Anda di halaman 1dari 12

PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN PESISIR

WILAYAH KOTA PARIAMAN


Yayat Abdillah *, Muhammad Ramdhan**

* Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pajajaran Bandung


** Loka Riset Kerentanan Pesisir dan Laut - Balitbang KP

ABSTRAK

Kota Pariaman berada pada kawasan pesisir/pantai barat Pulau Sumatera


yang dikenal memiliki ombak yang relatif besar, walaupun pantainya dilindungi
oleh 3 pulau kecil. Dinamika pantai Pariaman sangat dipengaruhi oleh gelombang
Samudera Hindia yang kuat mencapai pantai dan proses abrasi (erosi pantai)
dominan terjadi di sepanjang pantai, sementara proses erosi lahan juga intensif
terjadi di daerah hulu ditandai dengan tingginya suplai sedimen yang dibawa oleh
aliran sungai menuju laut. Penelitian ini dilakukan untuk penentuan zona kawasan
pesisir yang rentan terhadap bencana mengingat wilayah pesisir Pariaman
merupakan kawasan padat penduduk dimana sebagian besar aktivitas
penduduknya sebagian besar berpusat di pesisir tersebut. Pemetaan zonasi
kerentanan wilayah pesisir Pariaman ini diharapkan bisa menjadi acuan dalam
rencana tata ruang wilayah Pariaman. Salah satu teknologi yang saat ini
berkembang dengan pesat dan sangat potensial untuk pengamatan dan analisa
suatu kawasan pesisir adalah teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi
Geografis (SIG). Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dan SIG akan mampu
memperoleh data spasial tentang kondisi saat ini maupun kondisi masa lampau
dari kawasan pesisir, sehingga dari data ini bisa diprediksi tingkat kerentanan
pesisir suatu wilayah.
Kata kunci: Kota Pariaman, Kerentanan Kerentanan, Penginderaan Jauh,
Sistem Informasi Geografis (SIG)

PENDAHULUAN

Pantai merupakan bagian wilayah pesisir yang bersifat dinamis, artinya


ruang pantai (bentuk dan lokasi) berubah dengan cepat sebagai respon terhadap
proses alam dan aktivitas manusia (Solihuddin, 2009). Salah satu pemanfaatan
pantai yang penting adalah sebagai kawasan pemukiman, dimana lebih dari 70%
kota besar di dunia berada di daerah pantai. Hal ini terkait erat dengan potensi luar
biasa pantai yang memiliki daya tarik visual, potensi lain dari pantai sebagai
daerah permukiman, budidaya perikanan, tambak, pertanian, pelabuhan,
pariwisata (Wahyudi, 2009). Selain itu pantai juga rawan terhadap aksi
gelombang dan tsunami yang sifatnya merusak.

128
Kota Pariaman berada pada kawasan pesisir/pantai barat Pulau Sumatera
yang dikenal memiliki ombak yang relatif besar, walaupun pantainya dilindungi
oleh 3 pulau kecil. Dinamika pantai Pariaman sangat dipengaruhi oleh gelombang
Samudera Hindia yang kuat mencapai pantai dan proses abrasi (erosi pantai)
dominan terjadi di sepanjang pantai, sementara proses erosi lahan juga intensif
terjadi di daerah hulu ditandai dengan tingginya suplai sedimen yang dibawa oleh
aliran sungai menuju laut (Solihuddin, 2006). Pada kondisi sekarang di pantai
Pariaman telah terjadi degradasi lingkungan, yaitu berupa abrasi pantai, yang
menyebabkan rusaknya berbagai sarana dan prasarana objek wisata pantai serta
mengancam perumahan penduduk dan fasilitas lainnya serta ekosistem pesisir
tersebut (Azman, 2010).
Perairan barat Sumatera memiliki kondisi tektonik aktif, karena
merupakan bagian dari pertemuan antara Lempeng Indo-Australia dengan
Lempeng Eurasia yang dicirikan oleh kegempaan aktif, akibatnya gempa-gempa
besar yang berousat di dasar laut sering terjadi di wilayah ini dengan kedalaman
yang relatif dangkal (Yudhicara, 2008). Dari rentetan catatan sejarah yang begitu
panjang, terpahat dalam terumbu karang yang bertebaran di perairan Kepulauan
Mentawai pesisir ibu kota Sumatera Barat, terbukti bahwa tsunami pernah
menerjang Padang pada 10 Februari 1797 akibat gempa bermagnitude momen 8,4,
hingga menelan sekitar 300 korban jiwa, serbuan kedua menurut rekaman
terumbu karang menunjuk pada 29 Januari 1833 dengan kekuatan 9,0 (Hilman,
2007). Berdasarkan hal ini tidak tertutup kemungkinan bencana ini akan terulang
lagi mengingat Pariaman letaknya bersebelahan dengan Padang. Pada tanggal 30
september 2009 lalu terjadi gempa bumi dengan skala 7,6 SR yang berpusat 57
kilometer di barat daya Pariaman pada kedalaman 71 kilometer yang memakan
banyak korban jiwa dan merusak bangunan-bangunan yang ada.
Penelitian ini dilakukan untuk penentuan zona kawasan pesisir yang rentan
terhadap bencana mengingat wilayah pesisir Pariaman merupakan kawasan padat
penduduk dimana sebagian besar aktivitas penduduknya sebagian besar berpusat
di pesisir tersebut. Pemetaan zonasi kerentanan wilayah pesisir Pariaman ini
diharapkan bisa menjadi acuan dalam rencana tata ruang wilayah Pariaman. Salah
satu teknologi yang saat ini berkembang dengan pesat dan sangat potensial untuk

129
pengamatan dan analisa suatu kawasan pesisir adalah teknologi penginderaan
jauh. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh akan mampu memperoleh data
spasial tentang kondisi saat ini maupun kondisi masa lampau dari kawasan pesisir,
sehingga dari data ini bisa diprediksi tingkat kerentanan pesisir suatu wilayah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan tahap pengambilan data lapangan dan data
spasial selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data yang akan dilakukan
pada bulan Januari 2012 sampai Februari 2012. Untuk pengambilan data lapangan
dilakukan di pesisir Kota Pariaman dan selanjutnya dianalisis di Loka Riset
Kerentanan Pesisir dan Laut (LRKPL) yang bertempat di Jl. Raya Padang-Painan
Km. 16 Bungus, Padang provinsi Sumatera Barat.

Gambar 1. Peta Wilayah Kajian penelitian

130
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
1. Seperangkat komputer dengan software ER Mapper 7.1, ArcGIS 9.2, dan
Microsoft office 2007.
2. Printer
3. Global Positioning System (GPS)
4. Kamera

Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat di


tabel berikut:

Tabel 1. Data yang Digunakan


Informasi
Skala/Resolusi Tahun
No Jenis Data Sumber yang di
Spasial Pembuatan
ekstrak
Citra
Tutupan
Landsat Tahun 2002
1 30 meter http://glovis.usgs.gov Lahan, Garis
2002 dan dan 2011
Pantai
2011
Peta Rupa
Tahun 1992- Batas
2 Bumi 1: 250.000 BAKOSURTANAL
update 2004 Administrasi
Indonesia
ASTER - http://asterweb.jpl Kemiringan
3 30 meter Tahun 2008
GDEM .nasa.gov Lahan
Pasang
Tahun 2010-
4 Data Pasut - LRKPL Surut Air
2011
Laut
Data Tahun 2010- Ketinggian
5 - BMKG
Gelombang 2011 Gelombang

140
Data Data
Data
Spasia Lapangan
Oseanogra
l
fi

LANDS ASTE PASU Gelomban GROUN INTERVIE


AT 2002 D W
R- T g
DAN GDE CHECK
2011 M

Perubahan Kemiringan Range Tinggi Keadaan Pendapat


Garis Lahan Pasang Surut Gelombang Pesisir Kota Narasumber
Pantai (Slope) Pariaman tentang
Pariaman

Pembobotan
dan
Perhitungan
Skor

Klasifikasi Tingkat
Kerentanan

Peta Indeks Kerentanan Fisik Pesisir


Kota Pariaman Sumatera Barat

Gambar 2. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian

Pada alur penelitian seperti terlihat pada gambar 2. pada umumnya data
yang digunakan untuk penelitian ini adalah data spasial, data gelombang dan
pasang surut diambil dari instansi terkait. Untuk mengetahui keadaan pesisir pada
saat sekarang dilakukan ground check dan pengambilan gambar daerah kajian.
Selain itu dilakukan juga metode purposive sampling yaitu wawancara dengan
penduduk, wisatawan dan pemerintah di Kota Pariaman untuk mengetahui
keadaan lokasi penelitian dan alasan penduduk dan wisatawan masih memilih
tinggal dan berwisata di lokasi penelitian.
Pengolahan data kerentanan fisik pesisir ini menggunakan sistem
informasi geografis (SIG) dengan menggunakan software ArcGIS dan ERMapper.
Urutan Pengolahannya adalah sebagai berikut :

141
1. Data Citra LANDSAT tahun 2002 dan 2011 yang didownload dari situs
glovis.usgs.gov diolah menggunakan softwae ER Mapper untuk di eksport
kedalam bentuk RGB. Untuk mendapatkan garis pantai kedua data citra
dilakukan digitasi menggunakan software Arc GIS 9.2. setelah itu dihitung
perubahan garis pantai pertahunnya dengan melihat perbandingan antara kedua
citra tersebut.
2. Data ASTER-GDEM yang didapat dari situs asterweb.jpl.nasa.gov juga
didigitasi menggunakan software Arc GIS 9.2 untuk mendapatkan kemiringan
pantai lokasi penelitian.
3. Data Pasang Surut disusun menggunakan software Microsoft Excel 2007 untuk
mendapatkan jarak antara pasang tertinggi dan pasang terendah (range).
4. Data Gelombang juga disusun menggunakan Microsoft Excel 2007 untuk
mendapatkan tinggi gelombang di pantai Pariaman tersebut.

Setelah proses digitasi selesai dilakukan pembobotan variabel fisik pesisir


dan selanjutnya dilakukan perhitungan nilai kerentanan dengan menggunakan
rumus CVA (Coastal Vulnerability Assessment). Adapun parameter yang
digunakan pada penelitian ini seperti tercantum pada tabel berikut:

Tabel 2. Parameter Fisik Pesisir


Bobot
Nilai (Wn)
(Xn)
Parameter Sangat sangat
rendah sedang tinggi
rendah tinggi
1 2 3 4 5
Perubahan
> 2.0 1.0 2.0 -1.0 1.0 -1.0 - -2.0 < -2.0
1 Garis Pantai 0.25
Akresi Akresi Stabil Erosi Erosi
(m/th)
Kemiringan
2 0.35 > 10 6-9,9 4-5,9 2-3,9 <2
pantai ()
Tinggi
3 Gelombang 0.29 < 0.5 0.5 - 1 1 1.5 1.5 - 2 >2
(m)
Range
4 Pasang 0.11 < 0.5 0.5 - 1 1 1.5 1.5 - 2 >2
Surut (m)
Sumber : (Farida dan Kanchana, 2011)

142
Persamaan untuk menghitung kerentanan pesisir adalah sebagai berikut:

Dimana :
CVA = Coastal Vulnerability Assessment
W1 = Nilai Perubahan Garis pantai
W2 = Nilai Kemiringan Pantai
W3 = Nilai Tinggi Gelombang
W4 = Nilai Range Pasang Surut
X1 = Bobot Perubahan Garis
pantai
X2 = Bobot Kemiringan Pantai
X3 = Bobot Tinggi Gelombang
X4 = Bobot Range Pasang Surut

Nilai yang didapat dari perhitungan tersebut kemudian diklasifikasikan


menurut tingkat kerentanannya (Doukakis dalam Wahyudi, 2009) sebagaimana
dalam tabel berikut:
Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Kerentanan
IKP <25 % 25 50 % 50 75 % >75 %
Kerentanan Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Sumber : (Doukakis dalam Wahyudi, 2009)

Setelah didapatkan tingkat kerentanan masing-masing variabel,


selanjutnya di overlay dengan data lapangan hasil wawancara dengan narasumber.
Semua urutan pekerjaan penelitian yang dilakukan, pada akhirnya akan
menghasilkan suatu peta indeks kerentanan fisik pesisir di kota Pariaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis perubahan garis pantai yang didapat dari overlay data
Citra Landsat 2002 dan 2011 untuk wilayah kota Pariaman. maka didapatkan peta
skor untuk perubahan garis pantai seperti pada Gambar 3a.

143
Data Slope yang digenerate dari DEM, memperlihatkan hasil kemiringan untuk
aerah pesisir kota Pariaman relatif datar dengan derajat kemiringan kurang dari 2 o.
Untuk itu skor yang diberikan masuk kedalam kelas sangat tinggi (Gambar 3b).
Dengan menggunakan parameter angin selama sepuluh tahun (1995 2005)
sebagai data input, diperoleh informasi kondisi gelombang di perairan ini relatif
normal dengan ketinggian berkisar antara 0.1 1 m. Gelombang yang paling
sering terjadi adalah gelombang arah barat dengan jumlah persentase kejadian
sebesar 8.49%. dengan demikian diperoleh skor dengan kelas kerentanan yang
sedang di wilayah kota Pariaman (Gambar 3c).
Menurut Solihuddin (2006) tipe pasang surut daerah Pariaman adalah campuran
condong ke harian ganda (mixed, dominant semidiurnal type), artinya terjadi 2
kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari. Adapun tunggang pasut
maksimum di perairan Pariaman dapat mencapai nilai 1,1 m. Dengan demikian
untuk seluruh wilayah kota Pariaman diasumsikan skor untuk perhitungan range
pasang surutnya masuk kedalam kelas sedang (Gambar 3d).

(a) (b)

144
(c) (d)
Gambar 3. Peta-peta hasil pengolahan data

Gambar 4. Peta Kerentanan hasil overlay (nilai CVA)


Seluruh data diatas kemudian di overlay untuk mendapatkan nilai CVA
yang menunjukkan tingkat kerentanan fisik kota pariaman. Adapun hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa secara umum pesisir kota Pariaman termasuk
kedalam tingkat kerentanan yang tinggi. adapun wilayah pesisir yang memiliki
tingkat kerentanan sangat tinggi paling dominan ada di kecamatan Pariaman

145
Utara. hal ini diakibatkan karena adanya konsentrasi pemukiman yang jaraknya
dekat dengan garis pantai.

KESIMPULAN DAN SARAN


Dilihat dari karakteristik pantai dan sebaran penduduknya, Kota Pariaman
memiliki wilayah peisisir dengan tingkat kerentanan yang tinggi. untuk itu
diperlukan upaya-upaya serius dari pihak pemerintah daerah untuk mengelola
pembangunan di wilayah pesisir.
Upaya yang yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan melakukan
pengendalian pembangunan rumah/gedung baru di areal pesisir dan membuat
infrastruktur pencegah abrasi di pantai seperti groin dan breakwater.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada segenap pimpinan dijajaran satker Loka
Riset Kerentanan Pesisir dan Laut, narasumber dan personil pelaksana, atas
perhatian dan kerjasamanya yang diberikan dalam pengerjaan kegiatan riset kajian
kerentanan pesisir di Kota Pariaman ini.

DAFTAR PUSTAKA

Azman, Syaiful. 2010. Abrasi Pantai, Kasus Kota Pariaman. Forum Masyarakat
Pesisir Pariaman. Kota Pariaman.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M. J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT Pradnya Paramita
Jakarta.

Darlan, Yudi, Udaya Kamiludin. 2008. Penelitian Lingkungan Pantai dan Logam
Berat Perairan Pariaman Padang - Bungus Teluk Kabung Sumatera
Barat. Jurnal Geologi Kelautan, Vol. 6, No. 1, April 2008, hal 12-22.

Duriyapong, Farida, Kanchana Nakhapakom. 2011. Coastal Vulnerability


Assessment : a case study of Samut Sakhon coastal zone. Faculty of
Environtment and Resource Studies. Mahidol University. Thailand.

Fabyandi, Adnan. 2007. Identifikasi Bahaya Tsunami BerdasarkanZonasi


Kerentanan Tsunami dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis.

146
Tugas Akhir Strata-1. Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika,
Institut Teknologi Bandung.
Gumelar, D. 2007. Data Spasial. Bandung. http://ilmukomputer.org/wp-
content/uploads/2007/05/dhani-dataspasial.doc, dikutip tanggal 1
November 2011 pukul 21.00 WIB.

Kastowo, Gerhard W. Leo, S. Gafoer & T.C. Amin. 1996. Peta Geologi Lembar
Padang, Sumatera, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.

Khrisnasari, A. 2007. Kajian Kerentanan Terhadap Kenaikan Muka Laut di


Jakarta.Tugas Akhir Strata-1. Program Studi Oseanografi, Institut
Teknologi Bandung.

Mangunsukardjo. 1994. Geomorfologi dan Terapannya. Fakultas Geografi.


Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.Meliana, T., 2005, Studi Daerah
Rawan Genangan Di Jakarta Utara Akibat Kenaikan Paras Muka Laut
Dan Penurunan Muka Tanah Di Teluk Jakarta, Tugas Akhir Strata-1.
Program Studi Oseanografi, Institut Teknologi Bandung.

Miladan, Nur. 2009. Kajian Kerentanan Wilayah Pesisir Kota Semarang


Terhadap Perubahan Iklim. Ringkasan Tesis Program Pasca Sarjana
Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas
Diponegoro.

Prahasta E. 2001. Sistem informasi geografis. Informatika press, Bandung.

Rustamadji, R. M, Meddy Danial, Eka Priadi, Zulkarnaen. 2010. Model


Kerentanan Kawasan Pesisir Pantai, Studi Kasus di Kecamatan Jawai
Selatan dan Jawai Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Jurnal Dialog
Penanggulangan Bencana, Vol. 1, No. 1, Tahun 2010, hal 21 -29.

Solihuddin Tb. 2009. Karakteristik Pantai Dan Proses Abrasi Di Pesisir Padang
Pariaman, Sumatera Barat, Puslitbang Sumberdaya Laut dan Pesisir,
Balitbang-KP, Jakarta.

Tarigan, Salam. 2009. Perubahan Garis Pantai di Wilayah Pesisir Perairan


Cisadane, Provinsi Banten. Jurnal Makara, Sains,Vol. 11 No 1, hal 49-55.

Wahyudi, Teguh Hariyanto, Suntoyo. 2009. Analisa Kerentanan Pantai di


Wilayah Pesisir Pantai Utara Jawa Timur. Jurusan Teknik Kelautan. ITS
Surabaya.

Yudhicara. 2008. Kaitan antara karakteristik pantai Provinsi Sumatera


Barat dengan potensi kerawanan tsunami. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3
No. 2, Tahun 2008, hal 95-106.

147
Yusyahnota, Panca. 2006. Identifikasi Daerah Bahaya Tsunami dan Strategi
Mengurangi Resikonya di Kota Padang. Tesis Strata-2. Teknik Geodesi
dan Geomatika, Institut Teknologi Bandung.

148

Anda mungkin juga menyukai