Disusun oleh:
Prof. Dr. Retno Astuti Kuswardani, MS.
Puji syukur Penulis panjatkan ke hadlirat Allah SWT yang telah memberi kesempatan
kepada Penulis sehingga dapat menyelesaian modul sebagai pedoman praktikum yang
berjudul Pestisida dan Teknik Aplikasi Pestisida. Modul ini disusun untuk Mahasiwa
Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi dan Agribisnis, telah mengalami beberapa
kali revisi untuk penyempurnaan.
Dalam buku ini terdapat materi pengenalan pestisida, sifat-sifat pestisida, petunjuk
cara penanganan/penggunaan pestisida, cara pembuatan pestisida non pabrikan seperti
pestisida nabati, atraktan dan pestisida berbahan aktif mikroorganisme. Selain itu, terdapat
cara pengujian pestisida dan cara kalibrasi alat aplikasi serta cara aplikasi pestisida yang
benar.
Penyusun
ACARA I
PENGENALAN JENIS, FORMULASI DAN SIFAT-SIFAT PESTISIDA
Berdasarkan Peraturan Pemerintah NO. 7 TAHUN 1973 maka pestisida adalah suatu
substansi yang digunakan untuk mengendalikan, mencegah, merusak, menolak atau
mengurangi organisme pengganggu .
PESTISIDA adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk :
2. Memberantas rerumputan
Pada saat ini, banyak diproduksi berbagai jenis pestisida. Hal ini disebabkan karena tingginya
permintaan dari sektor pertanian, kesehatan dan sektor lainnya. Pestisida pestisida itu
digunakan untuk berbagai keperluan, seperti membunuh serangga hama, membunuh vektor
penyebab penyakit dan gulma yang tumbuh di pertanian dan pemukiman atau kawasan
industri. Insektisida digunakan untuk membunuh serangga hama pertanian atau vektor
penyakit manusia/hewan; fungisida untuk membunuh patogen jamur penyebab penyakit
tanaman, dan herbisida untuk membunuh/memberantas gulma pada kawasan pertanian dan
pemukiman. Jenis-jenis pestisida lainnya juga digunakan dalam bidang pertanian seperti
rodentisida (untuk membunuh tikus), moluskisida (membunuh keong), nematisida
(membunuh cacing parasit tanaman) dan feromon (memerangkap serangga hama).
Berbagai formulasi pestisida yang dikenal adalah cairan atau pekatan/konsentrat
(C=concentrate; L=liquid), tepung (P=powder), debu (D=dust) dan butiran atau granuler
(G=granulair). Pestisida dapat diaplikasikan dengan cara berbeda. Pestisida formulasi pekatan
dan tepung dilarutkan ke dalam air sebagai pelarut. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam
tangki semprotan dan selanjutnya disemprotkan pada sasaran. Pestisida formulasi debu
diaplikasikan dengan menggunakan alat yang dinamakan penghembus debu (duster),
sedangkan pestisida formulasi butiran diaplikasikan dengan cara ditaburkan atau
menggunakan alat penyebar butiran. Pestisida yang sudah diformulasikan dan dikemas dalam
wadah (botol atau kotak) memiliki nama dagang.. Nama dagang biasanya disertai dengan
nama bahan aktif, jumlah kandungan bahan aktif dan bentuk formulasi. Sebagai contoh
adalah Furadan 3 G. Furadan adalah nama dagang berbahan aktif karbofuran, dengan
kandungan 3 persen dan bentuk formulasi butiran atau granuler (G). Berdasarkan PP No 7
1973, formulator pestisida sintesis wajib mencantumkan keterangan atau informasi berkenaan
dengan jenis sasaran, cara aplikasi dan aspek keamanan. Tanda bahaya biasanya disajikan
dalam bentuk tengkorak, yang menyatakan bahwa pestisida itu berbahaya bagi manusia dan
perlu ditangani dengan benar.
Pestisida yang siap dipakai/ dipasarkan adalah pestisida yang sudah diformulasikan.
Dalam hal ini dimaksudkan bahwa bahan aktif yang merupakan pestisida yang sebenarnya di
campur dengan bahan lain yang disebut dengan adjuvant misalnya bahan perata, pembasah,
pelekat, pengemulasi dan bahan lainnya yang akan memperbaiki keragaan (performance)
bahan aktif tersebut. Besarnya kadar bahan aktif dinyatakan dalam angka dibelakang nama
dagang pestisida tersebut, sedang bentuk formulasi dinyatakan dalam singkatan yang
mengikuti angka itu. Misalnya Applaud 10 WP. Applaud adalah nama dagang (awal nama
ditulis dengan huruf besar dan ada tanda ), sedang nama bahan aktifnya tidak tertera disin.
Kalau kita ingin mengatahui nama bahan aktifnya maka kita harus periksa label kemasan
insektisida tersebut atau memeriksa buku hijau yang diterbitkan setiap tahun oleh
Departemen Pertanian. Untuk Applaud, bahan aktifnya adalah buprofezin. Buprofezin
terdapat sebanyak 10 gram.
Pestisida dapat diaplikasikan dengan cara berbeda. Pestisida formulasi pekatan dan
tepung dilarutkan ke dalam air sebagai pelarut. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam tangki
semprotan dan selanjutnya disemprotkan pada sasaran. Pestisida formulasi debu diaplikasikan
dengan menggunakan alat yang dinamakan penghembus debu (duster), sedangkan pestisida
formulasi butiran diaplikasikan dengan cara ditaburkan atau menggunakan alat penyebar
butiran. dalam setiap 100 gram applaud.
Formulasi
1. Pestisida
1.1.
1.2.
1.3.
2. Fungisida
2.1.
2.2.
2.3.
3. Herbisida
3.1.
3.2.
3.3.
4. Rodentisida
4.1.
4.2.
4.3.
5. Fumigan
5.1.
5.2.
ACARA II
Penentuan Kelarutan Pestisida
1.1. Tujuan Praktikum
Pestisida dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum digunakan perlu diformulasikan
dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan untuk
meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan, penyimpanan, penanganan
(handling), penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah diformulasikan
sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan
dalam manual.
Pada waktu sekarang telah diketahui beberapa macam pestisida yang mempunyai sifat
terapetik atau eradikatif dan beberapa diantaranya dapat diabsorpsi oleh bagian dari tanaman
dari tanaman dan secara sistematik ditranslokasikan ke tempat lain. Pestisida dapat
diaplikasikan dengan cara berbeda. Pestisida formulasi pekatan dan tepung dilarutkan ke dalam
air sebagai pelarut. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam tangki semprotan dan selanjutnya
disemprotkan pada sasaran.
Berdasarkan sifat keasaman suatu larutan, maka larutan dapat digolongkan
sebagai bersifat asam, basa dan netral. Sebagai cara untuk menyatakan derajat keasaman,
digunakan satuan pH yang sebetulnya adalah nilai logaritma dari konsentrasi ion hidrogen.
Nilai pH berkisar dari 0-14. Larutan yang mempunyai pH 0 - < 7 dinamakan bersifat asam, >
7 - 14 dinamakan bersifat basa sedang kalau tepat 7 dinamakan netral. Berbagai cara dapat
digunakan untuk mengukur pH suatu larutan. Disini kita kan menggunakan kertas indikator
(penunjuk) yang hanya menunjukan apakah bersifat asam, basa dan netral. Dari berbagai
kertas penunjuk pH, yang paling sederhana adalah lakmus. Kertas lakmus terdapat dalam
bentuk pita kertas (lebar 1 cm dan panjang 5 cm) berwarna merah atau biru.
2.3. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari insektisida formulasi EC, SC, WSC, SP, WP dan G,
fungisida formulasi WP dan SD, herbisida formulasi L, sticker/perata, dan air. Peralatan yang
digunakan terdiri dari ATK, sarung tangan karet, masker, timbangan analitik, becker glass (1 L),
sendok teh, pipet, dan pengaduk gelas, kertas lakmus, stap watch.
2.4. Prosedur Kerja
Baca buku penuntun praktikum dengan baik. Gunakan jas lab, masker dan sarung tangan karet
guna menjaga keselamatan kerja sebelum dan selama bekerja di laboratorium.
Ambil salah satu kemasan pestisida yand ada di depan anda. Catat semua informasi yang
tertulis pada kemasan pestisida. Lakukan pekerjaan yang sama untuk kemasan lainya.
Buka kemasan pestisida (botol dan atau kotak/wadah lain) secara hati-hati untuk melihat dan
memastikan formulasi pestisida.
Ambil 1 mL masing-masing pestisida pekatan dengan menggunakan pipet dan masukkan ke
dalam becker glass berbeda. Ambil 1 gram pestisida formulasi tepung dan butiran, kemudian
masukkan ke dalam becker glass berbeda. Tempelkan label pada masing-masing becker glass.
Amati bentuk dan warna formulasi pestisida tersebut. Catat semua informasi yang ada.
Penentuan Kelarutan Pestisida
Tambahkan 500 mL air bersih ke dalam becker glass yang telah diisi pestisida berbagai
formulasi.
Aduk pelan-pelan selama 1-2 menit. Selanjutnya perhatikan tingkat kelarutan masing-masing
pestisida.
Ukur kecepatan pengendapan partikel dengan menggunakan stopwatch selama 5 menit.Catat
semua informasi yang ada.
2.5. Analisis Data dan Pelaporan Catat semua informasi kegiatan pembuatan pestisida. Buat
laporan praktikum dengan menggunakan format umum.
ACARA III
PEMBUATAN PESTISIDA NABATI
2.1.Tujuan Praktikum
Setelah melakukan kegiatan praktikum, mahasiswa diharapkan mampu membuat pestisida nabati
berasal dari bagian tumbuhan yang berpotensi menjadi pestisak, biji sirsak, membuaida antara
lain dari daun mimba, mindi, daun sirsak, pestisida hayati (biopestisida) asal mikroba jamur,
bakteri dan lain-lain.
Inovasi berbagai teknologi pengendalian ramah lingkungan dapat dijadikan sebagai alternatif
untuk mengatasi serangan hama yang efektif, efisien, dan aman bagi kesehatan manusia.
PESTISIDA NABATI ADALAH BAHAN RACUN YANG DIGUNAKAN UNTUK
MENGENDALIKAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) YANG
BERASAL DARI TUMBUHAN.Berbagai sumberhayati antara lain dari tumbuhan, hewan,
mikroba dapat dimanfaatkan menjadi pestisida hayati. Sejauh ini pemakaian pestisida nabati
aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan.Inilah keunggulan pestisida nabati yang sifatnya
hit and run (pukul dan lari), yaitu bila diaplikasikan akan membunuh hama pada saat itu juga
dan setelah itu residunya akan cepat menghilang/terurai di alam.
Tercatat ada 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 234 famili dilaporkan
mengandung bahan pestisida .Tumbuh-tumbuhan ini dikelompokkan ke dalam: tumbuhan
insektisida nabati, tumbuhan atraktan, tumbuhan rodentia nabati, tumbuhan moluskisida
nabati dan tumbuhan pestisida serba guna.Insektisida botani adalah pengendali hama
serangga. Contoh tumbuhan ini di antaranya piretrum (krisan), babadotan, bengkuang, bitung,
jeringau, saga, serai, sirsak dan srikaya. Kemudian tumbuhan antraktan (pemikat) yang
mampu menghasilkan bahan kimia menyerupai feromon. Di antara jenis tumbuhan ini adalah
daun wangi (Melaleuca bracteata L.) serta selasih.
Untuk menghasilkan bahan pestisida nabati siap pakai dapat dilakukan secara sederhana.
Pertama, dengan teknik penggerusan, penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk
menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta.
Kedua, dengan teknik rendaman untuk menghasilkan produk ekstrak.
Ketiga, dengan cara ekstraksi menggunakan bahan kimia.
2.5. Analisis Data dan Pelaporan Catat semua informasi kegiatan pembuatan pestisida. Buat
laporan praktikum dengan menggunakan format umum.
ACARA IV
UJI EFEKTIVITAS BERBAGAI PESTISIDA SINTETIS
4.1. Tujuan : Setelah praktikum dilakukan diharapkan mahasiswa mampu melakukan pengujian
pestisida dengan benar
4.2. Landasan Teori
Pestisida yang akan diperdagangkan di Indonesia terlebih harus didaftarkan ke Komisi Pestisida.
Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi telah diuji efektivitasnya terhadap sasarannya. Oleh
karena itu, langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan pengujian insektisida . Secara
umum ada dua metode pengujian insektisida, yaitu cara kontak (residual effect) dan cara
pemberian makan (dipping method).
Dalam setiap petri dish masing-masing masukkan jangkrik, ulat grayak, ulat hongkong, sebanyak
10 ekor yang telah dipuasakan (selama 2 jam) ke dalam petri dish tersebut.
Ganti dan tambahkan daun sawi segar, kangkung, kol secukupnya jika pakan yang diberikan
habis.
Catat jumlah kematian serangga setelah 12, 24 dan 48 jam setelah perlakuan.
Hitung efektivitas insektisida pada setiap konsentrasi, dengan menggunakan formula Abbot.
Pt Pk
E= x 100
100Pk
E= efektivitas
Pt = tingkat kematian teramati (%)
Pk = tingkat kematian kontrol (%)
ACARA V
ANALISIS PROBIT LC 50 PESTISIDA SINTETIS
4.1. Tujuan : Setelah praktikum dilakukan diharapkan mahasiswa mampu melakukan pengujian
pestisida nabati dengan benar dan dapat menghitung nilai LC 50 (lethal concentration) insektisida
tersebut pada serangga uji.
Pestisida nabati yang akan diperdagangkan di Indonesia terlebih harus didaftarkan ke Komisi
Pestisida. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi telah diuji efektivitasnya terhadap
sasarannya. Oleh karena itu, langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan pengujian
insektisida . Secara umum ada dua metode pengujian insektisida, yaitu cara kontak (residual
effect) dan cara pemberian makan (dipping method).
Dalam setiap petri dish masing-masing masukkan jangkrik, ulat grayak, ulat hongkong, sebanyak
10 ekor yang telah dipuasakan (selama 2 jam) ke dalam petri dish tersebut.
Ganti dan tambahkan daun sawi segar, kangkung, kol secukupnya jika pakan yang diberikan
habis.
Catat jumlah kematian serangga setelah 12, 24 dan 48 jam setelah perlakuan.
Hitung efektivitas insektisida pada setiap konsentrasi, dengan menggunakan formula Abbot.
Pt Pk
E= x 100
100Pk
E= efektivitas
Pt = tingkat kematian teramati (%)
Pk = tingkat kematian kontrol (%)
Untuk metode umpan pada hama rayap maka perlakuan sebagai berikut:
Bahan yang digunakan sebagai umpan, yaitu Daun jarak pagar kering (B 1), Kardus (B2)
dan kertas Koran (B3).
Bahan umpan yang terdiri dari kertas kardus 20 cm 34 cm, kertas koran 36 cm 57 cm
dan daun jarak pagar 20 cm 34 cm masing-masing dibuat dengan ukuran kotak 1 cm
Umpan tersebut dimasukan ke dalam bambu berdiameter 2,3 inchi dengan panjang 20 cm
yang telah dilubangi sekelilingnya dengan diameter 0,2 cm/lubang sebagai jalan masuk
rayap.
Bambu umpan tersebut diletakan disekitar tanaman yang terserang hama rayap
Dan dilakukan pengamatan jumlah luasan umpan termakan serta jumlah rayap mati dan
hidup.
3.5. Analisis Data dan Pelaporan
dan dihitung menggunakan program terpakai Excel Sebagai contoh kasus perhitungan:
Sebagai contoh kasus perhitungan:
ACARA VII
KALIBRASI ALAT DAN APLIKASI PESTISIDA
Setelah melakukan kegiatan praktikum, mahasiswa diharapkan mampu melakukan kalibrasi alat
semprot; menyiapkan larutan semprot, dan melakukan penyemprotan pestisida dengan benar.
Kalibrasi adalah mengukur berapa banyak larutan semprot yang dikeluarkan oleh alat
semprot (sprayer), sehingga dapat mengetahui berapa banyak larutan semprot yang
disemprotkan pada setiap satuan lahan.
Manfaat kalibrasi:
Cara aplikasi pestisida, antara lain: ditentukan berdasarkan oleh formulasi dan cara kerja dalam
membunuh hama sasaran. Aplikasi dilapangan ada aplikasi formulasi pesti-sida tanpa
menggunakan alat, namun ada juga yang memerlukan alat (alat penyemprot). Pestisida agar dapat
membunuh hama sasaran harus bersinggungan (kontak) dengan hama sasaran baik kontak
langsung maupun kontak residual atau tertelan. Agar hama sasaran terbunuh maka pestisida harus
disemprotkan pada bagian permukaan tanaman yang terserang oleh hama (daun atau buah).
Efektivitas penyemprotan akan tercapai apabila volume (takaran) larutan pestisida dapat secara
merata menempel pada seluruh pertanaman. Untuk mengukur takaran kebutuhan secara benar
diperlukan kalibrasi.
Isilah tangki alat semprot dengan air bersih 5 liter. Pompa alat tersebut sampai mencapai
tekanan maksimum. Angkat alat semprot di atas punggung anda.
Arahkan ujung nosel pada lahan yang berumput (bergulma) dan buka keran semprotkan.
Berjalanlah lurus ke depan dengan kecepatan normal sejauh sekitar 5-6 meter.
Kecepatanan normal ditandai dengan semua permukaan tertutupi (basah) oleh cairan semprot.
Ukur lebar semprotan nosel (l) dan jarak tempuh penyemprotan (p). Hitung luas areal yang
disemprot (A) dengan cara mengalikan lebar semprot dengan jarak tempuh penyemprotan
(A=l x p).
Hitung berapa jumlah air yang dibutuhkan untuk menyemprot gulma seluas 800 m 2?
Jawab semua pertanyaan di atas. Buat laporan praktikum menurut format umum. Tuangkan
jawaban pertanyan tersebut di dalam laporan anda.
gulma tersebut jika diketahui konsentrasi yang digunakan 0,2 persen atau 2 ml/L? Jika harga
herbisida tersebut Rp 75.000 per liter, berapa dana yang dibutuhkan untuk pembelian herbisida?
4.5. Analisis Data dan Pelaporan Jawab semua pertanyaan di atas. Buat laporan praktikum
menurut format umum. Tuangkan jawaban pertanyan tersebut di dalam laporan anda. DAFTAR
Ukur jumlah air yang disemprotkan oleh alat semprot selama satu menit tersebut dengan alat
ukur.
Berapa menit yang dibutuhkan untuk menyemprotkan cairan satu tangki alat semprot
(kapasitas 14 liter) jika kecepatan aliran sama dengan saat kalibrasi?
Tentukan jumlah air yang digunakan jika kita menyemprot tanaman selama 1 jam, dengan
selang waktu pengisian 5 menit?
Berikut adalah nama produk herbisida serta penggunaan takaran herbisida bersifat glufosat,
sistemik dan kontak.
A. Produk herbisida bersifat glufosat seperti Roundup, Rambo dsb.
B. Produk herbisida bersifat sistemik seperti Garlon, Starlon dsb.
C. Produk herbisida bersifat kontak Gramoxone, Noxone dsb.
1. Gulma ringan.
- Dosis gulma ringan seperti jenis rumput - rumputan, takaran yang dapat diterapkan antara
50 - 70 cc per 15 - 20 liter air.
2. Gulma sedang.
- Dosis gulma sedang seperti jenis gulma berdaun sempit dan gulma berdaun lebar, untuk
umur gulma antara 3 - 5 bulan dengan ketinggian 30 - 50 cm. Takaran yang dapat diterapkan
antara 100 cc per 15 - 20 liter air.
3. Gulma berat.
- Dosis gulma sedang seperti gulma berdaun sempit dan gulma berdaun lebar, untuk umur
yang sangat tua dengan ketinggian mencapai bahu dan kepala orang dewasa. Takaran yang
tepat di terapkan antara 120 - 150 cc per 15 - 20 liter air. Jika ingin mendapatkan hasil
maksimal dalam penyemprotan.
DAFTAR PUSTAKA
Deptan, 2000. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Komisi Pestisida, Departemen Pertanian
RI.
Kementan, 2011. Pedoman Pembinaan dan Penggunaan Pestisida. Dirjen Prasasara dan Sarana
Pertanian. Direktorat Pupuk dan Pestisida, Kementerian Pertanian RI.
Matsumura, F., 1985. Toxicology of Pesticide. Second edition. Plenum Press New York.
Panut Djojosumarto, 2010. Teknik Aplikasi Pestisda Pertanian. Penerbit PT. Agro Media
Pustaka
Yoon, A. S. (2006). Extraction of rotenone from Derris elliptica and Derris malaccensis by
pressurized liquid extraction compared with maceration. Journal of Cromatography A.
ELSAVIER. (Online) www.elsavier.com, diakses Agustus 2016
Bagaimana Cara Mengkalibrasi Alat Semprot Pertanian
(Sprayer)?
Sebagai contoh, jika kita hendak menyemprot herbisida pra-tumbuh pada 1 hektar lahan
dengan dosis aplikasi 1,5 liter per hektar dan alat yang kita gunakan adalah alat semprot
pertanian punggung (knapsack sprayer), berapa mili liter herbisida yang harus digunakan per
tangki?
Salah satu caranya adalah dengan mencoba-coba. Misalnya, isilah tangki sprayer dengan air
hingga penuh (misalnya menggunakan sprayer PB-16 yang diisi 15 liter). Nozzel yang
digunakan tertentu, tekanan tertentu atau gerakan memompa yang teratur, dan kecepatan jalan
sebagaimana petani menyemprot. Lahan yang dapat disemprot dengan tangki (PB-16 liter)
tersebut diukur.
Misalnya 1 tangki ternyata habis digunakan untuk menyemprot lahan seluas 300m2. Ini
berarti 1 hektar lahan memerlukan kurang lebih 33,3 tangki. Karena dosis hebisida adalah 1,5
liter/ha (1.500 ml/ha), maka untuk setiap tangki (15 liter) dimasukan kurang lebih
1500ml/33,3 tangki = 45 ml herbisida.
Jika setiap tangki dapat menyemprot 300 m2 atau 15 liter/300m2, maka keperluan air untuk 1
hektar adalah 15 liter x 33,3 tangki = 499,5 liter air per hektar (dibulatkan menjadi 500 liter).
Karena dosis penggunaan hebisida 1,5 liter/ha, maka konsentrasi aplikasi adalah 1.500 ml
/500ml = 3 ml/liter air. Sehingga untuk setiap tangki (15 liter) digunakan sebanyak 15 x 3 ml
= 45 ml.
Kalibrasi tersebut berlaku untuk ukuran nozzle, tekanan, dan kecepatan jalan tertentu. Bila
ketiga faktor tersebut berubah, maka tangki semprot (sprayer) harus dikalibrasi ulang.
C= GKV/10.000
Contoh:
Untuk menyemprot kubis dengan nozzle yang angka curahnya 1,75 liter/menit, kecepatan
penyemprotan 30 meter/menit, dan lebar gawang terukut 1,5 meter. Berapa liter air (volume
aplikasi) dihabiskan untuk menyemprot 1 hektar lahan?
Volume aplikasi dengan mudah dapat dihitung dengan rumus tersebut, jika ternyata dengan
parameter-parameter tersebut volume aplikasi tidak sesuai dengan yang diinginkan, hal yang
bisa diubah adalah:
Menurunkan tekanan dalam tangki atau tekanan pompa. Menurunkan tekanan dalam
pompa terkadang ukuran dropletnya menjadi lebih besar.
Istilah dosis, konsentrasi, dan volume semprot sering terdapat pada label kemasan pestisida.
Apa maksudnya ?
Apa sih yang dimaksud dengan dosis, konsentrasi, dan volume semprot pada pestisida?
Penyemprotan pestisida
Ketiga istilah di atas sering kita jumpai di label kemasan pestisida. Dosis, konsentrasi, dan
volume semprot itu mengacu pada pemakaian pestisida. Sepintas kelihatan sepele hingga
tidak banyak orang ambil peduli. Padahal sebenarnya tiga istilah itu merupakan kunci penting
pemakaian pestisida agar tujuan pemakaiannya tercapai secara optimal, yaitu memberantas
hama atau penyakit tanaman dengan tepat dan aman.
Agar pemakaian pestisida tidak melenceng dari apa yang diharapkan sebaiknya ketiga istilah
itu dipahami dan dimengerti dengan benar.
Dosis
Dosis adalah jumlah pestisida yang dicampurkan atau diencerkan dengan air digunakan untuk
menyemprot hama atau penyakit tanaman dengan luas tertentu. Pengertian inilah sebenarnya
yang dimaksud dengan tulisan dosis pada label kemasan pestisida.
Ada beberapa satuan dalam menuliskan dosis. Fungisida Benlate, misalnya, tertulis dosisnya
3-5 g / 10 liter air; artinya dalam 10 liter air bisa dicampurkan 3-5 g Benlate. Pengertian
serupa juga berlaku untuk fungisida Nimrod 250 EC yang mempunyai dosis pemakaian 2,5
5 ml / 10 liter air, dan insektisida Difolatan 4 F dengan dosis pemakaian 20-30 cc/10 liter air.
Dosis anjuran pemakaian pestisida sebaiknya dipatuhi. Pemakaiannya secara berlebihan bisa
menyebabkan tanaman merana dan merusak lingkungan. Selain itu juga menyebabkan
populasi hama meledak karena malah merangsang pertumbuhannya. Pemakaian pestisida
dalam dosis rendah pun menyebabkan hama atau penyakit yang dituju tidak mati. Dan
mendorong timbulnya resistensi pada hama atau penyakit yang menyerang tanaman.
Konsentrasi
Ada tiga macam pembagian konsentrasi, yaitu konsentrasi formulasi, konsentrasi bahan
aktif, dan konsentrasi larutan. Konsentrasi formulasi adalah banyaknya pestisida dihitung
dalam cc atau gram bahan pestisida per liter air yang dicampurkan; sedangkan konsentrasi
bahan aktif adalah persentase bahan aktif yang terdapat dalam larutan jadi (larutan yang
sudah dicampur air). Tidak jauh berbeda dengan dua pengertian di atas, konsentrasi larutan
adalam persentase kandungan pestisida yang terdapat dalam larutan jadi.
Melihat adanya tiga pengertian yang hampir sama tentang konsentrasi maka para pemakai
pestisida hendaknya membaca terlebih dahulu sebelum menggunakannya. Konsentrasi
formulasi insektisida Lannate 1,5 33 cc/l air artinya dalam 1 liter air bisa dicampurkan 1,5-
33 cc Lannate. Konsentrasi bahan aktif insektisida Basudin 60 EC 0,12 % artinya dalam 10
liter air bisa dicampurkan 12 gram Basudin 60 EC. Konsentrasi larutan herbisida Agroxone
3.000 ppm artinya dalam 1 liter air bisa dicampurkan 3 gram Agroxone (1000 ppm = 0,1 %).
Volume Semprot
Selama ini banyak yang mengartikan volume semprot secara salah. Umumnya mereka
mengartikan volume semprot hanya merupakan volume air pencampur pestisida saja. Padahal
sebenarnya yang dimaksud dengan volume semprot adalah volume akhir, yaitu jumlah
campuran air dengan pestisida yang disemprotkan.
Ambil misal fungisida Kasumin 20 AS yang mempunyai konsentrasi formulasi 2 cc/l air
dengan volume semprot 500 l/ha. Banyaknya fungisida itu untuk penyemprotan luasan 1 ha
adalah 1 liter (1000 cc); maka jumlah air pencampur yang perlu ditambahkan hanya 499 liter.
Jadi, total bila keduanya dijumlahkan menjadi 500 liter. Jumlah yangt erakhir itulah yang
dimaksud dengan volume semprot. B.A ~~~ Dosis, Konsentrasi dan Volume Semprot
Pestisida
Merupakan suatu efek samping aplikasi pestisida yang dapat menimbulkan keracunan bagi
tanaman, ditandai dengan pertumbuhan abnormal setelah aplikasi pestisida. Oleh karena itu
tidak boleh menggunakan pestisida secara tidak terukur atau berlebihan.