PERTAMBANGAN DI INDONESIA
OLEH :
KELOMPOK V
TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
PERTAMBANGAN DI INDONESIA
1. CONTOH ENDAPAN
A. Endapan bahan galian primer (primary mineral deposite)
1. Endapan yang mengandung (logam ) metal (primary metallic mineral deposite)
a. endapan bijih emas primer
b. endapan bijih timah primer
c. endapan bijih tembaga (pada batuan skarn)
2. Endapan yang tidak mengandung mineral logam ( primary non metallic mineral deposite)
a. endapan batu andesit
b. batu granit
c. batu diorite
d. bahan galian intan primer
B. Endapan bahan galian sekunder (secondary mineral deposite)
1. Endapan sekunder yang mengadung logam (secondary metallic mineral deposite)
a. Endapan bijih emas sekunder
b. Endapan bijih timah sekuder pasir timah
c. Endapan bijih nikel sekunder nikel laterit
d. Endapan bijih besi sekunder pasir besi
2. Endapan sekunder yang tidak mengandung logam (secondary non metallic mineral
deposite)
a. Endapan kaolin
b. Feldspar
c. Endapan sirtu (pasir batu)
d. Endapan batu gamping
Dalam kaitannya dngan metode penambangan, semua bahan galian yang tergolong
endapan bahan galian primer yang umumnya memiliki karakteristik batuan kuat/strong yang
tergolong competent rock sampai dengan very competent rock, cara penggaliannya dibongkar
terlebih dahulu dengan bantuan peledakan. Apabila keberadaannya agak dalam dari permukaan
bumi ditambang dengan tambang bawah tanah.
Umumnya endapan bahan galian primer yang berupa bijih (logam) , keberadaannya
dibawah permukaan bumi. Missal bijih emas di Pongkor, bijih tembaga di Papua. Sedangkan
bahan galian primer yang non logam, missal andesit, diorite dan granit, keberadaannnya biasanya
dipermukaaan bumi, sehingga dapat dilakukan penambangan dengan tambang terbuka.
Endapan bahan galian yang cara terjadinya (ganesa) tergolong endapan bahan galian
sekunder, karakteristik batuannya lemah sampai sedang (incompetent rock), dan endapan bahan
galiannya pada umunya dipermukaan bumi (endapan alluvial, placer atau laterit). Dan
penambangannya dilakukan dengan metode tambang terbuka yang tidak menggnakan bantuan
peledakan, langsung dengn peralatan gali atau eksavator. Misalnya penambangan bauksit di P
Kijang, penambangan bijih nikel. Apabila disekitar bijih endapan banyak tersedia air (cirri
endapan alluvial), penggalian dilakukan dengan monitor (alat penyemprot air), sehingga
tambanagnya disebut tambang semprot.
Untuk lebih jelasnya dalam pengelompokkan sumberdaya mineral dan batubara dapat
dilihat dari tabel berikut:
Tabel 1
Adanya berbagai perubahan politik, keamanan dan paradigm baru yang terjadi pada
tataran nasional atau regional atau internasional, maka sejak tahun 1998 telah terjadi penurunan
investasi dan eksplorasi disektor pertambanagan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tidak
kondosifnya iklim investasi di Indonesia.
Tabel 2
Pertumbuhan/tahun
No Komoditi 1994 2004
(%)
1. Emas (kg) 42.532 92.936 11,8
2. Perak (kg) 108.001 262.935 14,35
3. Tembaga (ton) 333.865 840.318 15,17
4. Nikel (ton)
1. Bijih 2.311.510 4.095.478 7,72
2. Ni matte 45.989 73.283 5,94
3. Feri nikel 26.231 39.538 5,07
5. Batubara (ton) 31.732 132.352 31,71
6. Granit (ton) 3.072.369 3.637.441 1,84
Tabel 3
T
F
S
G
E
C
A
B
i
lt
O
m
e
a
t
n
s
k
m
h
lo
r
iu
h
t
y
o
a
n
e
b
f
e
ls
in
r
p
r
s
e
i2
a
r
lit
b
k
n
o
r
s
u
a
e
i(
g
d
s
r
k
o
m
u
a
ilp
c
s
n
r
e
a
t
f
c
o
h
c
lip
y
n
a
l
i)
r
e
n
n
(
e
b
A
lu
t
c
a
o
h
d
i
o
ln
e
,
a
l
d
e
h
u
d
e
,
k
e
t
o
n
,
a
s
a
m
)
Gambar 1
Produk-produk Gasifikasi Batubara
G
m
A
H
y
iP
L
e
B
T
a
u
F
o
C
r
t
m
g
n
r
e
k
a
u
io
h
z
lb
e
f
lb
n
d
t
e
io
a
io
ln
t
r
s
v
a
n
o
ie
,
a
ie
,
c
s
in
l,
t
o
a
c
q
A
lio
u
lm
c
o
m
u
i,
r
o
e
u
n
r
m
ia
f
e
c
i,
a
l
n
r
i
x
e
b
q
y
id
lu
d
o
t
e
e
n
r
a
,
,
c
Z
o
A
c
p
k
iy
e
c
t
lo
h
c
e
m
p
t
e
a
ln
lt
a
u
d
r
ie
g
n
,
e
C
d
O
l
,
l
O
C
2
,
C
S
,
2
z
i
n
k
o
x
i
d
e
Gambar 2
Produk-produk Pyrolisis
B. MINERAL LOGAM
Cebakan emas yang berasr di Indonesia umumnya berasosiasi dengan tembaga. Missal
pertambangan tembaga di kompleks Grasberg-Ertsberg,papua yang dikelola Freeport,dan
pertambangan tembaga di batuhijau Sumbawa,yang dikelola Newmont,mengandung emas yang
cukup penting. Bahkan,tambang tembaga Grasberg dapat digolongkan sebgai tambang
emas,karena mineral logam emasnya lebih penting dari pada tembaganya.
Di beberapa tempat dii Indonesia, terdapat cebakan mineral logam emas yang kadar
emasnya lebih dominan, sedangkan jumlah tembaganya tidak begitu berarti. Pertambangan
cebakan semacam ini selalu dimasukkan sebagai pertambangan emas. Memang pertambangan
emas lebih menari para invertor di bursa saham dari pada pertambngan tembaga. Mineral ikutan
yang selalu mendampingi emas adalah perak, dan timah hitam. Selama ini tidak pernah ada istilah
pertambanga perak,karena biasanya perak dihasilkan sebagai hasil sampingan (by product) dari
pertambngan emas
Emas, adalah komuditi yang selalu potensial,terdapat di banyak tempat di Indonesia,yaitu
pada busur burus mineralisasi emas,terutama pad abtuan vulkanik berumur tersier. Pada awal
tahun 1980 an harga emas melambung sangat tinggi mencapai hampir US $500,- per troy ounce
(1 troy ounce = 33,6 gram)
Dari beberapa lokasi yang sudah dikenal dapat disimpulkan bahwa emas terdapat pada 3
macam lingkungan,yaitu lingkungan batuan sedimen , lingkungan batuan gunung api tersier, dan
lingkungan batuan gunung api yang terbentuk di daerah laut dangkal (litorial). Ertsberg
merupakan contoh cebakan emas yang terdapat dalam lingkungan batuan sedimen. Ditempat ini
emas terdapat sebagai skarn yang terbentuk karena batuan sedimen batu gamping dan batu pasir
di intrusi oleh batuan granodiorit atau monzonit, sebagian batu gamping berubah menjadi marmer
yang tidak mengandung emas, sedangkan yang berubah menjadi skurn merupakan cebakan
mineral emas.
Hampir semua cebakan emas lainnya terdapat pada batuan vulkanik brumur tersier.
Kegiatan vulkanik vase akhir diperkirkan membawa larutan hydrothermal dan air tanah ikut
berperan. Proses ini sekarang banyak dikenal sebagai proses epithermal, karena terbentuk pada
kedalaman yang relative dangkal dan suhunya relative rendah. Cebakan mineral logam emas
didaerah cikotok, gunung pongkor ( jawa barat), kelian (Kalimantan), Sulawesi Utara, batuhijau
(Sumbawa) memperliatkan kondisi seperti itu.
Sementara cebakan mineral logam emas (bijih emas) yang terdapat di lerokis, pulau
wetar amat khas memperlihatkan proses mineralisasi yang bertempat di lingkungan laut dangkal
akibat aktifitas gunung api. Endapan gunung api yang disertai endapan laut, pelapis lava, lahar
dan pasir amat jelas terlihat disini dan kadang-kadang terdapat lapisan barit; umur batuan adalah
tersier.
Cebakan mineral logam emas sekunder di batuan alluvium terrdapat di banyak tempat di
Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Irian Jaya dan juga di pulau Jawa, terutama bagian selatan.
a. Penambangan Emas
Penambangan endapan mineral logam emas (bijih emas) bergantung pada keadaan
geologi dan bentuk endapan. Endapan bijih emas sekunder (alluvial atau eluvial) yang
potensinya lebih kecil dari pada emas di tambang secara sederhana dengan tamabang terbuka
dengan system pendulangan atau dengan tambang semprot (di Kalimantan) yang melibatkan
banyak pekerja, tanpa menggunakan alat-alat besar dan teknologi padat modal; kecuali kalau
endapan bijih.emasnya sangat luas maka ditambang dengan kapal keruk.
Untuk endapan bijih emas primer umunya potensinya lebih besar dibandingkan
endapan bijih emas sekunder; penambangannya memerlukan padat modal dan teknologi
yang lebih canggih disbanding dengan penambangan bijih emas sekunder. Namun tetap
menguntungkan walaupun menyerap modal yang besar. Tambang bijih emas primer dapat
ditambang secara tambang terbuka maupun tambang bawah tanah.
Tambang bijih emas alluvial ( sekunder) terdapat di :
1. Sepanjang Sungai Woyla, Kecamatan Sungai Mas, Kecamatan Aceh Barat menggunkan
kapal keruk ember besar berkapasitas 9 CuFt
2. Beberapa daerah di Kalimantan Tengah, penambangannya dengan menggunakan tambang
semprot kemudian dicuci dengan jig dan disaring dengan rotary screen
3. Endapan bijih emas alluvial di Marissa Sulawesi Utara di tambang dengan backhoe, yang
ditempatkan di atas pontoon yang mana pontonnya juga dilengkapi dengan peralatan
pencucian
4. Endapan bijih emas sekunder di lembah Sungai Ampilit, Kecamatan Katingan Hilir,
Kabupaten Kota Waringin Timur Provinsi Kalimatan Tengah ditambang dengan
menggunakan kapal keruk.
a). Pengolahan bijih emas sekunder atau alluvial
Bijih emas alluvial yang sudah berupa lumpur hasil penggalian, dipompakan ke unit
pengolahan terapung melalui rangkaian pipa karet terapung yang berdiameter sekitar 10
12 inci. Ditreatment plan material berupa lumpur tadi kemudian disaring dengan trammel
screen yang kemuadian ditampung di beberapa bak penampungan. Dari sini dihasilkan 3
macam produk yaitu konsentrat, middling, dan tailing. Tailing di buang ke kolam.
Middling diolah lagi untuk diperoleh konsentrat dan tailing. Konsentrat dikirim ke
pemurnian.
b). Pemurnian
Di dalam almagamator konsentrat bijih emas di almagamasi. Emas dalam bentuk
spons dari retort dimasukkan dalam mangkok besi, dan setelah ditambahkan boraks yang
berfungsi sebagai fluks dilebur dalam dapur peleburan (smelter), menghasilkan bullion
(emas batangan) dengan kadar kemurnian 96,7% emas, kemudian dikirimkan ke unit
logam mulia PT ANTAM Tbk untuk dimurnikan.
Tambang bijih emas primer terdapat di:
1. Gunung pongkor kabupaten bogor PT ANTAM Tbk
2. Endapan bijih emas primer di daerah lebong tandai provinsi Bengkulu
3. Endapan bijih emas primer di lerokis pantai utara pulau wetar provinsi Maluku
b. Tembaga
Tembaga di temukan pada kondisi yang sama dengan emas. Kmudian Batuan
vulkanik tersier merupakan lingkungan yang sering menjadi batuan tempat terdapatnya
cebakan atau endapan tembaga. Batuan vulkanic acap kali diintrusi oleh batuan yang bersal
dari aktivitas vulkanik itu sendiri pada fase akhir kegiatannya. Tampaknya, fase inilah yang
membawa serta larutan hydrothermal yang kemudian menghasilkan cebakan mineral.
Endapan emas tembaga di Grasberg papua, sangat jelas memperlihatkan kegiatan vulkanik
yang berulang-ulang.
Tabel 4
Cadangan dan Potensi Cadangan Bijih Tembaga di Indonesia
Namun demikian secara umum, dewasa ini batuan yang mengandung mineral logam
tembaga, dapat dikategorikn sebagai bijih tembaga, apabila mengandung tembaga 2,0% Cu.
Berdasarkan kandungan mineral tembaganya, maka bijih tembaga dapat dibagi menjadi 4
jenis yaitu bijih oksida, bijih karbonat, bijih silikat dan bijih sulfide. Diatara ke empat jenis
tersebut, bijih tembaga sulfide merupakan bijih tembaga yang paling banyak ditemukan dan
diusahakan di dunia dewasa ini. Secara umum diketahui terdapat 250 jenis mineral tembaga,
namum demikian hanya beberapa mineral tembaga yang lazimnya terdapat dalam bijih
tembaga (lihat tabel dibawah ini)
Tabel 5
Mineral-mineral Tembaga Penting dalam Bijih Tembaga
Endapan bijih tembaga di gunung bijih dan di Grasberg papua dilakukan dengan
tambang terbuka (open pit) secara berjenjang dengan tinggi jenjang 6 m di gunung bijih dan
tinggi jenjang 9 m pada tambang Grasberg. Pembongkaran dilakukan dengan peledakan
menghasilkan bongkah bijih berukuran 80-100 cm, diangkut dengan dumptruck ke instalasi
peremuk untuk diperkecil ukurannya menjadi 20 cm. selanjutnya diangut dengan kereta
gantung kabel menuju ke pabrik pengolah bijih (mill-plant) menjadi konsentrat. Konsentrat
tembaga dalam bentuk lumpur ini dialirkan (dipompa) ke pelabuhan laut di Amapare dan
setelah melalui proses dewatering kemudian dikapalkan menuju Negara yang membutuhkan.
Sedangkan tailing nya dibuang ke sungai aga wagon. Endapan bijih tembaga yang berada di
gunung bijih timur karena berada beberapa ratus meter dibawah tanah, penabangannya
dilakukan dengan tambang bawah tanah dengan metode block caving.