2 (Juni 2014)
Abstrak
Rambutan (Nephelium lappaceum) merupakan sejenis buah-buahan tropika yang berasal dari Malaysia dan
Indonesia. Kulitnya yang berwarna merah masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Adanya warna merah
pada kulit rambutan diduga terdapat pigmen antosianin yang dapat digunakan sebagai pewarna alami.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terbaik yang dicapai dalam perolehan pigmen antosianin
dari kulit rambutan dengan menggunakan pelarut metanol. Penelitian ini memvariasikan berbagai kondisi
operasi yaitu ukuran partikel dari kulit rambutan, temperatur dan waktu ekstraksi. Analisis antosianin
dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis untuk mengukur panjang gelombang dan nilai
absorbansinya. Ukuran kulit rambutan yang terbaik adalah kulit rambutan yang diblender dan hasil terbaik
diperoleh pada temperatur 50 0C dan waktu ekstraksi selama 6 jam. Kondisi ini memberikan nilai intensitas
warna dengan absorbansi 1,6103, konsentrasi 55,7659 mg/mL dan rendemen sebesar 0,2788%.
Abstract
Rambutan fruit (Nephelium lappaceum) is a kind of tropical fruits which come from Malaysia and Indonesia.
Their red coloured rinds have not used yet effectively and the red coloured may be due to anthocyanin that
can be used for natural colours. The purpose of this research is to know the optimal conditions of the
extraction of anthocyanin, they are particle size of rambutan rind, temperature and extraction time. Analysis
of the anthocyanin use spectrophotometer UV-Vis to detect the wavelength and the absorbance of the
anthocyanin. The best conditions are rambutan rind milled by blender at temperature 50 0C and extraction
time for 6 hours. These conditions give the highest color intensity having 1,6103 of maximal absorbancy,
55,7659 mg/mL of anthocyanin concentration and 0,2788% of rendement.
Pendahuluan
Pewarna telah lama digunakan pada seperti pencemaran air dan tanah. Hal ini
bahan makanan dan minuman untuk berdampak secara tidak langsung bagi
memperbaiki tampilan produk pangan. Pada kesehatan manusia karena di dalamnya
mulanya zat warna yang digunakan adalah terkandung unsur logam berat seperti Timbal
zat warna alami dari tumbuhan dan hewan. (Pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan lain-lain
Semakin berkembangnya ilmu dan teknologi [2]. Oleh karena itu, perlu dicari sumber-
saat ini, penggunaan zat warna alami semakin sumber pewarna alami yang dapat digunakan
berkurang dalam industri pangan yang dalam pengolahan pangan sehingga
digantikan oleh zat warna sintetik. Hal ini dihasilkan pewarna yang aman dengan harga
disebabkan bahan-bahan pewarna sintetik relatif murah. Salah satu contoh pewarna
lebih murah dan memberikan warna yang alami yang bisa digunakan adalah antosianin.
lebih stabil dibandingkan pewarna alami [11]. Pada penelitian ini, kulit buah rambutan
Penggunaan pewarna sintetik untuk merah akan diteliti sebagai sumber antosianin.
bahan pangan sebenarnya bukanlah hal yang Yang menjadi permasalahan dalam penelitian
dilarang. Namun demikian, ketika harga ini adalah bagaimana pengaruh ukuran kulit
pewarna sintetik dianggap cukup mahal bagi rambutan, temperatur dan waktu ekstraksi
produsen kecil, maka produsen beralih ke dalam menghasilkan pigmen antosianin dari
pewarna tekstil yang lebih murah dan lebih kulit buah rambutan dengan menggunakan
cerah warnanya [11]. Penggunaan pewarna pelarut metanol.
sintetik ini dapat berbahaya bagi manusia
karena dapat menyebabkan kanker kulit, Teori
kanker mulut, kerusakan otak, serta Antosianin ditemukan di alam pada
menimbulkan dampak bagi lingkungan berbagai tumbuhan baik pada buah-buahan
34
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 2 (Juni 2014)
35
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 2 (Juni 2014)
UV-Vis. Analisis yang dilakukan adalah rendemen sebesar 0,19 %. Sedangkan kulit
analisis pH, intensitas warna, konsentrasi rambutan yang dipotong dengan ukuran 0,5 x
antosianin dan rendemen antosianin. 0,5 cm hanya menghasilkan nilai absorbansi
0,8078 dengan rendemen 0,0706 %. Umpan
Hasil dan Pembahasan kulit rambutan yang diblender mampu
Penelitian Pendahuluan menghasilkan absorbansi dan rendemen yang
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk besar karena mempunyai luas kontak yang
menentukan ukuran optimum kulit rambutan lebih besar dibandingkan dengan kulit
dalam ekstraksi antosianin dari kulit rambutan yang diblender. Luas kontak yang
rambutan. Variasi ayakan adalah 50, 70, 100 besar dengan pelarut menyebabkan lebih
dan 140 mesh. Namun, pre-treatment ini banyak terjadinya tumbukan dengan pelarut
tidak menghasilkan larutan yang yang mengakibatkan pigmen antosianin lebih
mengandung antosianin. Indikasi kegagalan banyak berdifusi sehingga rendemen
ditinjau dari warna larutan hasil ekstraksi antosianin menjadi lebih besar [8].
yang berwarna coklat, pH nya 4,5-7 dan
panjang gelombangnya tidak berada dalam Pengujian Antosianin
rentang panjang gelombang antosianin yaitu Pada penelitian ini dilakukan uji secara
490-550 nm. Kegagalan ini diduga karena fisik untuk memastikan bahwa filtrat hasil
adanya pemanasan dan paparan sinar ekstraksi kulit rambutan benar mengandung
matahari terhadap kulit rambutan yang antosianin. Pengukuran pH terhadap filtrat
menyebabkan struktur antosianin terdegradasi. yang mengandung antosianin ditunjukkan
Temperatur yang tinggi mempunyai pengaruh pada Gambar 3.
yang negatif pada jumlah antosianin dan
paparan sinar matahari juga dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan struktur
antosianin yang menyebabkan jumlahnya
menjadi berkurang [7]. Variasi perlakuan
selanjutnya adalah kulit rambutan yang
dipotong kecil-kecil dengan ukuran 0,5 x 0,5
cm diblender. Ekstraksi menggunakan pelarut
metanol yang diasamkan dengan HCl 1%,
dengan perbandingan bubuk kulit rambutan
dan pelarut 1 : 6 dan diekstraksi pada Gambar 3. Pengukuran pH terhadap
temperatur 50 oC selama 4 jam. Hasil Filtrat yang Mengandung Antosianin
penelitian pendahuluan dapat dilihat pada
Gambar 2. Pada filtrat dimungkinkan mengandung
pigmen antosianin karena dilakukan uji
kualitatif sederhana dengan menggunakan
Dipotong asam klorida (HCl) dan natrium hidroksida
1.5 kecil (NaOH). Perlakuannya ialah dilakukan
Diblender
Absorbansi
36
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 2 (Juni 2014)
(peak) yang dicapai antosianin adalah pada nilai absorbansinya lebih rendah daripada
panjang gelombang 490 550 nm. Ciri-ciri di waktu reaksi 8 jam, hal ini disebabkan
atas sangat sesuai dengan ciri-ciri pigmen adanya pemanasan yang tidak konstan. Nilai
antosianin yang memiliki penampakan warna absorbansi yang tertinggi dicapai pada
merah, panjang gelombang 490 550 nm dan temperatur 50 oC yaitu 1,6103.
sangat baik pada suasana asam (pH 1-4).
Maka dapat dikatakan bahwa filtrat yang 1.8
T = 30 oC
dihasilkan dari ekstraksi kulit rambutan T
T
= 40 oC
= 50 oC
1.6
mengandung antosianin. T = 60 oC
Absorbansi
1.4
1.2
0.8
2 3 4 5 6 7 8
Waktu (Jam)
1.4
variabel bebas yaitu temperatur dan waktu
1.2
ekstraksi antosianin terhadap intensitas
warnanya.
1
0.8
30 35 40 45 50 55 60
Temperatur (oC)
1.8
1
8
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa 6
0.8
pada awalnya absorbansi antosianin 30
40
4
37
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 2 (Juni 2014)
dengan I = Intensitas warna, T = Temperatur, tinggi dan waktu ekstraksi yang lama. Waktu
dan t = Waktu reaksi. Persamaan (1) ekstraksi yang lebih lama dan temperatur
memiliki faktor korelasi 0,737. Berdasarkan yang semakin tinggi pada teknik ekstraksi
hasil penelitian di atas, maka dapat Soxhlet mungkin dapat meningkatkan yield,
disimpulkan bahwa intensitas warna yang tetapi degradasi termal dapat mengurangi
tertinggi terdapat pada ekstraksi antosianin konsentrasi dari campuran pada keadaan
dengan temperatur ekstraksi 50 oC dan waktu akhir dari sampel yang diekstraksi [4].
reaksi selama 6 jam yaitu dengan nilai
absorbansi maksimumnya sebesar 1,6103. 60
T = 30 oC
55 T = 40 oC
T = 50 oC
Konsentrasi Antosianin 50 T = 60 oC
Konsentrasi total antosianin di alam 45
Konsentrasi (mg/L)
sampel diuji dengan menggunakan metode 40
pH differensial [9]. 35
38
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 2 (Juni 2014)
Rendemen (%)
selama 6 jam yaitu dengan konsentrasi 0.2
Rendemen Antosianin
0.1
Rendemen antosianin menunjukkan
persen perolehan antosianin dari kulit 0.05
2 3 4 5 6 7 8
rambutan. Gambar 11 menunjukkan pengaruh Waktu (Jam)
temperatur terhadap rendemen antosianin
pada kulit rambutan. Terlihat bahwa pada Gambar 12. Pengaruh Waktu Ekstraksi
temperatur 30 oC dan 40 oC tidak mampu terhadap Rendemen Antosianin dari Kulit
menghasilkan rendemen antosianin yang Rambutan
maksimal.
Gambar 13 menunjukkan hubungan
0.3
t = 2 jam kedua variabel bebas yaitu temperatur dan
t = 4 jam
t = 6 jam
waktu terhadap rendemen antosianin dari
0.25
t = 8 jam kulit rambutan. Gambar 13 identik dengan
Gambar 10 yang berarti bahwa konsentrasi
Rendemen (%)
0.2
antosianin kulit rambutan berbanding lurus
0.15
dengan rendemen antosianin yang dihasilkan.
Pengaruh temperatur dan waktu terhadap
0.1 konsentrasi antosianin dapat diwakilkan
dengan menggunakan persamaan kubik
0.05
30 35 40 45 50 55 60
ganda.
Temperatur (oC) Model matematiknya dapat dilihat pada
Persamaan (3).
Gambar 11. Pengaruh Temperatur
Ekstraksi terhadap Rendemen Antosianin R = 3,674 0,253 T + 0,006 T 2 4,579x10-5
dari Kulit Rambutan T3 0,108 t + 0,025 t2 0,001 t3 .... (3)
39
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 2 (Juni 2014)
40