BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Definisi Apotek
Menurut Permenkes RI No. 9 tahun 2017 tentang Apotek, Apotek adalah
Apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
B. Persyaratan Apotek
Persyaratan apotek tercantum dalam Permenkes RI No.9 Tahun 2017,
4
5
2. Bangunan
Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan
rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
3. Sarana, prasarana, dan peralatan
Bangunan apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi:
obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi,
dan/atau Alat Kesehatan atas permintaan tenaga medis dan catatan pelayanan
C. Perizinan Apotek
Bab III dalam Permenkes RI No.9 Tahun 2017 mengenai Perizinan adalah
sebagai berikut:
(Pasal 12)
1. Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.
2. Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
3. Izin yang dimaksud adalah berupa SIA.
4. SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan.
(Pasal 14)
Pemerintah daerah menerbitkan SIA maka penerbitannya bersama dengan
antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.
7
E. Penyelenggaraan
Apotek menyelenggarakan fungsi: Pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik, termasuk di
komunitas.
Apotek hanya dapat menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
habis pakai kepada apotek lainnya, puskesmas, instalasi farmasi rumah sakit,
instalasi farmasi klinik, dokter, bidan praktik mandiri, pasien dan masyarakat.
Apotek wajib memasang papan nama Apotek, nomor SIA dan alamat. Papan
nama harus dipasang di dinding bagian depan bangunan atau dipancangkan ditepi
ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang
lain untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan. Apoteker lain wajib
G. Pelayanan Apotek
berkaitan dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup
1. Pengkajian Resep;
2. Dispensing;
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
4. Konseling;
5. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
9
sarana/prasarana.
a. Sumber Daya Manusia
Pelayanan Kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat
memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja. Dalam
berkesinambungan.
4) Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan
atau mandiri.
5) Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
baik.
3) Pemimpin
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi
4) Pengelola
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran
informasi dan bersedia berbagi informasi tentang Obat dan hal-hal lain yang
Development/CPD).
6) Peneliti
Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam
Kefarmasian.
I. Pengelolaan Narkoba
11
Bab I disebutkan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
1. Pengelolahan Narkotik
a. Pemesanan Narkotik
Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan pada Pedagang Besar Farmasi
(PBF) Kimia Farma. Pesanan narkotika bagi apotek ditandatangani oleh APA
dengan menggunakan surat pesanan rangkap empat, dimana tiap jenis pemesanan
narkotika menggunakan satu surat pesanan yang dilengkapi dengan nomor SIK
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi pada Bab III mengenai peredaran
pasal 9 ayat 3 dan 5 mengatakan bahwa surat pesanan narkotika hanya dapat
digunakan untuk 1 (satu) jenis dan terpisah dengan surat pesanan lainnya.
b. Penyimpanan Narkotika
Narkotika yang berada di apotek wajib disimpan secara khusus sesuai
tahun 2009 pasal 14 ayat (1). Adapun tata cara penyimpanan narkotika diatur
narkotika yang dimiliki oleh Apotek harus disimpan di tempat khusus. Tempat
1) Harus seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat.
2) Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain
3) Anak kunci lemari khusus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain
4) Lemari khusus diletakkan di tempat yang aman dan tidak boleh terlihat oleh
umum
1) Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat (2) undang-undang no. 9 tahun 1976 tentang
walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali.
2) Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama
sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya
3) Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama
sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-resep
Prekursor Farmasi Bab III pasal 18, penyerahan narkotika hanya boleh dalam
bentuk obat jadi, dilakukan kepada pasien, harus dilaksanakan oleh apoteker di
d. Pelaporan Narkotika
meliputi laporan pemakaian narkotika dan laporan pemakaian morfin dan petidin.
mencantumkan SIK, SIA, nama jelas dan stempel apotek, kemudian dikirimkan
tembusan kepada:
2) BPOM setempat
15
4) Arsip
Laporan narkotika tersebut dibuat setiap bulannya dan harus dikirim selambat-
dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi administratif oleh Menteri atas
pencabutan izin.
f. Pemusnahan Narkotika
disebutkan bahwa pemegang izin khusus dan atau apoteker penangung jawab
1) Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau
2) Kadaluarsa.
3) Petugas dan dinas kesehatan daerah tingkat II untuk apotik, rumah sakit ,
membuat berita acara pemusnahan peling sedikit tiga rangkap yang diserahkan
kepada:
a. BPOM
pemilik narkotika
c. Nama seorang saksi dan pemerintah dan seorang saksi lain dari perusahan
tersebut
17
e. Cara pemusnahan
1. Pengelolaan Psikotropika
a. Pemesanan Psikotropika
lainnya yakni dengan surat pemesanan yang sudah ditandatangani MAP yang
memerlukan surat pemesanan khusus dan dapat dipesan apotek dari PBF.
Pasal 12 ayat (2) dinyatakan bahwa penyerahan psikotropika oleh apotek hanya
dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan
dokter dan pelayanan resep. Satu lembar surat pesanan psikotropika dapat terdiri
b. Penyimpanan Psikotropika
dalam suatu rak atau lemari khusus yang terpisah dengan obat-obat lain, tidak
c. Penyerahan Psikotropika
pengobatan, dokter dan lembaga penelitian dan atau pendidikan, wajib membuat
d. Pemusnahan Psikotropika
pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau
tidak dapat digunakan proses psikotropika, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat
pengetahuan.
Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat
yang ditunjuk dalam waktu 7 hari setelah mendapat kepastian. Berita acara
c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek
tersebut
19
e. Cara pemusnahan
2. Pengelolaan Prekursor
a. Pengertian Prekursor
Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2010 Pasal 1, Prekursor adalah
zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan
c. Pengadaan Prekursor
adalah :
1. Pengadaan prekursor dilakukan melalui produksi dalam negeri dan impor
2. Prekursor sebagaiman dimaksud pada ayat (1) hanya dapat digunakan untuk
4. penggunaan prekursor sebagaiman yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur oleh Menteri dan / atau menteri terkait sesuai dengan
kewenangannya.
d. Penyimpanan Prekursor
Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2010, Pasal 9 penyimpanan
perundang undangan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyimpanan sebagaiman
dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Menteri dan/atau menteri terkait sesuai
dengan kewenangannya.
a. Pencatatan dan Pelaporan Prekursor
Menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2010, pasal 16 mengenai
memuat
1) Jumlah prekursor yang masih ada dalam persediaan.
berkala.
21
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur secara terkoordinasi