Chapter I 10
Chapter I 10
PENDAHULUAN
tinggi rendahnya standar hidup seseorang (Todaro, 2000). Berdasarkan hasil dari
dan Kesehatan tahun 2002 dalam Atmawikarta (2009), para menteri kesehatan dari
merupakan inti atau pusat untuk pembangunan dan kesejahteraan. Menurut Ananta
dan Hatmadji dalam Laij (2012), faktor kesehatan erat dengan kualitas sumber daya
manusia itu sendiri. Tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia akan ditentukan
Secara garis besar, inti dari kesehatan pada perkembangan ekonomi adalah
berdasarkan pada konsep bahwa masyarakat yang sehat tidak hanya berarti sehat
secara sosial berdasarkan jasmani tapi juga secara tingkat pendidikan masyarakat
sehat akan bekerja lebih baik dan berkontribusi dalam perkembangan ekonomi
jumlah penduduk yang cukup pesat dan hal itu akan berdampak pada semakin
xiii
UUD 1945, alinea keempat adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejateraan umum dan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai tujuan
diperkenalkan konsep puskesmas pada tahun 1968, berbagai hasil telah banyak
dicapai. Angka kematian ibu dan kematian bayi telah berhasil diturunkan dan
sementara itu umur harapan hidup rata-rata bangsa Indonesia telah meningkat secara
saranan pelayanan kesehatan yang relatif jauh lebih baik pada strata pertama, strata
kedua, bahkan pada strata ketiga, yang diselenggarakan oleh swasta maupun
puskesmas harus memahami masalah kesehatan yang ada di wilayah kerjanya dengan
spesifik sesuai kemampuan dan dukungan yang ada (Depkes RI, 2006).
individualisme, berprinsip pada norma keluarga kecil, sibuk atau mobilitas tinggi,
lebih menyukai efisiensi dan efektivitas suatu pelayanan serta lebih mengutamakan
aspek privacy dan mutu pelayanan. Namun keterbatasan sumber daya yang dimiliki
prioritas, termasuk dalam pemilihan penyedia layanan kesehatan. Oleh karena itu
masalah dan kebutuhan masyarakat yang berbeda dengan pelayanan pada umumnya
pada masyarakat miskin, akan tetapi bukan berarti puskesmas hanya melayani
oleh masyarakat, diperlukan kreativitas dan inovasi untuk memenuhi kebutuhan dan
pendidikan masyarakat, tingkat sosial dan ekonomi serta semakin lajunya informasi
pelayanan jasa yang lebih baik, yaitu suatu layanan yang ramah dan
Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah air.
Tercatat pada tahun 2010 jumlah puskesmas di seluruh Indonesia adalah 9.005 unit,
puskesmas yang telah dilengkapi dengan fasilitas rawat inap tercatat sebanyak 2.902
unit, sisanya sebanyak 6.103 unit tidak dilengkapi dengan fasilitas rawat inap
(Riskesdas, 2010).
Provinsi Sumatera Utara adalah 530 unit, dengan puskesmas rawatan sebanyak 146
unit, puskesmas non rawatan sebanyak 384 unit, dan jumlah puskesmas pembantu
yang tercatat hingga tahun 2011 di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 761 unit. Di
Kota Medan sendiri terdapat 39 unit puskesmas dengan puskesmas rawatan sebanyak
13 unit dan puskesmas non rawatan sebanyak 26 unit (Bank Data Pusdatin-Depkes
kelililing dan puskesmas pembantu. Bagi daerah yang jauh dari sarana pelayanan
rujukan, puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap (Depkes RI, 2004).
tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong pasien-pasien gawat darurat, baik
kapasitas kurang lebih 10 tempat tidur. Puskesmas dengan ruang rawat inap berfungsi
sebagai pusat rujukan antara yang melayani pasien sebelum dirujuk ke institusi
rujukan yang lebih mampu atau dipulangkan kembali ke rumahnya dan kemudian
puskesmas rawatan yang ada saat ini, sebagian berasal dari rumah sakit pembantu
sebelum ditetapkan klasifikasi rumah sakit yang statusnya diubah dan sebagian
pilihan bagi masyarakat untuk menerima perawatan inap terutama bagi proses
persalinan karena selain biaya yang murah, keberadaannya juga mudah dijangkau.
memilih sektor swasta seperti klinik, praktik bidan dan rumah sakit swasta bahkan
inap sebanyak 243 (0,02%). Adapun cakupan pelayanan rawat inap puskesmas yang
Medan. Demand dipengaruhi oleh harga dengan keadaan berbanding terbalik dimana
apabila harga naik maka demand akan turun dan sebaliknya. Namun dalam pembelian
pelayanan kesehatan pengaruh harga terhadap demand tidak sama seperti pengaruh
harga terhadap demand di pasar umumnya. Hal ini tampak pada demand masyarakat
terhadap pelayanan rawat inap di puskesmas rawat inap Kota Medan, dimana harga
dengan masyarakat yang terlalu jauh (baik jarak secara fisik maupun secara sosial),
juga merupakan alasan demand masyarakat terhadap pembelian suatu barang atau
jasa namun dalam pembelian pelayanan kesehatan adanya perbedaan kebutuhan yang
mengemukakan teori demand for Health Capital yaitu ketika individu menggunakan
melainkan kesehatan itu sendiri. Kesehatan dipandang sebagai barang yang tidak
kerja dari proses pembelian meliputi input dan output dimana ouputnya adalah
ini adalah faktor individual seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat
sosial, faktor lingkungan seperti ekonomi, masyarakat sekitar, faktor penyedia jasa
pembayaran seperti asuransi kesehatan yang dimiliki, pajak dari asuransi, cara
Selain itu menurut penelitian yang dilakukan oleh Ani Nuraeni, Emy Rianty
formalnya makin tinggi pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan. Hal ini bisa saja
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan pada
tahun 2012 puskesmas yang memiliki tingkat kunjungan pasien rawat inap paling
tinggi jika dibandingkan dengan puskesmas rawat inap lainnya yang ada di Kota
Medan adalah Puskesmas Medan Deli. Dengan jumlah kunjungan pasien yaitu
sebanyak 54, kemudian untuk Puskesmas yang tingkat kunjungan paling rendah yaitu
Puskesmas Padang Bulan, Puskesmas Kedai Durian dan Puskesmas Sentosa Baru
dengan jumlah kunjungan rawat inap sama sekali tidak ada pada tahun 2012.
Puskesmas yang memiliki tingkat kunjungan pasien yang baik ialah Puskesmas
kunjungan tertinggi adalah puskesmas yang terletak di Kecamatan Medan Deli dan
dekat dengan kawasan industri. Dari hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan
Puskesmas Medan Deli pada tahun 2012 adalah sebanyak 155 orang dengan pasien
fasilitas tempat tidur untuk rawat inap adalah sebanyak 10 tempat tidur.
perumahan masyarakat yang berada di pinggir jalan besar yang bisa menjadi salah
satu faktor resiko tinggi terjadinya kecelakaan dan intensitas paparan debu yang
tinggi. Selain itu apabila diperhatikan dari bentuk bangunan rumah masyarakat di
Denai dan berada di kawasan permukiman. Dilihat dari stuktur bangunan rumah
Puskesmas Bromo cukup beragam dimulai dari sosial menengah ke atas hingga sosial
paling rendah yaitu Puskesmas Padang Bulan, Puskesmas Kedai Durian dan
Puskesmas Sentosa Baru dengan jumlah kunjungan rawat inap sama sekali tidak ada
Puskesmas Medan Deli, Puskesmas Bromo dan Puskesmas Kedai Durian Tahun
2013. Dengan faktor-faktor yang memengaruhi ialah faktor individual (usia, jenis
(jarak, sumber informasi, kelompok referensi) dan faktor sistem pelayanan kesehatan
terhadap pelayanan rawat inap di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli, Puskesmas
pelayanan rawat inap di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli, Puskesmas Bromo
2. Sebagai bahan masukan dan bagi Puskesmas Rawat Inap khususnya dalam
pelayanan kesehatan.