Anda di halaman 1dari 4

72

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Penerapan Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran IPA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktifitas dan

hasil belajar siswa kelas V MI.Miftahul Ulum Kayukebek Tutur Pasuruan

dalam pembelajara IPA. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti mencoba

menerapkan Metode Demonstrasi untuk membantu siswa dalam memahami

materi yang diajarkan. Metode Demonstrasi dapat membantu siswa untuk

mencapai pembelajaran yang bermakna. mengembangkan keterampilan

kooperatif dan meningkatkan hasil belajar.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, sedangkan jenis penelitiannya ialah deskriptif yang bertujuan untuk

memaparkan data tentang hasil belajar secara sistematik. Rancangan

penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian tindakan kelas (PTK).

Suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan

terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.14

Melihat pendapat para ahli dan hasil penelitian terdahulu penggunaan

Metode Demonstrasi dalam pembelajaran IPA sangat mendukung. Hal ini

jika dikaitkan dengan Metode Demonstrasi pada mata pelajaran IPA kelas V

siswa MI.Miftahul Ulum Kayukebek Tutur Pasuruan pada siklus I masih

14
Suharsini Arikunto,Prosedur Penelitian ( Yogjakarta : Rineka Cipta,2010 )

71
73

terdapat siswa yang mengerjakan materi secara individu, unsur kebersamaan

dan sosialisasi dengan teman tidak nampak, pada gabungan kelompok siswa

bingung tidak bisa dikondisikan sehingga memakan waktu yang relative

lama. Temuan pada siklus I dijadikan acuan pada siklus berikutnya.

Pada siklus II peneliti berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan perencanaan yang sudah dibuat dan juga masukan dari observer untuk

mencapai hasil yang maksimal. Pelaksanaan tindakan siklus II pembelajaran

lebih difokuskan pada kegiatan siswa untuk bekerjasama dan bartanggung

jawab dalam berdiskusi. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan dan

menambah pengetahuan siswa yang sudah dimiliki sehingga siswa dapat

membentuk pengetahuan yang baru.

B. Aktifitas Siswa dengan Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam

Aktivitas siswa dapat diartikan sebagai bagaimana proses belajar

mengajar itu dilaksanakan, melalui Metode Demonstrasi, peneliti mencoba

apakah metode ini dapat meningkatkatkan aktifitas siswa. Dan hal ini

disajikan dalam beberapa siklus dan dari beberapa tahapan siklus ini siswa

selalu mengalami perubahan.

Dari data aktivitas belajar siswa di atas dapat diketahui bahwa siswa

dapat mengembangkan keterampilan kooperatifnya dalam mengikuti

pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian aktivitas belajar

siswa pada siklus I mendapat nilai rata-rata 68,9, meningkat pada siklus II

mendapat nilai rata-rata 82,4 Peningkatan aktifitas siswa disebabkan karena


74

Metode Demonstrasi memungkinkan siswa untuk mengembangkan

keterampilan kooperatifnya sehingga kebermaknaan dalam aktifitas belajar

dapat terjadi. belajar adalah pada hakikatnya adalah proses interaksi

terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

sebagai proses yang diarahkan pada tujuan dan proses berbuat melalui

berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan

memahani sesuatu. Sehingga setiap sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas

siswa diperlukannnya sebuah standar proses satuan pendidikan sesuai dengan

Permendiknas RI nomor 41 tahun 2007. 15

Namun perlu disadari tidak semua siswa mampu mengembangkan

keterampilan kooperatifnya dalam pembelajaran IPA, ini dikarenakan

beberapa siswa masih merasa malu, belum terbiasa dan kemampuannya

memang lambat. Seperti yang terjadi pada siklus I beberapa diantara siswa

terlihat pasif, tidak aktif, dan tidak mau bekerjasama dengan temannya.

C. Hasil Belajar Siswa dengan Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam

Dari pelaksanaan pra tindakan hasil belajar yang diperoleh siswa

dengan menggunakan pembelajaran individual adalah skor siswa rata-rata

mencapai 62,4 terdapat 8 siswa (38%) telah mencapai ketuntasan individu

sedangkan 13siswa (62%) belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) mata pelajaran IPA yakni 65. Sedangkan ketuntasan klasikal kelas

minimal 62% masih belum tercapai. Nilai rata-rata siswa diperoleh melalui

15
Rusman,Model-model Pembelajaran( Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,2012 )
75

tes,evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai

tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Dari rata-rata tersebut

hasil belajar siswa dikatakan rendah perlu diadakan perbaikan.16

Pada siklus I hasil belajar siswa diperoleh skor rata-rata 70,2.

Sebanyak 13 siswa (17,4%) tuntas belajar karena telah mencapai kriteria

ketuntasan individu. Sedangkan 8 siswa (38%) belum tuntas belajar karena

masih di bawah kriteria ketuntasan individu.Tetapi ketuntasan belajar klasikal

yang ditetapkan tidaklah mencapai 100% namun hanya berkisar 65% itupun

sudah semaksimal mungkin. Demikian ini terjadi karena siswa belum terbiasa

melakukan pembelajaran dengan Metode Demonstrasi. Dan objek

penelitianpun masih tergolong tingkat dasar, anak dalam kelompok usia 7-11

tahun berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada

tingkatan kongkret operasional. Sehingga pembelajaran perlu dikemas sesuai

dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dan melibatkan siswa

secara utuh.

Pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan rata-

rata sebesar 83,1 terdapat 19 siswa (90,4%) telah mencapai ketuntasan belajar

individu, sedangkan 2 siswa (9,5%) belum mencapai ketuntasan belajar

individu. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal yang ditetapkan sebesar 80%

sudah tercapai dalam siklus II.

16
Syah,Muhibin,Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru( Bandung:2010 )

Anda mungkin juga menyukai