Pembimbing :
KRH dr. H. Djoko Shindusakti Widyodiningrat, Sp. T.H.T.K.L. (K), MBA., MARS.,
M.Si., Audiologist
Dr. dr. H. Iwan Setiawan Adjie, Sp. T.H.T.K.L
dr. Dimas Adi Nugroho, Sp. T.H.T.K.L
Diajukan Oleh :
Irkhamyudhi Primasakti, S.Ked (J510165074)
Warraihan, S. Ked (J510165066)
Oleh :
Pembimbing :
KRH dr. H. Djoko Shindusakti Widyodiningrat, Sp. T.H.T.K.L. (K), MBA., MARS.,
M.Si., Audiologist
(..)
Esofagitis korosif
Esofagitis korosif adalah peradangan di daerah esofagus yang disebabkan oleh
luka bakar karena tertelannya zat kimia yang bersifat korosif misalnya asam kuat, basa
kuat, dan zat organik. Zat kimia yang tertelan dapat bersifat toksik atau korosif. Zat
kimia yang bersifat korosif ini akan menimbulkan gejala keracunan bila telah diserap
oleh darah (Soepardi et al, 2012).
Angka kejadian esofagitis korosif tertelan asam kuat, basa kuat, cairan pemutih
masih jarang ditemukan maupun dilaporkan di Indonesia. Berbeda halnya di Afrika,
tepatnya di Nigeria dilaporkan antara tahun 1986 s/d 1991 (5 tahun) 73 kasus striktur
esofagus karena bahan korosif, yang pada umumnya terjadi pada orang dewasa yang
ingin bunuh diri. Sebanyak 70% dari kasus esofagitis korosif disebabkan oleh basa
kuat, 20 % oleh asam kuat karena sifat dari basa kuat yang tidak berasa di lidah,
sedangkan asam mempunyai rasa yang pahit dan menyebabkan lidah rasa terbakar.
Hasil statistik di Amerika Serikat menunjukkan bahwa terdapat 5.000 sampai 10.000
kasus tertelan zat-zat kaustik pertahun, baik disebabkan asam kuat, basa kuat maupun
zat korosif lainnya. Sekitar 80% kasus ini terjadi pada anak-anak, dan 50% di
antaranya terjadi pada anak usia kurang dari 4 tahun. Kasus ini juga terjadi pada orang
dewasa yang mencoba bunuh diri dengan cara meminum zat zat korosif dan biasanya
tingkat kerusakan yang ditimbulkan lebih serius karena adanya unsur kesengajaan,
jumlah zat yang masuk lebih banyak dan jenisnya lebih berbahaya (Lionte C, et all.
2007, Wen, Jessica. 2008, Alijenad, A. 2000). Pada kasus seperti ini untuk penanganan
atau pencegahan komplikasi dari penyakit masih belum ada titik terang. Hal ini
diakibatkan karena patogenesis dari zat korosif pada organ yang belum begitu jelas.
Tujuan
Mengetahui patogenesis dan penatalaksanaan dari esofagitis korosif.
Manfaat
Menurunkan ataupun mencegah angka prevalensi kejadian esofagitis erosif
pada masyarakat.
Esofagitis korosif menurut derajat luka bakar yang ditimbulkan dapat dibagi
menjadi bentuk klinis yaitu (Soepardi et al, 2012) :
1. Esofagitis korosif tanpa ulserasi
Pasien mengalami gangguan menelan ringan. Pada esofagoskopi tampak mukosa
hiperemis tanpa ulserasi.
2. Esofagitis korosif dengan ulserasi ringan
Pasien mengeluh disfagia ringan, pada esofagoskopi tampak ulkus yang tidak dalam,
terbatas pada lapisan mukosa saja.
3. Esofagitis korosif ulseratif sedang
Ulkus sudah mengenai lapisan otot, biasanya ditemukan satu ulkus atau multipel.
4. Esofagitis korosif ulserasi berat tanpa komplikasi
Terdapat pengelupasan mukosa serta nekrosis yang letaknya dalam, dan telah
mengenai seluruh lapisan esofagus. Keadaan ini jika dibiarkan akan menimbulkan
striktur esofagus.
5. Esofagitis korosif ulseratif berat dengan komplikasi
Terdapat perforasi esofagus yang dapat menimbulkan mediastinitis dan peritonitis.
Kadang-kadang ditemui tanda-tanda obstruksi saluran pernafasan atas dan gangguan
keseimbangan asam basa.
2. Fase laten
Berlangsung selama 2-6 minggu, pada fase ini keluhan pasien berkurang, suhu badan
menurun, pasien merasa telah sembuh, sudah dapat menelan dengan baik, akan tetapi
sebenarnya proses masih berjalan dengan membentuk jaringan parut (sikatriks).
3. Fase kronis
Setelah 1-3 tahun akan terjadi disfagia lagi oleh karena telah terbentuk jaringan parut,
sehingga terjadi striktur esofagus. Gejala lain yang bisa timbul adalah fistula,
hipomotilitas saluran cerna, dan peningkatan resiko kanker saluran cerna.
Hal-hal lain yang menjadi masalah penting dan perlu diperhatikan pada kasus
esofagitis korosif antara lain (Kardon, EM. 2008) :
1. Akibat dari udem, perdarahan, dan pembentukan jaringan nekrosis dapat
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas atas, oleh karena itu perlu dijaga agar
jalan nafas tetap baik.
2. Perforasi tidak hanya mengenai esofagus, tetapi dapat juga mengenai lambung, usus,
saluran pernafasan, dan pembuluh darah.
3. Kehilangan cairan dari muntah, adanya rongga ketiga (third space), dan perdarahan
saluran cerna dapat menyebabkan terjadinya syok dan hipovolemia.
4. Pada kasus tertelan asam kuat yang cukup banyak dapat menyebabkan terjandinya
asidosis metabolik, hemolisis, gagal ginjal akut dan kegagalan fungsi multiorgan.
5. Walaupun pasien dapat selamat dari fase akut, namun pada fase kronis dapat terjadi
fistula, hipomotilitas saluran cerna, dan kanker saluran cerna.