Anda di halaman 1dari 2

3.

PEMERIKSAAN LANJUTAN YANG DIANJURKAN UNTUK DIAGNOSIS DAN


PEMANTAUAN.

Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan ini dilakukan karena pasien dicurigai menderita TB yang ditandai dengan
ditemukannya hasil pemeriksaan foto thorax yaitu TB milier dan keadaan klinis yang
ditunjukkan pasien. Jadi, untuk memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan sputum.
Pada pemeriksaan sputum apabila ditemukan kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah
dapat dipastikan. Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien
dianjurkan untuk minum air sebanyak +2 liter dan diajarkan melakukan reflex batuk.
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA
pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 mL sputum.
Pemeriksaan fungsi hati (SGOT, SGPT)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai fungsi hati dari pasien karena ditemukan hasil
laboratorium anti HCV (+) yang merupakan tanda dari adanya Hepatitis C. Pada hepatitis
C, hasil laboratorium yang mencolok adalah terjadi penginggian SGOT dan SGPT yang
terjadi pada kurun waktu 2 sampai 26 minggu setelah tertular.
Tes Konfirmasi dengan uji RNA HCV
Tes ini dilakukan atas dasar hasil pemeriksaan laboratorium sebelumnya menunjukkan
anti HCV (+), sehingga perlu dilakukan suatu uji konfirmasi untuk memastikan
diagnosis. Dengan adanya uji RNA HCV di serum menandakan infeksi aktif. Test HCV
RNA dibagi dua yaitu kuantitatif dan kualitatif. Test kualitatif menggunakan PCR/
Polymerase Chain Reaction, test ini dapat mendeteksi HCV RNA yang dilakukan untuk
konfirmasi viremia dan untuk menilai respon terapi. Test kuantitatif dibagi dua yaitu:
metode dengan teknik Branched Chain DNA dan teknik Reverse Transcription PCR.Test
kuantitatif ini berguna untuk menilai derajat perkembangan penyakit. Pada test kuantitatif
ini pula dapat diketahui derajat viremia.
Sesuai dengan rekomendasi konsensus penatalaksanaan HCV di Indonesia :
1. Pemeriksaan HCV RNA yang positif, dapat memastikan diagnosis
2. Bila HCV RNA tidak dapat diperiksa, maka ALT/SGPT > 2N, dengan anti HCV (+)
3. Pemeriksaan genotip tidak diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
4. Pemeriksaan HCV RNA kuantitatif diperlukan pada anak dan dewasa untuk penentuan
pengobatan.
5. Pemeriksaan genotip diperlukan untuk menentukan lamanya terapi.
6. Pemeriksaan HCV RNA diperlukan sebelum terapi dan 6 bulan paska terapi.
7. Pemeriksaan HCV RNA 12 minggu sejak awal terapi dilakukan pada pasien genotip 1
dengan pegylated interferon untuk penilaian apakah terapi dilanjutkan atau dihentikan.
Pemeriksaan CD4+
Pemeriksaan ini dilakukan sebagai monitoring dan sebagai tanda untuk memutuskan
memulai suatu terapi.
Biakan Virus
Pemeriksaan ini merupakan baku emas dalam menegakkan diagnose HIV. HIV dapat
dibiakkan dari limfosit darah tepi, titer virus lebih tinggi dalam plasma dan sel darah tepi
penderita AIDS. Pertumbuhan virus terdeteksi dengan menguji cairan supernatan biakan
setelah 7-14 hari untuk aktivitas reverse transcriptase virus atau untuk antigen spesifik
virus.

Anda mungkin juga menyukai