Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

PTERIGIUM TEMPORALIS STADIUM III OKULUS SINISTRA

DENGAN MIOPIA DAN EMETROPIA OKULUS DEXTRA

Oleh :

Elsa Ch. Nababan

NRI 080111103

Supervisor Pembimbing:

Dr. Yamin Tongku, SpM

Residen Pembimbing

Dr. Linda Vonica

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2013
PENDAHULUAN

Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat

degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal

ataupun temporal konjugtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterigium berbentuk segitiga

dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium dapat mengenai kedua

mata.1,2 Beberapa pterigium memiliki vaskuler dan tebal, terdapat juga bentuk lain yang

avaskuler dan tipis.3

Pterigium sering terjadi pada negara-negara selatan yang mengalami peningkatan

paparan terhadap sinar matahari secara terus-menerus, juga sering terjadi di Australia dan

negara-negara ekuatorial gurun yang kering.4,5

Keadaan ini diduga merupakan suatu fenomena iritatif akibat sinar ultraviolet,

pengeringan dan lingkungan dengan banyak angin karena sering terdapat pada orang yang

sebagian besar hidupnya berada di lingkungan yang berangin, penuh sinar matahari, berdebu

atau berpasir.6 Patogenesis dari pterigium disebabkan oleh berbagai etiologi. Pterigium

disebabkan oleh degenerasi dari stroma konjungtiva yang mengalami penebalan, dan serat

elastis yang berkelok-kelok. Fibroblas yang teraktivasi mengawali invasi dari pterigium dan

membran Bowman yang meningkatkan jumlah dari lapisan stroma kornea superfisial. Hal ini

memunculkan kemungkinan bahwa stem multipotensial dan sel progenitor berperan dalam

patogenesis pterigium yang menyebabkan terjadinya diferensiasi menjadi fibroblas dan sel

endotel vaskular. Faktor pertumbuhan epidermal ditemukan pada jaringan pterigium, dan

secara signifikan diinduksikan oleh UV-B di sel epitel pterigium. Hal ini membuktikan

bahwa sinar UV berperan dalam patogenesis pterigium.7,8

Secara morfologi, pterigium memiliki tiga bagian yaitu puncak, kepala dan

badan/ekor. Puncak adalah daerah yang datar pada kornea yang mengandung invasi dari
fibroblas dan merusak membran Bowman. Kepala adalah daerah yang bervaskular yang

terletak dibelakang puncak dan melekat kuat pada kornea. Badan/ekor merupakan daerah

yang dapat digerakkan pada konjungtiva bulbar, yang dapat dengan mudah diangkat dari

jaringan tempat perlekatannya.8

Penderita pterigium pada awalnya asimptomatik dan kebanyakan tidak membutuhkan

terapi segera. Tetapi beberapa pterigium dapat menjadi merah dan terjadi inflamasi dari

waktu ke waktu, dan belum ada gangguan dalam penglihatan. Pterigium yang besar dan tebal

dapat membuat penderita merasa tidak nyaman karena seperti ada benda asing pada mata,

selain itu dapat menganggu penglihatan yang menyebabkan mata kabur.9,10 Gejala klinik juga

dapat berdasarkan dari ukuran pterigium, yaitu:11

1. Tipe 1 ukuran pterigium kurang dari 2 mm dari kornea. Lesi ini sering asimptomatik,

meskipun dapat terjadi inflamasi berulang. Penderita yang menggunakan lensa kontak

dapat menimbulkan gejala lebih dini karena diameter lensa yang lebih besar yang

berada di atas kepala pterigium dalam posisi elevasi dan dapat menimbulkan iritasi.

2. Tipe 2 ukuran pterigium 4 mm yang mengarah ke kornea yang dapat merupakan

bentuk primer atau berasal dari kasus pengulangan setelah operasi. Yang mana dapat

menginduksikan astigmatisma.

3. Tipe 3 menginvasi lebih dari 4 mm pada kornea sampai pada sudut penglihatan.

Menyebabkan gangguan pada aksis penglihatan.

Pterigium dibagi atas 4 stadium, yaitu :11

- Stadium I : Puncak pada konjungtiva bulbi, belum mencapai limbus.

- Stadium II : Puncak melewati limbus tapi belum melewati setengah jarak antara

limbus dan pupil.

- Stadium III : Puncak melewati setengah jarak antara limbus dan pupil tapi belum

mencapai pupil.
- Stadium IV : Puncak pterigium telah melewati seluruh pupil.

Penanganan terdiri dari dua, yaitu:11

1. Medikamentosa, pengobatan simptomatik dengan tetes mata dan steroid topikal untuk

inflamasi. Pasien harus disarankan untuk menggunakan kacamata hitam untuk

mengurangi terpapar dari sinar ultraviolet dan mengurangi stimulus pertumbuhan.

2. Pembedahan diindikasikan untuk lesi tipe 2 dan tipe 3. Eksisi sederhana dikaitkan

dengan peningkatan terjadinya kekambuhan yang mungkin lebih agresif daripada lesi

awal. Banyak teknik yang bertujuan untuk mencegah kekambuhan telah dijelaskan.

Saat ini teknik yang paling banyak digunakan yaitu eksisi pterigium dan menutupi

bagian yang cacat dengan konjungtiva autograft. Pengobatan tambahan dengan

mitomycin C dan beta iradiasi dapat digunakan untuk menimalkan kekambuhan.

Ada beberapa teknik pembedahan yang digunakan :

a. Teknik sklera dibiarkan telanjang (Bare Sclera)

Pembedahan dilakukan dengan diseksi dan pengangkatan jaringan fibrous

sampai level kapsula Tenon dan membiarkan sklera reepitelisasi dengan

sendirinya.

b. Teknik autograft konjungtiva

Autograft yang dilakukan pada umumnya berasal dari konjungtiva bulbar

supratemporal dan kemudian ditempatkan ke bagian sklera dengan

konjungtiva yang telah di eksisi.

c. Teknik graft dengan membran amnion

Dari beberapa penelitian mengatakan membran basal dari membran amnion

mangandung faktor penting untuk menghambat inflamasi dan fibrosis dan

meningkatkan epitelisasi. Membran amnion ditempatkan di bagian sklera


dengan konjungtiva yang telah dieksisi, dengan bagian membran basal

mengarah ke atas dan stroma mengarah ke bawah.7,8


LAPORAN KASUS

Identitas Penderita

Seorang penderita perempuan, usia 29 tahun, bangsa Indonesia, suku Minahasa, agama Islam,

pekerjaan pedagang, alamat Bolmong Utara, datang berobat di Poliklinik Mata RSUP Prof.

Dr. R.D. Kandou Manado pada hari Selasa 13 Juli 2013 dengan keluhan utama pada mata kiri

merah.

Anamnesis

Mata kiri merah dialami penderita sejak 5 hari yang lalu. Mata merah disertai dengan

perih.

Awalnya penderita merasa gatal yang hilang timbul pada mata kiri sejak 1 tahun yang

lalu. Gatal pada mata kiri timbul saat penderita beraktivitas diluar rumah dan banyak terpapar

dengan asap dan debu. Penderita tidak menggunakan kacamata pelindung saat bekerja.

Lama-kelamaan rasa gatal makin menghebat yang membuat penderita sering mengucek-

ngucek matanya. Rasa gatal kemudian diikuti dengan rasa perih dan pengeluaran air mata

yang berlebihan. Mata menjadi merah dan terasa kabur. Penderita juga mengeluh seperti ada

yang mengganjal, seperti pasir pada mata mengganggu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.

Riwayat trauma pada mata dan penyakit lain disangkal oleh penderita. Riwayat penyakit

dahulu seperti penyakit jantung, paru, kencing manis, darah tinggi disangkal oleh penderita.

Riwayat penyakit keluarga, hanya penderita yang sakit seperti ini.

Pemeriksaan Fisik Umum

Pada pemeriksaan fisik status generalis didapatkan keadaan umum cukup, kesadaran

kompos mentis, dengan tanda vital sebagai berikut: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80
x/menit, respirasi 22 x/ menit, suhu badan 36,7 oC, jantung dan paru tidak ada kelainan,

abdomen datar, lemas, peristaltik normal, ekstremitas hangat. Dari status psikiatrik penderita

bersikap kooperatif, ekspresi wajar dan respon baik. Pemeriksaan neurologis, kekuatan otot

normal, refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada.

Status Oftalmikus

Pada pemeriksaan subjektif, dengan Snellen card didapatkan

visus okulus dekstra 6/6

visus okulus sinistra 6/7,5 dikoreksi dengan S-0,50 6/6

Pada pemeriksaan objektif, secara inspeksi pada OD tidak terdapat kelainan pada OS

ditemukan benjolan dikonjungtiva bulbi bagian temporal (+) berwarna putih kelabu bentuk

segitiga dengan puncak sudah melewati setengah jarak limbus dan pupil tapi belum mencapai

pupil. Permukaan kornea tidak rata, tertutup oleh lipatan jaringan konjungtiva sedikit, bilik

mata depan cukup dalam, iris normal, pupil bulat, refleks cahaya (+) normal, lensa jernih.

Pada palpasi OD dan OS didapatkan tekanan intraokuler per palpasi normal dan TIO

dengan tonometer Schiotz pada OD dan OS yaitu 14,6 mmHg.

Pemeriksaan slitlamp OD tidak ditemukan kelainan dan pada OS ditemukan kornea

ditutupi oleh membran berbentuk segitiga yang puncaknya sudah melewati setengah jarak

antara limbus dan pupil tapi belum mencapai pupil, COA cukup dalam, iris normal, pupil

bulat, lensa jernih. Pada funduskopi OD dan OS refleks fundus normal.

Diagnosis

OD : Emetropia

OS : Pterigium Temporalis Stadium III + Miopia

Diagnosis Banding

Pseudopterigium
Komplikasi

Astigmatisma

Terapi

Ekstirpasi pterigium

Prognosis

Dubia ad Bonam

Anjuran

Penderita dianjurkan memakai kacamata / topi pelindung bila sedang beraktivitas diluar

rumah dan mengurangi kontak dengan debu.


RESUME MASUK

Seorang perempuan, 29 tahun, datang berobat di Poliklinik Mata RSU Prof. Dr. R.D.

Kandou Manado pada tangggal 13 Juli 2013 dengan keluhan mata kiri merah, perih, terasa

seperti terganjal sesuatu, gatal, hiperemi, lakrimasi dan penglihatan agak kabur.

Pemeriksaan fisik : status generalis dalam batas normal. Status oftalmikus :

- Pemeriksaan subjektif :

VOD 6/6

VOS 6/7,5 dikoreksi dengan S-0,50 6/6

- Pemeriksaan objektif :

- Inspeksi OD : tidak ditemukan kelainan

- Inspeksi OS : Benjolan dikonjungtiva bulbi bagian temporal (+) berwarna putih

kelabu bentuk segitiga dengan puncak sudah melewati setengah jarak

limbus dan pupil tapi belum mencapai pupil. Permukaan kornea tidak

rata, tertutup oleh lipatan jaringan konjungtiva sedikit, bilik mata depan

cukup dalam, iris normal, pupil bulat, refleks cahaya (+) normal, lensa

jernih.

- Pemeriksaan dengan tonometer Schiotz : tekanan intra okuler dekstra dan sinistra

yaitu 14,6 mmHg.

- Pemeriksaan slitlamp OD : tidak ditemukan kelainan

Pemeriksaan slitlamp OS : kornea ditutupi oleh membran berbentuk segitiga yang

puncaknya sudah melewati setengah jarak antara limbus dan pupil tapi belum

mencapai pupil, iris normal, pupil bulat, COA cukup dalam, lensa jernih.

- Diagnosa : OD : Emetropia

OS : Pterigium Temporalis Stadium III + Miopia


- Penanganan : Ekstirpasi pterigium

- Prognosis : dubia ad bonam

- Preventif dan Rehabilitatif : penderita dianjurkan memakai kacamata / topi pelindung

bila sedang beraktivitas diluar rumah dan mengurangi kontak dengan debu.
PEMBAHASAN

Diagnosis pada penderita ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

oftalmologi. Dari anamnesis diperoleh data berupa gejala yang dikeluhkan penderita seperti

perih pada mata yang timbul biasanya jika mata kena debu atau angin dan disertai

pengeluaran air mata yang berlebihan serta ada sesuatu yang mengganjal pada mata. Dan

karena sudah mencapai stadium III, jadi sudah mulai mengganggu penglihatan sehingga

timbul keluhan mata kabur.

Iritasi faktor eksternal, yaitu sinar ultraviolet atau infra merah disamping debu, angin, dan

udara panas; mereka yang beresiko terkena penyakit adalah mereka yang sering beraktivitas

diluar rumah, dimana paparan sinar matahari langsung dan debu serta angin sangat mungkin

terjadi yang berperan dalam patogenesis pterigium.6 Pada penderita dalam kasus ini yang

menjadi etiologinya adalah debu yang setiap hari terpapar pada mata penderita karena sering

beraktivitas diluar rumah dan tidak pernah memakai kacamata atau topi sebagai pelindung.

Dari pemeriksaan oftalmologi ditemukan adanya penebalan berwarna putih kelabu

berbentuk segitiga dari bagian temporal dan yang berukuran 4 mm dari kornea pada mata

kiri. Didapati pula konjungtiva konjungtiva hiperemis disekitar peninggian / lipatan

konjungtiva. Hal ini menunjukkan adanya reaksi inflamasi. Pada penderita ini sesuai dengan

pembagian stadium pterigium berdasarkan daerah yang ditutupi secara anatomis, maka dapat

dilihat bahwa pterigium ini pada stadium III. Dalam hal ini ditunjukkan oleh puncak

pterigium yang sudah melewati setengah jarak antara limbus kornea dan pupil tapi belum

mencapai pupil.

Penanganan pterigium pada penderita ini adalah ekstirpasi pterigium. Hal ini sesuai

dengan kepustakaan dimana disebutkan bahwa tindakan pembedahan dilakukan bila terjadi
gangguan penglihatan atau bagian pterigium telah menutupi media penglihatan dan tumbuh

progresif dan bila ada alasan kosmetik.11 Pembedahan yang dilakukan pada penderita ini

dengan menggunakan teknik simple closure dimana setelah pterigium di ekstirpasi dan

kemudian dilakukan pengjahitan pada konjungtiva.

Pada penderita dianjurkan untuk memakai kacamata hitam / topi pelindung bila

beraktivitas diluar rumah. Begitu pula penderita diharapkan untuk menghindari faktor

pencetus timbulnya pterigium seperti sinar matahari, debu, angin, serta menjaga dan merawat

mata dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta; FKUI; 2010. p 117-7

2. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi Kesembilan. Jakarta;

Erlangga; 2011. p 66

3. Constable, Lim. Colour Atlas of Ophthalmology. Singapore; P. G. Medical Books;

2010. p 36

4. Lang G. A Pocket Textbook Atlas Ophthalmology. Second Edition. New York;

Thieme. New York; 2006. p 70-1

5. Oliver J, Cassidy L. Ophthalmology at a Glance. Canada; Blackwell Publishing

Company; 2005. p 36

6. Riordan P, Whitcher J. Oftalmologi Umum. Jakarta; EGC; 2009. p 119

7. Sowka J, Gurwood A, Kabat A. The Handbook of Ocular Disease Management.

Twelfth Edition. New York; Revoptom; 2010. p 17-8

8. Ophthalmic Pearls Cornea. Management of Pterygium. Diunduh

www.aao.org/publications/eyenet/201011/upload/Pearls-Nov-Dec-2010.pdf.

Diakses16 Juli 2013

9. Pterygium. Digital Journal of Ophthalmology. Diunduh www.djo.harvard.edu Diakses

16 Juli 2013

10. Patient Information Factsheet. Pterygium. University Hospital Southampton. Diunduh

www.uhs.nhs.uk Diakses 16 Juli 2013

11. Jack J. Kanski Clinical Ophthalmology A Systematic Approach. Canada; Elsevier;

2010. p 242-4

Anda mungkin juga menyukai