darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak
ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat
disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat
pencemaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencernaan seperti
pada apendisitis atau sekunder melalui suatu peritonitis karena perforasi tukak
lambung, perforasi dari Payers patch,pada typhus abdominalis atau perforasi
akibat trauma (Dombal and Margulies, 1996).
Akut abdomen meliputi 20-40% dari pasien rawat inap, dan 50-65% dari kasus akut
abdomen tidak memiliki diagnosis awal yang akurat (Dombal and Margulies, 1996).
Dalam sebuah penelitian, diperoleh data bahwa penyebab terbanyak akut abdomen
adalah nyeri abdomen non spesifik (33,0%), diikuti dengan apendisitis akut (23,3%)
dan kolik bilier (8,8%). Nyeri abdomen non spesifik banyak terdapat pada wanita
muda, sedangkan apendisitis akut banyak pada pria muda, dan kolik bilier pada
wanita tua. Hampir separuh kasus akut abdomen memerlukan tindakan operatif
(Miettinen, et al, 1996).
Pada akut abdomen, apapun penyebabnya, gejala utama yang menonjol adalah
nyeri akut pada daerah abdomen. Kadang-kadang penyebab utama sudah jelas
seperti pada trauma abdomen berupa vulnus abdominis penetrans namun kadang-
kadang diagnosis akut abdomen baru dapat ditegakkan setelah pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan
radiologi yang lengkap dan masa observasi yang ketat (Dombal and Margulies,
1996).
Pasien akut abdomen dapat jatuh pada kondisi yang mengancam nyawa. Oleh
karena itu, dalam penanganannya diperlukan diagnosis awal, pemeriksaan
penunjang, dan penatalaksanaan yang tepat.
BAB II
AKUT ABDOMEN
Gambar 2. Letak nyeri sesuai dengan asal organ pada masa embrional.
Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrional
organ yang terlibat. Saluran cerna berasal dari foregut yaitu lambung, duodenum,
sistem hepatobilier dan pankreas yang menyebabkan nyeri di ulu hati atau
epigastrium. Bagian saluran cerna yang berasal dari midgut yaitu usus halus usus
besar sampai pertengahan kolon transversum yang menyebabkan nyeri di sekitar
umbilikus. Bagian saluran cerna yang lainnya adalah hindgutyaitu pertengahan
kolon transversum sampai dengan kolon sigmoid yang menimbulkan nyeri pada
bagian perut bawah. Jika tidak disertai dengan rangsangan peritoneum nyeri tidak
dipengaruhi oleh gerakan sehingga penderita biasanya dapat aktif
bergerak(Sjamsuhidajat , dkk., 2004).
2.3.1.1.2 Nyeri somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf tepi,
misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut. Nyeri
dirasakan seperti disayat atau ditusuk, dan pasien dapat menunjuk dengan tepat
dengan jari lokasi nyeri. Rangsang yang menimbulkan nyeri dapat berupa tekanan,
rangsang kimiawi atau proses radang (Sjamsuhidajat dkk., 2004).
2.3.1.3.3 Hiperestesia
Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan di kulit jika ada peradangan pada
rongga di bawahnya. Pada gawat perut, tanda ini sering ditemukan pada peritonitis
setempat maupun peritonitis umum. Nyeri peritoneum parietalis dirasakan tepat
pada tempat terangsangnya peritoneum sehingga penderita dapat menunjuk dengan
tepat lokasi nyerinya, dan pada tempat itu terdapat nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri
batuk serta tanpa rangsangan peritoneum lain dan defans muskuler yang sering
disertai hipersetesi kulit setempat. Nyeri yang timbul pada pasien akut abdomen
dapat berupa nyeri kontinyu atau nyeri kolik (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Kolik biasanya disertai dengan gejala mual sampai muntah. Dalam serangan,
penderita sangat gelisah. Yang khas ialah trias kolik yang terdiri dari serangan nyeri
perut yang hilang timbul mual atau muntah dan gerak paksa.
Pada perforasi tukak peptikduodenum, isi duodenum yang terdiri dari cairan asam
garam empedu masuk ke rongga abdomen sehingga merangsang peritoneum
setempat. Pasien akan merasakan nyeri pada bagian epigastrium. Setelah beberapa
saat cairan duodenum mengalir ke kanan bawah, melalui jalan di sebelah lateral
kolon ascendens sampai sekitar caecum. Nyeri akan berkurang karena terjadi
pengenceran. Pasien sering mengeluh nyeri berpindah dari ulu hati pindah ke kanan
bawah.proses ini berbeda dengan yang terjadi pada appendisitis akut. Akan tetapi
kedua keadaan ini, appendisitis akut maupun perforasi duodeum akan
mengakibatkan general peritonitis jika tidak segera ditangani dengan baik.
2.4 Penyebab
2.4.1 Penyebab Utama
Berikut adalah daftar beberapa kondisi yang mendasari akut abdomen yang sering
terlihat dalam komunitas (Kavanagh, 2004) :
1. Acute cholecystitis.
2. Acute appendicitis atau Meckels diverticulitis.
3. Acute pancreatitis.
4. Ectopic pregnancy.
5. Diverticulitis.
6. Peptic ulcer disease.
7. Pelvic inflammatory disease.
8. Intestinal obstruction, including paralytic ileus (adynamic
obstruction).
9. Gastroenteritis.
10. Acute intestinal ischaemia/infarction or vasculitis.
11. Gastrointestinal (GI) haemorrhage.
12. Renal colic or renal tract pain.
13. Acute urinary retention.
14. Abdominal aortic aneurysm (AAA).
15. Testicular torsion.
16. Nonsurgical disease, e.g. myocardial infarction, pericarditis,
pneumonia, sickle cell crisis, hepatitis, inflammatory bowel disease,
opiate withdrawal, typhoid, acute intermittent porphyria, HIV-associated
lymphadenopathy or enteritis.
Yang jarang terjadi diantaranya placenta percreta (Roca, 2009), phytobezoar
(Andersson, 2009), dan thromboemboli (Reed, 2008).
Myocardial
Hepatitis infarction
Small bowel
Renal colic obstruction Renal colic
Intestinal
Appendicitis ischaemia Large bowel obstruction
Aortic aneurysm
Gastroenteritis
Crohns disease
Endometriosis
2.5 Diagnosis
2.5.1 Anamnesis
Dalam anamnesis penderita akut abdomen, perlu ditanyakan dahulu permulaan
nyerinya (kapan mulai, mendadak atau berangsur). Nyeri yang berangsur saat
permulaan dan bertambah berat disebabkan karena proses peradangan yang
mendasarinya. Dari letaknya (menetap, berpindah) dapat diperkirakan penyakit yang
mendasarinya sesuai dengan asal organ pada masa embrional atau sesuai dengan
regio abdomen di mana organ itu berada. Nyeri yang terlokalisasi di suatu tempat
dan hilang timbul disebabkan kolik dari organ berlumen. Keparahannya dan sifatnya
(seperti ditusuk, tekanan, terbakar, irisan atau bersifat kolik), seseorang yang sehat
kemudian menderita nyeri perut yang hebat disebabkan oleh adanya sumbatan,
perforasi, atau puntiran. Perubahan nyeri (bandingkan dengan permulannya) sesuai
dengan perkembangan patologi dari penyekit yang mendasarinya. Misalnya pada
tahap awal appendisitis, sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri
viseral dirasakan di sekitar pusat disertai rasa mual. Setelah radang mencapai
diseluruh dinding termasuk peritoneum viserale, terjadi nyeri akibat rangsangan
yang merupakan nyeri somatik. Nyeri pada saat itu dirasakan tepat pada peritoneum
yang meradang, yaitu perut kuadran kanan bawah. Lama nyeri bisa memberikan
gambaran apakah termasuk akut, subakut, atau kronis. Dan faktor yang
mempengaruhinya seperti memperingan atau memperberat nyeri, misalnya sikap
tubuh, makanan, minuman, nafas dalam, batuk, bersin, defekasi, dan miksi. Posisi
pasien dalam mengurangi nyeri dapat menjadi petunjuk. Pada pankreatitis akut
pasien akan berbaring ke sebelah kiri dengan fleksi pada tulang belakang, panggul
dan lutut. Kadang penderita akan duduk bungkuk dengan fleksi sendi panggul dan
lutut. Pasien dengan abses hati biasanya berjalan sedikit membungkuk dengan
menekan daerah perut bagian atas seakan-akan menggendong absesnya.
Appendisitis akut yang letaknya retrosaekum mendorong penderitanya untuk
berbaring dengan fleksi pada sendi panggul sehingga melemaskan otot psoas yang
teriritasi. Gawat perut yang menyebabkan diafragma teritasi akan menyebabkan
pasien lebih nyaman pada posisi setengah duduk yang memudahkan bernafas.
Penderita pada peritonitis lokal maupun umum tidak dapat bergerak karena nyeri,
sedangkan pasien dengan kolik terpaksa bergerak karena nyerinya (Sjamsuhidajat,
dkk., 2004).
Muntah sering didapatkan pada pasien akut abdomen. Pada obstruksi usus tinggi,
muntah tidak akan berhenti dan bertambah berat. Konstipasi didapatkan pada
obstruksi usus besar dan pada peritonitis umum. Nyeri tekan didapatkan pada iritasi
peritoneum. Jika ada radang peritoneum setempat ditemukan tanda rangsang
peritoneum yang sering disertai defans muskuler. Pertanyaan mengenai defekasi,
miksi daur haid, dan gejala lain seperti keadaan sebelum serangan akut abdomen
harus dimasukkan dalam anamnesis (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
Pemeriksaan perut yang sukar dicapai seperti daerah retoperitoneal, regio subfrenik
dan panggul dapat dicapai secara tidak langsung dengan uji tertentu. Dengan uji
iliopsoas diperoleh informasi mengenai regio retroperitoneal, dengan uji obturator
diperoleh informasi mengenai panggul dan dengan perkusi tinju didapat informasi
dari subfrenik. Dengan menarik testis ke arah kaudal dapat dicapai daerah dasar
panggul.
Nyeri yang difus pada lipatan peritoneum di kavum douglas kurang memberikan
informasi pada peritonitis murni, nyeri pada satu sisi menunjukan kelainan di daerah
panggul. Colok dubur dapat membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis
usus karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan pada
obstruksi usus ampulanya kolaps. Pemeriksaan vagina menambah informasi
kemungkinan kelainan di organ ginekologis (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).
2.6 Manajemen
Keputusan untuk melakukan tindak bedah pada akut abdomen sangat bergantung
pada diagnosis. Jika sulit ditentukan apakah diperlukan operasi atau tidak,
sebaiknya pasien dipantau dengan seksama dan berulang-ulang diperiksa kembali.
Sementara itu, saluran cerna diistirahatkan dengan memuaskan pasien, dekompresi
lambung dengan pemasangan pipa lambung, dan pemberian infus. Hampir semua
kelainan akut abdomen memerlukan pembedahan untuk mengatasi penyebabnya.
Beberapa keadaan seperti kolesistitis akut, pankreatitis akut, atau radang panggul
pada tahap tertentu dapat ditanggulangi tanpa pembedahan.
1. Pemeriksaan fisik
Pneumoperitoneum
Distensi usus hebat yang bertambah
Ekstravasasi bahan kontras
Tumor disertai suhu tinggi
Oklusi vena atau arteri mesenterika
3. Pemeriksaan endoskopi
Jika ditemukan tanda perforasi saluran cerna pada pemeriksaan endoskopi, perlu
dikerjakan laparotomi. Hal yang sama berlaku jika didapatkan darah segar, empedu,
nanah, isi usus, atau urin pada pemeriksaan parasentesis atau laparoskopi
(Sjamsuhidajat et all, 2004).
Pilihannya adalah :
1. Kateterisasi
2.6.6 Dysmenorrhea
1) Dismenore Primer
a. Psikoterapi
b. Medikamentosa
Analgetika:
2) Dismenore Sekunder
2.6.7 Endometriosis
Penanganan endometriosis di bagi menjadi 2 jenis terapi yaitu terapi medik dan
terapi pembedahan.
Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau mungkin
membesar adalah indikasi untuk penanganan lebih lanjut dengan kemungkinan
untuk laparatomi
Masuk rumah sakit, tirah baring posisi semi fowler, observasi ketat tanda vital
dan produksi urine, perksa lingkar abdmen, jika perlu pasang infuse P2
Antibiotika massif (bila mungkin gol beta lactar) minimal 48-72 jam
Gol ampisilin 4 x 1-2 gram selama / hari, IV 5-7 hari dan gentamisin 5 mg / kg BB /
hari, IV/im terbagi dalam 21 hari selama 5-7 hari dan metronida xole 1 gr reksup 2x
/ hari atau kloramfinekol 50 mg / kb BB / hari, IV selama 5 hari metronidzal atau
sefaloosporin generasi III 2-3 x /1 gr / sehari dan metronidazol 2 x1 gr selama 5-7
hari
c. ATO yang pecah, merupakan kasus darurat : dilakukan laporatomi pasang drain
kultur nanah
2.6.10 Kolesistitis
Kolesistitis akut dapat sembuh sendiri, namun pasien kolesistitis perlu rawat inap
dan pemberian antibiotic untuk mencegah infeksi. Intake oral dihentikan dan
diberikan cairan intravena untuk mengistirahatkan pencernaan. Di samping itu, dapat
diberikan obat-obatan untuk mengatasi nyeri abdomen hebat. Sebagian besar
pasien kolesistitis memerlukan kolesistektomi. Karena kandung empedu bukan
organ esensial, pasien masih dapat hidup normal setelah kolesistektomi.
T E R A P I S U P O R T I F D I L A K U K A N D E N G A N P E M B ATAS A N A K T I V I T AS ,
P E M B E R I A N M A K A N A N T E R U T AM A H A R U S C U K U P K A L O R I . H I N D A R I
O B AT H E P ATO T O K S I K S E P E R T I P AR A S E T AM O L , I N H , R I F AM P I S I N .
TE R AP I ME DIK AM E NTOS A :
Ursedeoksikolikasid (UDCA)
Obat anti virus : interferon, lamivudin, ribavirin.
Prednison khusus untuk VHA bentuk kolestatik.
Kolestasis berkepanjangan diberi vitamin larut dalam lemak dan
terapi simptomatis untuk menghilangkan rasa gatal yaitu kolestiramin.
Hepatitis fulminan dirawat intensif.
2.6.13 Gastroenteritis
Gastroenteritis terjadi secara akut dan dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
membutuhkan terapi farmakologi.Terapi objektif adalah mengganti kehilangan cairan
dan elektrolit. Rehidrasi oral pada anak lebih dipilih dengan dehidrasi ringan sampai
sedang.Metoclopramide dan ondansentron dapat sangat berguna pada anak
1. Rehidrasi
Terapi primer gastroenteritis pada anak dan dewasa adalah rehidrasi yaitu
mengganti kehilangan air dan elektrolit. Hal ini dapat dicapai dengan terapi rehidrasi
oral (oral rehydration terapi/ORT), tetapi pemberian intravena diperlukan jika
terdapat penurunan kesadaran atau terdapat gangguan motilitas dari traktus
gastrointestinal.21,22 Terapi rehidrasi dengan karbohidrat kompleks yang terbuat dari
gandum atau beras bisa lebih dibanding dengan karbohidrat sederhana.Minuman
bergula seperti softdrink dan jus buah tidak direkomendasikan pada anak kurang
dari 5 tahun karena dapat memperparah diare.Air putih dapat digunakan apabila
rehidrasi dengan karbohidrat sederhana tidak tersedia.
1. Medikasi
1. Antiemetics
2. Antibiotics
3. Antimotility agents
4. antispasmotics
2.6.14 Iskemi Intestinal
Berbagai pendekatan terapi tersedia untuk iskemi usus berdasar pada ketajaman
dan luasnya penyakit (Gambat 3). Adanya tanda-tanda peritoneal perlu dilakukan
eksplorasi bedah, di mana infark usus mungkin telah terjadi. Reseksi usus infark
serta embolectomy dapat dicapai selama proses ini. Dengan tidak adanya tanda-
tanda peritoneal, embolectomy bedah masih dianggap sebagai standar perawatan.
Namun, pendekatan radiologi intervensi telah efektif digunakan. Infus Intra-arteri
agen trombolitik seperti streptokinase, urokinase atau aktivator plasminogen jaringan
rekombinan telah terbukti efektif bila digunakan dalam waktu 12 jam onset gejala.
Embolectomy bedah berpantang mendukung pendekatan yang kurang invasif
mungkin tepat pada pasien dengan risiko operasi yang cukup. Dalam non-oklusif
iskemia mesenterika, infus dari vasodilator intra-arteri, seperti papaverine ke dalam
arteri mesenterika superior mungkin semua yang diperlukan untuk membalikkan
vasokonstriksi dan mencegah infark usus.
Beberapa indikasi kolitis iskemi perlu dimanajemen (Kotak 3). Pada banyak kasus,
iskemi membaik saat hipoperfusi yang mendasarinya juga membaik. Banyak pasien
membutuhkan istirahat usus dan perawatan pendukung.Antibiotik profilaksis sering
diberikan tapi keuntungannya belum bisa dibuktikan. Kolitis iskemik fulminant terjadi
dengan gangrene atau perforasi jarang terjadi dan membutuhkan eksplorasi segera.
Pada beberapa kasus, kolitis iskemik tidak sepenuhnya membaik dan dapat
berkembang menjadi striktur kolitis segmental kronis. Jika gejala menetap lebih dari
2-3 minggu, merupakan indikasi untuk kolektomy segmental. Jika striktur iskemi
asimptomatik, observasi dikerjakan dengan beberapa keadaan membaik dalam 12-
24 bulan.
Jika tidak ada komplikasi, pankreatitis akut membaik dalam beberapa hari (nhs,
2011). Kebanyakan pasien yang menderita pancreatitis akut ringan akan siap
meninggalkan rumah sakit dalam 5-7 hari (nih, 2008).
Hal lain yang membahayakan dari pancreatitis akut berat adalah hilangnya cairan
yang banyak dari tubuh yang akan mengurangi jumlah darah dalam tubuh (syok
hipovolumik). Syok hipovolumik dapat mengancam jiwa karena tubuh membutuhkan
darah kaya oksigen untuk bertahan. Untuk mengatasinya maka perlu dimasukkan
dalam ICU. Penyuntikan antibiotic digunakan untuk menghindari jaringan yang mati
dari infeksi.
Cairan intravena digunakan untuk mengganti kehilangan cairan dan mencegah syok
hipovolumik. Peralatan pernafasan digunakan untuk menilai pernafasan dan selang
makanan digunakan untuk nutrisi tubuh. Pembedahan mungkin dibutuhkan untuk
mengambil jaringan mati dari pancreas. Pasien tinggal di ICU sampai resiko infeksi,
kegagalan organ dan syok hipovolumik sudah teratasi. Hal ini bisa membutuhkan 14
hari rawat inap atau bisa lebih jika pancreatitis akut memberat.
2.6.18 Gastritis
Obat-obatan yang menguraqngi jumlah asam lambung dapat mengurangi gejala dari
gastritis dan membantu penyembuhan permukaan lambung. Obat-obatan tersebut
adalah (Jones, 2010) :
Antasid, seperti Alka-Seltzer, Maalox, Mylanta, Rolaids dan Rio-pan. Banyak merk
dipasaran menggunakan kombinasi yang berbeda dari 3 dasar garam magnesium,
kalsium dan aluminium- dengan hidroksida atau ion bikarbonat untuk menetralkan
asam di lambung. Obat-obatan ini dapat menimbulkan efek samping seperti diare
atau konstipasi.
Penghambat Histamin 2 (H2), seperti famotidine (pepcid ac) dan ranitidine (zantac
75). Penghambat H2 emnurunkan produksi asam.
Biasanya dokter akan menunggu sambil melihat perkembangan dari sumbatan usus
sebelum melakukan operasi. Sebagian pasien mungkin mebutuhkan operasi untuk
menghilangkan penyebab sumbatan dan mencegah sumbatan selanjutnya, tapi tidak
semua pasien membutuhkan operasi (Harvard, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Cordell WH, Keene KK, Giles BK, et al: The high prevalence of pain in
emergency
medical care. Am J Emerg Med 20:165-169, 2002.
Diethelm AG, Stanley RJ, Robbin ML: The acute abdomen. In Sabiston DC
(ed): Textbook of Surgery: The Biological Basis of Modern Surgical Practice,
15th ed. Philadelphia, WB Saunders, 1997, pp 825-846.
Gray SW, Skandalakis JE: Embryology for Surgeons: The Embryological Basis
for the Treatment of Congenital Defects. Philadelphia, WB Saunders, 1997).
Sjamsuhidajat, et al. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC
Surg. 2009 Feb;197(2):e21-2. Epub 2008 Sep 11. [abstract]
Tessy, Agus dkk. 2003. Sistitis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.