Anda di halaman 1dari 10

RESUSITASI PADA NEONATUS

Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu melakukan penilaian terhadap bayi baru lahir
2. Mahasiswa mampu melakukan Ventilasi tekanan positif
3. Mahasiswa mampu melakukan prosedur resusitasi pada bayi baru lahir

A. Landasan Teori
Bayi baru lahir memerlukan adaptasi untuk dapat bertahan hidup di luar rahim, terutama pada menit-
menit pertama kehidupannya. Bila di dalam rahim kebutuhan nutrisi dan terutama oksigen dipenuhi
seluruhnya oleh ibu melalui sirkulasi uteroplasenter, saat lahir dan tali pusat dipotong, bayi baru lahir
harus segera melakukan adaptasi terhadap keadaan ini yaitu harus mendapatkan atau memproduksi
oksigennya sendiri.
Sebagian besar (kurang lebih 80%) bayi baru lahir dapat bernafas spontan, sisanya mengalami
kegagalan bernafas karena berbagai sebab. Keadaan inilah yang disebut asfiksia neonatorum. Pertolongan
untuk bayi ini disebut resusitasi. Tujuan dari resusitasi ialah memberikan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke otak, janatung dan alat
vital lainnya. Asfiksia sendiri didefinisikan sebagai gagal nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat sesudah lahir.
Kata asfiksia juga dapat memberi gambaran atau arti kejadian di dalam tubuh bayi berupa hipoksia
progresif, penimbunan CO2 (hiperkarbia) dan asidosis. Penyebab asfiksia neonatorum dapat digolongkan
ke dalam 3 faktor : faktor ibu, faktor janin, dan faktor plasenta.
Apapun penyebab yang melatarbelakangi asfiksia, segera setelah penjepitan tali pusat menghentikan
penyaluran oksigen dari plasenta, bayi akan mengalami depresi dan tidak mampu untuk memulai
pernafasan spontan yang memadai dan akan mengalami hipoksia yang berat dan secara progresif akan
menjadi asfiksia. Bila bayi mengalami keadaan ini untuk pertama kalinya (apneu primer/gasping primer),
berarti ia mengalami kekurangan oksigen, maka akan terjadi pernafasan cepat dalam periode yang
singkat. Bila segera diberikan pertolongan dengan pemberian oksigen, biasanya dapat segera merangsang
pernafasan spontan. Bila tidak diberi pertolongan yang adekuat, maka bayi akan mengalami gasping
sekunder/apneu sekunder dengan tanda dan gejala yang lebih berat. Pertolongan dengan resusitasi aktif
dengan pemberian oksigen dan nafas buatan harus segera dimulai. Dalam penangan asfiksia neonatorum,
setiap apneu yang dilihat pertama kali harus dianggap sebagai apneu sekunder. Perubahan biokimiawi
yang terjadi dalam tubuh bayi asfiksia, dengan penilaian analisa gas darah akan didapatkan hasil pada saat
kejadian akan terjadi metabolisme aerob, hipoksia (paO2 < 50 mmHg), hiperkarbia (paCO2 > 55 mmHg)
dan asidosis (PH <7,2). Bila tidak segera dilakukan resusitasi akan berlanjut menjadi metabolisme
anaerob dengan hasil akhir terbentuk dan tertimbunnya asam laktat dalam darah dan jaringan tubuh bayi
yang akan berakibat kerusakan sel dan jaringan yang berujung pada kegagalan fungsi organ dan kematian.
Diagnosis asfiksia dapat ditegakkan melalui :
1. Dengan mengamati 3 variabel yaitu : usaha nafas, denyut jantung dan warna kulit. Bila bayi tidak
bernafas atau nafas megap-megap, denyut jantung turun, dan kulit sianosis atau pucat, maka secara
klinis dapat ditegakkan diagnosis asfiksia neonatorum
2. Dengan pemeriksaan analisa gas darah
3. Dengan skor apgar dan skor situgna
APGAR SCORE
GEJALA/ SCORE
TANDA 0 1 2
Denyut Jantung 0 <100x/m >100x/m
Usaha Nafas Tidak Ada Megap-Megap Menangis
Tonus Otot Lemas Flexi Sebagian Flexi Penuh Aktif
Peka Rangsang Tidak Ada Menyeringai Menangis
Respos
Warna Kulit Pucat Biru Merah jambu

Cara menghitung :
Setelah bayi lahir pada pengamatan berturut-turut menit I, V, dan X diamati dan dihitung jumlah skor
apgar. Normal skor 10, disebut asfiksia ringan bila skor 7, bila skor 4-6 disebut asfiksia sedang, asfiksia
berat bila skor 3. Skor Situgna lebih sederhana karena hanya menggunakan 2 variabel yaitu usaha nafas
dan denyut jantung.

B. Alat dan Bahan


1. Pipa ET no : 2.5, 3.0, 3.5, 4.0
2. Ganjal bahu
3. Kain linen yang bersih
4. Sungkup oksigen
5. Ambubag
6. Penghisap lendir
7. Penghisap mekonium
8. Stetoskop
9. Handscoen steril
10. Plester
11. Gunting
12. Pipa Oksigen
13. Balon resusitasi dengan sungkup
14. Obat-obatan resusitasi

Perawatan
Rutin:
PROSEDUR RESUSITASI NEONATUS
- Berikan
kehangatan
Lahi Ya, tetap - Posisikan
Cukup bulan? Penilai
r Bernafas atau bersama
- Bersihkan an
menangis? ibu jalan nafas bila
Tonus baik? perlu

- Keringkan
Tida
k
Hangatkan, posisikan,
A
bersihkan jalan nafas bila
perlu, keringkan, rangsang
Tida
k
FJ di bawah Tida
Sulit Evalua
30 k
100 dpm, bernafas si
detik
megap-megap Y atau
atau
Y apnea a sianosis
Bersihkan jalan
a menetap?
nafas, monitor B
60 VTP, monitor
detik SPO2 SPO2,

Tid pertimbangkan
FJ di bawah
Evalua
100 dpm? ak
Perawatan si
pasca resusitasi
Y
Langkah-langkah
a
perbaikan
ventilasi
FJ di bawah
Tid
60 dpm?
ak
Y
a
Pertimbangkan
C
intubasi, kompresi
dada koordinasikan

Evalua
FJ di bawah
si
60 dpm? D
Y
a
Epinefrin IV
Target SPO2 Pra-duktus Setelah Lahir
1 menit 60-65 %
2 menit 65-70 %
3 menit 70-75 %
4 menit 75-80 %
5 menit 80-85 %
10 menit 85-95 %

Evaluasi dilakukan pada setiap langkah dan didasarkan terutama atas tiga (3) tanda berikut:
1. Pernafasan
2. Frekuensi jantung
3. Penilaian Oksigenasi (warna kulit atau yang lebih diutamakan adalah pembacaan nilai oksimetri)

Intubasi Endotrakheal
Indikasi
1. Bila ada mekonium dan bayi mengalami depresi pernafasan, tonus otot dan frekuensi jantung,
anda harus melakukan intubasi endotrakheal sangat awal, sebelum memulai langkah resusitasi lain
2. Bila ventilasi tekanan positif (VTP) tidak menghasilkan perbaikan klinis yang adekuat dan tidak
ada pengembangan dada yang baik, sebaiknya anda memutuskan intubasi untuk memberikan
ventilasi adekuat daripada meneruskan usaha perbaikan ventilasi dengan sungkup
3. Bila kebutuhan VTP berlanjut setelah beberapa menit, anda mungkin perlu melakukan intubasi
untuk meningkatkan efektifitas dan memudahkan bantuan ventilasi
4. Bila perlu dilakukan kompresi dada, intubasi akan mempermudah koordinasi antara kompresi dada
dan ventilasi, serta memaksimalkan efisiensi ventilasi tekanan positif
5. Bila ada indikasi khusus, seperti bayi sangat premature, pemberian surfaktan atau dicurigai hernia
diafragmatika

Alat dan bahan


1. Laringoskop dengan lampu dan batere cadangan
2. Bilah laringoskop No. 1 (bayi cukup bulan), No. 0 (bayi prematur), No.00 (bayi sangat prematur).
Dianjurkan untuk memakai bilah lurus disbanding bilah melengkung
3. Pipa endotrakheal (ETT) dengan diameter dalam 2.5, 3.0, 3.5 dan 4.0 mm
4. Stilet yang cocok dengan ukuran pipa endotrakheal (pilihan)
5. Pemantau atau pendekteksi CO2
6. Alat penghisap dengan kateter penghisap ukuran 10 F (untuk menghisap farings), ukuran 8F, dan
salah satu ukuran 5F atau 6F (untuk menghisap pipa endotrakheal berbagai ukuran)
7. Plester kedap air (ukuran 1/2 atau inci= 1,5-2 cm), atau alat fiksasi pipa endotrakheal lain
8. Gunting
9. Jalan nafas per oral
10. Aspirasi mekonium
11. Stetoskop (ukuran bayi baru lahir)
12. Alat ventilasi tekanan positif (balon resusitasi atau T-piece resuscitator) dan selang untuk
mengalirkan udara dan atau oksigen tambahan. Balon mengembang sendiri harus dilengkapi
reservoir oksigen dan semua jenis alat harus dilengkapi dengan manometer tekanan
13. Oksimeter nadidengan sensor (probe) sesuai untuk neonatus
14. Sungkup laring (ukuran 1) dan semprit 5 ml

Prosedur Pemasangan ETT


1. Laringoskop dinyalakan
2. Pegang laringoskop dengan tangan kiri
3. Stabilkan kepala bayi dengan tangan kanan
4. Buka mulut bayi. Gunakan jari telunjuk tangan kanan untuk membuka mulut bayi
5. Masukkan laringoskop mulai dari sisi kanan kemudian menyingkirkan lidah ke kiri
6. Cari epiglotis
7. Angkat epiglottis dengan elevasi laringoskop ke atas
8. Masukkan pipa ETT
9. Kembangkan cuff ETT
10. Mengecek apeks paru kiri kemudian kanan. Apabila terdapat sumbatan jalan nafas,
lakukan suction
11. Memasang plester

LESSON PLAN

LESSON PLAN PERTEMUAN I

NO KEGIATAN WAKTU
- Instruktur memperkenalkan diri
1 5 menit
- Mengenal nama mahasiswa
- Menjelaskan tujuan latihan
- Menilai persiapan mahasiswa
2 10 menit
mengenai topik keterampilan yang
akan dipelajari
- Meminta salah seorang mahasiswa
untuk mencoba melakukan
Resusitasi Neonatus
3 - Meminta mahasiswa untuk refleksi 15 menit
- Meminta mahasiswa lain untuk
memberikan feedback
- Instruktur memberikan feedback
- Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk mencoba sendiri
dan temannya secara bergantian
4 memberikan feedback 60 menit
- Instruktur mengobservasi dan
memberikan feedback pada masing-
masing kelompok
Penutup
5 Diskusi, penugasan, rencana untuk 10 menit
pertemuan II

LESSON PLAN PERTEMUAN II

NO KEGIATAN WAKTU
1. - Mereview kegiatan pembelajaran
10 menit
pada pertemuan I
- Meminta salah seorang mahasiswa
untuk mencoba melakukan
Resusitasi Neonatus
2.
- Meminta mahasiswa untuk refleksi 15 menit
- Meminta mahasiswa lain untuk
memberikan feedback
- Instruktur memberikan feedback
- Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa secara bergantian untuk
berlatih dengan pasien simulasi
3.
kemudian saling memberikan 65 menit
feedback
- Instruktur mengobservasi dan
memberikan feedback
4.
Penutup 10 menit

NO KEGIATAN WAKTU
1 - Instruktur memperkenalkan diri 5 menit
- Mengenal nama mahasiswa
2 - Menjelaskan tujuan latihan 10 menit
- Menilai persiapan mahasiswa
mengenai topik keterampilan yang
akan dipelajari
3 - Meminta salah seorang mahasiswa 15 menit
untuk mencoba melakukan
- Meminta mahasiswa untuk refleksi
- Meminta mahasiswa lain untuk
memberikan feedback
- Instruktur memberikan feedback
4 Instruktur memberikan demonstrasi 5 menit
5 - Memberikan kesempatan kepada 75 menit
mahasiswa untuk mencoba sendiri,
berpasangan dengan temannya,
bergantian memberikan feedback
- Instruktur memberikan feedback dan
mengobservasi pada masing-masing
kelompok
6 - Penutup 10 menit
- Diskusi, penugasan, rencana
pertemuan ke II

REFERENSI

American Heart Association. Buku Panduan Resusitasi Neonatus. Edisi ke 6. 2015

International Guidelines for Neonatal Resusciation : An Except from The


Guidelines 2000 for CardiopulmonaryResusciation and Emergency
Cardiovascular Care :International Consensus on Science Pediatric.
2000; 106 (3)

Miswell TE., Gannon CM; Jacob J., Goldsmith L., Szyld E., Weiss KK.,
Scutzman, Filipov P., Kurlat I., Caballero CL., Abassi S., Sprague D,
Oltorf C and Padula M. Delivery room Management of the Apparany
Vigorous Meconium Stained Neonate : Result of the Multicenter,
International Collaborative Trial. Pediatrics 2000; 105: 1-7

Van de Bor M. Management of preterm babies in NutriciaScientific


Workshop. Vol 1. 2001

Chair I, Handayani S. Buku Panduan Resusitasi Neonatus, Perinasia, Edisi


Bahasa Indonesia. 2002

LEMBAR KERJA

NO Kegiatan Ya Tidak
1 Melakukan penilaian terhadap bayi baru
lahir :
- Melihat apakah bayi cukup bulan?
- Melihat apakah bernapas dan menangis?
- Melihat tonus ototnya
2 Bila pertanyaan dijawab Ya, melakukan
perawatan rutin pada bayi :
- Menjaga kehangatan
- Membersihkan jalan napas (jika perlu)
- Mengeringkan
b. Bila salah satu ada yang dijawab Tidak,
melakukan tindakan dengan
persiapan alat dan langkah awal resusitasi
2 Langkah awal resusitasi :
- Menjaga kehangatan :
a. Menerima bayi dengan linen yang
bersih dan menghangatkan dengan
selimut
b. Meletakkan bayi pada tempat yang
hangat
- Posisi bayi dan membuka jalan napas
a. Menghisap cairan dengan pipa
penghisap bila terdapat cairan
- Mengeringkan, merangsang dan reposisi
a. Mengeringkan bayi dengan kain
bersih,kering dan hangat
b. Merangsang bayi untuk bernapas
dengan rangsang taktil dengan
menepuk-nepuk atau menyentil
telapak kaki bayi atau menggosok
punggung bayi.
3 Evaluasi:
- Usaha napas (megap-megap atau apneu)
- Frekuensi denyut jantung (FJ di bawah 100
dpm)
- Pulse Oksimetri/Warna kulit
4 Setelah di Evaluasi, ternyata didapatkan:
a. Bila jawaban ya (Frekuensi jantung di
bawah 100 dpm, megap-megap atau
apneu) maka dilakukan VTP dengan
oksigen 100% selama 30 detik dan
monitor SPO2
b. Bila jawaban tidak maka nilai apakah
bayi sulit bernafas atau sianosis menetap
- Apabila jawabannya yam aka
bersihkan jalan nafas, monitor SPO2,
pertimbangkan CPAP
- Apabila jawabannya tidak maka
dilakukan perawatan rutin pasca
resusitasi

5 Evaluasi:
- Usaha napas (megap-megap atau apneu)
- Frekuensi denyut jantung (FJ di bawah 100
dpm)
- Pulse Oksimetri/Warna kulit
6 Bila Frekuensi jantung di bawah 100 dpm,
maka dilakukan langkah-langkah perbaikan
ventilasi
7 Evaluasi:
- Usaha napas (megap-megap atau apneu)
- Frekuensi denyut jantung (FJ di bawah 60
dpm)
- Pulse Oksimetri/Warna kulit
8 Bila Frekuensi jantung di bawah 60 dpm,
maka pertimbangkan intubasi, kompresi dada
dikoordinasikan dengan VTP
9 Evaluasi:
- Usaha napas (megap-megap atau apneu)
- Frekuensi denyut jantung (FJ di bawah 60
dpm)
- Pulse Oksimetri/Warna kulit
10 Bila Frekuensi jantung di bawah 60 dpm,
maka pertimbangkan pemberian epinefrin IV

11 Penghentian resusitasi bila selam 30 menit


terus menerus :
a. Tidak ada perbaikan atau bertambah buruk
b. Pernafasan tetap tidak dapat spontan
c. Frekwensi jantung tidak meningkat,
kurang dari 80x/menit
d. Detak jantung tidak terdengar

Anda mungkin juga menyukai