KELOMPOK :5
JUDUL : SILATURAHIM
Semoga saja tugas ini dapat bermanfaat bagi yang membaca nya dan dapat
mengambil makna dari kata silaturahim. Kami menyadari tugas yang kami buat ini
banyak kekurangan dan kesalahan , maka kami meminta maaf yang sebesar-besar
nya. Karena sesungguh nya kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Kami juga
menerima kritik dari teman teman . atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
i
DAFTAR ISI
BAB 1
Pengertian Silaturrahim.......................................................................................... 1 -4
Manfaat Silaturrahim.............................................................................................. 58
BAB 2
Kesimpulan.................................................................................................................. 11
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 12
ii
BAB 1
Silaturahim
Secara etimologi, silaturahim adalah ungkapan gabungan antara mudhaf (yang
disandarkan), yakni Shilah dan mudhaf ilaihi (tempat penyandaran mudhaf), yakni
Rahim. Shilah merupakan mashdar dari washala, artinya menggabungkan sesuatu
kepada sesuatu saat ada kaitan dengannya, lawan kata dari hijran (meninggalkan).
Sedangkan ar-rahimu pecahan kata rahima.
Mengenai batasan rahim yang wajib disambung, Nawawi berkata, Para ulama
berbeda pendapat tentang batasan rahim yang wajib disambung. Ada yang
berpendapat, setiap rahim itu muhrim. Di mana jika salah satunya perempuan dan
yang lain laki-laki, tidak boleh menikah. Ada lagi yang berpendapat, ia bersifat umum
mencakup semua yang ada hubungan rahim dalam hak waris. Antara yang muhrim dan
tidak, sama saja. Inilah pendapat yang benar sesuai dengan sabda Rasulullah saw.,
Sesungguhnya kebaikan yang paling baik adalah jika seseorang menyambung
kerabat cinta ayahnya.
1
Berikut ini ayat-ayat Al-Quran yang berisi perintah bagi kaum mukminin
untuk melaksanakan silaturahim.
1. Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang
baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak
memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling. (Al-Baqarah: 83)
2. Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang
yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah:
177)
3. Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: Apa
saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam
perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha
Mengetahuinya. (Al-Baqarah: 215)
5. Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah,
dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada
orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman.
2
Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia. Dan orang-orang yang
beriman sesudah itu, kemudian berhijrah dan berjihad bersamamu maka orang-
orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan itu
sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang kerabat) di dalam
kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Anfal: 74-
75)
8. Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula)
kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik
bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang
beruntung. (Rum: 38)
9. Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka
sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang
mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris mewarisi) di
dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-orang Muhajirin,
kecuali kalau kamu mau berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah
yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah). (Al-Ahzab: 6)
10. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (An-Nisa: 1)
3
11. Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang
berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi
janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan
apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada
Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. (Ar-Radu: 19-21)
Manfaat Silaturahim
Menurut Rasulullah, Allah SWT akan melapangkan rezeki orang yang suka
menyambung tali silaturahim. Allah juga akan memanjangkan umur kepadanya .
Muhammad Baqir RA pernah mendapat wasiat dari ayahnya (Imam Zainul Abidin,
ra). Ia (kata Baqir) telah berwasiat kepadaku, Janganlah duduk bersama lima jenis
manusia. Jangan berbicara kepada mereka, bahkan jangan berjalan bersama mereka,
meskipun tidak disengaja.
Pertama, Orang Fasik. Karena ia akan menjualmu hanya untuk sesuap makanan.
Kedua, Orang Bakhil. Karena ia akan memutuskan hubungan di saat kita kita
memerlukan.
Memutus tali silaturahim adalah sesuatu yang dilarang oleh agama Islam. Dalam Q.S
an-Nisa: 1, Allah berfirman, Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
mempergunakan nama-namaNya, kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan
silaturahim.
Dalam kitab Ahkam al-Quran-nya, Ibnu al-Arabi menafsirkan ayat ini dengan:
"Takutlah kepada Allah untuk berdosa kepada-Nya dan takutlah untuk memutus tali
silaturahim".
Dari Abdullah bin Abi Aufa r.a. berkata, ketika sore hari pada hari Arafah, pada
waktu kami duduk mengelilingi Rasulullah saw, tiba-tiba beliau bersabda, Jika di
majelis ini ada orang yang memutuskan silaturahim, silahkan berdiri, jangan duduk
bersama kami.
Dan ketika itu, diantara yang hadir hanya ada satu yang berdiri, dan itupun duduk di
kejauhan. Dan dalam waktu yang tidak lama, ia kemudian duduk kembali. Rasulullah
bertanya kepadanya,Karena diantara yang hadir hanya kamu yang berdiri, dan
kemudian kamu datang dan duduk kembali, apa sesungguhnya yang terjadi? Ia
kemudian berkata, Begitu mendengar sabda Engkau, saya segera menemui bibi saya
yang telah memutuskan silaturahim dengan saya. Karena kedatangan saya tersebut,
ia berkata, Untuk apa kamu datang, tidak seperti biasanya kamu datang kemari.
Lalu saya menyampaikan apa yang telah Engkau sabdakan. Kemudian ia memintakan
ampunan untuk saya, dan saya meminta ampunan untuknya (setelah kami berdamai,
lalu saya datang lagi ke sini).
Lalu...
Rasulullah bersabda, Kamu telah melakukan perbuatan yang baik, duduklah, rahmat
Allah tidak akan turun ke atas suatu kaum jika di dalamnya ada orang yang
memutuskan silaturahim. Rasulullah pernah bersabda,Tidak ada satu kebaikanpun
yang pahalanya lebih cepat diperoleh daripada silaturahim, dan tidak aka satu
dosapun yang adzabnya lebih cepat diperoleh di dunia, disamping akan diperoleh di
akherat, melebihi kezaliman dan memutuskan tali silaturahim.
Dalam sebuah riwayat lain, dari Anas r.a, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
Barangsiapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dilamakan bekas telapak kakinya
(dipanjangkan umurnya), hendaknya ia menyambung tali silaturahim.
Ali r.a meriwayatkan dalam sebuah hadist, Barangsiapa yang mengambil tanggung
jawab atas suatu perkara, aku akan menjamin baginya empat perkara.
8. Membuat senang orang yang telah wafat. Sebenarnya mereka itu tahu keadaan
kita yang masih hidup, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka merasa
bahagia jika keluarga yang ditinggalkannya tetap menjalin hubungan baik.
9. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama, meningkatkan rasa kebersamaan dan
rasa kekeluargaan, mempererat dan memperkuat tali persaudaraan dan
persahabatan.
10. Menambah pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya (dalam hal ini, suka
bersilaturahim) akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu
mendoakannya.
Tali kekerabatan harus selalu rapat dan erat. Beragam gejala yang berpotensi
merenggangkannya mesti diantisipasi dengan cepat, supaya keharmonisan hubungan
tetap terjaga, kuat lagi hangat. Semua anggota kerabat akan menikmati rahmat
dari-Nya lantaran menjunjung tinggi tali silaturahmi yang sangat ditekankan oleh
syariat. Sebaliknya, ketidakpedulian terhadap hubungan kekerabatan akan dapat
menimbulkan dampak negatif. Alasannya, tali silaturahmi lambat laun akan
mengalami perenggangan. Pemutusan tali silaturahmi berdampak mengikis
solidaritas, mengundang laknat, menghambat curahan rahmat dan menumbuhkan
suburnya egoisme. Sering terdengar di masyarakat pelbagai kasus putusnya tali
silaturrahim. Ancaman Islam sangat tegas terhadap pemutusan silaturrahim ini.
Allah berfirman:
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka
bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang
dilaknati Allah dan Allah tulikan telinga mereka dan Allah butakan penglihatan
mereka. (QS. Muhammad: 22-23)
Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturrahim. (HR. Bukhari 5984
dan Muslim 2556)
Banyak faktor yang dapat menyulut terjadinya pemutusan tali silaturrahim. Namun
ketidaktahuan seseorang tentang itu, membuatnya terjerumus dalam kesalahan.
Pertama, tidak adanya kunjungan kepada sanak keluarganya dalam jangka waktu
yang panjang, tidak memberi hadiah, tidak berusaha merebut hati keluarganya,
tidak membantu menutupi kebutuhan atau mengatasi penderitaan kerabatnya. Yang
terjadi, justru menyakiti kerabatnya dengan ucapan atau perbuatan.
Ketiga, lebih sering menghabiskan waktu dakwahnya kepada orang lain daripada
sibuk dengan keluarga sendiri. Padahal, mereka lebih berhak mendapatkan kebaikan.
Allah berfirman kepada Nabi-Nya:
Keempat, ada juga orang yang mau menjalin tali silaturrahim, jika keluarganya
menyambung silaturrahim dengannya. Tapi ia akan mengurainya, jika mereka
memutuskannya.
10
BAB 2
KESIMPULAN
Silaturahim adalah kunci terbukanya rahmat & pertolongan Allah SWT, sekaligus
pembuka pintu rezeki.Allah tidak suka sama umatnya yang suka memutuskan tali
silaturahim. Dan hukumannya juga berat di akhirat nanti. Karena pada umumnya
manusia itu memang makhluk sosial yang memerlukan satu sama lain dan ga bisa
berdiri sendiri. Jadi hubungan antar manusia ini menjadi bagian penting dan harus
diperkuat oleh kita sendiri. Dengan bersilaturahim banyak jalan dan manfaat yang
didapat terutama berkah dari Allah. Dengan silaturahim yang teratur & terprogram
dengan baik adalah bagian kunci suksesnya ukhuwah kita ini
11
DAFTAR PUSTAKA
1. MGMP-PAI SMA Kota Pekanbaru. 2007. Pendidikan Agama Islam SMA
kelas XI. Pekanbaru : MGMP-PAI
2. Buku online,com
12