Anda di halaman 1dari 47

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. LANDASAN TEORI


2.1.1. Masalah
Masalah adalah ketidaksesuaian yang signifikan dan tidak diinginkan antara

standar kebersamaan dengan kondisi nyata.5 Masalah adalah sesuatu yg harus

diselesaikan atau dipecahkan.6 Masalah adalah kata yang digunakan untuk

menggambarkan suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor

atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan, dua faktor tersebut

adalah : Masalah biasanya dianggap sebagai suatu keadaan yang harus

diselesaikan dan masalah disadari ada saat seorang individu menyadari keadaan

yang ia hadapi tidak sesuai dengan keadaan yang ia inginkan.7


2.1.2. Kendala
Kendala adalah halangan atau rintangan. Dalam ilmu manajemen kendala

adalah faktor atau keadaan yang membatasi, menghalangi, atau mencegah

pencapaian sasaran serta kekuatan yang memaksa pembatalan pelaksanaan,

sedangkan dalam ilmu fisika kendala adalah hal (khususnya bentuk geometri

lingkungan) yang membatasi keleluasaan gerak sebuah benda atau suatu sistem.6

2.1.3. Bidan

2.1.3.1. Definisi bidan

10
11

Ikatan Bidan Indonesia telah menjadi anggota ICM sejak tahun 1956,

dengan demikian seluruh kebijakan dan pengembangan profesi kebidanan di

Indonesia merujuk dan mempertimbangkan kebijakan ICM.8

Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM)

yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan

diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition

(FIGO). Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan

Internasional / Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke

27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut :

Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang

diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi

kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk

melakukan praktik bidan.8

2.1.3.2. Pengertian Bidan Indonesia

Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat

Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia

adalah : seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui

pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta

memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara

sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.8

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan

akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,


12

asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas,

memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan

kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,

promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses

bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan

kegawat-daruratan.8

Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan

kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan

masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan

menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan

seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.8

Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah,

masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.8

2.1.4. Persalinan
2.1.4.1. Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau

melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).9

Persalinan (Partus : Labour adalah suatu proses pengeluaran produk

konsepsi (janin dan uri) yang variabel / dapat hidup, dari dalam uterus melalui

vagina ke dunia luar. Partus Immaturus adalah proses persalinan dimana janin

dalam uterus berusia kurang dari 28 minggu dan lebih dari 20 minggu dengan

berat janin antara 500-1000 gram. Sedangkan partus prematur adalah proses
13

pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum aterm / cukup bulan,

umumnya berat janin antara 1000-2500 gram dengan umur kehamilan 28-36

minggu. Partus prematrus atau serotinus adalah prose persalinan yang terjadi 2

minggu atau lebih dari waktu yang ditentukan.9

2.1.4.2. Jenis persalinan

Jenis persalinan ada 3 yaitu :9

A. Persalinan Spontan

Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri tanpa usaha

dari luar melalui jalan lahir.

B. Persalinan Buatan

Yaitu persalinan dengan bantuan tenaga dari luar, contohnya dengan

ekstraksi vacum atau forcep.

C. Persalinan Anjuran

Yaitu persalinan yang dilakukan dengan cara menimbulkan rangsangan

terlebih dahulu, misalnya pemberian pitogin.

2.1.4.3. Tanda dimulainya persalinan

Tanda-tanda dimulainya persalinan :9

A. Rasa sakit karena his yang datang lebih kuat, sering

dan teratur.

B. Keluar lendir bercampur darah.

C. Kadang-kadang ketuban pecah

D. Pada pemeriksaan dalam servik mendatar dan ada

pembukaan.
14

2.1.4.4. Proses persalinan

Proses persalinan dibagi dalam 4 kala :9,10

A. Kala I (Kala Pembukaan)

Dimulai dari adanya his sampai pembukaan lengkap, terdiri dari 2 fase yaitu

fase laten dan fase aktif. Fase laten berlangsuns selama 8 jam dari

pembukaan 0-3 cm. Fase aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi (3-4

cm), dilatasi maksimal (4-9 cm), deselerasi (9-10 cm). Pada primigravida

kala I berlangsung kira-kira 13 jam dan pada multigravida kira-kira 7 jam.

B. Kala II (Kala Pengeluaran)

Kala II persalinan ditandai dengan his semakin kuat dan cepat kira-kira 2-3

menit sekali, dengan durasi 50 sampai 100 detik dalam hal ini kepala janin

tidak masuk lagi diluar his.

Tanda utama pengeluaran janin :

1. Dengan his dan kekuatan mengedan kepala dilahirkan

2. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu

penyesuaian kepala pada punggung.

3. Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi dapat dibantu

dengan cara kepala dipegang pada os occiput dan di bawah dagu, ditarik

ke bawah untuk melahirkan bahu kanan (atas), dan curam ke atas untuk

melahirkan bahu kiri (bawah).

4. Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan seluruh badan

janin.
15

Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira 1,5 jam dan multigravida

kira-kira 0,5 jam.

C. Kala III (Kala Uri)

Setelah bayi lahir uterus teraba keras dan berkontraksi lagi untuk

mengeluarkan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam

waktu 6-15 menit setelah bayi lahir dan keluar dengan spontan. Pengeluaran

plasenta biasanya disertai pengeluaran darah.

Tanda-tanda pelepasan plasenta :

1. Semburan darah secara tiba- tiba

2. Tali pusat bertambah panjang

3. Bentuk uterus membulat

D. Kala IV (Kala Pengawasan)

Kala ini adalah kala 2 jam setelah plasenta lahir, dan perlu diamati apakah

terjadi perdarahan post partum. Sebelumnya meninggalkan wanita post

partum harus diprhatikan 7 pokok penting yaitu :

1. Kontraksi uterus harus baik.

2. Tidak ada perdarahan dari vagina atau jalan

lahir.

3. Plasenta dan selaput ketuban harus lahir

lengkap.

4. Kandung kemih harus kosong.

5. Luka pada perineum terawat dengan baik

dan tidak ada hematoma.


16

6. Bayi dalam keadaan baik.

7. Ibu dalam keadaan baik.

2.1.4.5. Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan


Pertolongan adalah bantuan, persalinan adalah suatu proses pengeluaran

hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. 9

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan

di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan.11


2.1.4.6. Jenis tenaga penolong persalinan
Dalam program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dikenal beberapa jenis

tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat, adapun jenis

tenaga tersebut adalah :10

A. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum,

bidan, pembantu bidan (PKE) dan perawat bidan.

B. Dukun bayi:

Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan oleh

tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.

Tidak terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh

tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan

lulus.

Di Indonesia persalinan oleh dukun sebesar 75% sampai 80%, terutama di

daerah pedesaaan. Pertolongan persalinan oleh dukun menimbulkan berbagai

masalah dan penyebab utama tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan
17

perinatal. Dapat dipahami bahwa dukun tidak dapat mengetahui tanda-tanda

bahaya perjalanan persalinan, akibat petolongan persalinan yang tidak adekuat

dapat terjadi hal-hal sebagai berikut ini :10

A. Persalinan kasep

B. Kematian janin dalam rahim

C. Ruptur uteri

D. Perdarahan akibat pertolongan salah, robekan jalan lahir,

retensio plasenta, plasenta rest.

E. Infeksi berat

F. Janin (bayi) mengalami asfiksia, infeksi dan trauma

persalinan.

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mempunyai korelasi langsung

(secara terbalik) dengan angka kematian ibu, dengan demikian bahwa semakin

tinggi persalinan oleh tenaga kesehatan maka akan semakin berkurang kejadian

kematian ibu. Kematian ibu karena kehamilan dan persalinan sangat erat kaitnnya

dengan penolong persalinan. Dari hasil penelitian di 97 negara menunjukkan

bahwa semakin tinggi persalinan oleh tenaga kesehatan, maka akan semakin

rendah angka kematian ibu (safe Motherhood, 2006). Target AKI 102 per 100.000

yang akan dicapai oleh Indonesia memerlukan cakupan pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan sekitar 80%.10

Strategi pelayanan kesehatan ibu yang belum efektif terlihat dari :10

A. Masih banyaknya pertolongan persalinan oleh dukun


18

B. Pemerintah belum mampu menggerakkan sektor-sektor lain dan

masyarkat untuk berperan serta dalam mencegah kematian ibu secara

efektif.

C. Mobilisasi tenaga kesehatan dan upaya menyakinkan masyarakat

akan peran bidan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu belum

optimal.

2.1.5. Jaminan Persalinan (Jampersal)


2.1.5.1. Pengertian Jampersal

Pada tanggal 27 Desember 2011, Menteri Kesehatan telah menandatangani

peraturan Menteri Kesehatan Permenkes Nomor 2562/Menkes/Per/XII/2011

tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan.1

Jaminan Persalinan atau sering disebut dengan Jampersal adalah jaminan

pembiayaan pelayanan kebidanan tanpa mengeluarkan biaya atau gratis,

pelayanan Jampersal ini meliputi pemeriksaan kehamilan antenatal care (ANC),

pertolongan persalinan, pemeriksaan postnatal care (PNC) termasuk pelayanan

KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan di

fasilitas kesehatan pemerintah (Puskesmas dan jaringannya) atau di fasilitas

kesehatan swasta yang tersedia fasilitas persalinan (Klinik/Rumah Bersalin,

Dokter Praktik, Bidan Praktik) dan yang telah menanda-tangani Perjanjian Kerja

Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota. Selain itu,

pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi dan persalinan dengan penyulit dan

komplikasi dilakukan secara berjenjang di Puskesmas dan RS berdasarkan

rujukan.1
19

Dalam Kebijakan Operasional sebagaimana tercantum dalam SK Menkes

No. 515/Menkes/SK/III/2011 tentang Penerima dana Penyelenggaraan Jamkesmas

dan Jampersal di pelayanan Dasar untuk tiap Kabupaten/Kota tahun anggaran

2011 diatur beberapa poin, diantaranya pengelolaan Jampersal di setiap jenjang

pemerintahan (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) menjadi satu kesatuan dengan

pengelolaan Jamkesmas dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).1

Pengelolaan kepesertaan Jampersal merupakan perluasan kepesertaan dari

program Jamkesmas yang mengikuti tata kelola kepesertaan dan manajemen

Jamkesmas, namun dengan kekhususan dalam hal penetapan pesertanya.

Sementara pelayanannya diselenggarakan dengan prinsip Portabilitas, Pelayanan

terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan. Untuk pelayanan paket persalinan

tingkat pertama di fasilitas kesehatan pemerintah (Puskesmas dan Jaringannya)

didanai berdasarkan usulan rencana kerja (Plan Of Action/POA) Puskesmas.

Untuk pelayanan paket persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan swasta

dibayarkan dengan mekanisme klaim. Klaim persalinan didasarkan atas tempat

(lokasi wilayah) pelayanan persalinan dilakukan.1

2.1.5.2. Sasaran Jampersal

Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah :1

A. Ibu hamil
B. Ibu bersalin
C. Ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan)
D. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)

Diperkirakan jumlah ibu hamil mencapai 60% dari estimasi proyeksi jumlah

persalinan, atau sekitar 2,6 juta jiwa dari total estimasi kelahiran per tahun yang
20

sebesar 4,8 juta jiwa. Jumlah itu berdasarkan estimasi kelahiran yakni 1,05 angka

kelahiran kasar dikalikan jumlah penduduk.

Mereka dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh jaringan fasilitas

pelayanan kesehatan tingkat pertama dan rujukan tingkat lanjutan (RS) di kelas III

yang sudah memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola

Jamkesmas dan BOK di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.1

2.1.5.3. Kebijakan Operasional1


A. Pengelolaan Jaminan Persalinan dilakukan pada setiap jenjang pemerintahan

(pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) menjadi satu kesatuan dengan

pengelolaan Jamkesmas.
B. Kepesertaan Jaminan Persalinan merupakan perluasan kepesertaan dari

Jamkesmas, yang terintegrasi dan dikelola mengikuti tata kelola dan

manajemen Jamkesmas.
C. Peserta Program Jaminan Persalinan adalah seluruh sasaran yang belum

memiliki jaminan untuk pelayanan persalinan.


D. Peserta Jaminan Persalinan dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh

jaringan fasilitas kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan (Rumah

Sakit) di kelas III yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim

Pengelola Jamkesmas dan BOK Kabupaten/Kota.


E. Pelaksanaan pelayanan Jaminan Persalinan mengacu pada standar pelayanan

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).


F. Pembayaran atas pelayanan jaminan persalinan dilakukan dengan cara klaim

oleh fasilitas kesehatan. Untuk persalinan tingkat pertama di fasilitas

kesehatan pemerintah (puskesmas dan jaringannya) dan fasilitas kesehatan

swasta yang bekerjasama dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota.


21

G. Pada daerah lintas batas, fasilitas kesehatan yang melayani ibu

hamil/persalinan dari luar wilayahnya, tetap melakukan klaim kepada Tim

Pengelola/Dinas Kesehatan setempat dan bukan pada daerah asal ibu hamil

tersebut.
H. Fasilitas kesehatan seperti Bidan Praktik, Klinik Bersalin, Dokter praktik

yang berkeinginan ikut serta dalam program ini melakukan perjanjian

kerjasama (PKS) dengan Tim Pengelola setempat, dimana yang

bersangkutan dikeluarkan ijin prakteknya.


I. Pelayanan Jaminan Persalinan diselenggarakan dengan prinsip portabilitas,

pelayanan terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan, dengan demikian

jaminan persalinan tidak mengenal batas wilayah.


J. Tim Pengelola Pusat dapat melakukan realokasi dana antar kabupaten/kota,

disesuaikan dengan penyerapan dan kebutuhan daerah serta disesuaikan

dengan ketersediaan dana yang ada secara nasional.


2.1.5.4. Pelaksanaan Jampersal

Program Jampersal dilaksanakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang terdiri dari 33 provinsi dengan jumlah kabupaten/kota

sebanyak 497.1

Pelayanan Jampersal ini terdapat di fasilitas kesehatan pemerintah seperti

Puskesmas dan jaringannya termasuk Poskesdes/Polindes dan Rumah Sakit. Juga

di fasilitas kesehatan swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama dengan Tim

Pengelola yang meliputi dokter praktik swasta, klinik swasta, bidan praktik

swasta, klinik bersalin atau rumah sakit swasta.1

Bagi mereka yang tidak memiliki jaminan pembiayaan persalinan dapat

memanfaatkan Jampersal. Mereka ini hanya membutuhkan kartu identitas diri


22

untuk mendapatkan pelayanan Jampersal yang dijamin oleh pemerintah. Layanan

diberikan di Puskesmas, rumah sakit rujukan kelas III milik Pemerintah atau RS

swasta yang mempunyai kerja sama dengan Pemerintah, termasuk di bidan mitra

Dinas Kesehatan setempat.1

Ada dua ruang lingkup pelayanan Jampersal : Pelayanan persalinan

dilakukan secara terstruktur dan berjenjang berdasarkan rujukan. Ruang lingkup

pelayanan jaminan persalinan terdiri dari pelayanan persalinan tingkat pertama

dan pelayanan persalinan tingkat lanjutan.1

A. Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh

tenaga kesehatan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan

pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk

KB pasca persalinan, pelayanan bayi baru lahir, termasuk pelayanan

persiapan rujukan pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan,

nifas dan bayi baru lahir) tingkat pertama.1

Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas PONED

(Puskesmas yang mempunyai kemampuan dalam memberikan pelayanan

obstetri (kebidanan) dan neonatus emergensi dasar) serta jaringannya

termasuk Polindes dan Poskesdes, fasilitas kesehatan swasta yang memiliki

Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota.1

Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi:1

1. Pemeriksaan kehamilan.
2. Pertolongan persalinan normal.
3. Pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan.
4. Pelayanan bayi baru lahir.
23

5. Penanganan komplikasi pada kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru

lahir.
B. Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh

tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan neonatus

kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi dengan risiko tinggi dan

komplikasi, di rumah sakit pemerintah dan swasta yang tidak dapat

ditangani pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dan dilaksanakan

berdasarkan rujukan, kecuali pada kondisi kedaruratan.1

Pelayanan tingkat lanjutan diberikan di fasilitas perawatan kelas III di

Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama

(PKS) dengan Tim Pengelola Kabupaten/Kota.1

Jenis pelayanan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi:1

1. Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi (RISTI) dan penyulit.


2. Pertolongan persalinan dengan RISTI dan penyulit yang tidak

mampu dilakukan di pelayanan tingkat pertama.


3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir di Rumah

Sakit dan fasilitas kesehatan yang setara.


2.1.5.5. Tujuan dan Manfaat Jampersal

Untuk mempercepat pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)

tahun 2015 khususnya menurunkan angka kematian ibu dan bayi, tahun 2011

Kementerian Kesehatan meluncurkan program Jaminan Persalinan (Jampersal).

Tujuannya untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan

persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan; meningkatkan cakupan

pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan; meningkatkan cakupan

pelayanan KB pasca persalinan; meningkatkan cakupan penanganan komplikasi


24

ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir; serta terselenggaranya pengelolaan

keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.1

Jampersal adalah salah satu program andalan di bidang kesehatan yang salah

satunya bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu ( AKI ). Menurut data

Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007, Angka Kematian Ibu ( AKI )

di Indonesia adalah sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, yang artinya dalam

setiap 100.000 kelahiran hidup terdapat 228 ibu melahirkan meninggal dunia.

Angka tersebut masih terbilang cukup tinggi, meski dalam lingkup Asia Tenggara.

Padahal AKI adalah salah satu indikator utama yang menunjukkan keberhasilan

sebuah negara dalam memberikan hak hidup sehat bagi warganya.1

Jampersal sendiri sudah diperkenalkan oleh Menteri Kesehatan sejak tahun

2011. Jampersal ditujukan untuk masyarakat yang belum mempunyai jaminan

pelayanan kesehatan, dan tidak terbatas pada masyarakat miskin atau kurang

mampu meski sebenarnya jampersal adalah perpanjangan dari jamkesmas. Beda

jamkesmas dan jampersal adalah pada jenis pelayanan yang diberikan, dimana

jampersal hanya melayani ibu hamil (empat kali pemeriksaan selama hamil),

melahirkan baik di puskesmas, bidan polindes (bidan desa), Bidan Praktek

Mandiri (BPM) atau klinik bersalin yang mengikuti program jampersal, atau

bahkan di rumah sakit pemerintah atau di rumah sakit swasta yang mengikuti

program jampersal (sampai kemungkinan dilakukan tindakan operasi atas

indikasi), pemeriksaan ibu nifas dan bayinya (empat kali pemeriksaan), rujukan ke
25

rumah sakit atas indikasi, termasuk fasilitas layanan KB satu kali untuk ibu yang

baru melahirkan (diberikan selama masih dalam masa 42 hari).1

Peserta jaminan persalinan mendapatkan manfaat pelayanan yang meliputi:1

A. Pemeriksaan kehamilan (ANC).

Pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan tata laksana pelayanan mengacu

pada buku Pedoman KIA. Selama hamil sekurang-kurangnya ibu hamil

diperiksa sebanyak 4 kali dengan frekuensi yang dianjurkan sebagai berikut:

1. 1 kali pada triwulan pertama


2. 1 kali pada triwulan kedua
3. 2 kali pada triwulan ketiga
B. Persalinan normal.
C. Pelayanan nifas normal, termasuk KB pasca persalinan.
D. Pelayanan bayi baru lahir normal.
E. Pemeriksaan kehamilan pada kehamilan risiko tinggi.
F. Pelayanan pasca keguguran.
G. Persalinan per vaginam dengan tindakan emergensi dasar.
H. Pelayanan nifas dengan tindakan emergensi dasar.
I. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi dasar.
J. Pemeriksaan rujukan kehamilan pada kehamilan risiko tinggi.
K. Penanganan rujukan pasca keguguran.
L. Penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET).
M. Persalinan dengan tindakan emergensi komprehensif.
N. Pelayanan nifas dengan tindakan emergensi komprehensif.
O. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi komprehensif.
P. Pelayanan KB pasca persalinan.

Tatalaksana PNC dilakukan sesuai dengan buku pedoman KIA. Ketentuan

pelayanan pasca persalinan meliputi pemeriksaan nifas minimal 3 kali.

Pada pelayanan pasca nifas ini dilakukan upaya KIE/Konseling untuk

memastikan seluruh ibu pasca bersalin atau pasangannya menjadi akseptor KB

yang diarahkan kepada kontrasepsi jangka panjang seperti alat kontrasepsi dalam

rahim (AKDR) atau kontrasepsi mantap/kontap (MOP dan MOW) untuk tujuan
26

pembatasan dan IUD untuk tujuan penjarangan, secara kafetaria disiapkan alat dan

obat semua jenis kontrasepsi oleh BKKBN.1

Agar tujuan tersebut dapat tercapai, perlu dilakukan koordinasi yang

sebaikbaiknya antara tenaga di fasilitas kesehatan/pemberi layanan dan Dinas

Kesehatan selaku Tim Pengelola serta SKPD yang menangani masalah keluarga

berencana serta BKKBN atau (BPMP KB) Provinsi.1

Tabel 2.1. Pelayanan yang ditanggung program jampersal

Ibu Hamil Ibu Bersalin Ibu Nifas

Penimbangan berat badan Persalinan normal Pengukuran tekanan darah

Pengukuran tekanan Perawatan bayi baru lahir Pemeriksaan nifas


darah normal termasuk inisiasi
menyusu dini

Pemeriksaan kehamilan Imunisasi bayi baru lahir Pemberian Kapsul Vitamin A


pada ibu

Pemberian Tablet Tambah Pemberian Kapsul Vitamin A Pemeriksaan dan perawatan


Darah bagi ibu bayi baru lahir

Pemberian imunisasi Konsultasi menyusui dini Pelayanan KB sesudah


Tetanus Toksoid dan rawat gabung melahirkan pada masa nifas

Konsultasi kesehatan ibu Nasihat kebutuhan gizi, KB,


hamil, tanda bahaya dan pemberian ASI eksklusif dan
persiapan persalinan perawatan bayi baru lahir

Nasihat kebutuhan gizi,


KB, pemberian ASI
eksklusif dan perawatan
bayi baru lahir

Jika ada Jika ada penyulit/komplikasi, Jika ada penyulit/komplikasi,


penyulit/komplikasi, akan akan dirujuk untuk akan dirujuk untuk
dirujuk untuk mendapatkan pemeriksaan mendapatkan pemeriksaan dan
mendapatkan dan pelayanan lebih lanjut pelayanan lebih lanjut
pemeriksaan dan
pelayanan lebih lanjut
27

Sumber : Permenkes Nomor 631 Tahun 2011 Juknis Jampersal1

Ada 7 jenis layanan yang diberikan pada tingkat lanjut : pemeriksaan

rujukan kehamilan pada kehamilan risiko tinggi, penanggulangan rujukan pasca

keguguran, penanganan kehamilan ektopik terganggu, persalinan dengan tindakan

emergensi komprehensif, pelayanan nifas dengan tindakan emergensi

komprehensif, pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi komprehensif

dan pelayanan KB pasca persalinan.1

2.1.5.6. Pendanaan Jampersal

Pendanaan Persalinan dilakukan secara terintegrasi dengan Jamkesmas.

Pengelolaan dana Jaminan Persalinan, dilakukan sebagai bagian dari pengelolaan

dana Jamkesmas pelayanan dasar.1

Pengelolaan dana Jamkesmas dilakukan oleh Dinas Kesehatan selaku Tim

Pengelola Jamkesmas Tingkat Kabupaten/Kota.1

A. Sumber Dana

Dana Jaminan Persalinan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) Kementerian Kesehatan yang dialokasikan pada Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan

Kementerian Kesehatan.1

B. Alokasi Dana

Alokasi dana Jaminan Persalinan di Kabupaten/Kota diperhitungkan

berdasarkan perkiraan jumlah sasaran yang belum memiliki jaminan persalinan di

daerah tersebut dikalikan besaran biaya paket pelayanan persalinan tingkat

pertama.1
28

Dana Jamkesmas untuk pelayanan dasar di Puskesmas dan jaringannya serta

Jaminan Persalinan menjadi satu kesatuan, disalurkan langsung dari bank

operasional Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta V ke :1

1. Rekening Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai

penanggungjawab program a/n Institusi dan dikelola Tim Pengelola

Jamkesmas Kabupaten/Kota untuk pelayanan kesehatan dasar dan

persalinan di Fasilitas kesehatan Tingkat Pertama;


2. Rekening Rumah Sakit untuk pelayanan persalinan di Fasilitas kesehatan

Tingkat Lanjutan yang menjadi satu kesatuan dengan dana pelayanan

rujukan yang sudah berjalan selama ini.

Gambar 2.1. Penyaluran dan Pertanggungjawaban Dana Jamkesmas.1

A. Dana Jaminan Persalinan di pelayanan dasar disalurkan ke kabupaten/kota,

terintegrasi dengan dana Jamkesmas di pelayanan kesehatan dasar,


29

sedangkan untuk jaminan persalinan tingkat lanjutan dikirimkan langsung

ke rumah sakit menjadi satu kesatuan dengan dana Jamkesmas yang

disalurkan ke rumah sakit.1


B. Pendanaan Jamkesmas di pelayanan dasar dan Jaminan Persalinan

merupakan belanja bantuan sosial bersumber dari dana APBN yang

dimaksudkan untuk mendorong percepatan pencapaian MDGs pada Tahun

2015, sekaligus peningkatan kualitas pelayanan kesehatan termasuk

persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, sehingga

pengaturannya tidak melalui mekanisme APBD, dengan demikian tidak

langsung menjadi pendapatan daerah.1


C. Dana belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada angka 2 adalah

dana yang diperuntukkan untuk pelayanan kesehatan peserta Jamkesmas dan

pelayanan persalinan bagi seluruh ibu hamil/bersalin yang membutuhkan.1


D. Setelah dana sebagaimana dimaksud angka 2 dan 3, disalurkan pemerintah

melalui SP2D ke rekening kepala dinas kesehatan sebagai penanggung

jawab program, maka status dana tersebut berubah menjadi dana masyarakat

(sasaran), yang ada di rekening dinas kesehatan.1


E. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan

oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan

dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi (pelimpahan

wewenang dari pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah),

tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di

daerah.16
F. Setelah dana sebagaimana dimaksud angka 3 digunakan oleh Puskesmas

dan jaringannya serta fasilitas kesehatan lainnya (yang bekerjasama), maka

status dana tersebut berubah menjadi pendapatan fasilitas kesehatan.1


30

G. Pemanfaatan dana jaminan persalinan pada pelayanan lanjutan mengikuti

mekanisme pengelolaan pendapatan fungsional fasilitas kesehatan dan

berlaku sesuai status rumah sakit tersebut.1


2.1.5.7. Besaran Tarif Pelayanan

Besaran tarif pelayanan jaminan persalinan di fasilitas kesehatan dasar

ditetapkan sebagaimana tabel berikut:1

Tabel 2.2. Besaran Tarif Pelayanan Jaminan Persalinan Pada Pelayanan Tingkat
Pertama
Jenis Jumlah
No. Frek Tarif (Rp) Ket
Pelayanan (Rp)

1 Pemeriksaan 4 kali 10.000 40.000 Standar 4x


kehamilan

2 Persalinan 1 kali 350.000 350.000


normal

Pelayanan
nifas termasuk
3 pelayanan bayi 3 kali 10.000 30.000 Standar 3x
baru lahir dan
KB pasca
persalinan

Pelayanan
persalinan tak
maju dan atau Pada saat menolong
pelayanan pra- persalinan ternyata ada
4 1 kali 100.000 100.000
rujukan bayi komplikasi, wajib
baru lahir segera dirujuk
dengan
komplikasi

Pelayanan
pasca
keguguran,
persalinan per
5 vaginam 1 kali 500.000 500.000
dengan
tindakan
emergensi
dasar
Sumber : Permenkes Nomor 631 Tahun 2011 Juknis Jampersal. 1
31

Keterangan :1
a) Klaim persalinan ini tidak harus dalam paket (menyeluruh) tetapi dapat dilakukan
klaim terpisah, misalnya ANC saja, persalinan saja atau PNC saja.
b) Pelayanan nomor 5 dilakukan pada Puskesmas yang mempunyai kemampuan dan
sesuai kompetensinya.
c) Apabila diduga/diperkirakan adanya risiko persalinan sebaiknya pasien sudah
dipersiapkan jauh hari untuk dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih baik dan
mampu seperti Rumah Sakit.
d) Sedangkan besaran biaya untuk pelayanan Jaminan persalinan tingkat lanjutan
menggunakan tarif paket Indonesia Case Base Group (INA-CBGs).

Agar penyelenggaraan Jamkesmas termasuk Jaminan Persalinan terlaksana

secara baik, lancar, transparan dan akuntabel, pengelolaan dana tetap

memperhatikan dan merujuk pada ketentuan pengelolaan keuangan yang berlaku.1

A. Pengelolaan Dana Jamkesmas Dan Jaminan Persalinan Di Pelayanan

Dasar

Pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dibentuk Tim Pengelola Jamkesmas

tingkat Kabupaten/Kota. Tim ini berfungsi dan bertanggung dalam pelaksanaan

penyelenggaraan Jamkesmas di wilayahnya. Salah satu tugas dari Tim Pengelola

Jamkesmas adalah melaksanakan pengelolaan keuangan Jamkesmas yang meliputi

penerimaan dana dari Pusat, verifikasi atas klaim, pembayaran, dan

pertanggungjawaban klaim dari fasilitas kesehatan Puskesmas dan lainnya.1

Langkah-langkah pengelolaan dilaksanakan sebagai berikut:1

1. Kepala Dinas Kesehatan menunjuk seorang staf di Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota sebagai pengelola keuangan Jamkesmas pelayanan dasar

dan Jaminan Persalinan.


2. Pengelola keuangan di Kabupaten/Kota harus memiliki buku catatan (buku

kas umum) dan dilengkapi dengan buku kas pembantu untuk mencatat
32

setiap uang masuk dan keluar dari kas yang terpisah dengan sumber

pembiayaan yang lain, dan pembukuan terbuka bagi pengawas intern

maupun ekstern setelah memperoleh ijin Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.
3. Pengelola keuangan Jamkesmas (termasuk Jaminan Persalinan)

seyogyanya menjadi satu kesatuan dengan bendahara keuangan

pengelolaan dana BOK agar terjadi sinergi dalam pelaksanaannya.


4. Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota melakukan pembayaran atas

klaim dengan langkah sbb:


a. Puskesmas melakukan pengajuan klaim.
b. Klaim pelayanan Jaminan Persalinan yang diajukan fasilitas/tenaga

kesehatan swasta (Bidan praktik, Klinik Bersalin, dsb) yang telah

memberikan pelayanan persalinan, sesuai tarif sebagaimana dimaksud

(lihat tarif pelayanan persalinan )


c. Pembayaran atas klaim-klaim sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b

dilakukan berdasarkan hasil Verifikasi yang dilakukan Tim Pengelola

Kabupaten/ Kota.
d. Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota melakukan verifikasi atas

klaim.
5.Sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan negara, Jasa Giro/Bunga

Bank harus disetorkan oleh Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota ke

Kas Negara.
6.Seluruh berkas rincian bukti-bukti yakni;
a. Dokumen pengeluaran dana dan dokumen atas klaim Jamkesmas dan

Persalinan di Pelayanan Dasar oleh Puskesmas dan Fasilitas kesehatan

swasta serta,
33

b. Bukti-bukti pendukung klaim sebagaimana dipersyaratkan, disimpan di

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai dokumen yang dipersiapkan

apabila dilakukan audit oleh Aparat Pengawas Fungsional (APF).


7.Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota membuat dan mengirimkan

Rekapitulasi Realisasi Laporan Penggunaan Dana pelayanan Jamkesmas

dan Jaminan Persalinan di Pelayanan Dasar yang telah dibayarkan ke

Puskesmas dan Fasilitas kesehatan swasta ke Tim Pengelola Pusat/Pusat

Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan dengan tembusan ke Dinas Kesehatan

Provinsi.
B. Pengelolaan Dana Pada Fasilitas kesehatan Lanjutan

Pengelolaan dana pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dilakukan mulai

dari persiapan pencairan dana, pencairan dana, penerimaan dana, dan

pertanggungjawaban dana. Adapun pengelolaan dana pada fasilitas kesehatan

tingkat lanjutan adalah sebagai berikut;1

1. Dana pelayanan Jamkesmas dan Jaminan Persalinan dipelayanan

kesehatan lanjutan disalurkan ke rekening Fasilitas kesehatan Tingkat

Lanjutan dalam satu kesatuan (terintegrasi).


2. Fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan (Rumah Sakit/Balai Kesehatan)

membuat laporan pertanggungjawaban/klaim dengan menggunakan INA-

CBGs
3. Selanjutnya laporan pertanggungan jawaban/klaim tersebut sebagaimana

dimaksud angka 3 dilaksanakan sebagaimana pertanggungjawaban yang

selama ini telah berjalan di Rumah Sakit (sesuai pengaturan sebelumnya).


4. Sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan negara, Jasa Giro/Bunga

Bank harus disetorkan oleh Rumah Sakit ke Kas Negara.


34

5. Fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan mengirimkan secara resmi laporan

pertanggungjawaban/klaim dana Jamkesmas dan Jaminan Persalinan

terintegrasi kepada Tim Pengelola Jamkesmas Pusat dan tembusan kepada

Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/kota dan Provinsi sebagai bahan

monitoring, evaluasi dan pelaporan.


6. Seluruh berkas dokumen pertanggungjawaban dana disimpan oleh

Fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan untuk bahan dokumen kesiapan audit

kemudian oleh Aparat Pengawas Fungsional (APF).

2.1.5.8. Kelengkapan Pertanggungjawaban Klaim

Pertanggungjawaban klaim pelayanan Jaminan Persalinan dari fasilitas

kesehatan tingkat pertama ke Tim Pengelola Kabupaten/Kota dilengkapi:1

A. Fotokopi lembar pelayanan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


Fotokopi sesuai pelayanan yang diberikan untuk Pemeriksaan kehamilan,

pelayanan nifas, termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan.

Apabila tidak terdapat buku KIA pada daerah setempat dapat digunakan bukti-

bukti yang syah yang ditandatangani ibu hamil/bersalin dan petugas yang

menangani. Tim Pengelola Kabupaten/Kota menghubungi Pusat (Direktorat

Kesehatan Ibu) terkait ketersediaan buku KIA tersebut.13

Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) adalah buku yang berisi catatan

kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak

balita) serta berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan

anak.13
35

Buku KIA merupakan buku wajib yang harus dimiliki oleh setiap ibu yang

baru hamil sampai dengan anak tumbuh menjadi balita, manfaat dari buku KIA

sendiri adalah :13

1. Untuk mengetahui kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, KB, bayi

lahir, bayi dan balita.

2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita.

3. Untuk mengetahui status imunisasi ibu hamil dan bayi.

4. Untuk mengetahui riwayat penyakit bayi dan balita.

5. Untuk syarat pengajuan akte kelahiran ke capil, dan beasiswa, syarat

masuk sekolah (TK, SD, Pertukaran pelajar ke luar negeri)

6. Untuk alat komunikasi, rujukan.

Jika anda sudah tau manfaat BUKU KIA maka anda juga harus tau apa saja

isi yang terkandung dalam buku KIA, berikut ini adalah isi dari buku KIA : 13

Kesehatan Ibu Meliputi:

1. Identitas Keluarga
2. Pemeriksaan Kehamilan 7 T yang meliputi :
a. TD
b. Timbang BB
c. TB dan ukur LILA
d. Tetanus Toxoid
e. Tambah Darah
f. Tes Laboratorium
g. Temu Wicara

Kesehatan anak Meliputi :

1. Perawatan bayi baru lahir sampai balita.


2. Perawatan sehari-hari balita.
3. Perawatan anak sakit.
4. Cara memberi makan anak-anak
5. Cara merangsang perkembangan anak.
36

Dari kelima hal diatas dapat dilihat dalam cacatan kesehatan anak dan KMS

yang ada di dalam buku KIA.

Setiap ibu hamil mendapat 1 (satu) Buku KIA. Jika ibu melahirkan bayi

kembar, maka ibu memerlukan tambahan buku KIA lagi. 13

Buku KIA tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan (Posyandu, Polindes/

Poskesdes, Pustu, Puskesmas, bidan, dokter praktik, rumah bersalin, dan rumah

sakit).13

B. Partograf yang ditandatangani oleh tenaga kesehatan penolong

persalinan untuk Pertolongan persalinan.

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan. Tujuan

utama penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan

persalinan serta untuk mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara

normal. Dengan demikian, juga dapat dilaksanakan deteksi secara dini, setiap

kemungkinan terjadinya partus lama. Jika digunakan secara tepat dan konsisten,

partograf akan membantu penolong persalinan untuk mencatat kemajuan

persalinan, kondisi ibu dan janin, asuhan yang diberikan selama persalinan dan

kelahiran, serta menggunakan informasi yang tercatat, sehingga secara dini

mengidentifikasi adanya penyulit persalinan, dan membuat keputusan klinik yang

sesuai dan tepat waktu. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan ibu

dan janin telah mendapatkan asuhan persalinan secara aman dan tepat waktu.

Selain itu, dapat mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam

keselamatan jiwa mereka.10


37

World Health Organization (WHO, 2000) telah memodifikasi partograf agar

lebih sederhana dan ebih mudah digunakan. Fase laten telah ditinggalkan, dan

pencatatan pada partograf dimulai dari fase aktif ketika pembukaan servik 4 cm.10

Partograf harus digunakan untuk semua ibu dalam faseaktif kala satu

persalinan sampai dengan kelahiran bayi, sebagai elemen penting asuhan

persalinan, partograf juga harus digunakan semua tempat pelayanan persalinan

(rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit dan lain-lain), digunakan

juga untuk semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu

selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obtetri dan Ginekologi, Bidan, Dokter

Umum, Residen, dan Mahasiswa Kedokteran).10

C. Fotokopi/tembusan surat rujukan

Fotokopi/tembusan surat rujukan termasuk keterangan tindakan pra rujukan

yang telah dilakukan di tandatangani oleh ibu hamil/ibu bersalin.1

D. Fotokopi identitas diri (KTP atau identitas lainnya) dari ibu hamil/yang

melahirkan.

Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah identitas resmi Penduduk sebagai

bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kartu ini wajib dimiliki bagi Warga

Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) yang memiliki Izin

Tinggal Tetap (ITAP) yang sudah berumur 17 tahun atau sudah pernah kawin atau

telah kawin. Anak dari orang tua WNA yang memiliki ITAP dan sudah berumur
38

17 tahun juga wajib memilki KTP. KTP bagi WNI berlaku selama lima tahun dan

tanggal berakhirnya disesuaikan dengan tanggal dan bulan kelahiran yang

bersangkutan. KTP bagi WNA berlaku sesuai dengan masa Izin Tinggal Tetap.

Khusus warga yang telah berusia 60 tahun dan ke atas, mendapat KTP seumur

hidup yang tidak perlu diperpanjang setiap lima tahun sekali. KTP berisi informasi

mengenai sang pemilik kartu, termasuk :12

1. N.I.K.

2. Nama Lengkap

3. Tempat & Tanggal lahir

4. Jenis Kelamin

5. Agama

6. Status

7. Golongan darah

8. Alamat lengkap pemegang KTP (RT, RW, Kelurahan, dan Kecamatan)

9. Pekerjaan

10. Pas Foto

11. Tempat dan tanggal dikeluarkannya KTP

12. Tanda tangan pemegang KTP

13. Nama dan nomor induk pegawai pejabat yang menandatanganinya.

Dalam penggantian biaya layanan Jampersal, pemerintah menetapkan sistem

klaim (reimbursement). Proses klaim dilakukan oleh klinik, rumah bersalin swasta

dan Polindes berdasarkan pelayanan yang telah diberikan kepada ibu hamil.

Pengajuan klaim diajukan ke Tim Pengelola Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


39

dilengkapi dengan bukti penunjang pelayanan. Bukti pelayanan pertolongan

persalinan harus ditandatangani pasien (ibu hamil, bersalin dan nifas). Kemudian

Tim Pengelola Dinkes Kabupaten/Kota melakukan verifikasi, memberikan

persetujuan, dan akhirnya membayarkan tagihan klaim.1

Adapun untuk pelayanan di rumah sakit, mekanisme klaim dilakukan

melalui mekanisme INA-CBGs. Persyaratan pengajuan klaim adalah surat

rujukan, identitas ibu hamil, SJP (Surat Jaminan Persalinan), bukti penunjang lain

yang akan diklaim, kemudian diajukan untuk diverifikasi oleh verifikator

independen di RS.1

Tabel 2.3. Bukti Penunjang Klaim

Bukti Penunjang
Jenis
No. Kartu Buku
Pelayanan Partograf Surat Rujukan
Identitas KIA
Pemeriksaan
1 + +
kehamilan
Pertolongan
2 Persalinan + +
normal
Pertolongan +
3 Persalinan + + (Kecuali
emergensi tidak
resiko tinggi diperlukan)
Pemeriksaan
pasca
4 + +
persalinan
(nifas)
Sumber : Permenkes Nomor 631 Tahun 2011 Juknis Jampersal1
Keterangan :1
a) Klaim persalinan ini tidak harus dalam paket (menyeluruh) tetapi dapat dilakukan
klaim terpisah, misalnya ANC saja, persalinan saja atau PNC saja.
b) Apabila diduga/diperkirakan adanya risiko persalinan sebaiknya pasien sudah
dipersiapkan jauh hari untuk dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih baik dan
mampu seperti Rumah Sakit.
40

c) Besaran biaya untuk pelayanan persalinan tingkat lanjutan menggunakan tarif paket
Indonesia Case Base Group (INA-CBGs).

Untuk kepentingan verifikasi, bila diperlukan dapat dilakukan uji petik

verifikasi dengan melihat kohort ibu dan bayi.1

Penyediaan kelengkapan form administrasi (kartu ibu, kartu bayi, buku

KIA, partograf, kohort ibu, kohort bayi, formulir MTBM, format pencatatan KB,

form pelaporan) menjadi tanggung jawab Pemda.1

Biaya transportasi petugas untuk ante-natal care (ANC), persalinan, dan

post-natal care (PNC) termasuk transportasi persalinan dengan risiko tinggi

(emeregensy) yang memerlukan rujukan ke fasilitas yang lebih tinggi dibiayai

melalui dana BOK. Pembiayaan transportasi petugas untuk ANC dan PNC

menjadi satu kesatuan dengan kegiatan Puskesmas lainnya.1

2.1.5.9. Pemanfaatan Dana di Puskesmas, Bidang Praktek dan Swasta

Lainnya.1
A. Dana jamkesmas dan dana persalinan terintegrasi dan merupakan dana

belanja bantuan sosial yang diperuntukkan untuk pelayanan kesehatan

peserta Jamkesmas dan pelayanan persalinan bagi seluruh ibu hamil/bersalin

yang membutuhkan.
B. Setelah dana tersebut disalurkan pemerintah melalui SP2D ke rekening

Kepala Dinas Kesehatan sebagai penanggungjawab program, maka status

dana tersebut berubah menjadi dana masyarakat (sasaran), yang ada di

rekening dinas kesehatan.


41

C. Setelah Puskesmas dan jaringannya serta fasilitas kesehatan lainnya (swasta

yang bekerjasama), melakukan pelayanan kesehatan dan mendapatkan

pembayaran klaim dari Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/kota, maka

status dana tersebut berubah menjadi pendapatan/penerimaan fasilitas

kesehatan.
D. Dana yang telah menjadi pendapatan Puskesmas sebagaimana dimaksud

angka 3 di atas, pembagiannya dapat diatur oleh Bupati atau Walikota

melalui usulan kepala Dinas Kesehatan setempat disesuaikan dengan

pengaturan yang telah atau akan diberlakukan didaerah tersebut.


E. Pengaturan sebagaimana dimaksud pada angka 4 diatur melalui peraturan

Bupati/Walikota atas usul Kepala Dinas Kesehatan yang didasari atas surat

keputusan Menteri Kesehatan tentang petunjuk teknis pelaksanaan ini.


F. Dana yang telah menjadi pendapatan fasilitas kesehatan swasta (yang

bekerjasama) sepenuhnya menjadi pendapatan fasilitas tersebut, termasuk

Bidan Praktik, Dokter Praktik, Klinik Bersalin, dan sebagainya.

2.1.6. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


2.1.6.1. Pengertian Jaminan Kesehatan

Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar

peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.18,19

2.1.6.2. Peserta dan Kepesertaan


A. Peneriman Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan

Peserta PBI Jaminan Kesehatan terdiri atas : 18

1. Orang yang tergolong fakir miskin


42

2. Orang tidak mampu.

B. Bukan Peneriman Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan

Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan terdiri atas : 18

1. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga negara

asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan anggota

keluarganya, terdiri atas:

a. Pegawai Negeri Sipil;

b. Anggota TNI;

c. Anggota Polri;

d. Pejabat Negara;

e. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;

f. Pegawai swasta;

2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga

negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan

anggota keluarganya, terdiri atas :

a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri

b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.

3. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya. terdiri atas:

a. Investor;

b. Pemberi Kerja;

c. Penerima Pensiun; Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak

pensiun; Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak
43

pensiun; Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun; janda, duda,

atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat hak pensiun;

d. Veteran;

e. Perintis Kemerdekaan;

f. janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis

Kemerdekaan; dan

Anggota keluarga meliputi istri/suami yang sah, anak kandung, anak tiri dari

perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah, sebanyak-banyaknya 5 (lima)

orang. 18

Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang

sah, dengan kriteria : 18

A. tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan

sendiri; dan

B. belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh

lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan dapat mengikutsertakan anggota

keluarga yang lain. 18

Anggota keluarga yang lain meliputi anak ke 4 (empat) dan seterusnya, ayah, ibu,

dan mertua.

C. Hak peserta 18

1. mendapatkan identitas peserta;

2. mendapatkan Nomor Virtual Account ;


44

3. memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan

BPJS Kesehatan;

4. memperoleh manfaat Jaminan Kesehatan; mencakup pelayanan promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat, alat kesehatan

dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang

diperlukan dan dilakukan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan yang

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

5. menyampaikan pengaduan kepada Fasilitas Kesehatan dan/atau BPJS

Kesehatan yang bekerja sama;

6. mendapatkan informasi pelayanan kesehatan; dan

7. mengikuti program asuransi kesehatan tambahan.

D. Kewajiban peserta 18

1. membayar iuran;

2. melaporkan perubahan data kepesertaan;

3. melaporkan perubahan status kepesertaan; dan

4. melaporkan kerusakan dan/atau kehilangan kartu identitas Peserta Jaminan

Kesehatan.

2.1.6.3. Penyelenggara pelayanan jaminan kesehatan

Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan

yang bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS

Kesehatan) berupa Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas Kesehatan

rujukan tingkat lanjutan. 18


45

Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS

Kesehatan harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif yaitu

berupa pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan

kebidanan, dan Pelayanan Kesehatan Darurat Medis, termasuk pelayanan

penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan

kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 18

Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan komprehensif, bagi Fasilitas

Kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib membangun jejaring

dengan sarana penunjang. Dalam hal diperlukan pelayanan penunjang selain

pelayanan penunjang, dapat diperoleh melalui rujukan ke fasilitas penunjang lain.


18

Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dapat berupa: 18

A. puskesmas atau yang setara;

B. praktik dokter;

C. praktik dokter gigi;

D. klinik pratama atau yang setara; dan

E. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.

Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan berupa:

A. klinik utama atau yang setara;

B. rumah sakit umum; dan

C. rumah sakit khusus.

1. Hak Fasilitas Kesehatan paling sedikit terdiri atas: 18


46

a. mendapatkan informasi tentang kepesertaan, prosedur pelayanan,

pembayaran dan proses kerja sama dengan BPJS Kesehatan.


b. menerima pembayaran klaim atas pelayanan yang diberikan kepada

Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak dokumen klaim

diterima lengkap.

2. Kewajiban Fasilitas Kesehatan paling sedikit terdiri atas: 18

a. memberikan pelayanan kesehatan kepada Peserta sesuai ketentuan yang

berlaku; dan
b. memberikan laporan pelayanan sesuai waktu dan jenis yang telah

disepakati.

3. Hak BPJS Kesehatan paling sedikit terdiri atas: 18

a. membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan Fasilitas Kesehatan;

dan
b. menerima laporan pelayanan sesuai waktu dan jenis yang telah

disepakati.

4. Kewajiban BPJS Kesehatan paling sedikit terdiri atas: 18

a. memberikan informasi kepada Fasilitas Kesehatan berkaitan dengan

kepesertaan, prosedur pelayanan, pembayaran dan proses kerja sama

dengan BPJS Kesehatan; dan


b. melakukan pembayaran klaim kepada Fasilitas Kesehatan atas pelayanan

yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari kerja

sejak dokumen klaim diterima lengkap.


2.1.6.4. Manfaat jaminan kesehatan

Setiap Peserta berhak memperoleh Manfaat Jaminan Kesehatan yang

bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif,


47

preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis

habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan.17

Manfaat Jaminan Kesehatan terdiri atas Manfaat medis dan Manfaat non

medis. Manfaat medis tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan,

manfaat non medis meliputi Manfaat akomodasi dan ambulans. Manfaat

akomodasi ditentukan berdasarkan skala besaran iuran yang dibayarkan.

Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan

kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. 17

Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan: 17

A. Penyuluhan kesehatan perorangan. Penyuluhan kesehatan perorangan

meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko

penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.


B. Imunisasi dasar. Pelayanan imunisasi dasar meliputi Baccile Calmett Guerin

(BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPTHB), Polio, dan

Campak.
C. Keluarga berencana. Pelayanan keluarga berencana meliputi konseling,

kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga

yang membidangi keluarga berencana.


D. Skrining kesehatan. Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara selektif

yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak

lanjutan dari risiko penyakit tertentu. Ketentuan mengenai tata cara

pemberian pelayanan skrining kesehatan jenis penyakit, dan waktu

pelayanan skrining kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri.

Pelayanan kesehatan yang dijamin terdiri atas: 17


48

A. pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non

spesialistik yang mencakup:


1. administrasi pelayanan;
2. pelayanan promotif dan preventif;
3. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
4. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
5. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
6. transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;
7. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan
8. rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi.
B. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan kesehatan

yang mencakup: 17
1. rawat jalan yang meliputi:
a. administrasi pelayanan;
b. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis

dan subspesialis;
c. tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis;
d. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
e. pelayanan alat kesehatan implan;
f. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
g. rehabilitasi medis;
h. pelayanan darah;
i. pelayanan kedokteran forensik; dan
j. pelayanan jenazah di Fasilitas Kesehatan.
2. rawat inap yang meliputi:
a. perawatan inap non intensif; dan
b. perawatan inap di ruang intensif.
C. pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Dalam hal pelayanan kesehatan lain sebagaimana telah ditanggung dalam

program pemerintah, maka tidak termasuk dalam pelayanan kesehatan yang

dijamin. Dalam hal diperlukan, selain pelayanan kesehatan Peserta juga berhak

mendapatkan pelayanan berupa alat bantu kesehatan. Jenis dan plafon harga alat

bantu kesehatan ditetapkan oleh Menteri. 17

Manfaat akomodasi berupa layanan rawat inap sebagai berikut: 17


49

A. ruang perawatan kelas III bagi: 17


1. Peserta PBI Jaminan Kesehatan; dan
2. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja dengan

iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III.


B. ruang perawatan kelas II bagi: 17
1. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil

golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;


2. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai

Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota

keluarganya;
3. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai

Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota

keluarganya;
4. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang setara Pegawai Negeri

Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya;


5. Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan sampai dengan 2 (dua) kali

penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin dengan 1 (satu) anak,

beserta
6. anggota keluarganya; dan
7. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja dengan

iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II;


C. ruang perawatan kelas I bagi: 17
1. Pejabat Negara dan anggota keluarganya;
2. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun pegawai negeri sipil golongan

ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota keluarganya;


3. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai

Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota

keluarganya;
4. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai

Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota

keluarganya;
50

5. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang setara Pegawai Negeri

Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota

keluarganya;
6. Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya;
7. Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan lebih dari 2 (dua) kali penghasilan

tidak kena pajak dengan status kawin dengan 1 (satu) anak, beserta

anggota keluarganya; dan


8. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja dengan

iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I.

Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi dari pada

haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan

tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS

Kesehatan dengan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan kelas perawatan.17

Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin meliputi: 17

A. pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana

diatur dalam peraturan yang berlaku;


B. pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat;


C. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan

kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan

kerja;
D. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
E. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
F. pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
G. pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
H. gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol;
I. gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat

melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;


51

J. pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur,

shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian

teknologi kesehatan (health technology assessment);


K. pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan

(eksperimen);
L. alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
M. perbekalan kesehatan rumah tangga;
N. pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian

luar biasa/wabah; dan


O. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat Jaminan

Kesehatan yang diberikan.

2.1.6.5. Besaran iuran dan tarif jaminan kesehatan

A. Besaran iuran peserta jaminan kesehatan

Iuran kepesertaan Jaminan Kesehatan wajib dibayarkan oleh setiap peserta

program Jaminan Kesehatan. Iuran harus dibayarkan paling lambat tanggal 10

(sepuluh) setiap bulannya pada Bank yang telah bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan.

Tabel 2.4. Besaran Iuran peserta Jaminan kesehatan17

Peserta Bentuk Iuran Besaran Iuran Ket.

Nilai Nominal
PBI Rp. 19.225,- Kelas III
(per jiwa)

Kelas I
PNS/TNI/POLRI/ 5% 2% dari pekerja
Dan
Pensiun (per keluarga) 3% dari pemberi kerja
Kelas II
s/d 30 Juni 2015:
Pekerja Penerima 0,5% dari pekerja
4,5 % (per keluarga) Kelas I
Upah Selain 4% dari pemberi kerja
dan Dan
PNS/TNI/POLRI/ Mulai 1 Juli 2015:
5% (per keluarga) Kelas II
Pensiun 1% dari pekerja
4% dari pemberi kerja
52

Pekerja Bukan
Rp. 25,500,- Kelas III
Penerima Upah Nilai Nominal
Rp. 42,500,- Kelas II
dan Bukan Pekerja (per jiwa)
Rp. 59,500,- Kelas I
(Mandiri)

Tabel 2.5. Besaran Iuran PBI17


Besaran Iuran Anggaran
Sasaran PBI Sumber Dana
PBI (Rp) (Rp)
Masyarakat miskin
dan tidak mampu
APBN 19.225/jiwa/bulan 19,93 T/tahun
sejumlah 86,4 juta
jiwa

B. Besaran Tarif Jaminan Kesehatan

Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan berdasarkan

kesepakatan BPJS Kesehatan dengan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah

tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri.20

BPJS wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan

kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima

lengkap. 20

BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan

tingkat pertama secara praupaya berdasarkan kapitasi atas jumlah Peserta yang

terdaftar di Fasilitas Kesehatan tingkat pertama. Dalam hal Fasilitas Kesehatan

tingkat pertama di suatu daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan

kapitasi, BPJS Kesehatan diberikan kewenangan untuk melakukan pembayaran

dengan mekanisme lain yang lebih berhasil guna. 20

BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan

rujukan tingkat lanjutan berdasarkan cara Indonesian Case Based Groups


53

(INACBGs). Besaran kapitasi dan Indonesian INA-CBGs ditinjau sekurang-

kurangnya setiap 2 (dua) tahun sekali oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan

menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan. 20

1. Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka

oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis

dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. 20


2. Tarif Non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan

kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan jumlah

pelayanan kesehatan yang diberikan. 20


3. Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-

CBGs adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada

Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan

kepada pengelompokan diagnosis penyakit. 20

Tarif pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

meliputi: 20

1. Tarif Kapitasi

Tarif Kapitasi merupakan rentang nilai yang besarannya untuk setiap

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama ditetapkan berdasarkan seleksi dan

kredensial yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. 20

Tarif Kapitasi diberlakukan bagi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang

melaksanakan pelayanan kesehatan komprehensif kepada Peserta Program

Jaminan Kesehatan berupa Rawat Jalan Tingkat Pertama. 20


54

Tarif Kapitasi Untuk Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama :

Tabel 2.6. Tarif Kapitasi Di Puskesmas20

NO PUSKESMAS TARIF (Rp)

1 Puskesmas atau Fasilitas Kesehatan yang setara 3.000 - 6.000

Tabel 2.7. Tarif Kapitasi Di RS Pratama, Klinik Pratama, Dokter Praktek, dan
Dokter Gigi Praktek. 20

JENIS FASILITAS KESEHATAN PRIMER MILIK


NO TARIF (Rp)
SWASTA
RS. Pratama, Klinik Pratama, Praktek Dokter, atau Fasilitas
1 8.000 - 10.000
Kesehatan yang setara
Praktik Dokter Gigi di luar Fasilitas Kesehatan Tabel 2.3.
2 2.000
No. 1 atau Tabel 2.4. No. 1

2. Tarif Non Kapitasi

Tarif Non Kapitasi merupakan nilai besaran yang sama bagi seluruh

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang melaksanakan pelayanan kesehatan

kepada Peserta Program Jaminan Kesehatan berupa Rawat Inap Tingkat Pertama

dan pelayanan Kebidanan dan Neonatal. 20

Pembiayaan untuk pelayanan ambulans, pelayanan obat rujuk balik,

pelayanan skrining kesehatan tertentu, dan/atau pelayanan kesehatan pada daerah

terpencil dan kepulauan dibayar oleh BPJS Kesehatan yang diatur lebih lanjut

dengan Peraturan BPJS Kesehatan. 20

Tarif Non Kapitasi Untuk Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat Pertama

dan Pelayanan Maternal dan Neonatal :

Tabel 2.8. Tarif Non Kapitasi Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat Pertama20

NO JENIS PELAYANAN TARIF (Rp)


55

Paket Rawat Inap per hari untuk Fasilitas Kesehatan berupa


1 Puskesmas dengan perawatan, Rumah Sakit Kelas D Pratama, 100.000
dan Klinik Pratama

Tabel 2.9. Tarif Non Kapitasi Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal. 20

NO JENIS PELAYANAN TARIF (Rp)


1 Pemeriksaan ANC 25.000
2 Persalinan pervaginam normal 600.000

Penanganan perdarahan paska keguguran, persalinan


3 750.000
pervaginam dengan tindakan emergensi dasar

4 Pemeriksaan PNC/neonates 25.000

5 Pelayanan tindakan paska persalinan (mis. placenta manual) 175.000

Pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan


6 125.000
neonatal
Pelayanan KB pemasangan:
100.000
7 - IUD/Implant
15.000
- Suntik
8 Penanganan komplikasi KB paska persalinan 125.000

2.2. KERANGKA TEORI


Gambar 2.
Kerangka Teori

Permasalahan para Bidan :


1. Klaim
2. Rujukan

Penyelesaian
Program
Administrasi
Jampersal
Jampersal
56

2.3. KERANGKA KONSEP


Gambar 3.
Kerangka Konsep

Program Jampersal Tidak ada


(Permenkes Nomor 631 Permasalahan
Tahun 2011 Juknis
Jampersal)

Anda mungkin juga menyukai