Dokumen - Tips - Laporan PBL 3 Kelompok 9 Ikakom
Dokumen - Tips - Laporan PBL 3 Kelompok 9 Ikakom
LAPORAN MODUL 3
PENYAKIT AKIBAT KERJA
Oleh :
Kelompok 9
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
Anggota:
Seorang perempuan usia 32 tahun dengan keluhan selama sebulan ia mengeluh rasa kelelahan
pada lengan bawah dan tangan kanan dengan kadang-kadang rasa kram dan mati rasa pada jari-
jari sebelah kanan. Ditemukan rasa nyeri pada saat melakukan rotasi dan fleksi lateral yang
maksimal pada bagian leher. Ia telah bekerja pada pekerjaan sekarang sebagai operator mesin
hitung selama 3 bulan. Pada analisis di tempat kerja menunjukkan bahwa ia bekerja sambil
duduk dengan leher bengkok/condong ke depan dan miring ke kiri terhadap meja kerjanya.
Lengan kanannya diatas meja, seraya tangannya menyentuh keyboard dari mesin hitung. Meja
kerjanya jauh lebih tinggi dibanding tinggi kursinya, memaksanya untuk lebih mengimbangi
dengan mengangkat lengan kanannya lebih tinggi dan memiringkan badannya.
KATA KUNCI
- Perempuan
- 32 tahun
- Lengan bawah dan tangan kanan kram, jari-jari mati rasa selama sebulan
- Posisi kerja : duduk dengan leher condong ke depan dan badan miring ke kiri. Meja
kerja lebih tinggi dari kursi.
PERTANYAAN
Apa yang dimaksud ergonomi
Penjelasan MSD pada skenario
Hubungan posisi kerja dengan gejala
Standar Operasional Penggunaan Komputer
Mengatur Posisi Tubuh
Mengatur Posisi Komputer
Usaha untuk mengurangi kelelahan mata, punggung, dan leher
Dasar Undang-Undang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Akibat Kerja
Landasan Hukum untuk Pekerja
JAWABAN
Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan.Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas
kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas kehidupan kerja merupakan salah satu
faktor penting yang mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada
perusahaan, yang berujung kepada produktivitas dan kualitas kerja. Artinya, pekerja akan
mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja (lebih produktif dan berkualitas) ketika aspek
keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan mereka lebih terperhatikan.
Keluhan yang berhubungan dengan penurunan kemampuan kerja (work capability) berupa
kelainan pada sistem otot-rangka (musculoskeletal disorders) misalnya, seolah-olah luput dari
mekanisme dan sistem audit K3 yang ada pada umumnya. Padahal data menunjukkan
kompensasi biaya langsung akibat kelainan ini (overexertion) menempati rangking pertama
(sekitar 30%) dibandingkan dengan bentuk kecelakaan-kecelakaan kerja yang lain.
Adalah disayangkan bahwa ergonomi sering disalah-artikan dan hanya dikaitkan dengan aspek
kenyamanan (perancangan kursi) atau dimensi fisik tubuh manusia. Akibatnya, aplikasi
ergonomi masih belum dianggap penting, terutama di perusahaan-perusahaan di Indonesia,
sehingga banyak sekali rancangan sistem kerja yang tidak ergonomik. Hal ini terlihat dari
ketidaksesuaian antara pekerja dengan cara kerja, mesin, atau alat kerja yang dipakai,
lingkungan tempat kerja, atau menyangkut pengaturan beban kerja yang tidak optimal.
Kondisi berikut menunjukkan beberapa tanda-tanda suatu sistem kerja yang tidak ergonomik:
Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan
Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan
Pekerja sering melakukan kesalahan (human error)
Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau
pinggang
Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja
Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang
Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau
jongkok
Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup
Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan
Komitmen kerja yang rendah
Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau hilangnya sikap
kepedulian terhadap pekerjaan bahkan keapatisan
Dengan ergonomi, sistem-sistem kerja dalam semua lini departemen dirancang sedemikian rupa
memperhatikan variasi pekerja dalam hal kemampuan dan keterbatasan (fisik, psikis, dan sosio-
teknis) dengan pendekatan human-centered design (HCD). Konsep evaluasi dan perancangan
ergonomi adalah dengan memastikan bahwa tuntutan beban kerja haruslah dibawah
kemampuan rata-rata pekerja (task demand < work capacity). Dengan inilah diperoleh
rancangan sistem kerja yang produktif, aman, sehat, dan juga nyaman bagi pekerja. Akhirnya,
sistem kerja yang ergonomik inilah yang akan menjamin keamanan, kesehatan, dan
kenyamanan dan akan memberikan motivasi positif bagi pekerja untuk meningkatkan
performansinya.
Dengan memahami pentingnya aspek ergonomi ini, setiap perusahaan sudah seharusnya
melakukan evaluasi secara integratif untuk menilai sejauh mana kecocokan rancangan sistem
kerja yang ada (termasuk pekerjaan itu sendiri) dengan para pekerjanya. Unsur-unsur sistem
kerja yang dinilai meliputi mesin dan alat, material, metode kerja, lingkungan fisik
(pencahayaan, termal, kebisingan, dll), tata letak komponen dan ruang kerja (workplace and
workspace). Evaluasi ergonomi ini penting terlepas dari apa pun bentuk perusahaan tersebut.
Tahun 1984, OSHA (Occupational Safety and Health Administration) Amerika Serikat
menyatakan bahwa, prinsip-prinsip ergonomi sangat penting untuk mencegah terjadinya
Cummulative Trauma Disoders (CTDs). Nama lain CTDs adalah overuse syndrome, Musculo
Skeletal Disorders (MSDs) atau Repetitive Strain Injuries (RSIs), Work-related Upper
Extremity Disorders (UEDs). CTDs bukanlah diagnosis klinis melainkan rasa nyeri karena
kumpulan cedera pada sistim muskuloskeletal extre-mitas atas akibat gerakan kerja
biomekanika berulang-ulang melampaui kapasitas.
Pemerintah AS mendefinisikan CTDs sebagai rasa nyeri pada sistim muskulo skeletal
extremitas atas yang diyakini berhubungan dengan kegiatan kerja. Cedera dapat mengenai otot,
tendon, ligamen, saraf, pembuluh darah di leher, bahu, lengan, siku, pergelangan dan jari
tangan. Cedera berupa radang dan rasa nyeri, sehingga mengurangi kemampuan gerak disertai
kelainan khas bagian extremitas atas tersebut.
NIOSH (The National Institute for Occupational Safety and Health) di tahun 1990,
memperkirakan 15% 20% pekerja Amerika berisiko menderita CTDs. The National Safety
Council (NSC) melaporkan, kurang lebih 960.000 kasus CTDs di kalangan pekerja Amerika
tahun 1992.
Di tahun 2000 pemerintah AS memperkirakan akan terjadi cedera akibat kerja pada 50%
pekerja setiap tahun dengan menghabiskan 50 sen dolar setiap GNPnya untuk perawatan cedera
tersebut. Catatan Bureau of Labor Statistics (BLS) 1992, menunjukkan bahkan dari seluruh
kasus CTDs yang dilaporkan, separuhnya di diagnosis sebagai Sindrom Carpal Tunnel (SCT).
OSHA Office of Ergonomic Support menghitung jumlah uang kompensasi yang dibayar
perusahaan kepada pekerja.
Muskuloskeletal disorder adalah gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh
karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang
lama dan akan menyebabkan keluhan pada sendi, ligamen dan tendon.
Nama lain:
repetitive strain injury,
cumulative trauma disorder, atau
occupational overuse syndrome
Carpal tunnel syndrome, tenosynovitis, maupun kondisi dimana ada nyeri tapi tidak ditemukan
tanda klinis termasuk ULDs (Upper Limb Disorders)
Gejala: tenderness, nyeri, kaku, lemah, tingling, mati rasa, kram, bengkak dapat ditemukan
Posisi Kepala & Leher harus tegak lurus dengan wajah menghadap langsung ke komputer,
jangan menengadah atau membungkuk
Posisi Punggung yang baik adalah tegak, tidak miring ke kanan atau kiri, tidak membungkuk
dan tidak menyandar terlalu ke balakang, tempat duduk harus nyaman
Posisi Pundak tidak terlalu terangkat dan tidak terlalu ke bawah, pastikan otot pundak kita
tidak tegang.
Posisi Lengan & Siku yang baik adalah apabila kita dapat mengetik dan menggunakan mouse
dengan nyaman. Jangan meletakkan mouse/keyboard sejajar dengan tempat duduk kita
Posisi Kaki harus bebas, jangan bersentuhan dengan CPU apalagi perangkat listrik, kaki harus
diluruskan sesekali agar aliran darah lancar. Apabila posisi kaki bersila, maka harus sering
diluruskan.
6. Mengatur Posisi Komputer
Posisi Monitor :
Monitor harus diletakkan di tempat yang tidak memantulkan cahaya lain
Letakkan monitor lebih rendah dari garis horizontal mata
Aturlah cahaya monitor (contrast/brightness) agar tidak terlalu gelap dan terang
Sering-seringlah mengedipkan mata (minimal 5 detik setiap 10 menit), apabila mata terasa
lelah pijitlah mata secara perlahan dan alihkan pandangan anda ke tampat lain
Posisi Keyboard :
Letakkan kerboar di tempat yang mudah dijangkau, jangan terlalu jauh dan terlalu dekat,
jangan sampai posisi keyboard membuat anda harus membungkuk atau menegadah
Posisi Mouse :
Sama seperti keyboard, posisi mouse jangan terlalu jauh dan terlalu dekat, usahakan posisi
mouse dan keyboar sejajar
Posisi Meja dan Kursi :
Meja dan kursi harus berada dalam posisi yang membuat kita nyaman agar tidak membuat otot
kita tegang atau kelelahan, kursi usahakan yang mempunyai busa dan mampunyai sandaran
yang nyaman. Tinggi meja yang baik adalah 55-75 cm
8. Dasar Undang-Undang
Substitusi
bahan yang berbahaya atau terbukti dapat menyebabkan penyakit ditukar dengan yang
lebih aman
Isolasi
mengisolasi proses yang bising atau pencampuran bahan/larutan yang menimbulkan gas
berbahaya.
Ventilasi Penyedotan
kipas penghisap atau exhaust fan , agar gas yang berbahaya terhisap keluar dan ditukar
dengan udara bersih.
Ventilasi Umum
Tempat-tempat bekerja bagi harus dilengkapi dengan ventilasi umum untuk memudahkan
peredaran udara.
Alat Pelindung
misalnya topi pengaman, masker, respirator (alat pernafasan), kacamata, sarung tangan,
pakaian kerja, dsbnya.
Pemeriksaan kesehatan pra-karya
setiap pekerja harus terlebih dahulu melalui pemeriksaan kesehatan umum dan khusus
untuk mengindera kelemahan masing-masing
Pemeriksaan Kesehatan Berkala.
Mengontrol kesehatan pekerja
Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
Pekerja yang menunjukkan gejala yang dicurigai ada kaitannya dengan lingkungan kerjanya
harus dikirim ke klinik spesialis untuk menjalani pemeriksaan khusus.
Penerangan Pra-Karya
Pekerja harus menjalani induksi atau perkenalan pada lingkungan pekerjaan dan semua
peraturan keselamatan dan kesehatan kerja
Pendidikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Setiap penyedia, mandor, anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan
Ahlinya harus menjalani pendidikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara beruntun dan
berulang-ulang. Mereka kemudian mendidik karyawan dalam praktek manufaktur yang baik
(good Manufacturing Practice) dan kesehatan kerja itu sendiri.
Perlindungan hukum terhadap pekerja merupakan pemenuhan hak dasar yang melekat dan
dilindungi oleh konstitusi sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945
Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan, dan Pasal 33 ayat (1) yang menyatakan bahwa Perekonomian disusun sebagai
usaha bersama atas kekeluargaan.
Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja dan
menjamin kesamaan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan
kesejahteraan pekerja dan keluarganya dengan tetap memperhatika perkembangan kemajuan
dunia usaha dan kepentingan pengusaha. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
perlindungan bagi pekerja Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan
Peraturan Pelaksana dari perundang-undangan di bidang Ketenagakerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Samara, Diana. Nyeri Muskuloskeletal pada leher pekerja dengan posisi pekerjaan yang statis.
Juli-September 2007. Universa Medicina Vol. 26 No. 3.
Health and Safety Executive. http://www.hse.gov.uk/msd/