Akne Vulgaris
OLEH :
Sri Mahtufa Riski
C 111 09 759
PEMBIMBING
dr. Ida R. Shabir
1
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing,
___________________________
dr. Ida R. Shabir
2
Daftar Isi
3
Akne Vulgaris
I. Pendahuluan
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel
polisebasea yang umumnya terjadi pada remaja dan dapat sembuh
sendiri.1 Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorf, terdiri atas
berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul, nodus, dan jaringan
parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang
hipotrofik maupun yang hipertrofik.2
II. Epidemiologi
Hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka orang
sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis.
Kligman mengatakan bahwa tidak ada seorang pun, yang sama sekali tidak
pernah menderita penyakit ini. Penyakit ini memang jarang terdapat pada
waktu lahir, namun ada kasus yang terjadi pada masa bayi. Namun, pada
masa remajalah akne vulgaris menjadi suatu masalah. Umumnya insiden
terjadi pada sekitar umur 14 17 tahun pada wanita, 16 19 tahun pada
pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo,papul dan
lesi yang meradang.2
4
Akne vulgaris derajat ringan biasanya terjadi pada bayi oleh karena
stimulasi folikuler oleh kelenjar androgen adrenal yang berlanjut pada
periode neonatal. Akne juga biasanya bermanifestasi awal pada puberitas,
dengan komedo sebagai lesi predominan pada pasien yang sangat mudah.
Jumlah kasus terbanyak terjadi pada periode pertengahan sampai akhir
remaja. Setelah itu akan menurun. Namun pada wanita dapat terus
berlanjut sampai lebih dari dekade ketiga.1
III. Etiopatogenesis
Etiologi yang pasti belum diketahui, namun beberapa faktor yang
berkaitan dengan patogenesis akne vulgaris adalah :
1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Keratinisasi dalam
folikel yang biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat
sehingga sukar lepas dari saluran folikel tersebut.
2. Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan peningkatan
unsur komedogenik dan inflamatogenik penyebab lesi akne
vulgaris. Asam lemak hasil dari pemecahan gliserol dapat
dipakai untuk metabolisme propiniobacterim acne.
3. Peningkatan jumlah flora (Propionibacterium Acne) yang
berkembang biak di dalam kelenjar sebaceous yang tersumbat,
yang menghasilkan zat-zat yang menimbulkan iritasi daerah
sekitarnya. Selain bakteri itu bisa juga dipengaruhi oleh
Pytirosporum ovale, dan Staphylococcus epidermidis.
4. Terjadinya proses inflamasi . Proses inflamasi yang dipicu oleh P.
Acne disebabkan beberapa mekanisme. P. Acne memproduksi
enzim lipase yang menghidrolisis trigliserid pada sebum untuk
memproduksi asam lemak bebas yang bersifat iritatif dan
komedogenik. P.Acne juga mengeluarkan faktor kemotaktik (IL-1,
IL-8, TNF alfa) yang memicu leukosit. Adanya leukosit ini
mengakibatkan dilepaskannya enzim hidrolitik yang berperan
dalam rupturnya dinding folikel, sehingga mengakibatkan
inflamasi pada jaringan sekitarnya. 2
5
Gambar 1. Etiopatogenesis dari akne vulgaris
6
Komedo adalah gejala awal bagi akne vulgaris berupa papul
miliar yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna
hitam mengandung unsure melanin disebut komedo hitam atau komedo
terbuka (black comedo/open comedo). Sedangkan bila berwarna putih
karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin
disebut komedo putih atau komedo tertutup (white komedo, close
comedo). 2
1. Akne vulgaris ringan bila jumlah komedo < 20, atau lesi inflamasi <
7
15 atau lesi total berjumlah < 30 buah.
2. Akne vulgaris sedang bila jumlah komedo 20 100, atau lesi
inflamasi 15 50 atau lesi total berjumlah 30 125 buah.
3. Akne vulgaris berat bila : jumlah komedo > 100, atau lesi inflamasi
> 50, atau jumlah lesi total > 125 buah, atau kista berjumlah > 5.
Gambar 5. Korelasi klinikopatologi lesi akne. A. Komedo tertutup. infundibulum folikel yang
distensi, penuh dengan keratin dan sebum, dan epitel folikular dilemahkan. ostium folikel
sempit. B. Komedo terbuka. menyerupai komedo dengan pengecualian dari ostium
folikuler patulous. C. inflamasi papula. sel-sel inflamasi akut dan kronis mengelilingi dan
menyusup ke folikel, yang menunjukkan hiperkeratosis infundibular. D. bintil. folikel diisi 8
dengan sel-sel inflamasi akut. dengan pecahnya folikel yang distensi, ada respon
granulomatosa benda asing.1
b. Pemeriksaan laboratorium
Umumnya, pemeriksaan laboratorium diindikasikan pada pasien
dengan suspek hyperandrogenism. Peningkatan hormon androgen
mendasari terjadinya akne vulgaris pada usia remaja ataupun pada usia
dewasa. Dari 623 gadis prepubertal yang diobservasi, gadis yang
mempunyai akne mengalami peningkatan level DHEAS (normal DHEAS
4.920-12.777 nmol/L) dibandingkan dengan kontrol yang tidak
mempunyai akne. DHEAS menjadi prekrusor pada kasus akne kistik yang
berat dan berhubungan dengan keadaan varietas endokrin seperti,
congenital adrenal hyperplasia, ovarium, tumor adrenal dan polycystic
ovarian disease. Pada umunya pasien akne kadar hormon androgennya
dalam batas normal (normalnya kadar testosterone total pada laki-laki
dewasa muda 300-950 ng/dl, dan pada perenpuan dewasa muda 12-60
ng/dl).1
VI. Diagnosis banding
1. Erupsi akneiformis
Merupakan reaksi kulit berupa peradangan folikular akibat
adanya iritasi epitel duktus polisebasea yang terjadi yang disebkan
oleh induksi obat, misalnya kortokosteroid, INH, barbiturate,
bromide, yodida, difenil hidantoin, trimetadion, ACTH, kina dan
lainnya. Klinisnya berupa erupsi papulo pustule mendadak tanpa
adanya komedo dihampir seluruh bagian tubuh. Dapat disertai
demam dan dapat terjadi di semua usia. 2
Onset muncul setelah minum obat-obatan yang dapat memicu
terjadinya erupsi akneiformis, papul dan pustule terasa nyeri, tidak
terasa gatal, tidak terasa panas, dapat disertai demam. 2
9
Gambar 6. Erupsi Akne vulgarisiformis
2. Rosasea
Merupakan penyakit peradangan kronik dengan daerah
predileksi pada daerah sentral wajah (hidung, pipi, dagu, kening, dan
alis) yang ditandai dengan kemerahan pada kulit dan telangiektasis
disertai episode peradangan yang memunculkan erupsi papul, pustul,
dan edema. Tidak terdapat komedo kecuali bila kombinasi dengan
akne vulgaris. 2
Onset mulai munculnya tiba-tiba, dapat pula dicetuskan oleh
riwayat mengonsumsi alkohol, paparan sinar matahari dan demodex
folliculorum, papul tidak terasa nyeri, tidak gatal, dan tidak terasa
panas. 2
Gambar 7. Rosasea
3. Dermatitis perioral
Dermatitis perioral adalah peradangan kronik dengan bentuk
papulopustular pada daerah kulit di seluruh bagian luar mulut.
Artinya bisa muncul di dagu, pipi, samping dan di bawah hidung. 4
Onset munculnya tiba-tiba, terdapat bercak kemerahan pada
daerah sekitar mulut, bercak terasa seperti terbakar, nyeri, dan kadang
disertai gatal.4
10
Gambar 8. Dermatitis Perioral
VIII . Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pengobatan akne vulgaris berdasarkan riwayat,
derajat akne, tipe lesi, efek fisiologi dan penyebab dari penyakit
tersebut. Pilihan terapi sangat penting untuk mengetahui etiologi akne
vulgaris. 5
Seringkali pengobatan yang multiple menggunakan kombinasi
banyak faktor dalam patogenesis akne.
a. Akne ringan
11
Untuk akne ringan digunakan antibiotik topikal seperti clindamycin
dan erythromycin. Digunakan juga Benzoyl peroxide gel (2%, 5%, atau
10%). Retinoid topikal contohnya tretinoin, dan adapalene
memerlukan petunjuk rinci tentang peningkatan bertahap untuk
konsentrasi dari 0,01% menjadi 0,025% sampai 0,05% krim/gel atau
cair. setelah perbaikan, obat dikurangi hingga dosis efektif terendah
untuk pemeliharaan.
Perbaikan terjadi selama periode bulan (2-5 bulan), tetapi mungkin
diperlukan waktu lebih lama untuk komedo noninflamed. Retinoid
topikal digunakan di malam hari, antibiotik topikal dan gel benzoil
peroksida digunakan siang hari.4
Terapi kombinasi yang terbaik, dengan menggunakan benzoil
peroksida-erythromycyn gel ditambah retinoid topikal (tretinoin atau
tezarotone komedo).7
b. Akne sedang
Antibiotik oral ditambahkan ke resimen di atas. antibiotik yang
paling efektif adalah minocycline, 50-100 mg dua kali sehari, atau
doksisiklin, 50-100 mg dua kali sehari, dan ini diturunkan ke 50 -
mg/hari mengurangi jerawat. Pada wanita, akne sedang dapat
dikontrol dengan dosis tinggi estrogen oral dikombinasikan dengan
progesteron atau antiandrogen, tetapi jika pengobatan dihentikan
dapat mengakibatkan jerawat tumbuh kembali.7
c. Akne berat
Selain pengobatan topikal diuraikan di atas, pengobatan sistemik
dengan isotretinoin diindikasikan untuk pengobatan jerawat kistik
atau membulat atau refakter. Obat ini rutin diberikan untk 4-6 bulan
saja dengan dosis 0,5-1 mg/kg bb/hari. Namun untuk seorang laki-laki
muda dengan jerawat pada daerah badan diberikan dosis tinggi.
Retinoid ini menghambat fungsi kelenjar sebaceous dan keratinisasi
dan sangat efektif. Isotretinoin oral menyebabkan untuk
menyelesaikan remisi pada hampir semua kasus, yang berlangsung
12
selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun di sebagian besar
pasien.7
VII. Komplikasi
Semua lesi akne vulgaris mempunyai potensi untuk meninggalkan
sequelae. Hampir semua lesi akne vulgaris meninggalkan transient
macular erythema setelah penyembuhan. Pada kulit yang lebih gelap,
post-inflamasi hiperpigmentasi dapat timbul beberapa bulan setelah
penyembuhan lesi akne. Pada kebanyakan individu lesi akne vulgaris
menimbulkan scar yang permanen.1
Akne vulgaris mengakibatkan gangguan psikologis pada banyak
pasien. Sekitar 30-50% remaja mengalami gangguan psikologis karena
akne vulgaris. Beberapa studi penelitian menunjukkan bahwa pasien
yang mengalami akne vulgaris memiliki level gangguan sosial, psikologi
dan emosional.1
IX. Prognosis.
Pada umumnya prognosis dari akne vulgaris cukup baik. Akne
vulgaris biasanya sembuh sebelum mencapai usia 30-40 an. Jarang
terjadi akne vulgaris yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi
sangat berat sehingga perlu dirawat inap dirumah sakit. 1,2
13
Daftar pustaka
14
LAMPIRAN
15