IAS 2 (A)
NIM : 1511060091
1. PENILAIAN
Didalam IAS2 kan memberiatahukan bahwa elemen utama akuntasi adalah kas.
Dikatakan bahwa kas atas pembelian persediaan mencangkup harga beli, biaya angkut,
asuransi, dan biaya penanganan persediaan (handling costs). Potongan tunai , rabat, jenis-
jenis potongan pembelian lain jika ada harus dikurangkan ke kos persediaan. Dapat
disimpulkan bahwa sampai dengan titik ini, tidak ada perbedaan ketentuan pengukuran
kas persediaan antara IFRS dengan US GAAP, keduanya membuat aturan yang boleh
dikatakan sama persis, karena memang untuk kasus kas perolehan persediaan tidak ada
ruang untuk penerapan konsep principle-based, sehingga mau tidak mau harus
menggunakan konsep rule-based.
2. PENDAHULUAN
Definisi persediaan adalah merupakan salah satu asset yang sangat penting bagi
suatu entitas baik bagi perusahaan ritel, manufaktur, jasa maupun entitas lainnya.
Berdasakan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa suatu asset dikasifikasikan sebagai
persediaan tergantung pada nature business suatu entitas. Pada perusahaan properti.
Misalkan property yang dimiliki seperti apartemen, perumahan, dan gedung yang
dijual dapat diklasifikasikan sebagai persediaan karena property tersebut merupakan asset
yang dijual untuk kegiatan usahanya bukan penjualan property, kepemilikan atas properti
tersebut tidak diklasifikasikan sebagai persediaan, melainkan sebagai asset tetap atau
property investasiatau asset tidak lacncar yang dipegang untuk dijual, tergantung pada
tujuan kepemilikannya.
3. RUANG LINGKUP
Barang dalam proses yang timbul menurut kontrak konstruksi (IAS 11 mengenai
kontrak konstruksi)
Instrument keuangan (missal saham, surat hutang, obligasi) yang dimiliki sebagai
persediaan (IAS 32 mengenai instrument keuangan penyajian; IAS 39 mengenai
instrumen keuangan : pengakuan dan pengukuran ; dan IFRS 7 mengenai instrument
keuangan pengungkapan; IFRS 9 mengenai Instrument Keuangan);
Asset biologis dan memproduksi yang terkait dengan aktivitas pertanian (IAS 41
mengenai Pertanian).
Strandar juga tidak berlaku terhadap,
Persediaan produsen seperti binatang ternak, produk pertanian dan produk hutan,
minyak mineral, bijih besi dan gas, bilamana persediaan tersebut dinilai atas dasar
nilai realisasi neto (NRV) sesuai dengan praktek yang telah ditetapkan dengan baik
didalam industry tersebut.
Persediaan yang dimiliki oleh broker-pedagang komuditas yang mengukur
persediaannya atas dasar nilai wajar dikurangkan dengan biaya untuk menjual.
Pada perusahaan perdadangan (retail), seperti carefour biasanya membeli barang
dagangnya dalam bentuk barang yang siap untuk dijual.Berikut dibawah ini adalah
laporan posisi keuangan untuk perusahaan retail.Dibawah ini hanya ada satu akun
persediaan yang muncul pada laporan keuangan.
4. DASAR PENILAIAN
Sistem Perpetual
Sistem pencatatan metode perpetual disebut juga metode buku adalah sistem dimana
setiap persediaan yang masuk dan keluar dicatat di pembukuan.
Setiap jenis barang dibuatkan kartu persediaan dan di dalam pembukuan dibuatkan
rekening pembantu persediaan. Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi dqari
rekening kontrol persediaan barang dalam buku besar. Rekening yang digunakan untuk
mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa kolom yang dapat dipakai untuk mencatat
pembelian, penjualan dan saldo persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan diikuti
dengan pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-
waktu dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan. Masing-
masing kolom dirinci lagi untuk kuantitas dan harga perolehannya.Penggunaan metode
buku akan memudahkan penyusunan neraca dan laporan laba rugi jangka pendek, karena
tidak perlu lagi mengadakan perhitungan fisik untuk mengetahui jumlah persediaan akhir.
Ciri-ciri terpenting dalam sistem perpetual pada perjurnalan adalah :
a) Pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet rekening persediaan
b) Harga pokok penjualan dihitung untuk tiap transaksi penjualan dan dicatat dengan
mendebet rekening HPP pada persediaan.
c) Persediaan merupakan rekening kontrol dan dilengkapi dengan buku pembantu
persediaan yang berisi catatan untuk setiap jenis persediaan. Buku pembantu
persediaan menunjukkan keuantitas dan harga perolehan untuk setiap jenis barang
yang ada dalam persediaan.
Sistem Periodik
Pada metode ini, apabila terjadi pembelian maka jurnalnya adalah mendebet
rekening pembelian dan mengkredit kas atau utang dagang. Jika terjadi penjualan maka
jurnalnya adalah mendebet rekening kas/ piutang dagang dan mengkredit rekening
penjualan. Untuk mengetahui persediaan akhir dilakukan inventarisasi atau stock opname
pada akhir periode.
SistemPeriodik
Sistem ini merupakan sistem pencatatan persediaan dimana kuantitas persediaan
ditentukan secara periodik yaitu, hanya pada saat perhitungan fisik yang biasanya
dilakukan secara stock opname.
Persediaan pada peusahaan memakai metode perpetual
Metode periodik ini sudah mulai ditinggalkan karena secara jelas tidak
mendukung integrasi system dimana, sepanjang periode akuntansi berjalan tidak tersedia
data mengenai posisi persediaan. Hal ini menyebabkan data bagian akuntansi kurang
mendukung operasional. Laporan neraca dan laba rugi tidak akan dapat dibuat sebelum
nilai persediaan diketahui
Penjurnalan pada akhir periode, saldo akhir persediaan 400 unit pada harga Rp6.000
(Tidak ada jurnal) Persediaan (akhir) Rp 2.400.000
Beban Pokok Penjualan Rp3.600.000
Pembelian Rp 5.400.000
Akun persediaan menunjukan saldo akhir Persediaan (awal) Rp 600.000
sebesar Rp2.400.000 (Rp 600.000 + Rp5.400.000 Rp3.600.000
Ketika suatu entitas menggunakan sistem perpetual, dan terdapat perbedaan antara
pencatatan persediaan dan perhitungan fisiknya (entitas akan tetap melakukan
perhitungan fisik) maka perusahaan harus melakukan pencatatan untuk menyesuaikan
nilai pencatatan dengan nilai perhitungan fisik. Misalkan berdasarkan pencatatan
diketahui nilai persediaan adalah sebesar Rp 2.400.000, namun berdasarkan perhitungan
fisik ternyata didapat bahwa nilai persediaan adalah sebesar Rp 2.000.000, maka
dilakukan pencatatan untuk menurunkan nilai persediaan sebagai berikut:
Persediaan Rp 400.000
Asusmsi arus biaya yang digunakan oleh suatu entitas dapat saja berbeda dengan
asumsi arus fisik dari barang persediaannya. Standar akuntansi tidak mengatur bahwa
suatu entitas harus memilih asumsi arus biaya yang sesuai dengan arus fisik persediaan.
Pada dasarnya suatu entitas akan mempertimbangkan dampak pemilihan asumsi arus
biaya tersebut dalam laporan laba rugi. Didalam asumsi arus biaya terdapat tiga
alternative yaitu: metode identifikasi khusus, masuk pertama keluar pertama, rata-
rata tertimbang.Sebagai contoh : PT Bangun Jaya yang merupakan perusahaan ritel
memiliki transaksi pembelian dan penjualan produknya pada bulan mei sebagai berikut :
Biaya perolehan persediaan diukur dengan menggunakan salah satu dari formula
biaya perolehan berikut:
Metode ini pada dasarnya merupakan metode yang paling ideal karena terdapat
kecocokan antara biaya dan pendapatan (matching cost against revenue), tetapi karena
dibutuhkan pengidentifikasian barang persediaan secara satu persatu, maka biasanya
metode ini hanya diterapkan pasa suatu entitas yang memiliki persediaan sedikit, nilainya
tinggi, dan dapat dibedakan satu sama lain, seperti galeri lukisan. Dengan menggunakan
metode identifikasi khusus maka perhitungan persediaan mengunakan sistem perpetual
akan sama dengan perhitungan dengan menggunakan sistem periodik. Hal ini
karenasistem identifikasi khusus nilai persediaan dikaitkan secara spesifikasi terhadap
unit barang tertentu contoh dari entitas yang menggunakan metode ini adalah perusahaan
yang menjual permata/perhiasan, barang antic atau barang seni, mobil mewah dan lain
sebagainya. Berdasarkan contoh PT Bangun Jaya diatas, maka pada saat penjualan harus
ditentukan harga yang digunakan untuk masing-masing unit dalam penjualan sebesar
15.000 unit tersebut. Dengan demikian dapat diketahui harga untuk masing-masing unit
dalam persediaan akhir. Apabila diasumsikan bahwa dari persediaan akhir sejumlah
25.000 unit terdiri atas 9.000 unit @Rp 6.000, 8.000 unit @Rp 6.400, dan 8.000 unit
@Rp 6.600, maka perhitungan nilai persediaan akhir dan beban pokok penjualan PT
Bangun Jaya dengan menggunakan metode identifikasi khusus dengan sistem periodik
maupun perpetual adalah sebagai berikut.
Metode masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO)
mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih
dahulu sehinga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibelu atau
diproduksi kemudian. Metode ini merupakan metode relative konsisten dengan arus fisik
dari persediaan terutama untuk industry yang memiliki perputaran persediaan tinggi.
Salah satu kelebihan dari metode ini adalah dari sisi relevansi nilai persediaan
yang disajikan dalam laporan posisi keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan nilai
persediaan yang disajikan merupakan nilai yang didasarkan pada harga yang paling kini.
Penggunaan metode ini menghasilkan laporan posisi keuangan yang sesuai dengan nilai
kini perusahaan. Sedangkan kelemahan dari pengunaan metode ini adalah tidak
merefleksikan nilai laba yang paling akurat kaena metode ini kurang cocok antara biaya
dengan pendapatan.
Dalam metode ini, biaya persediaan mengacu pada harga pembelian yang lebih
dulu, sehinga biaya tersebut tidak cocok dengan pendapatan yang diperoleh perusahaan.
Signifikanso dari ketidak cocokan ini akan bergantung pada tingginya perputaran
persediaan perusahaan dan cepatnya perubahan harga barang semakin tinggu tingkat
perputaran persediaan dan harga barang mengalami inflasi tinggi waktu yang cepat, maka
laba yang dicatat perusahaan dapat menjadi lebih besar dari pada yang sesungguhnya
(overstated).
Contoh:
Hitunglah nilai persediaan akhir (per 31 Desember 2001) sistem periodik dengan metode
FIFO
Contoh (perpetual): The Fine Electronics company memakai system persediaan untuk mencatat
akuisisi dan penjualan persediaannya. Dan metode fifo untuk menghitung harga penjualan
pokoknya dan untuk penilaian persediaan akhirnya. Perusahan membuat perhitungan pembelian
dan penjualan berikut selama bulan januari 2012:
Pertanyaan :
1. Membuat jurnal untuk transaksi diatas dengan menggunakan system persediaan perpetual
2. Membuat kartu persediaan metode fifo
3. Menghitung harga pokok persediaan ditangan pada akhir januari 2012
January4:
The Fine electronics company telah menjual pada tanggal 4 januari 16 units for $25,600 (16 units
$1,600). Pada tanggal ini, 24 unit pada persediaan awal hanya unit ini saja yang tersedia untuk
dijual. Harga pokok penjulan untuk itu adalah , $16,000 (16 $1,000), dalam system persediaan
perpetual ada dua jurnal yang dibuat untuk penjualan. Jurnal pertama untuk memperbarui akun
persediaan dan satu jurnal lagi unyuk merekam transaksi penjualan. Seperti dibawah ini:
Tanggal Deskripi Debit Credit
Jan. 04 Piutang dagang 25,600
Penjualan 25,600
(16 units penjualam x @ $1,600 /pcs)
-
Harga pokok penjualan 16,000
Persediaan 16,000
(harga untuk 16 units penjualan)
January7:
jurnal berikut akan dibuat untuk mencatat pembelian 12 unit @ $ 1.020 per unit pada 7 Januari:
January10:
Jurnal berikut akan dibuat untuk mencatat pembelian 10 units @ $1,060 per unit pada 10 Januari:
January23:
Menurut, pertama-out metode pertama-in (FIFO), biaya 12 unit yang terjual pada 23 Januari
dihitung di bawah ini:
January 24:
pada 24 January, jurnal berikut akan mencatat pembelian untuk 12 units @ $1,060 per
unit.
January 27:
Pada tanggal 27 January, jurnal berikut akan mencatat pembelian untuk 4 units @ $1,080
per unit.
January 29:
Menurut, pertama-out metode pertama-in (FIFO), biaya 6 unit yang terjual pada 29
Januari dihitung di bawah ini:
(dari unit pembelian pada10
Biaya untuk 2 units: 2 units $1,050 = $2,100
January)
(dari unit pembelian pada 29
Biaya untuk 4 units: 4 units $1,060 = $4,240
January)
Total biaya untuk 6 units penjualan pada
= $6,340
29 January
Metode Terakhir Masuk Pertama Keluar (LIFO). Pada metode terakhir masuk pertama
keluar ( LIFO) ini adalah mencocokan dengan biaya pembelian barang terakhir dengan
pendapatan. Ilustrasi, contoh Call-Mart Inc., memiliki transaksi sebagai berikut pada awal bukan
operasionalnya.
Jika all-Mart Inc., menggunakan system periodic. Untuk mengasumsikan bahwa total
jumlah penjualan dan dikeluarkan selama bulan ini berasal dari pembelian terbaru. Harga pada
persediaan akhir dengan menggunakan total unit sebagai dasar perhitungan dengan mengabaikan
tanggal yang tepat dari penjualan atau emisi. Misalnya, Call-Mart akan berasumsi bahwa biaya
4.000 unit ditarik menyerap 2.000 unit yang dibeli pada tanggal 30 Maret dan 2.000 dari 6.000
unit yang dibeli pada 15 Maret menunjukkan bagaimana Call-Mart menghitung persediaan dan
biaya terkait barang yang dijual, dengan menggunakan metode persediaan periodik.
Jika Call-Mart menyimpan catatan persediaan perpetual dalam jumlah dan dollar, penggunaan
hasil metode LIFO dalam persediaan akhir yang berbeda dan harga pokok penjualan dalam
jumlah dari jumlah yang dihitung dengan metode periodik. Ilustrasi dibawah ini menunjukkan
perbedaan ini dengan menggunakan metode perpetual.
LIFO MethodPerpetual Inventory
Tanggal Pembelian penjualan Saldo
2 Maret (2.000 @ $ 4.00) $ 8.000 2.000 @ $ 4.00 $8.000
15 Maret (6.000 @ $ 4.40) $ 26.400 2.000 @ $ 4.00
6.000 @ $ 4.40 $34.400
19 Maret (4.000 @ $4.40) 2.000 @ $ 4.00
$17.600 2.000 @ $ 4.40 $16.800
30 Maret (2.000 @ $ 4.75) $9.500 2.000 @ $ 4.00
2.000 @ $ 4.40
2.000 @ $ 4.75 $26.300
Pada akhir bulan persediaan periodik perhitungan disajikan dalam ilustrasi diatas
(persediaan $ 25.600 dan harga pokok penjualan $18.300) menunjukkan jumlah yang berbeda
dari perhitungan persediaan perpetual (persediaan $ 26.300 dan harga pokok penjualan $17.600).
Sistem periodik sesuai dengan total penarikan selama satu bulan dengan total pembelian untuk
bulan dalam menerapkan, metode pertama masuk dan keluar terakhir terakhir di. Sebaliknya,
sistem perpetual cocok setiap penarikan dengan pembelian segera sebelumnya. Akibatnya,
perhitungan periodik diasumsikan bahwa panggilan-Mart termasuk biaya barang yang dibeli
pada tanggal 30 Maret di penjualan atau masalah pada 19 Maret.
Pada PSAK metode LIFO ini sudah tidak diperbolehkan kembali, karena barang yang
pertama masuk akan terlalu lama keluar dari gudang.
Metode Rata-Rata Tertimbang
Ketika suatu entitas menggunakan metode rata-rata tertimbang dengan system perpetual,
maka nilai rata-rata dihitung setiap ada pembelian. Apabila terjadi penjualan, maka beban pokok
penjualan atau biaya persediaan yang digunakan merupakan nilai rata-rata yang paling kini.
Berikut merupakan contoh dari perhitungan nilai persediaan akhir dan beban pokok penjualan PT
bangun Jaya dengan menggunakan metode rata-rata berdasarkan system perpetual.
3. Mainan
anak
A 30 10.000 12.500 300.000 375.000 300.000 - -
B 40 15.000 17.500 600.000 700.000 600.000 - -
C 20 25.000 22.000 500.000 440.000 440.000 - -
1.400.000 1.515.000 1.400.000 -
26.950.000 25.990.000 25.990.000
25.415.000 25.875.000 25.990.000
Setelah besarnya estimasi harga pokok penjualan diperoleh, estimasi persediaan akhir
dapat dihitung dengan cara :
Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual (aktual) Rp. 650.000.000
Sebagai catatan, besarnya harga pokok dari barang yang dibeli ini merupakan
penjumlahan antara besarnya pembelian bersih (pembelian dikurangi dengan potongan
pembelian dan retur pembelian serta penyesuaian harga beli) dengan besarnya ongkos
angkut masuk.
Retail Method
Metode eceran ini menilai persediaan akhir dengan cara menghitung terlebih dahulu nilai
persediaan akhir berdasarkan eceran. Nilai persediaan akhir dengan harga pokok akan
diketahui dengan cara menghitung rasio antara nilai persediaan yang tersedia untuk dijual
dengan pendekatan harga pokok dibandingkan dengan pendekatan ritel. Kemudian rasio
yang diperoleh dikalikan dengan persediaan akhir yang dinilai dengan pendekatan eceran
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Metode harga jual banyak dipakai oleh perusahaan pengecer untuk menghitung
nilai persedian akhir menurut estimasi harga pokoknya (harga perolehan). Sama seperti
metode laba kotor, metode harga ecer ini dapat digunakan untuk menentukan besarnya
estimasi. persediaan kapanpun diinginkan, dan memungkinkan untuk mengestimasi nilai
persediaan tanpa memerlukan waktu dan biaya untuk melakukan penghitungan fisik atas
persediaan atau untuk menyelenggarakan catatan persediaan perpetual.
Metode harga ecer akan tetapi lebih fleksibel dibanding dengan metode laba
kotor, karena dengan metode harga ecer memungkinkan perusahaan untuk mengestimasi
nilai persediaan berdasarkan metode penilaian FIFO, LIFO, rata-rata, dan bahkan metode
harga yang terendah antara harga perolehan dengan harga pasar. Dalam bahasan kali ini,
hanya akan diilustrasikan tehnik estimasi metode harga ecer berdasarkan metode
penilaian rata-rata, sedangkan selebihnya (secara terinci) akan dibahas nanti dalam buku
akuntansi lanjutannya. Demikian juga, dalam bagian (buku) ini tidak akan dibahas secara
khusus mengenai perlakuan yang tepat atas potongan penjualan, retur penjualan,
penyesuaian harga jual, potongan pembelian retur pembelian, penyesuaian harga beli, dan
ongkos angkut masuk. Jadi, untuk menyederhanakan ilustrasi yang akan diberikan dalam
bahasan kali ini, diasumsikan bahwa besarnya penjualan bersih adalah sama dengan
besarnya penjualan bruto, dan besarnya harga pokok dari barang yang dibeli adalah sama
dengan besamya pembelian bruto.
Ketika tehnik estimasi dengan metode harga ecer digunakan, catatan atas barang
yang dibeli haruslah diselenggarakan dalam dua jumlah, yaitu sebesar harga perolehan
dan harga ecer (harga jual). Untuk tehnik estimasi metode harga ecer berdasarkan metode
penilaian rata-rata, besarnya persentase harga pokok (harga perolehan) dihitung dengan
cara membagi harga pokok dari barang yang tersedia untuk dijual menurut harga
perolehan dengan harga pokok dari barang yang tersedia untuk dijual menurut harga ecer.
Untuk menghitung besarnya nilai persediaan akhir menurut estimasi harga pokok (harga
perolehan), persentase harga pokok (harga perolehan) tersebut akan dikalikan dengan
nilai persediaan akhir menurut harga ecer. Nilai persediaan akhir menurut harga ecer ini
dihitung dengan cara mengurangkan besarnya harga pokok dari barang yang tersedia
untuk dijual menurut harga ecer dengan jumlah penjualan bersih sepanjang periode.
Dalam metode harga ecer yang berdasarkan metode penilaian rata-rata, besarnya
persediaan awal dan harga pokok dari barang yang dibeli dijumlahkan bersama untuk.
menghitung satu persentase harga pokok (harga perolehan)