Anda di halaman 1dari 25

Fisiologi Sistem Saraf

Nama Kelompok :
Krismas Eka Saputra

Ayu Dewi Lestari

Rika Tri Wulansari

Devi Zamilah

Ria Paramita Jarwo

M. Kholid Ikrima Sabri

M. Iqbal Akbar

S1. Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya


(STIKES SURABAYA)
A. Pengertian Sistem Saraf
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi.
Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf merupakan salah satu
sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan
direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam.
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan
pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.
Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf,
yaitu:
Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak
sebagai reseptor adalah organ indera.
Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut
penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan
meluas. Sel saraf disebut neuron.
Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar
impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.

Pembagian Sistem Saraf

Sistem saraf terbagi atas 2 kelompok besar yaitu :

1. Sistem saraf sadar

Sistem saraf sadar adalah system saraf yang mengatur atau mengkoordinasikan semua kegiatan
yang dapat diatur menurut kemauan kita. Contohnya, melempar bola, berjalan, berfikir, menulis,
berbicara dan lain-lain. Saraf sadar pun terbagi menjadi dua :
a. Saraf pusat terdiri dari :
1) Otak
Merupakan pusat kesadaran,yang letaknya di rongga tengkorak.
2) Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang berfungsi menghantarkan impuls (rangsangan) dari dan ke
otak, serta mengkoordinasikan gerak refleks. Letaknya pada ruas-ruas tulang
belakang, yakni dari ruas ruas tulag leher hingga ke ruas-ruas tulang pinggang yang
kedua dan dalam sumsum ini terdapat simpul simpul gerak refleks.
b. Saraf Tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf yang berada di luar system saraf pusat
(otak dan sumsum ulang belakang). Artinya system saraf tepi merupakan saraf yang
menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubh tertentu, sepeti
kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain.

2. Susunan saraf tak sadar


a) Susunan saraf simpatis
b) Susunan saraf parasimpatis
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari
yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf
sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak,
berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh
efektor.
B. Sel Saraf (Neuron)
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung membentuk
suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari badan sel,
dendrit, dan akson.
a. Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf Badan sel berfungsi untuk
menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat
inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel. Badan nisel
merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi sintesis protein.

b. Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit merupakan
perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke
badan sel.
c. Akson
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan perjuluran
sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril.
Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak
dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh
sel- selsachwann yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk
neurit dan membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang
melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin.
Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3macam, yaitu sel
saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).
Sel saraf sensori
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak
(ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan
dengan saraf asosiasi (intermediet).
Sel saraf motor
Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang
hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem
saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan
aksonnya dapat sangat panjang.
Sel saraf intermediet
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf
pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan
dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima
impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.
Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung
dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau
simpul saraf.

Macam-macam Saraf :

I. Saraf Olfaktorius.

Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius. Sistem ini
terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius pada bagian atas kavum nasal, fila olfaktoria,
bulbus subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis.

Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari membran
mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus
olfaktorius, dari sini, traktus olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus
temporal bagian medial sisi yang sama.

Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik yang impulsnya mencapai


korteks tanpa dirilei di talamus. Bau-bauan yang dapat memprovokasi timbulnya nafsu makan
dan induksi salivasi serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah
menunjukkan bahwa sistem ini ada kaitannya dengan emosi. Serabut utama yang
menghubungkan sistem penciuman dengan area otonom adalah medial forebrain bundle dan stria
medularis talamus. Emosi yang menyertai rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan ke serat
yang berhubungan dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik.

II. Saraf Optikus.

Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Serabut-serabut
saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan saraf
dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum. Orientasi spasial serabut-
serabut dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah
retina ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum dan sebaliknya.

Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal retina) menyilang
kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak menyilang. Serabut-serabut
untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma optikum berakhir di kolikulus superior, dimana
terjadi hubungan dengan kedua nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan
kiasma berhubungan dengan penglihatan dan berjalan di dalam traktus optikus menuju korpus
genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut yang berasal dari radiasio optika melewati bagian
posterior kapsula interna dan berakhir di korteks visual lobus oksipital.

Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga serabut-serabut


untuk kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran atas melalui lobus
temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma optikum serabut- serabut
yang berasal dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.

III. Saraf Okulomotorius.

Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan substansia grisea periakuaduktal


(Nukleus motorik) dan sebagian lagi di dalam substansia grisea (Nukleus otonom).

Nukleus motorik bertanggung jawab untuk persarafan otot-otot rektus medialis, superior,
dan inferior, otot oblikus inferior dan otot levator palpebra superior. Nukleus otonom atau
nukleus Edinger- westhpal yang bermielin sangat sedikit mempersarafi otot-otot mata inferior
yaitu spingter pupil dan otot siliaris.

IV. Saraf Troklearis.

Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli inferior di depan substansia grisea
periakuaduktal dan berada di bawah Nukleus okulomotorius. Saraf ini merupakan satu-satunya
saraf kranialis yang keluar dari sisi dorsal batang otak. Saraf troklearis mempersarafi otot oblikus
superior untuk menggerakkan mata bawah, kedalam dan abduksi dalam derajat kecil.

V. Saraf Trigeminus.

Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-serabut motorik dan serabut-
serabut sensorik. Serabut motorik mempersarafi otot masseter dan otot temporalis. Serabut-
serabut sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi tiga cabang utama yatu saraf oftalmikus,
maksilaris, dan mandibularis. Daerah sensoriknya mencakup daerah kulit, dahi, wajah, mukosa
mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan mandibula, dura dalam fosa kranii anterior dan tengah
bagian anterior telinga luar dan kanalis auditorius serta bagian membran timpani.

VI. Saraf Abdusens.

Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons bagian bawah dekat
medula oblongata dan terletak dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens mempersarafi otot
rektus lateralis.

VII. Saraf Fasialis.


Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik berasal dari
Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat
medula oblongata. Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik yang muncul bersama nukleus
motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis akustikus interna.

Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri dari otot
orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus,
otot digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan
bagian anterior lidah.

VIII. Saraf Vestibulokoklearis.

Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut- serabut aferen yang
mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang mengurusi
keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan menuju
inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus genikulatum medial dan
kemudian menuju girus superior lobus temporalis. Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai
dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan serabut- serabut auditorik di
dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut vestibutor berjalan
menyebar melewati batang dan serebelum.

IX. Saraf Glosofaringeus.

Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius pada waktu
meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus mempunyai dua ganglion,
yaitu ganglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewati foramen,
saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di
antara otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi mukosa
faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.

X. Saraf Vagus.

Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion superior atau jugulare dan
ganglion inferior atau nodosum, keduanya terletak pada daerah foramen jugularis, saraf vagus
mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding usus,
jantung dan paru-paru.

XI. Saraf Asesorius.

Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis dan kranialis. Radiks kranial adalah akson dari
neuron dalam nukleus ambigus yang terletak dekat neuron dari saraf vagus. Saraf aksesoris
adalah saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan bagian atas otot
trapezius, otot sternokleidomastoideus berfungsi memutar kepala ke samping dan otot trapezius
memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.

XII. Saraf Hipoglosus.

Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada setiap sisi garis tengah dan
depan ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan trigonum hipoglosus. Saraf hipoglosus
merupakan saraf motorik untuk lidah dan mempersarafi otot lidah yaitu otot stiloglosus,
hipoglosus dan genioglosus.

C. Impuls / Potensial Aksi


Potensial aksi adalah sinyal elektrokimia yang ditransmisikan dalam membran
selneuron atau sel otot. Juga disebut impuls saraf.
Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar,
kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa elektrik
yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah sebagai berikut.
a. Perubahan dari dingin menjadi panas.
b. Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.
c. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.
d. Suatu benda yang menarik perhatian.
e. Suara bising.
f. Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan.
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan
terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau disadari.
Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang panjang. Bagannya
adalah sebagai berikut.
b. Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang
menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati
otak. Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut.
Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu
Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang masuk ke mata.
Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.
Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi

Mekanisme Penghantar Impuls


Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, di antaranya melalui sel saraf dan
sinapsis. Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua cara tersebut.
1. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut
saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan
bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan
kutub negatif terdapat di bagian dalam sel saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada
indra menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan
potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan
gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai dengart 120 m per detik, tergantung
pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin.
Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls,
karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat). Untuk dapat
berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik.
Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria
dalam sel saraf.
Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan
impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka
impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah
impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.
2. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain dinamakan
sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma
tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut
vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis.
Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila
impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-
sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin.
Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-
sinapsis ke post-sinapsis. Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang
terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta
serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan
menempel pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis. Penempelan asetilkolin pada
reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan
tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran
post-sinapsis.
Bagaimanakah penghantaran impuls dari saraf motor ke otot? Antara saraf motor dan otot
terdapat sinapsis berbentuk cawan dengan membran pra-sinapsis dan membran post-sinapsis
yang terbentuk dari sarkolema yang mengelilingi sel otot. Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis
saraf-saraf lainnya.

D. Fungsi Sistem Saraf


a. Untuk mengetahui kejadian atau perubahan yang terjadi di sekitar kita, dilakukan melalui alat
indera.
b. Mengendalikan tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan yang terjadi pada tubuh kita.
c. Mengendalikan kerja organ-organ tubuh
E. Klasifikasi Sistem Saraf
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi
terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. mempunyai 3 materi esensial yaitu:
Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu
Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih
Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf
pusat
Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih
terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk
kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.

F. Sistem Saraf Pusat


Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula
spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting
maka perlu perlindungan
a. Otak
Otak terdiri dari dua belahan, belahan kiri mengendalikan tubuh bagian kanan, belahan
kanan mengendalikan belahan kiri. Mempunyai permukaan yang berlipat-lipat untuk
memperluas permukaan sehingga dapat ditempati oleh banyak saraf. Otak juga sebagai pusat
penglihatan, pendengaran, kecerdasan, ingatan, kesadaran, dan kemauan. Bagian dalamnya
berwarna putih berisi serabut saraf, bagian luarnya berwarna kelabu berisi banyak badan sel
saraf. Otak terdiri dari 3 bagian, yaitu
1. Otak depan (Prosoncephalon)
Otak depan berkembang menjadi telencephalon dan diencephalon. Telencephalon berkembang
menjadi otak besar (Cerebrum). Diencephalon berkembang menjadi thalamus, hipotamus.
Otak besar (Cerebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan
dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar
merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun
ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu
terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor
yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area
asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar,
menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area
tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian
depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan
emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
thalamus terdiri dari sejumlah pusat syaraf dan berfungsi sebagai tempat penerimaan untuk
sementara sensor data dan sinyal-sinyal motorik, contohnya untuk pengiriman data dari mata
dan telinga menuju bagian yang tepat dalam korteks.
hypothalamus berfungsi untuk mengatur nafsu makan dan syahwat dan mengatur kepentingan
biologis lainnya.
2. Otak tengah (Mesencephalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat
talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas
(dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan
pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran. Otak tengah tidak berkembang dan tetap
menjadi otak tengah.
3. Otak belakang (Rhombencephalon)
Otak belakang berkembang menjadi metencephalon dan mielencephalon. Metencephalon
berkembang menjadi cerebellum dan pons varolli. Sedangkan mielencephalon berkembang
menjadi medulla oblongata.
Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara
sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya
maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke
otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung,
tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin,
batuk, dan berkedip.
Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan,
juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang..

b. Sumsum tulang belakang (medula spinalis)


Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih,
sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang melintang
sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk
dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke
sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang
belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf
penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan
menghantarkannya ke saraf motor.
2. Sistem Saraf Perifer
Sistem saraf perifer adalah saraf-saraf yang berada di luar sistem saraf pusat (otak dan
sumsum ulang belakang). Sistem saraf perifer merupakan saraf yang menyebar pada seluruh
bagian tubuh yang melayani organ-organ tubuh tertentu,seperti kulit, persendian, otot, kelenjar,
saluran darah dan lain-lain. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf perifer tidak dilindungi
tulang. Sistem saraf perifer disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar
dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal), yaitu saraf-saraf yang keluar dari
sumsum tulang belakang.
a. Saraf sensoris (saraf aferen) disebut juga sel saraf indera, karena berfungsi membawa
rangsangan (impuls) dari indera ke saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang)
b. Saraf motoris (saraf eferen) berfungsi membawa rangsangan (impuls) dari pusat saraf ke otot
atau kelenjar berupa respon.
Saraf Volunter/Somatik (disadari)
Yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan secara sadar atau
dibawah koordinasi saraf pusat atau otak. Berdasarkan asalnya sistem saraf sadar dibedakan
menjadi dua yaitu: sistem saraf kepala (cranial) dan sistem saraf tulang belakang (spinal).
Sistem Saraf Involunter/Otonom (Tidak Disadari)
Sistem saraf otonom mempunyai peran dalam mengendalikan tubuh yang tidak kita sadari,
seperti denyut jantung, gerakan-gerakan pada saluran pencernaan, sekresi enzim dan keringat.
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum
tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur
dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion.
Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada
pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.
Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf
simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada
sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf
parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ
yang dibantu. Sistem saraf simpatetik dan parasimpatetik mempunyai efek yang berlawanan
(antagonis). System saraf parasimpatetik : memperlambat denyut jantung, menurunkan tekanan
darah mempercepat gerakan-gerakan usus serta sekresi kelenjar. Sementara system saraf
simpatetik kebalikannya.
Parasimpatik
mengecilkan pupil
menstimulasi aliran ludah
memperlambat denyut jantung
membesarkan bronkus
menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
mengerutkan kantung kemih
Simpatik
memperbesar pupil
menghambat aliran ludah
mempercepat denyut jantung
mengecilkan bronkus
menghambat sekresi kelenjar pencernaan
menghambat kontraksi kandung kemih

G. Macam-macam Saraf pusat :


1. Saraf spinal :
Sistem saraf spinal (tulang belakang) berasal dari arah dorsal, sehingga sifatnya sensorik.
Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang yang berjumlah 31 dibedakan menjadi:
a) 8 pasang saraf leher (saraf cervical)
Meliputi : C menunjukkan sekmen T,L,S,Co
Pleksus servikal berasal dari ramus anterior saraf spinal C1 C4
Leksus brakial C5 T1 / T2 mempersarafi anggota bagian atas, saraf yang mempersarafi anggota
bawah L2 S3.
b) 12 pasang saraf punggung (saraf thorax)
c) 5 pasang saraf pinggang (saraf lumbar)
d) 5 pasang saraf pinggul (saraf sacral)
e) 1 pasang saraf ekor (saraf coccyigeal).
Otot otot representative dan segmen segmen spinal yang bersangkutan serta
persarafannya:
1. Otot bisep lengan C5 C6
2. Otot trisep C6 C8
3. Ototbrakial C6 C7
4. Otot intrinsic tangan C8 T1
5. Susunan otot dada T1 T8
6. Otot abdomen T6 T12
7. Otot quadrisep paha L2 L4
8. Otot gastrok nemius reflek untuk ektensi kaki L5 S2

Kemudian diantara beberapa saraf, ada yang menjadi satu ikatan atau
gabungan(pleksus)membentuk jaringan urat saraf.Pleksusterbagi menjadi 3 macam,yaitu:
1) Plexus cervicalis (gabungan urat saraf leher )
2) Plexus branchialis (gabungan urat saraf lengan)
3) Plexus lumbo sakralis (gabungan urat saraf punggung dan pinggang)
Setiap saraf spinal keluar dari sumsum tulang belakang dengan dua buah akar, yaitu akar
depan (anterior) dan akar belakang (posterior). Setiap akar anterior dibentuk oleh beberapa
benang akar yang meninggalkan sumsum tulang belakang pada satu alur membujur dan teratur
dalam satu baris. Tempat alaur tersebut sesuai dengan tempat tanduk depan terletak paling dekat
di bawah permukaan sumsum tulang belakang. Benang-benang akar dari satu segmen berhimpun
untuk membentuk satu akar depan. Akar posterior pun terdiri atas benang-benang akar serupa,
yang mencapai sumsum tulang belakang pada satu alur di permukaan belakang sumsum tulang
belakang. Setiap akar belakang mempunyai sebuah kumpulan sel saraf yang dinamakan
simpulsaraf spinal. Akar anterior dan posterior bertaut satu sama lain membentuk saraf spinal
yang meninggalkan terusan tulang belakang melalui sebuah lubang antar ruas tulang belakang
dan kemudian segera bercabang menjadi sebuah cabang belakang, cabang depan, dan cabang
penghubung.

Cabang-cabang belakang sraf spinal mempersarafi otot-otot punggung sejati dan sebagian
kecil kulit punggung. Cabang-cabang depan mempersarafi semua otot kerangka batang badan
dan anggota-anggota gerak serta kulit tubuh kecuali kulit punggung. Cabang-cabang depan untuk
persarafan lengan membentuk suatu anyaman (plexus), yaitu anyaman lengan (plexus brachialis).
Dari anyaman inilah dilepaskan beberapa cabang pendek ke arah bahu dan ketiak, dan beberapa
cabang panjang untuk lengan dan tangan. Demikian pula dibentuk oleh cabang-cabang depan
untuk anggota-anggota gerak bawah dan untuk panggul sebuah anyaman yang disebut plexus
lumbosakralis, yang juga mengirimkan beberapa cabang pendek ke arah pangkal paha dan
bokong, serta beberapa cabang panjang untuk tungkai atas dan tungkai bawah. Yang terbesar
adalah saraf tulang duduk. Saraf ini terletak di bidang posterior tulang paha.

2. Saraf kranial

(Latin: nervii craniales) adalah 12 pasang saraf pada manusia yang mencuat dari otak, berbeda
dari saraf spinal yang mencuat dari sumsum tulang belakang. Saraf kranial adalah simpul-simpul
saraf yang berada di kepala (cranium = kepala). Saraf kranial terdiri dari 12 simpul saraf yang
berperan vital dalam menggerakkan otot-otot yang ada dibagian kepala, seperti otot mata, pipi
(face), lidah, gerakan mengunyah, berkedip, mendenger dan lain-lain.

Sedangkan untuk sistem sarat tepi/perifer sendiri dibagi menjadi dua bagiaan, yaitu:

Saraf Kranial (Cranial Nerves)


Saraf Spinal (Spinal Nerves)

Dari pembagian sistem saraf diatas, kita dapat melihat bahwa, sistem saraf kranial
merupakan bagian dari sistem saraf tepi, tetapi berada didaerah sentral, yaitu kepala.

Saraf-saraf ini terhubung utamanya dengan struktur yang ada di kepala dan leher manusia
seperti mata, hidung,telinga, mulut dan lidah. Pasangan I dan II mencuat dari otak besar,
sementara yang lainnya mencuat dari batang otak.

Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak dan meninggalkan tengkorak melalui
lubang-lubang pada tulang yang dinamakan foramina, terdapat 12 pasang saraf kranial yang
dinyatakan dengan nama atau dengan angka romawi. Saraf-saraf tersebut adalah olfaktorius (I),
optikus (II), Okulomotorius (III), troklearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII),
vestibula koklearis (VIII), glossofaringeus (IX), vagus (X), asesorius (XI), hipoglosus (XII).
Saraf kranial I, II, VII merupakan saraf sensorik murni, saraf kranial III, IV, XI dan XII
merupakan saraf motorik, tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-otot yang
dipersarafinya. Saraf kranial V, VII, X merupakan saraf campuran, saraf kranial III, VII dan X
juga mengandung beberapa serabut saraf dari cabang parasimpatis sistem saraf otonom.

Gambar 1 : Anatomi Saraf Kranial :

Sistem saraf kranial, terdiri dari 12 sistem saraf, yang mempunyai fungsi-fungsi yang
berbeda-beda. Nama-nama sistem saraf kranial dan fungsinya itu, adalah sebagai berikut:

Nervus olfaktoris/Olfactory Nerve (Nervus I)

Fungsinya: Bertanggung jawab terhadap persepsi


penciuman, inpuls saraf menjalar ke lobus temporalis untuk di interpretasikan. Juga berfungsi
untuk menggerakkan otot agar bisa tersenyum (smell).

Nervus optikus/Optic Nerve (Nervus II)


Berfungsi untuk penglihatan (vision).

Nervus okulomotoris/Oculomotor Nerve (Nervus III)

Fungsinya: Bertanggung jawab untuk pergerakan otot bola mata dan sebagai
pembuka kelopak mata serta konstraksi pupil.

Nervus troklear/Trochlear Nerve (Nervus IV)

Fungsinya: Bertanggung jawab untuk gerakan sadar bola mata.

Nervus trigeminus/Trigeminal Nerve (Nervus V)

Fungsinya: Bertanggung jawab untuk mengunyah. Somatosensory information


(touch, pain) dari muka dan kepala; muscles for chewing.

Nervus abducens/Abducens Nerve (Nervus VI)


Untuk memutar mata kearah luar.

Nervus fasialis/Facial Nerve (Nervus VII)

Berperan memproduksi kelenjar lakrimalis, sub mandibularis.


Memberi informasi untuk rasa manis, asam dan asin pada 2/3 anterior lidah.
Mempersarafi otot-otot wajah.

Nervus vestibukokhlearis/Vestibulocochlear Nerve (Nervus VIII)

Berperan dalam penerjemahan suara (Hearing; balance).

Nervus glossofaringeal/Glossopharyngeal Nerve (Nervus IX)

Berperan dalam menelan.


Respon sensoris terhadap rasa pahit pada 1/3 bagian lidah posterior.

Nervus vagus/Vagus Nerve (Nervus X)


Inpuls motor sensorik dibawah faring dan laring.
Serat saraf parasimpatis luas mempersarafi, faring, laring dan trakea meluas ke torax dan
abdomen.
Cabang toraks dan abdomen mempengaruhi fungsi esofagus, paru-paru, aorta, lambung,
kandung empedu, limfa, usus halus, ginjal, dan 2/3 bagian atas usus besar.

Nervus Asesoris/Spinal Accessory Nerve (Nervus XI)

Bekerja sama dengan saraf vagus untuk memberi informasi kepada otot faring dan laring.
Mempersarafi muskulus travesius (otot dilengan tempat menyuntik) dan otot
sternokleidomastoid.

Nervus hipoglossus/Hypoglossal Nerve (Nervus XII)

Bertanggung jawab untuk pergerakan lidah and Controls muscles of tongue

3.OTAK

Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon),
otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol.
Otak besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan
dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak,
walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna
kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area
motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area
asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar,
menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area
tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian
depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan
emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat
talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas
(dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan
pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar,
keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka
gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke
otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung,
tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan.
Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan
berkedip.
Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga
menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

Berdasarkanletaknya,otakdapatdibagimenjadilimayaitu:
Telensefalon(endbrain)
Diensefalon(interbrain)
Mesensefalon(midbrain)
Metensefalon(afterbrain)
Mielensefalon (marrow brain)

Telensefalon(endbrain) terdiridari:
Hemisferserebri
kortekserebri
sistemlimbik(Bangsalganglia,hipokampus,Amigdala)

Diensefalon(interbrain)terdiridari:
Epitalamus
Talamus
Subtalamus
Hipotalamus

Mesensefalon(midbrain) terdiridari:
Kolikulussuperior
Kolikulusinferior
Substansia nigra

Metensefalon(afterbrain) terdiridari:
Pons
Serebelum
Mielensefalon
Medula oblongata

4. Sirkulasi darah di otak

A. Fisiologi Sirkulasi Darah Di Otak

Sistem saraf pusat (SSP) diisi oleh jaringan yang kaya pembuluh darah untuk memenuhi
kebutuhan yang berubah-rubah dari metabolisme saraf lokal dan regional. Aliran darah otak
(CBF) dapat dilihat dari 2 sudut pandang: ciri umum, dan gambaran unik dari SSP.
1. Ciri Umum Aliran Darah

Sifat alami darah adalah bahwa substansi tertentu (leukosit, eritrosit, dan trombosit) tersuspensi
dalam plasma. Komponen darah cenderung untuk berkumpul di bagian tengah aliran, dan akan
bervariasi sesuai ukuran lumen, sehingga sifat darah di arteri yang lebih besar tidak dapat
disamakan dengan pembulih darah yang lebih kecil. Lebih jauh lagi, pernyataan tentang tekanan
darah, aliran darah, dan perfusi jaringan harus dipertimbangkan sesuai pulsasi aliran darah.

Faktor-faktor lain juga mempengaruhi aliran darah, meliputi suhu lokal dan pH, tekanan oksigen
dan karbondioksida, K+, H+, HCO3- pada jaringan dan darah; hematokrit, cardiac output,
tekanan darah, faktor neurogenik, tahanan vaskuler, dan lainnya termasuk mediator saraf dan
kimiawi.

2. Viskositas

Viskositas ditentukan berbagai faktor termasuk hematokrit, kemampuan berubah bentuk dan
beragregasi, dan viskositas plasma.

Salah satu ciri khas otak mengendalikan sensorik dan motorik yaitu bahwa setiap hemisfer otak
terutama mengurus sisi tubuh kontra lateral. ( Prince, Sylvia Anderson, 1995 :922-923)

Otak memperoleh darah dari dua pembuluh darah besar : karotis atau sirkulasi anterior dan
vertebra atau sirkulasi posterior. Masing-masing sistem terlepas dari arkus aorta sebagai
pasangan pembuluh : karotis komunis kanan dan kiri dan vetebra kanan dan kiri. Masing-masing
karotis membentuk bifurkasi untuk membentuk arteri karotis interna dan eksterna. Arteri vetebra
berawal dari arteri subklavia. Vetebra bergabung membentuk arteri basiler, dan selanjutnya
memecah untuk membentuk kedua arteri serebral posterior yang mensuplai permukaan otak
inferior dan mediana juga bagaian lateral lobus oksipital.

Sistem karotis terutama melayani hemisfer otak dan sistem vertebrabasilaris terutama memberi
darah bagi batang otak, serebelum dan bagian posterior hemisfer. Aliran darah di otak (ADO)
dipengaruhi terutama oleh 3 faktor. Dua yang paling penting adalah tekanan untuk memompa
darah dari sistem arteri kapiler ke sistem vena dan tahanan (perifer) pembuluh darah otak. Faktor
ketiga adalah faktor darah sendiri yaitu viskositas dan koagulobilitasnya
(kemampuan untuk membeku).

Dari faktor pertama, yang penting adalah tekanan darah sistemik (faktor jantung, darah,
pembuluh darah dan lain-lain) dan faktor kemampuan khusus pembuluh darah otak (arteriol)
untuk menguncup bila tekanan darah sistemik naik dan berdilatasi bila tekanan darah sistemik
menurun. Daya akomodasi sistem arteriol otak ini disebut daya otoregulasi pembuluh darah otak
yang berfungsi normal bila tekanan sistolik antara 50 150 mmHg.
Faktor darah, selain viskositas darah dan daya membekunya, juga diantaranya seperti
kadar/tekanan parsial CO2 dan O2 berpengaruh terhadap diameter arteriol. Kadar/tekanan parsial
CO2 yang naik, PO2 yang turun, serta suasana jaringan yang asam ( pH rendah ), menyebabkan
vasodilatasi, sebaiknya bila tekanan parsial CO2 turun, PO2 naik, atau suasana pH tinggi, maka
terjadi vasokontriksi.

Viskositas/kekentalan darah yang tinggi mengurangi ADO. Sedangkan koagulobilitas yang besar
juga memudahkan terjadinya trombosis dan aliran darah lambat, akibat ADO yang menurun. .(
Harsono, 1996 : 82-83).

B. PENGUKURAN ALIRAN DARAH OTAK

Menentukan aliran darah sesungguhnya ke suatu bagian tertentu dari otak. Adolfo Fick
menyatakan bahwa jumlahh substansi yang diserap oleh suatu organ tertentu berhubungan
dengan perbedaan konsentrasi dari substansi tersebut dan aliran darah ( yang membawa substansi
tersebut) antara arteri dan vena. Penggunaan Nitrous Oksida, suatu substansi yang tidak diserap
maupun disekresi oleh otak, dan dengan menerapkan teori dari Fick, Kety dan Schmidt
menerbitkan.

H. Fisiologi Reflek
A. Pengertian Refleks

Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute lengkung
refleks. Sebagian besar proses tubuh involunter misalnya denyut jantung, pernapasan, aktivitas
pencernaan, dan pengaturan suhu, serta respon otomatis misalnya sentakan akibat suatu stimuli
nyeri atau sentakan pada lutut merupakan kerja refleks.(2 : 193)
B. Lengkung Refleks

Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung refleks. Komponen-
komponen yang dilalui refleks adalah sebagai berikut : (2 : 193)

1. Reseptor rangsangan sensoris : ujung distal dendrit yang menerima stimulus peka terhadap suatu
rangsangan misalnya kulit.

2. Neuron aferen (sensoris) : melintas sepanjang neuron sensorik sampai ke medula spinalis yang
dapat menghantarkan impuls menuju ke susunan saraf pusat.

3. Neuron eferen (motorik) : melintas sepanjang akson neuron motorik sampai ke efektor yang akan
merespon impuls eferen menghantarkan impuls ke perifer sehingga menghasilkan aksi yang
khas.
4. Alat efektor : dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos kelenjar yang merespons,
merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu serat otot atau kelenjar.
C. Sifat Umum Refleks

Sifat umum refleks yaitu :

a) Rangsangan Adekuat
Rangsangan yang memicu terjadinya refleks umumnya sangat tepat (presisi). Rangsangan
ini dinamakan rangsangan adekuat untuk refleks tersebut. Suatu contoh yang jelas adalah
refleks menggaruk pada anjing. Refleks spinal ini timbul akibat rangsangan yang adekuat
melalui rangsangan raba linier multipel, yang misalnya karena terdapat serangga yang
merayap di kulit. Respons yang timbul adalah garukan hebat pada daerah yang terangsang.

b) Jalur Bersama Akhir


Neuron motorik yang mempersarafi serabut ekstrafusal otot rangka merupakan bagian
eferen dari lengkung refleks. Seluruh pengaruh persarafan yang memengaruhi kontraksi otot
pada akhirnya akan tersalur melalui lengkung refleks ke otot tersebut, dan karena itu
dinamakan jalur bersama akhir (final common path).

c) Berbagai Keadaan Eksitasi dan Inhibisi Sentral


Penyebaran ke atas dan ke bawah di sepanjang medula spinalis karena pengaruh
penggabungan daerah bawah ambang yang ditimbulkan oleh rangsangan eksitasi. Efek
inhibitorik langsung dan prasinaps juga dapat menyebar. Efek ini umumnya bersifat
sementara. Istilah keadaan eksitasi sentral dan keadaan inhibisi sentral digunakan untuk
menggambarkan keadaan berkepanjangan yang memperlihatkan pengaruh inhibisi atau
sebaliknya.

d) Habituasi dan Sensitisasi Respons Refleks


Keadaan bahwa respons refleks bersifat stereotipik tidak menghilangkan kemungkinan
bahwa respons tersebut dapat berubah melalui pengalaman.

D. Refleks-Refleks Otonom pada Medula Spinalis

Dalam medula spinalis terintegrasi banyak macam refleks otonom segmental. Singkatnya,
refleks-refleks ini meliputi :(6 : 683)

a) Perubahan tegangan pembuluh darah akibat perubahan panas kulit setempat.

b) Berkeringat, yang disebabkan oleh panas setempat pada permukaan tubuh.

c) Refleks intestino-intestinal yang mengatur beberapa fungsi motorik usus.

d) Refleks peritoneointestinal yang menghambat gerakan lambung sebagai respons terhadap


iritasi peritoneum.
e) Refleks evakuasi untuk mengosongkan kandung kemih dan kolon.
G. Susunan Saraf

Dalam sistem saraf somatik, memperpanjang serabut saraf ke dan dari otot-otot tulang, kulit
dan organ rasa. Mereka biasanya memancarkan impuls tanggapan terhadap rangsangan dari
lingkungan luar, seperti dalam penarikan refleks. Banyak aktivitas saraf somatik terjadi secara
sadar dan terkendali sukarela.

Sebaliknya, sistem saraf otonom (SSO) adalah terutama terkait dengan Peraturan sirkulasi
dan internal organ. Ini merespon perubahan luar kondisi dengan memicu ortostatik tanggapan,
reaksi mulai bekerja, dll. Untuk mengatur lingkungan internal tubuh. Sesuai namanya, sebagian
besar kegiatan SSO tidak tunduk pada kontrol sukarela.

Untuk sebagian besar, yang otonom dan somatik sistem saraf secara anatomi dan fungsional
terpisah di periferal, namun terkait erat di sistem saraf pusat (SSP).SSO perifer eferen, tetapi
sebagian besar berisi saraf SSO serat terus juga neuron aferen. Ini disebut serabut aferen viseral
karena mereka sinyal berasal dari organ visceral, seperti kerongkongan, gastrointestinal (GI)
saluran, hati, paru-paru, jantung, arteri, dan kandung kemih.(7 : 78)
H. Pemeriksaan Refleks

Biasanya refleks yang dapat diuji mencakup refleks bideps, brakhioradialis, triceps, patela,
dan pergelangan kaki (Archilles). Temuan yang diperoleh bergantung pada beberapa faktor yaitu
menggunakan palu refleks yang tepat, posisi ekstremitas yang tepat, dan keadaan rileks pasien.

Derajat refleks, hilangnya refleks adalah sangat berarti, walaupun sentakan pergelangan kaki
(refleks Achilles) yang tidak ada, terutama pada lansia. Respons refleks sering dikelaskan dengan
nilai 0 samapai 4+.
a) 4+ : hiperaktif dengan klonus terus menerus
b) 3+ : hiperaktif
c) 2+ : normal
d) 1+ : hipoaktif
e) 0 : tidak ada refleks
Jenis-jenis pemeriksaan refleks adalah sebagai berikut : (8 : 2094)

1. Refleks Biseps. Refleks biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat siku dalam
keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu tangan sambil
menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu refleks. Respons normal dalam fleksi pada
siku dan kontraksi biseps.

2. Refleks Triseps. Untuk menimbulkan refleks triseps, lengan pasien difleksikan pada siku dan
diposisikan di depan dada. Pemeriksaan menyokong lengan pasien dan mengidentifikasi tendon
triseps dengan mempalpasi 2,5 sampai 5 cm di atas siku. Pemukulan langsung pada tendon
normalnya menyebabkan kontraksi otot triseps dan ekstensi siku.
3. Refleks Brakhioradialis. Pada saat pengkajian refleks brakhioradialis, penguji meletakkan tangan
pasien di atas meja laboratorium atau disilangkan di atas perut. Ketukan palu dengan lembut 2,5
sampai 5 cm di atas siku. Pengkajian ini dilakukan dengan lengan dalam keadaan fleksi dan
supinasi.

4. Refleks Patella. Refleks patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella tepat di bawah
patella. Pasien dalam keadaan duduk atau tidur terlentang. Jika pasien terlentang, pengkajian
menyokong kaki untuk memudahkan relaksasi otot. Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut
adalah respons normal.

5. Refleks Ankle. Buat pergelangan kaki dalam keadaan rileks, kaki dalam keadaan dorsi fleksi pada
pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian tendon Achilles. Respon yang terjadi adalah
fleksi plantar.

6. Refleks Kontraksi Abdominal. Refleks superfisial yang ada ditimbulkan oleh goresan pada kulit
dinding abdomen atau pada sisi paha untuk pria. Hasil yang didapat adalah kontraksi yang tidak
disadari otot abdomen, dan selanjutnya menyebabkan skrotum tertarik.

7. Respons Babinski. Refleks yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit SSP yang
mempengaruhi traktus kortikospinal, disebut respons Babinski. Bila bagian lateral telapak kaki
seseorang dengan SSP utuh digores maka terjadi kontraksi jari kaki dan menarik bersamaan.

Sedangkan refleks fisiologis adalah sebagai berikut :


1. Reflek kornea Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila
mengedip (N IV & VII )
2. Reflek faring Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi muntahan (
N IX & X )
3. Reflek Abdominal Menggoreskan dinidng perut dari lateral ke umbilicus, hasil
negative pada orang tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif bila terdapat reaksi
otot.
4. Reflek Kremaster Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila skrotum sisi
yang sama naik / kontriksi ( L 1-2 )
5. Reflek Anal Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani ( S 3-4-5 )
6. Reflek Bulbo Cavernosus Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain masukkan
kedalam anus, positif bila kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf spinal )
7. Reflek Bisep ( C 5-6 )
8. Reflek Trisep ( C 6,7,8 )
9. Reflek Brachioradialis ( C 5-6 )
10. Reflek Patela ( L 2-3-4 )
11. Reflek Tendon Achiles ( L5-S2)
12. Reflek Moro Reflek memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan
13. Reflek Babinski Goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak kaki mengarah
ke jari, hasil positif pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa abnormal ( jari
kaki meregang / aduksi ektensi )
14. Sucking reflek Reflek menghisap pada bayi
15. Grasping reflek Reflek memegang pada bayi
16. Rooting reflek Bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi

Anda mungkin juga menyukai