http://masparijournal.blogspot.com
Menentukan Tipe Pasang Surut dan Muka Air Rencana Perairan Laut
Kabupaten Bengkulu Tengah Menggunakan Metode Admiralty
ABSTRAK
ABSTRACT
Coastal zone management is very crucial to maintain its function as the barrier of the sea and the
land, because this area have a special role for harbour, navigation, recreation, etc. Tidal are the main
factors that affect the roles of coastal zone so it need to be considered well before doing activities in coastal
areas.
Each region has different tidal conditions. The study of calculation and determination of tidal
condition has been conducted, either by conventionally or using admiralty method. This study aims to
determine the components and types of tidal in Central Bengkulu using admiralty method. The results
obtained that the tidal types in Central Bengkulu is Mix Tide Prevailing Semidiurnal with mean sea level
is about 70.
I. PENDAHULUAN
Perairan pantai meliputi perairan di daerah laut yang disebabkan oleh gaya tarik
paparan benua dan perairan semi tertutup benda-benda di langit, terutama matahari dan
(Mihardja, 1989). Pasang surut di daerah pantai bulan terhadap massa air laut bumi. Meskipun
merupakan pasang surut yang menjalar dari massa bulan jauh lebih kecil dari massa
laut yang terbuka/ lepas, sehingga di daerah ini matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi
komponen pasang surutnya seperti elevasi dan jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik
arus pasang surut mengalami perubahan jika bulan terhadap bumi lebih besar daripada
dibandingkan dengan perairan dalam pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tarik bulan
(Ongkosongo, 1989). Biasanya magnitudo yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2
bertambah bahkan terkadang dengan faktor kali lebih besar daripada gaya tarik matahari
yang besar apabila terjadi resonansi antara (Triatmodjo, 1999). Menurut Setiadi (1988),
perioda pasut dan perioda alami perairan darat. pasang surut adalah perubahan gerak relatif
Arus pasut di paparan benua dapat menjadi dari materi suatu planet, bintang dan benda
lebih besar (Mihardja, 1989). angkasa lainnya yang diakibatkan oleh aksi
Pasang surut adalah fluktuasi muka air gravitasi benda-benda di luar materi itu berada.
II. METODOLOGI
2.1. Lokasi Penelitian kurun waktu 2 (dua) bulan, yaitu bulan Mei
Penelitian dilakukan di perairan dan bulan Juni 2013 dengan koordinat
Kabupaten Bengkulu Tengah dengan stasiun pengamatan pada 03 47' 30" S - 102
panjang garis pantai sekitar 17 km dimulai 15' 04" T, terletak di stasiun Pulau Baai. Data
dari perbatasan Kabupaten Bengkulu Tengah diperoleh dari instansi Badan Meteorologi
dengan Kota Bengkulu. Klimatologi dan Geofisika Stasiun Bengkulu,
berupa data sekunder. Peta lokasi wilayah
penelitian, dan data lainnya yabng diperluka
2.2. Data juga dihimpun dari instansi-instansi terkait.
Data berupa data pasang surut dalam Kajian penelitian sebelumnya juga
4 Maspari Journal Volume 6, Nomor 1, Januari 2014: 1-12
3.1. Komponen Harmonik Pasang Surut matahari jauh lebih besar daripada bulan.
Matahari dan bumi akan menghasilkan Gaya penggerak pasang surut dapat
fenomena pasang surut yang mirip dengan diuraikan sebagai hasil gabungan sejumlah
fenomena yang diakibatkan oleh bumi dan komponen harmonik pasang surut, dan data
bulan (Pariwono, 1989). Perbedaan yang dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian
utama adalah gaya penggerak pasang surut komponen, yaitu : tengah harian, harian, dan
yang disebabkan oleh matahari hanya periode panjang. Beberapa komponen
separuh dari kekuatan yang disebabkan oleh harmonik yang penting dan perbandingan
bulan, dikarenakan jarak bumi dan bulan relatif kekuatannya dapat dilihat dalam
yang jauh lebih dekat dibanding jarak Tabel 1.
matahari dan bumi, meskipun massa
Fadilah et al, Menentukan Tipe Pasang .... 5
Data
Data disusun
menurut Skema 1
2
Tabel 2
3
Skema 2
4
Tabel 3
5
Skema 3
Skema 4
7
Tabel 4
8
10
Skema 5 & 6
9
Tabel nilai f, u, w
11
Keterangan :
: hasil pekerjaan Skema 7 & 8
: tabel
: garis kerja
: garis konfirmasi dengan tabel
7 : tahapan pekerjaan ke-7
Tabel 1. Komponen harmonik pasang surut yang penting (Sumber : Pond and Pickard, 1981)
Nama Komponen Simbol Periode Perbandingan
(jam matahari) (relatif)
Tengah Harian (Semi-diurnal)
- Principal lunar M2 12,4 100
- Principal solar S2 12,0 47
- Larger lunar elliptic N2 12,7 19
- Luni-solar semi-diurnal K2 11,97 13
Harian (Diurnal)
- Luni-solar diurnal K1 23,9 58
- Principal lunar diurnal O1 25,8 42
- Principal solar diurnal P1 24,1 19
- Larger lunar elliptic Q1 26,9 8
Periode Panjang (Long-period)
- Lunar fortnightly Mf 238,0 17
- Lunar monthly Mm 661,0 9
- Solar semi-annual Ssa 2.191,0 8
MS
S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4
4
Untuk 1.00
X00
Skema V 0
1.00 -0.08
X10
0 0
0.07 -0.0 1.00 0.02
X12 - Y1b
0 20 0 0
X13 - Y1c
-0.0 1.00 -0.0
X20
30 0 30
1.00 0.01 0.03 0.00 -0.05 -0.0
X22 - Y2b
0 5 8 2 8 35
-0.0 1.00
X23 - Y2c
60 0
0.03 1.00
X42 - Y4b
0 0
1.00 0.08
X44 - Y4d
0 0
Tabel 5. Hasil Penyusunan Skema 7 Untuk Data Pasang Surut Bulan Mei 2013
MS
So M2 S2 N2 K1 O1 M4 4
HASIL TERAKHIR
So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4
A cm 70 33 15 8 3 16 7 5 1 0
20
g 124 72 207 263 210 263 320 109
7
0,25 < F 1,50 Campuran dengan tipe ganda Dalam sehari terjadi dua kali
lebih menonjol (Condong pasang dan dua kali surut.
Ganda) Bentuk gelombang pasang
pertama tidak sama dengan
gelombang pasang kedua
(asimetris) dengan bentuk
condong semi diurnal.
1,50 < F 3,00 Campuran dengan tipe tunggal Dalam sehari terjadi dua kali
lebih menonjol (Condong pasang dan dua kali surut.
Tunggal) Bentuk gelombang pasang
pertama tidak sama dengan
gelombang pasang kedua
(asimetris) dengan bentuk
condong diurnal.
Dengan menggunakan rumus di atas, d. Muka air rendah rerata (mean low water
diperoleh nilai Formzahl sebagai berikut : level, MLWL), adalah rerata dari muka
Bilangan formzahl Bulan Mei = 0,4818. air rendah selama periode 18,6 tahun.
Bilangan formzahl Bulan Juni = 0,4771. e. Muka air laut rerata (mean sea level,
Maka dapat diketahui bahwa tipe pasang MSL), adalah muka air rerata antara
surut di Bengkulu Tengah adalah Tipe muka air tinggi rerata dan muka air
Campuran Condong Ganda (Mix Tide rendah rerata.
Prevailing Semidiurnal) f. Muka air tinggi tertinggi (highest high
water level, HHWL), adalah air tertinggi
3.3. Elevasi Muka Air Rencana pada saat pasang surut purnama atau
Elevasi muka air rencana diperlukan bulan mati.
untuk pengembangan dan pengelolaan g. Muka air rendah terendah (lowest low
daerah pantai. Mengingat elevasi muka air water level, LLWL), adalah air terendah
laut selalu berubah setiap saat, maka pada saat pasang surut purnama atau
diperlukan suatu elevasi yang ditetapkan bulan mati.
berdasarkan data pasang surut, beberapa h. Higher high water level, adalah air
elevasi tersebut adalah sebagai berikut : tertinggi dari dua air tinggi dalam satu
a. Muka air tinggi (high water level), muka hari, seperti dalam pasang surut tipe
air tertinggi yang dicapai pada saat air campuran.
pasang dalam satu siklus pasang surut. i. Lower low water level, adalah air
b. Muka air rendah (low water level), terendah dari dua air rendah dalam satu
kedudukan air terendah yang dicapai hari.
pada saat air surut dalam satu siklus
pasang surut. Elevasi yang cukup penting yaitu muka
c. Muka air tinggi rerata (mean high water air tinggi tertinggi dan muka air rendah
level, MHWL), adalah rerata dari muka terendah. Muka air tinggi tertinggi sangat
air tinggi selama periode 18,6 tahun. diperlukan untuk perencanaan bangunan
Fadilah et al, Menentukan Tipe Pasang .... 11
Gambar 4. Elevasi Muka Air Rencana Bengkulu Tengah ; a) Bulan Mei b) Bulan Juni
Nilai muka air rencana yang diperoleh pergeseran titik tanjak orbit bulan yaitu
di atas masih sangat fluktuatif, dikarenakan selama 18,6 tahun. Selain itu, panjang data
panjang data yang digunakan hanya 2 (dua) pasang surut 18,6 tahun untuk memastikan
bulan. Secara teoritis, panjang data yang bahwa pada saat surut astronomis terendah
dibutuhkan untuk nilai yang lebih valid selang waktu 18,6 tahun berada dalam satu
adalah 18,6 tahun yang merupakan periode periode gelombang (Hasibuan, 2009).
ulang pasang surut, dengan menggunakan
proses pengolahan data pasang surut yang
sama. Hal ini berkaitan dengan periode
12 Maspari Journal Volume 6, Nomor 1, Januari 2014: 1-12
IV. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Byun, D.S., Wang, X.H., Holloway, P.E., 2004. dan Pengembangan Oseanologi, Jakarta.
Tidal characteristic adjustment due to dyke Pariwono, I., John, 1989. Makalah : Gaya
and seawall construction in the Mokpo Penggerak Pasang Surut, Lembaga Ilmu
Coastal Zone, Korea, Estuarine, Coastal Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian
and Shelf Science 59 (2004) : 185-196 dan Pengembangan Oseanologi, Jakarta.
Djaja, Rochman, 1989. Makalah : Cara Triatmodjo, B., 1999. Teknik Pantai. Penerbit Beta
Perhitungan Pasut Laut Dengan Metode Offset, Yogyakarta.
Admiralty, PASANG-SURUT, Lembaga Pond, S and G.L Pickard, 1981. Introductory
Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Dynamic Oceanography, Pergamon Press,
Penelitian dan Pengembangan 241 pp.
Oseanologi, Jakarta. Setiadi, R., Mihardja, K., Dadang, 1988. Makalah :
Hasibuan, P., Gading, 2009. Skripsi : Analisis Analisis Pasang-Surut di Daerah Cilacap
Surut Astronomis Terendah Di Perairan dan Surabaya, PASANG-SURUT,
Sabang, Sibolga, Padang, Cilacap, Dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Benoa Menggunakan Superposisi Komponen Pusat Penelitian dan Pengembangan
Harmonik Pasang Surut, Program Studi Oseanologi, Jakarta.
Ilmu Dan Teknologi Kelautan, Fakultas Suwarsono, 2011. Zonasi Karakteristik Kecepatan
Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Abrasi Dan Rancangan Teknik Penanganan
Pertanian Bogor Jalan Lintas Barat Bengkulu Bagian Utara
Hidayat, S., 2010. Analasis Harmonik Pasang Surut Sebagai Jalur Transportasi Vital, Makara,
dengan Metode Admiralty, Institut Teknologi, Vol. 15 (1) : 31-38.
Pertanian Bogor Triatmodjo, B., 2012. Perencanaan Bangunan
Mihardja, K., Dadang, Hadi, S., 1989. Makalah : Pantai. Penerbit Beta Offset, Yogyakarta.
Dinamika Pasang Surut Perairan Pantai,
PASANG-SURUT, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Oseanologi, Jakarta.
Ongkosongo, S.R., Otto, Suyarso, 1989. Project 1 :
Tides and Tidal Phenomena,
PASANG_SURUT, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian