WT 80 kg, HT 57
HEENT : Normal
COR : Normal S1 & S2, no S3, S4 / murmurs
CHEST : Numerolus rales, ronchi & wheezes
ABD : No. Organomegaly
GU : WNL
RECT : WNL
EXT : NL DTRs, maculopapular rash pada paha dan sekitar tubuh
NEURO : Oriented x 3, WNL
HASIL LABORATORIUM
Na. 140
HcT 55
Alb 4
K 40
Hgb 17.5
Bili 8
Cl 101
WBC 8.1
Glu 95
HCO3 28
Plts 305k
Ca 8.8
BUN 37
Cr 1.2
PO4 2,6
AST 40
ALT 35
Mg 2.0
PT 25 (INR=3)
O:
KH mengalami penurunan FEV1, rales, ronchi, wheezes. Peningkatan RR, pulse, HcT & Hgb,
arterial blood gases yang ditunjukkan dengan peningkatan PCo2 dan menurunnya kadar oksigen
disebabkan riwayat merokoknya
KH punya hasil WBC normal, tidak demam, hasil sinar X normal. Tidak bisa digunakan antibiotik.
Pre dan post bronchodilator FEV1 menunjukkan obstruksi saluran nafas reversible. Kadar
Theophyllin berada di range terapi dan tidak membutuhkan peningkatan dosis.
P.
Memonitor gejala sesak nafas, produksi sputum, FEV1, ABGs, chest ausculation, kadar theophyllin
dalam darah, nausea, vomiting, kadar glukose dalam darah, kadar potasium serum, tekanan
darah dan kondisi tremor
Tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dihubungkan dengan bronkritis kronis.
Diperdalam lagi kemampuan KH untuk menggunakan inhaler secara benar. Menjelaskan efek
samping Theophyllin, steroid dan Ampicillin
KH harus menghentikan rokok.