Anda di halaman 1dari 34

BLOK GASTROINTESTINAL

SKENARIO 3
PERUT KEMBUNG

Kelompok B15

Ketua : M. Tanwirul Qulubi 1102013176


Sekretaris : Perty Hasanah P 1102014209
Anggota : Melati Ganeza 1102014153
Nadya Aulia 1102014187
Nazza Rizky R 1102014190
Puput Aurelia 1102014210
Putri Justicarici 1102014213
Rizma Mudzalifah 1102014234

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jalan. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. 62.21.4244574 Fax. 62.21. 4244574
2015

Skenario
PERUT KEMBUNG

Seorang pria, 40 tahun, datang kedokter dengan keluhan perut kembung disertai
dengan muntah, nyeri perut, tidak bisa buang angin dan tidak bisa buang air besar sejak 1
hari yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik terlihat distensi abdomen, pemeriksaan colok dubur
didapatkan tonus spincter ani baik, ampula kolaps, serta tidak ditemukan feses, lendir, dan
darah. untuk memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan radiologi foto polos abdomen
dan BNO 3 posisi. Kemudian dokter merencanakan untuk melakukan tindakan operasi.
Pasien bersedia dilakukan tindakan operasi karena tidak bertentangan dengan ajaran islam.

Kata Sulit

1
1. Ampula kolaps : ampula mengempis/mengecil. Posisi ampula berada dibawah
plica transveralis pada rectum.
2. Torus spincter ani : bidang datar dan serat otot yang berbentuk elips.
3. Distensi abdomen : peregangan rongga abdomen, terjadi karena peningkatan tegangan
intra abdomen.
4. BNO 3 posisi : Blash Nier Oversich ( foto didaerah abdomen untuk melihat
traktus urinaria dari nier (ginjal) hingga blass (kandung kemih).

Pertanyaan
1. Mengapa pasien tidak bisa buang angin dan BAB?
2. Mengapa terjadi distensi abdomen dan kembung + muntah?
3. Apa faktor penyebab dari gejala di skenario?
4. Apa yang didapatkan dari hasil BNO 3 posisi?
5. Mengapa bias terjadi ampula kolaps?
6. Mengapa perlu dilakukan operasi?
7. Apa saja 3 posisi dari BNO ?
8. Adakah tindakan lain selain operasi?
9. Adakah pemeriksaan penunjang lain?
10. Apakah komplikasi yang terjadi apabila pasien tidak operasi?
11. Bagaimana tindakan operasi yang sesuai dengan ajaran Islam?
12. Apa kemungkinan diagnosisnya?

Jawaban
1. Karena adanya obstruksi pada usus pasien , sehingga menyebabkan konstipasi.
2. Kembung : karena obstruksi menyebabkan penumpukan gas.
Muntah : obstruksi dapat menyebabkan isi dari usus ataupun gaster refluks.
3. Volvulus, hernia, adhesi (perlengketan), tumor, invaginasi, striktura (pemyempitan) dan
trauma pasca pembedahan.
4. Kemungkinan adanya hearing bone, udara pada usus, gas diseluruh colon.
5. Karena terjadi obstruksi.
6. Bias menyebabkan refluks, kerusakan organ lain, keracunan, kematian.
7. Abdomen anterior posterior

2
Abdomen anterior posterior duduk
Abdomen LLD (Left Lateral Decubitus)
8. Bisa diberi obat antiemetik (untuk mual) , cairan elektrolit (untuk mengatasi dehidrasi
akibat muntah), pemasangan NGT dan kateter (untuk mengatasi distensi).
9. Pemesiksaan darah, urin, USG.
10. Nekrosis , dilatasi usus.
11. Oprasi boleh dilakukan apabila itu untuk kebaikan pasien (darurat) dan lebih banyak
manfaatnya dari pada mudharatnya.
12. Obstruksi usus / Ileus obstruksi

Hipotesis
Volvulus, hernia, adhesi (perlengketan), tumor, invaginasi, striktura (pemyempitan) dan
trauma pasca pembedahan dapat menyebabkan konstipasi sehingga terjadinya distensi abdomen
karena adanya kemungkinan obstruksi, gas menumpuk dan dilakukannya pemeriksaan BNO 3
posisi yang menunjukan adanya gambaran hearing bone, udara pada usus dan gas diseluruh colon.
Tatalaksana yang dapat dilakukan adalah pemberian obat antiemetik (untuk mual) , cairan elektrolit
(untuk mengatasi dehidrasi akibat muntah), pemasangan NGT ,kateter (untuk mengatasi distensi)
dan operasi yang dilakukan sesuai dengan ajaran Islam. Jika tidak dilakukan operasi makan akan
menyebabkan komplikasi seperti nekrosis usus dan dilatasi usus.

Sasaran belajar

3
1. Memahami dan menjelaskan saluran pencernaan bawah
1.1. Makroskopis
1.2. Mikroskopis
2. Memahami dan menjelaskan fisiologi usus
3. Memahami dan menjelaskan ileus
3.1. Definisi
3.2. Etiologi
3.3. Klasifikasi
3.4. Patofisiologi
3.5. Manifestasi klinis
3.6. Diagnosis
3.7. Diagnosis banding
3.8. Penatalaksanaan
3.9. Komplikasi
3.10. Prognosis
4. Memahami dan menjelaskan operasi yang sesuai dengan ajaran Islam.

1. Memahami dan menjelaskan saluran pencernaan bawah


1.1. Makroskopis

4
Intestinum Tenue (usus halus)
Asal kata : intestinum = usus; Tenue = halus

Terdiri dari :

1. Doudenum (usus duabelas jari; doudenos =


duabelas kali)
Panjang duodenum 12 jari atau 25cm, melengkung seperti
huruf C sehingga dapat dibedakan
Pars superior duodeni
Pars descendens duodeni
Pars inferior duodeni, dapat dibedakan :
o Pars horizontalis
o Pars ascendens
Pada Duodenum bermuara
Ductus pacreaticus accessories / minor (Sartorini, tidak selalu ada)
Ductus pancreaticus major (Wirsungi), serta ductus choledochus.
Didalam dinding papilla doudeni major terdapat suatu rongga disebut ampulla yang
dindingnya terdapat suatu otot yaitu m.spinchter Oddi, yang melingkar. Bila berkonstraksi
dapat menutup muara bersama ductus tersebut

2. Intestinum jejunum & Intestinum ileum


Intestinum jejunum : usus kosong; jejunus = kosong
Intestinum ileum : usus berkelok-kelok; ilien = memutar
Panjangnya sekitar 6 meter
Selain duodenum, 2/5 proximal usus intestinum tenue merupakan bagian jejunum, 3/5 distal
sisanya merupakan ileum
Dalam intestinum ileum terdapat kumpulan noduli solitarii sehingga terbentuk laminae
disebut noduli agregat atau plaques peyeri, disini tidak ada villi dan letaknya berhadapan
dengan alat penggantung ileum.
Kadang-kadang satu meter dari akhir ileum terdapat suatu tonjolan sisa ductus
omphaloenterius disebut diverticulum ilie, yaitu saluran yang menghubungkan umbilicus
dengan ileum. Bila setelah lahir masih ada disebut fistula umbilicalis.
Diameter jejunum cenderung lebih besar daripada ileum
Mesentrium jejunum cenderung lebih tebal dari pada ileum
Arteriae : berasal dari A.mesentrica superior, cabang cabangnya membentuk anyaman yaitu
arcade jejunalis da ilei A.ileocolica menuju bagian bawah ileum
Vena : senama dengan arteri

5
Inervasi : simpatis dan parasimpatis berasal dari N. Vagus dari plexus mesentricus superior

Intestinum Crassum (Usus Besar)

Intestinum Crassum (crasum = tebal) , dibagi dalam colon dan intestinum rectum
Colon dapat dibagi dalam :
Colon ascendens, dimulai dari caecum. Pada ujujng caecum berbuara bagunan kecil
berupa pipa menyerupai cacing disebut appendix vermiformis
Colon transversum
Colon descendens
Colon sigmoideuim

Caecum

Seperti kantong dengan ujung buntu menonjol kebwah


Terletak pada region ileaca dextra
Dibagian bawah terdapat juncture ileocolica tempat bermuaranya ileum
Panjangnya sekitar 6cm
Pada sisi media bawah caecum terdapat appendix vermiformis:

6
o Bentuk seperti cacing dengan panjang 8-13 cm
o Pada orang mati dapat ditemukan beberapa tipe:
Post caecalis (65%), terletak dibelakang caecum
Diescending = pelvic type (31%), terletak dibawah ileum
Subcaecalis (2,6%), terletak dibawah caecum
Ante ilei (1,0%), terletak didepan ileum
Post ilei (0,4%) terletak di belakang ileum
o Letak diregio iliaca
o Pada orang hidup dapat ditemukan semua type, karena caecum selalu
berkontraksi sehingga ujung appendix berubah-ubah, sedangkan pada orang mati
tetap
o Pada orang hidup dapat ditemukan 2 type:
Mobile type, bias berubah-ubah dapat ditemukan pada semua type
Fixed type, tetap dapat ditemukan bila ujung appendix pada peritoneum
dan type retrocaecal
o Appendix punya penutp peritoneum yang lengkap pada bagian bawah usus halus
diesbut mesiappendix
o Cara pemeriksaan appendix verniformis dengan sepertiga titick MC. Burney

o Letak taenia pada colon transversum :


Perlekatan alat penggantung dibelakang disebut taenia mesocolica
Perletakatan omentum majus dimuka disebut taenia omentalis
Diding caudal tidak ada alat yang melekat disebut taenia libera
o Taenia ini, berkas longitudinale, karena lebih pendek dari stratum circulare,
mengakibatkan stratum circulare melipat-lipat. Lipatan keluar disebut haustra
dan lipatan kedalam disebut plica semilunaris.
o Lekuk diantara haustra disebut incisura

7
o Pada caecum dilengkapi valvula ileocolica (valvula ileocaecalis) yang terdiri dari
labium superios dan labium inferior. Labium ini dibentuk oleng lipatan stratum
circular eke ventral dan dorsal membentuk frenulum.

PERDARAHAN

ARTERI

Aorta abdominalis bercabang menjadi :


1. A.coeliaca
a. A. gastric sinistra
b. A.lienalis
c. A. hepatica communis
- A. hepatica propria
- A. gastric dextra
- A. gastroduodenalis :
A. gastroduodenalis dextra
A. pancreaticoduodenalis superior (memperdarahi duodenum superior dan caput
pancreas bagian atas)
2. A. mesenterica superior
a. A. colica media (ke cranial di sebelah ventral pancreas masuk ke dalam mesocolon
transversum 2/3 proximal menuju ke colon transversum dan memperdarahinya
b. A. pancreaticoduodenalis inferior (memperdarahi pancreas dan duodenum)
c. A. colica dextra (member cabang-cabang ke colon ascendens)
d. Aa. Jejenalis (masuk ked alma mesenterium member cabang-cabang ke jejunum, jumlah
12-15, setiap arteri akan membelah menjadi dua dan bersatu dengan arteri yang
berdekatan membentuk arcade, kemudia bercabang lagi dan bersatu membentuk arcade
2,3,4)
e. A. ileocolica (pergi ke kanan caudal member cabang ke colon ascendens dan ileum)
- Ramus superior (beranastomosis dengan A.colica dextra)
- Ramus inferior :
A. caecalis anterior
A. caecalis posterior, bercabang lagi menjadi A. appendicularis
3. A. renalis
4. A. mesenterica inferior
a. A. colica sinistra (pergi ke kiri dan member cabang-cabang ke ramus ascendens : 1/3
distal colon transversum, flexura coli sinistra, ramus descendens memperdarahi bagian
atas colon descendens)
b. A. sigmoidea (member cabang-cabang ke colon descendens bagian bawah dan colon
sigmoideum)
c. A. hemorrhoidalis superior (rectalis superior) (memberi cabang-cabang ke dorsal rectum
dan anus)
Cabang-cabang a. colica media, a. colica dextra, aa. Jejenalis, aa.ileae, a. colica sinistra dan
a. sigmoidea berhubungan satu sama lain menjadi A.marginalis (Drummon), sehingga
terjadi lengkung-lengkung disebut arcades

VENA

1) V. mesenterica inferior
2) V. mesenterica superior : menerima darah balik dari :

8
- V. ileocolica
- Vv. Jejenalis
- Vv. Pancreaticoduodenalis (bersatu dulu dengan v. gastroepiploica dextra ke v.
mesenterica superior)
- V. gastroepiploica dextra
- Vv. Ileae
- V. colica dextra
- V. colica media
3) V. lienalis (bersatu dengan v. mesenterica superior menjadi V.portae)

PERSARAFAN
Oleh saraf otonom, yaitu :
a. Simpatis
Dikenal sepasang n.Splachnicus major dan minor dextra dan sinistra. Melewati crus
media dan intermedia pars lumbalis diafragmatica yang berpangkal di truncus coeliacus
Serabut postganglionnya mengikuti a.mesenterica superior serta cabang-cabangnya dan
dari chorda posterior membentuk plexus mesentericus superior
Plexus mesentericus inferior di bentuk oleh neurit-neurit sel-sel yang ada di dalam
ganglion mesentericum inferius serta serabut-serabut rr.Visceralis plexus pudenda
Sifat simpatis efferent yang membawa impuls yang menyebabkan penghambatan sekresi
kelenjar, vasokonstriksi pembuluh darah, relaksasi pada otot-otot dinding vesica felea,
ventriculus dan usus.
b. Parasimpatis
N. vagus (X) sinistra
N.Vagus (X) dextra
- Menembus diafragma di belakang esophagus (chorda posterior)
- Menuju langsung ke pangkal truncus coeliacus dan plexus coeliacus untuk
menginervasi : intestinum tenue dan crassum, gaster, 2/3 colon transversum, lien,
pancreas, hepar
- 1/3 lateral colon transversum, colon desendens, colon sigmoid diinervasi oleh
sacral 2,3,4 (pusat parasimpatis)

1.2. Mikroskopis

Intestinum Tenue

Panjang : 23 kaki ( 7 m)
Terdiri dari : duodenum, jejunum dan ileum
Dinding terdiri dari 4 lapisan, sesuai pola saluran cerna
Susunan intestinum tenue dibuat khusus untuk mencerna absorbsi
Untuk memperluas permukaan absorbsi terdapat struktur :

9
1. Plica semicircularis Kerkringi
Merupakan lipatan permanen yang berjalan spiral atau
melingkar terdiri atas seluruh tebal mukosa dengan
submukosa di bagian tengahnya.
Tiap lipatan dapat melingkari 2/3 atau lebih lumen usus,
tetapi jarang melingkari seluruh lumen usus.
Berkembang secara maksimal pada akhir duodenum dan
pada bagian proksimal jejunum, setelah itu berkurang dan
menghilang pada setengah bagian distal ileum.

2. Villi intestinalis
Penonjolan pada mukosa, - 1 mm yang terdiri dari
l. propria dan dibatasi epithel pada permukaannya
epithel pada permukaannya
Pada duodenum, lebar spt daun
Pada jejunum, lbh halus mirip jari
Di dasar villi terdapat muara-muara kelenjar
berbentuk sumur-sumur disebut Crypti
Lieberkuhn
Kelenjar ini merupakan tubulosa simplex,
terbentang sampai mencapai muscularis mucosa
Lamina propria villi :
Jar reticular halus, dgn sedikit serat elastin & collagen
Terdapat sel-sel lymphosit, netrophyl, plasmocyte & macrophag
Di tengah villi tdpt pembuluh lymph, besar, tunggal, ujung buntu, disebut
pembuluh lacteal
Juga terdapat jala kapiler darah plexus saraf dan serat-serat mus cular polos berasal
dari permukaan dalam muscularis mucosa

3. Microvilli
Tonjolan-tonjolan dinding sel ke permukaan lumen merupakan brushborder
Masing-masing mikrovili diliputi oleh membran plasma, yang lapisan luarnya
dilengkapi dengan jala filamen halus yang memberi gambaran kabur.
Selubung filamen ini mengisi ruang ruang antar mikrovili dan ujung-ujungnya ,
membentuk suatu lapisan permukaan yang tidak terputus-putus, mengandung
glikoprotein, dan tahan terhadap bahan proteolitik dan mukolitik.

10
Tunica mucosa

Epithel usus halus epithel


selapis, silindris terdiri dari :
- Sel absorbtif
Terletak di atas lamina basal
Intinya lonjong dan terletak di bagian basal sel
Tiap sel mempunyai batas yang bergaris (striated border) atau berbentuk sikat (brush
border) yang terdiri atas mikrovili berjajar dan berhimpitan.
Lapisan glikoprotein dibentuk oleh sel-sel silindris dan mengandung enzim-enzi,
pencernaan seperti disakarida dan dipeptidase yang memecah gula dan peptida
Sel silindris juga membentuk enzim fosfatase alkali dan enterokinase yang terdapat pada
lapisan permukaan.

- Sel Goblet
Tersebar diantara sel-sel absorbtif, makin ke distal usus halus makin banyak. Kelenjar
Unicellular. Mensekresikan mucus. Memberikan reaksi PAS +
Tersebar di antara sel-sel silindris
Jumlahnya bertambah dari duodenum sampai ujung ileum.
Pada umumnya dasar sel ramping berwarna gelap dan berisi inti.
Puncaknya mengembung berbentuk khusus karena kumparan butir-butir sekret mukus.
Seperti sel silindris, sel goblet bermigrasi dari kriptus ke vilus
Kemudian semakin banyak butir sekret yang ditimbun, bentuk selnya makin menyerupai
piala, dan dilepaskan diujung vilus.

- Sel enteroendocrine
Mengeluarkan peptida pengatur aktif yang berhubungan dengan sekresi lambung, motilitas
intestinal, sekresi pankreas, dan kontraksi kandung empedu.

11
Tersebar diantara sel-sel absortif dan sel goblet:
Sel gastrinintestinal pada vili dan kriptus
Sel penghasil somastatin (sel D) sepanjang usus halus
Sel penghasil cholecystokinine (sel I) crypti duodenum dan jejunum
Sel penghasil enteroglucagon/glycentine (sel L) pada mucosa jejunum dan ileum
Sel enterochromaffin sel EC1) sepanjang mukosa usus halus , penghasil serotonin dan
substan P
Sel K paling sering terlihat pada crypti duodenum dan jejunum, mengahsilkan gastric
inhibitory peptide.

- Sel Paneth
Terdapat pada dasar crypti Lieberkuhn. Berbentuk piramid, inti di basal dengan granula
sekretorik sangat eosinophyl yang terdapat supranuclear. Fungsi dan mekanisme pelepasan
granula belum diketahui
Ditemukan hanya pada dasar cryptus usus halus
Berbentuk piramid dengan dasar lebar dan puncak sempit
Sel paneth menghasilkan lisozim suatu enzim yang mencerna dinding sel bakteri
tertentu , dan agaknya berkemampuan memfagositosis bakteri tertentu.
Walaupun fungsinya belum diketahui dengan pasti, ia mungkin mengatur flora mikrobial
usus.
Sel paneth dewasa mengandung banyak granula dan terletak di dasar kriptus
Sel yang kurang dewasa terletak agak tinggi pada kriptus
Pergantian sel paneth lebih lambat (30-40 hari) dibanding dengan sel silindris atau sel
goblet.

Lamina propria
Jaringan ikat reticular jarang
terdapat diantara kelenjar intestinal dan di tengah vilus.
Digambarkan sebagai jaringan ikat longgar yang menjurus ke arah limfoid.
Di dalam jala serat retikulin terdapat sel retikular primitif denga inti besar, lonjong, dan
pucat, limfosit, makrofag dan sel plasma.
Terdapat sel limphocyte kecil, lymphonodulus soliter, dengan atau tanpa sentrum
germinativum
Makin kedistal nodulus bertambah besar dan bertambah banyak. Membentuk agregat besar
terdiri dari 20/lebih lymphonodulus disebut plaques Peyeri
Dari sudut pandang imunologik, lamina propria adalah penting dengan sel limfosit dan
makrofag sebagai sawar antara tubuh dan antigen, mikroorganisme dan bahan asing lainnya
yang selalu ada di dalam lumen usus.

Tunica muscularis mucosa


Dua lapis tipis, sebelah dalam sirkular, sebelah luar longitudinal
Diterobos pembuluh darah dan limf, duktus, saraf otonom, plexus Meissneri

Tunica submucosa
Jaringan ikat jarang, pembuluh darah, pembuluh lymph
Plexus Meissneri
Kelenjar Brunner :
- Kelenjar tubulosa bercabang complex
- Berkembang paling baik pada duodenum
- Sel-sel mukosa, mensekresi lendir

12
Tunica muscularis externa
Ada 2 lapisan :
Lapisan dalam, circular
Lapisan luar, longitudinal
Diantara keduanya sering terdapat ganglion parasimpatis, plexus myentericus Auerbach motor
inervasi peristaltic

Tunica serosa
Terdiri dari any peny jarang yang dilapisi oleh mesothelium, kecuali bagian retroperitoneal
duodenum ditutupi tunica adventitia

Duodenum
Usus 12 jari, panjang 25 cm
Tidak mempunyai mesenterium
Tempat muara ductus empedu dan pancreas
Villus berbentuk daun, 40/mm2
Bagian depan diliputi serosa dan bagian belakang diliputi adnventitia
Submucosa mgd kel Brunner, Tubulosa bercabang-cabang berkelok-kelok. Tersusun dalam
lobuli. Ductus menembus m. mucosa bermuara ke dalam cryptus Lieberkuhn

Jejunum

Paling panjang, 2,5 3 mm


Mesenterium menggantung pada bgn posterior rongga abdomen
Di proximal villi, bentuk spt lidah, makin ke distal bentuk seperti jari dan lebih panjang
Tidak ada kel Brunner dan plaque Peyeri
Plica semicircularis tinggi mudah dikenal

Ileum
Panjang 4 4,5 m
Villi intestinalis kurus-kurus
Sel Goblet amat banyak
Plica semicircularis pendek
Seperti jejunum juga digantung kan pada mesenterium

13
Ciri : banyak mgd lymphonoduli agregati (plaque Peyeri) di dalam l. propria menembus sampai
submucosa. Letaknya pada arah berlawanan dgn mesenterium. Lymphonoduli berbentuk buah pir,
kubah menonjol ke arah
Lumen. Bila nodulus mencapai lumen, biasanya tidak diliputi villi, tetapi oleh epithel selapis yang
disebut epithel kubah. Epitel kubah terdiri dari sel khusus yang berfungsi untuk transport antigen
dari lumen usus ke lapisan bawah lymphonodulus, disebut Associated Follicle epithelium (M cell),
berbentuk cuboid.

Colon (Usus besar)

Tunica mucosa
Tidak mempunyai villi, permukaan relatif rata
Sel epithel :
- Sel absorbtif, silindris, brushborder lbh pendek dari usus halus
- Sel Goblet jauh lbh banyak, makin ke distal makin banyak

Lamina propria
Nodulus soliter, lbh besar, lbh banyak sering menonjol kedalam submucosa. Crypti
Lieberkuhn lebih panjang dan lebih lurus
Muscularis mucosa 2 lapis : Lap dalam sirc, lap luar long

Tunica submucosa
Terdiri dari any peny jarang tanpa kelenjar Cryptus
Pada lapisan lebih dalam terdapat plexus Meisner

Tunica muscularis
Lap dalam circular
Lap luar longitudinal, membentuk penebalan
berbentuk pita di 3 tempat (Taenia coli) selebar 1 N. Lymphaticus soliter
cm
Taenia lbh pendek dari lapisan lapisan sebelah dalamnya terbentuk lipatan2 kearah lumen
dan kantong2

Apendiks
Panjangnya 25 cm
Dalam potongan melintang, lumennya sempit dan biasanya dengan batas yang tidak
teratur.
Vili tidak ada dan kelenjar intestinal jumlahnya sedikit dan panjang tidak teratur
Epitel permukaan tersusun dari sel silindris dengan striated border dan sel
gobletnya sedikit,
Di dalam kriptus terdapat sedikit sel paneth, dan banyak sel enteroendokrin.
Apendiks seringkali sebagai tempat peradangan akut dan kronis, sehingga sukar
mendapatkan apendiks yang normal. Biasanya terdapat eosinofil dan neutrofil
dalam lamina propria dan submukosa.
Dalam jumlah banyak eosinofil dan neutrofil berturut-turut menunjukkan adanya
infeksi menahun dan infeksi akut.

14
Sekum, kolon dan rektum
Kelenjar intestinal lebih dalam pada usus besar dari pada usus kecil dan letaknya
lebih berhimpitan. Di kolon dalamnya 0,5 mm, sedangkan di rektu mencapai 0,75
mm.
Sel goblet jumlahnya banyak dan sel enteroendokrinkadangkala terdapat di bawah
di dalam kelenjar.
Sel paneth tidak ada
Lamina propria di antara kelenjar sama dengan yang ada di usus halus, dan
mengandung noduli limfatisi yang letaknya tersebar meluas di submukosa.
Pada sekum dan kolon, lapisan muskularis longitudinal tidak merupakan lapisan
yang utuh tetapi membentuk 3 pta memanjang, sebagai taeniae coli.
Pada rektum lapisan longitudinal ini kembali menjadi lapisan yang utuh.
Tunika serosa, pada permukaan yang tidak melekat di dinding abdomen pagian
posterior, membentuk tonjolan-tonjolan kecil terdiri atas jaringan lemak yaitu
apendiks epiploika.

- Batas rektum anus


Disini membran mukosa membentuk lipatan-liptan memanjang disebut Kolumna
Rektalis Morgagni.
Epitel silindris tiba-tiba berubah menjadi epitel berlapis gepeng yang meluas sedikit
ke bawah sebagai daerah peralihan antara epitel usus dan kulit.
Pada anus, epitelnya mengandung lapisan tanduk dan dibawahnya terdapat kelenjar
tubulosa bercabang disebut kelenjar sirkumanal
Pada bagian bawah rektum, dan pada saluran anus, lapisan dalam muskularis
menebal, sebagai sfingter ani internum

15
Mengelilingi saluran anus adalah berkas-berkas otot lurik, yang membentuk sfingter
ani eksternum.
(Leeson,1996; Junqueira,2007)

2. Memahami dan menjelaskan fisiologi saluran pencernaan bawah

Fungsi Usus
Usus Halus (intestinum tenue)

Usus halus mempunyai 2 fungsi utama pencernaan dan absorbsi bahan-bahan nutrisi dan air. Semua
akitivitas lainnya mengatur atau mempermudah berlangsungnya proses ini.

Usus Besar (intestinum crissum)

Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus.
Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah nampir
lengkap pada kolon. bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung
massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.

Mekanisme Usus
Kerja empedu terjadi sebagai akibat dari sifat deterjen asam-asam empedu yang dapat melarutkan
zat-zat lemak dengan membentuk misel. Misel merupakan agregat asam empedu dan molekul-
molekul. Lemak membentuk inti hidrofobik, sedangkan asam empedu karena merupakan molekul
polar, membentuk permukaan misel dengan ujung hidrofobik mengarah ke dalam dan ujung
hidrofilik menghadap keluar menuju medium cair. Bagian sentral misel juga melarutkan vitamin-
vitamin larut lemak dan kolesterol. Jadi asam-asam lemak bebas, gliserida dan vitamin-vitamin
yang larut dalam lemak dipertahankan dalam larutan sampai mereka dapat di absorbsi oleh
permukaan sel epitel.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus enteriukus).
Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat-zat makanan
sambil diabsorbsi. Enzim-enzim utama pencernaan adalah kelenjar ludah menghasilkan amylase
(ptyalin) ludah; kelenjar ludah menghasilkan pepsin dan lipase lambung; mukosa duodenum
menghasilkan enterokinase; kelenjar eksokrin pankreas menghasilkan tripsin, kemotripsin,
karbosipeptidase, nuclase, lipase pankreas; amilase pankreas; hati menghasilkan asam empedu
(bukan enzim), kelenjar usus menghasilkan aminopeptidase, dipeptidase, maltase, lactase, sukrosa,
lipase usus, nucleotidase.

Dua hormon penting dalam pengaturan usus. Lemak yang bersentuhan dengan mukosa duodenum
menyebabkan kontraksi kantong empedu yang diperantarai oleh kerja kolesistokinin. Hasil-hasil
pencemaan tak lengkap yang bersentuhan dengan mukosa duodenum, merangsang sekresi getah
pankreas yang kaya akan enzim; hal ini diperantarai oleh kerja pankreozimin.

Parikreozimin dan kolesistokinin sekarang diduga merupakan satu hormon yang sama, yang
mempunyai efek berbeda, hurmon ini dinamakan CCK (beberapa buku teks menyebut hormon ini
CCK-PZ). Hormon ini dihasilkan oleh mukosa duodenum.

Asam yang bersentuhan dengan mukosa usus menyebabkan dikeluarkan hormon lain, sekretin dan
jumlah yang keluarkan sebanding dengan asam yang mengalir melalui duodenum. Sekretin
merangsang sekresi getah yang mengandung bikarbonat dari pankreas, dan empedu dari hati.Sekretin
memperbesar kerja CCK.

16
Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas,
hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakkan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke
ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorbsi optimal dan suplai kontinue isi lambung.

Absorbsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pengamatan karbohidrat, lemak dan protein (gula
sederhana, asam-asam lemak dan asam-asam amino) melalui dindirig usus ke sirkulasi darah dan
limfe untuk digunakan oleh sel- sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi.
Absorbsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif yang sebagian besar
kurang dimengerti.

Besi dan kalsium sebagian besar diabsorbsi dalam duodenum dan abscrbsi kalsium memerlukan
vitamin D, vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K) diabsorbsi dalam duodenum dan
memerlukan garam-garam empedu. Asam folat dan vitamin-vitamin lain yang larut dalam air juga
diabsorbsi di duodenum. Absorbsi gula, asam-asam amino dan lemak sebagian besar diselesaikan
menjelang kimus mencapai jejunum. Absorbsivitamin B12 berlangsung pda ileum terminal melalui
mekanisme transport khusus yang memerlukan faktor intrinsik lambung. Sebagian besar asam-asam
empedu yang dikeluarkan oleh kandung empedu ke dalam duodenum untuk membantu pencernaan
lemak, akan diabsorbsi pada ileum terminal dan masuk kembali ke hati. Siklus ini dinamakan
sirkulasi enterohepatik garam-garam empedu dan sangat penting dalam mempertahankan cadangan
empedu.

Dengan demikian asam-asam atau garam-garam empedu mampu bekerja mencenakan leniak berkali-
kali sebelum dikeluarkan dalam feses.

Penyakit atau reseksi ileum terminal dapat menyebabkan deifisiensi garam-garam empedu dan
mengganggu pencernaan lemak. Masuknya garam- garam empedu dalam jumlah besar ke dalam
kolon menyebabkan iritasi kolon dan diare.

Usus Besar

Kolon mengabsorbsi sckitar 600 ml air per/ hari, bandingkan dengan usus halus yang mengabsorbsi
sekitar 8 000 ml. Kapasitas absorpsi usus besar adalah sekitar 2000 ml/hari. Bila jumlah ini
dilampaui, misalnya karena adanya kiriman yang berlebihan dan ileum, maka akan terjadi diare.

Berat akhir feses yang dikeluarkan per hari sekitar 200 g, 75% diantaranya berupa air. Sisanya terdiri
dari residu makanan yang tidak diabsorpsi, bakteri, sel epitel yang mengelupas, dan mineral yang
tidak diabsorbsi.

Sedikitnya pencernaan yang terjadi di usus besar terutama diakibatkan oleh bakteri dan bukan karena
kerja enzim. Usus besar mengsekresikan mucus alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus ini
bekerja untuk melumasi dan melindungi mukosa.

Bakteri usus besar munsintesis vitamin K. dan beberapa vitamin B. Pembusukan oleh bakteri dari
sisa-sisa protein menjadi asam amino dan zat- zat yang lebih sederhana seperti peptida, indol, skatol,
fenol dan asam lemak.

Pembentukan berbagai gas seperti NH3, CO2, H2 dan CH4 membantu pembentukan flatus di kolon.
Beberapa subtansi ini dikeluarkan dalam feses, sedangkan zat lainnya diabsorpsi dan diangkut ke
hati di mana zat-zat ini akan diubah manjadi senyawa yzng kurang toksik dan diekskresikan melalui
kemih. Fermentasi bakteri pada sisa karbohidrat juga melepaskan CO2 , H2 dan CH4 yang merupakan
komponen flatus. Dalam sehari secara normal dihasilkan sekitar 1.000 ml flatus. Kelebihan gas
dapat terjadi pada aerofagia (menelan udara secara berlebihan) dan pada peningkatan gas di dalam

17
lumenusus, yang biasanya berkaitan dengan jenis makanan yang dimakan. Makanan yang mudah
membentuk gas seperti kacang-kacangan mengandung banyakkarbohidrat yang tidak dapat dicerna.

Pada umumnya, pergerakan usus besar adalah lambat. Pergerakan usus besar yarg khas adalah
gerakan mengaduk haustra. Kantong-kantong atau haustra teregang dan dari waktu ke waktu otot
sirkular akan berkontrasi untuk mengosongkannya. Pergerakannya tidak progresif, tetapi
menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik dan meremas-remas sehingga memberi cukup waktu
untuk absorbsi. Terdapat dua jenis peristaltik propulsif;

(1) kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan,
menyumbat beberapa haustra, dan

(2) penstaltik massa, merupakan kontraksi yang mengbatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini
menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua
sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks gastrokolik setelah makan, khususnya setelah
makanan pertama masuk pada hari itu.

3. Memahami dan menjelaskan ileus


3.1. Definisi
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang
segera memerlukan pertolongan atau tindakan.Ileus Obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya
pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Ileus Paralitik adalah hilangnya peristaltik
usus sementara.

3.2. Etiologi
1. Perlengketan :
Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pasda jaringan parut
setelah pembedahan abdomen

2. Intusepsi :
Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat
penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan peristaltik
yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada anaka-anak dimana
kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut
(ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.

3. Volvulus :
Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan
penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi. Keadaan ini dapat juga
terjadi pada usus halus yang terputar pada mesentriumnya. Tindakan bedah, infeksi dan bahkan
endometriosis sering menyebabkan peradangan peritoneum loka atau generalisata (peritonitis). Pada

18
penyembuhan dapat terjadi perlekatan antara segmen usus atau dinding abdomen dan tempat
operasi.

4. Hernia :
Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen atau defek di
dinding rongga peritoneum yang memungkinkan terbentukkan tonjolan peritoneum mirip kantong
yang dilapisi serosa

5. Tumor :
Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan
tekanan pada dinding usus.

6. Inkarserasi (terperangkap) :
Massa visera yang meningkat di dalam hernia sehingga massa tersebut terperangkap akibat adanya
stasis dan edema secara permanen.

7. Strangulasi :
Gangguan lebih lanjut dimana pasokan darah dan drainase menyebabkan infark segmen yang
terperangkap

Faktor Predisposisi

Penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang disebabakan disfungsi umum kelenjar
eksokrin pancreas. Keadaan ini menyebabakan berkurangnya enzim pancreas yang mengalir ke
lumen usus halus sehingga issi usus halus menjadi kental dan menyumbat lumen usus. Gambaran
radiologist yang ditemukan ialah pelebaran usus dan tampak bayangan udra yang granular diantara
mekonium yang kental tersebut.

3.3. Klasifikasi
Ada dua tipe obstruksi yaitu :

19
1. Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini
dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya
intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan,
hernia dan abses.
Obstruksi mekanik, menurut lokalisasinya dibagi menjadi :
Obstruksi mekanik rendah
Obstruksi mulai dari caecum sampai anorektal. Obstruksi ini paling banyak disebabkan oleh tumor
ganas, penyebab lainnya adalah :
- Volvulus
- Scibala
- Paralise colon distal (pseudoparalise)

Obstruksi mekanik tinggi


Menurut letaknya dapat dibedakan menjadi :
a. Obstruksi diatas pylorus, dapat disebabkan :
- Stenosis pylorus
- Strictur
- Obstruksi oleh karena keganasan
- Bezoar
Pada obstruksi ini gejalanya yang menonjol adalah : muntah-muntah dimana muntahannya dapat
dirasakan seperti asam lambung, serangan rasa nyeri lebih sering, distensi abdomen agak kurang.
b. Obstruksi dibawah pylorus. Obstruksi terjadi mulai dari pylorus sampai ileocaecal junction,
obstruksi ini sering ditemukan pada :
- Adhesion (perlengketan)
- Hernia interna
- Volvulus
- Gumpalan Ascaris
Pada obstruksi ini muntahannya faeculent (feces) warna kuning seperti tinja. Serangan nyeri perut
agak jarang, tetapi perut lebih distensi.

2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)


Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti
sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot,
gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.
Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga kelompok (Bailey,2002):
a. Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.
b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.

Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar (Sjamsuhidajat & Jong, 2005; Sabiston,1995) :
1. Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya pembuluh darah.
2. Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan pembuluh darah
sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan
gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.
3. Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan keluar suatu gelung
usus tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi.

20
Untuk keperluan klinis, ileus obstruktif dibagi dua (Stone, 2004):
1. Ileus obstruktif usus halus, termasuk duodenum
2. Ileus obstruktif usus besar

3.4. Patofisiologi
Penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau
mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus .
hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen
usus yang berupa gas dan cairan pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang
menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi) akibat peningkatan tekanan intralumen yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah.
Karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya
absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Sumbatan yang terjadi
menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah.
Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan serangan kolik abdomen
dan muntah-muntah.
Muntah merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan
ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok hipotensi, pengurangan curah
jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik.
Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan
sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan
peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga
peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.

Etiologi1 penyumbatan intestinal penyempitan lumen usus pasase lumen usus terganggu

Bagian proksimal3 obstrusi tersumbat Pengumpulan isi lumen2

Distensi4

Tekanan intralumen sekresi kelenjar pencernaan aliran air dan Na+

Iskemik akumulasi cairan dan gas - Dehidrasi


terus bertambah - Hipotensi

Kehilangan cairan ke
Peritoneum seluruh bagian obstruksi
menyumbat

Nekrosis

Permabilitas hiperperistaltik

- Kolik abdomen

21
- Muntah

Kehilangan cairan dan elektrolit

- Perfusi jaringan
- Asidosis metabolit
- Syok hipovolumik

Ileus Obstruktif

Akumulasi gas dari cairan didalam lumen setelah proksimal dari letatak obstruksi

Distensi Proliferasi bakteri yang berlangsung cepat Kehilangan H2O dan elektrolit

Tekanan intralumen Volume ECF

Iskemia dinding usus

Iskemia dinding usus

Kehilangan cairan menuju ruang peritonium

Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistemik

Peritonitis septikemia Syok Hipovolemik

3.5. Manifestasi klinis


1. Obstruksi usus halus
a. Obstruksi sederhana
Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang
jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri abdomen
bervariasi dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.
Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah periumbilikal atau
nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul dengan adanya fase bebas
keluhan. Muntah akan timbul kemudian, waktunya bervariasi tergantung letak sumbatan.
Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi
selalu terjadi terutama pada obstruksi komplit.
b. Obstruksi disertai proses strangulasi
Kira-kira sepertiga obstruksi dengan strangulasi tidak diperkirakan sebelum dilakukan
operasi. Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan
nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia.
Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi maka diperlukan tindakan operasi segera untuk
mencegah terjadinya nekrosis usus.

22
2. Obstruksi usus besar
Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan biasanya
terasa di daerah epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya
iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri.
Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah timbul
kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila terjadi
refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus.
Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi
distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi
dan dindingnya yang lebih tipis.

Beberapa gejala dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe: obstruksi usus halus (tinggi ataupun rendah), dan
obstruksi usus besar.
1. Obstruksi usus halus tinggi: biasanya diawali dengan muntah-muntah hebat, dan dapat menyebabkan
dehadrasi dengan cepat. Distensi biasanya minimal, dan pada pemeriksaan radiografi, hanya dapat
ditemukan sedikit dilatasi usus halus
2. Obstruksi usus halus rendah: gejala yang dominan adalah nyeri, ditambah dengan distensi sentral.
Biasanya tidak langsung terjadi muntah-muntah. Pada radiografi, terlihat dilatasi multipel dari usus
halus.
3. Obstruksi usus besar: distensi menjadi gejala yang dominan. Nyeri dirasakan tidak terlalu hebat;
muntah dan dehidrasi merupakan gejala klinis yang terjadi beberapa hari setelah onset. Pada
radiografi, terlihat dilatasi dari colon proximal dari tempat obstruksi. Usus halus dapat dilatasi
apabila terdapat valvula ileocaecal incompetent.
(Bailey & Love, 2013)

Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif


Nyeri abdomen
Muntah
Distensi
Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi).
Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada :
Lokasi obstruksi
Lamanya obstruksi
Penyebabnya
Ada atau tidaknya iskemia usus

3.6. Diagnosis
Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan penyebabnya, misalnya
berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi sebelumnya atau terdapat hernia (Sjamsuhudajat
& Jong, 2004; Sabara, 2007).
Pada ileus obstruksi usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus obstruksi
usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah pada ileus obstruksi usus halus berwarna
kehijaun dan pada ileus obstruktif usus besar onset muntah lama (Anonym, 2007)

Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit
maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia
dan massa abdomen. Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltik usus (Gambar 2.4) yang bisa

23
bekorelasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah. Penderita tampak gelisah
dan menggeliat sewaktu serangan kolik (Sabiston, 1995; Sabara, 2007)

2. Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang
mencakup defance musculair involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa yang
abnormal (Sabiston, 1995; Sabara, 2007).

3. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik gemerincing logam bernada
tinggi dan gelora (rush) diantara masa tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan
penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga bising usus)
bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa juga ditemukan dalam ileus
paralitikus atau ileus obstruksi strangulata (Sabiston, 1995).

Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rektum dan pelvis. Ia bisa
membangkitkan penemuan massa atau tumor serta tidak adanya feses di dalam kubah rektum
menggambarkan ileus obstruktif usus halus. Jika darah makroskopik atau feses postif banyak
ditemukan di dalam rektum, maka sangat mungkin bahwa ileus obstruktif didasarkan atas lesi
intrinsik di dalam usus (Sabiston, 1995). Apabila isi rektum menyemprot; penyakit Hirdchprung
(Anonym, 2007).

Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan colok dubur

Pada tahap-tahap pemeriksaan dengan metode colok dubur (rectal toucher: baca; rektal tuse) untuk
menilai adakah nyeri tekan, massa abnormal, pembesaran prostat, tinja, darah, atau lendir. Colok dubur
juga untuk memeriksa kemungkinan adanya hemoroid (wasir atau ambeien). Otot lingkar dubur atau
sphincter ani diperiksa bagaimana kekuatannya atau tonusnya. Pada laki-laki diperiksa apakah ada
hidrokel atau varikokel. Hidrokel adalah suatu penumpukan cairan pada kantung buah zakar atau
skrotum. Varikokel adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) pada leher buah zakar yang
menimbulkan rasa nyeri dan bisa menyebabkan kemandulan. Pengobatan varikoket dengan tindakan
operasi.

Pada pemeriksaan ini, kita dapat memilih posisi pasien sbb:

a. Left lateral prone position

Letak miring memudahkan pemeriksaan inspeksi dan palpasi anal kanal dan rektum. Tetapi posisi
ini kurang sesuai untuk pemeriksaan peritoneum.

b. Litothomy position

Posisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin yang tidak memerlukan pemeriksaan
anus secara detail. Dianjurkan dalam pemeriksaan prostate dan vesika seminalis karena
memudahkan akses pada cavum peritoneal.

c. Knee-chest position

24
Posisi ini biasanya tidak/kurang menyenangkan bagi pasien.

d. Standing elbow-knee position, posisi ini jarang digunakan.

- Pemeriksaan laboratorium

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi sangat
membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam resusitasi. Pada tahap awal,
ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi,
leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan.
Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38% -
50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non strangulata.

Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi.

Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit.

Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan
metabolik asidosis bila ada tanda - tanda shock, dehidrasi dan ketosis

- Pemeriksaan endoskopi

Endoskop adalah alat yang digunakan dalam pemeriksaan endoskopi. Alat ini berbentuk pipa kecil
panjang yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh, misalnya ke lambung, ke dalam sendi, atau ke
rongga tubuh lainnya. Di dalam pipa tersebut terdapat dua buah serat optik. Satu untuk
menghasilkan cahaya agar bagian tubuh di depan ujung endoskop terlihat jelas, sedangkan serat
lainnya berfungsi sebagai penghantar gambar yang ditangkap oleh kamera. Di samping kedua serat
optik tersebut, terdapat satu buah bagian lagi yang bisa digunakan sebagai saluran untuk pemberian
obat dan untuk memasukkan atau menghisap cairan. Selain itu, bagian tersebut juga dapat dipasangi
alat-alat medis seperti gunting kecil, sikat kecil, dll.
Endoskopi dilakukan pada keadaan:
1.keluhan saluran cerna yang berulang(kronis atau berat).dilakukan tindakan gastroskopi
2.pendarahan saluran cerna atas(muntah darah dan buang air besar berwarna hitam) dilakukan
tindakan gastroskopi
3.pendarahan saluran cerna bawah.dilakukan kolonoskopi
4.adanya perubahan kebiasaan pada waktu buang air besar.dilakukan tindakan kolonoskopi.
5.pengobatan varices(pelebaran) pembuluh darah pada tenggorokan.dilakukan tindakan gastroskopi.

Endoskop biasanya digunakan bersama layar monitor sehingga gambaran organ yang diperiksa
tidak hanya dilihat sendiri oleh operator, tetapi juga oleh orang lain di sekitarnya. Gambar yang
diperoleh selama pemeriksaan biasanya direkam untuk dokumentasi atau evaluasi lebih lanjut.

25
PEMERIKSAAN RADIOLOGI

a. Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau posisi dekubitus) dan posisi
tegak thoraks

Temuan spesifik untuk obstruksi usus halus ialah dilatasi usus halus ( diameter > 3 cm ), adanya air-
fluid level pada posisi foto abdomen tegak, dan kurangnya gambaran udara di kolon. Sensitifitas
foto abdomen untuk mendeteksi adanya obstruksi usus halus mencapai 70-80% namun
spesifisitasnya rendah. Pada foto abdomen dapat ditemukan beberapa gambaran, antara lain:
1) Distensi usus bagian proksimal obstruksi

2) Kolaps pada usus bagian distal obstruksi

3) Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels

4) Posisi supine dapat ditemukan :

a) distensi usus

b) step-ladder sign

5) String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang berderet

6) Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisi udara dan gelung usus yang
berbentuk U yang dibedakan dari dinding usus yang oedem.

7) Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.(Moses, 2008)

Ileus paralitik dan obstruksi kolon dapat memberikan gambaran serupa dengan obstruksi usus halus.
Temuan negatif palsu dapat ditemukan pada pemeriksaan radiologis ketika letak obstruksi berada di
proksimal usus halus dan ketika lumen usus dipenuhi oleh cairan saja dengan tidak ada udara.
Dengan demikian menghalangi tampaknya air-fluid level atau distensi usus. Keadaan selanjutnya
berhubungan dengan obstruksi gelung tertutup. Meskipun terdapat kekurangan tersebut, foto
abdomen tetap merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien dengan obstruksi usus halus
karena kegunaannya yang luas namun memakan biaya yang sedikit.

.- CT enterography (CT enteroclysis)


Pemeriksaan ini menggantikan enteroclysis pada penggunaan klinis. Pemeriksaan ini merupakan
pilihan pada ileus obstruksi intermiten atau pada pasien dengan riwayat komplikasi pembedahan

26
(seperti tumor, operasi besar). Pada pemeriksaan ini memperlihatkan seluruh penebalan dinding
usus dan dapat dilakukan evaluasi pada mesenterium dan lemak perinerfon. Pemeriksaan ini
menggunakan teknologi CT-scan dan disertai dengan penggunaan kontras dalam jumlah besar. CT
enteroclysis lebih akurat disbanding dengan pemeriksaan CT biasa dalam menentukan penyebab
obstruksi (89% vs 50%), dan juga lokasi obstruksi (100% vs 94%).(Nobie, 2009)

- MRI

Keakuratan MRI hampir sama dengan CT-scan dalam mendeteksi adanya obstruksi. MRI juga
efektif untuk menentukan lokasi dan etiologi dari obstruksi. Namun, MRI memiliki keterbatasan
antara lain kurang terjangkau dalam hal transport pasien dan kurang dapat menggambarkan massa
dan inflamasi. (Nobie, 2009)

3.7. Diagnosis banding

Ileus dapat disebabkan oleh adanya proses dalam intraabdominal dan retroperitoneal, termasuk
iskemik usus, kolik ureter, fraktur pelvis dan setelah operasi abdomen. Jika terjadi ileus paralitik,
nyeri biasanya tidak terlalu berat dan lebih konstan. Obstipasi dan distensi abdomen menunjukkan
adanya obstruksi usus besar. Muntah jarang terjadi dan nyeri tidak bersifat kolik. Diagnosa dapat
ditegakkan berdasarkan adanya hasil foto roentgen yang menunjukkan adanya obstruksi dilatasi
kolon bagian proksimal.
Obstruksi usus halus dapat dikacaukan dengan gastroenteritis akut, apendisitis akut dan pankreatitis
akut. Obstruksi strangulasi mempunyai keluhan yang mirip dengan pankreatitis akut, enteritis
iskemik atau penyumbatan vaskular mesenterika yang berhubungan dengan trombosis vena. Ileus
obstruksi harus dibedakan dengan ileus paralitik.

3.8. Penatalaksanaan

a) Pre-operatif Dasar pengobatan obstruksi usus meliputi :


1. Penggantian kehilangan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus sampai pencapaian tingkat
normal hidrasi dan konsentrasi elektrolit bisa dipantau dengan mengamati pengeluaran urin (melalui
kateter), tanda vital, tekanan vena sentral dan pemeriksaan laboratoriumberurutan.

2. Dekompressi tractus gastrointestinal dengan sonde yang ditempatkan intralumen dengan tujuan
untuk dekompressi lambung sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi usus, dan membatasi
masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran pencernaan,sehingga mengurangi distensi usus yang
bisa menyebabkan peningkatan tekanan intalumen.

3. Pemberian antibiotika untuk pencegahan pertumbuhan bakteri berlebihan bersama dengan produk
endotoksin dan eksotoksin.

b) Operatif Tergantung dari etiologi masing-masing :


- Adhesi Pada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih
kembali.
- Hernia inkarserata Dapat dilakukan Herniotomi untuk membebaskan usus dari jepitan.
- Neoplasma Operasi berupa pengangkatan tumor. Pada tumor jinak pasase usus harus
dipulihkan kembali, sedangkan pada tumor ganas sedapat mungkin dilakukan reseksi
radikal.

27
- Askariasis Jika terdapat obstruksi lengkap, atau jika pengobatan konservatif tidak berhasil
dapat dilakukan operasi dengan jalan enterotomi untuk mengeluarkan cacing, tapi apabila
usus sudah robek, atau mengalami ganggren dilakukan reseksi bagian usus yang
bersangkutan.
- Carsinoma Colon Operasi dengan jalan reseksi luas pada lesi dan limfatik regionalnya.
Apabila obstruksi mekanik jelas terjadi, maka diperlukan persiapan Colostomi atau
Sekostomi.
- Divertikel Reseksi bagian colon yang mengandung divertikel dapat dikerjakan secara elektif
setelah divertikulitis menyembuh. Dapat dianjurkan untuk menempatkan colostomy
serendah mungkin, lebih disukai dalam colon desendens, atau colon sigmoideum. Untuk
memungkinkan evaluasi melalui colostomy dan mencegah peradangan lebih lanjut pada
tempat abses. Reseksi sigmoid biasanya dilakukan dengan cara Hartman dengan colostomy
sementara. Cara ini, dipilih untuk menghindari resiko tinggi gangguan penyembuhan luka
anastomosis yang dibuat primer dilingkungan radang. Prosedur Hartman jauh lebih aman
karena anastomosis baru dikerjakan setelah rongga perut dan lapangan bedah bebas
kontaminasi dan radang.
- Volvulus Pada volvulus sekum dilakukan tindakan operatif yaitu melepaskan volvulus yang
terpelintir dengan melakukan dekompresi dengan sekostomi temporer, yang juga berefek
fiksasi terhadap sekum dengan cara adhesi. Jika sekum dapat hidup dan tidak terdistensi
tegang, maka detorsi dan fiksasi sekum di qudran bawah bisa dicapai. Pada volvulus
sigmoid jika tidak terdapat strangulasi, dapat dilakukan reposisi sigmoidoskopi. Cara ini
sering meniadakan volvulus dini yang diikuti oleh keluarnya flatus. Reposisi sigmoidodkopi
yang berhasil pada volvulus dapat dicapai sekitar 80% pasien. Jika strangulasi ditemukan
saat laparatomi, maka reseksi gelung sigmoideum yang gangrenous yang disertai dengan
colostomi double barrel atau coloctomi ujung bersama penutup tunggal rectum (kantong
Hartman) harus dilakukan.
- Intusussepsi Sebelum dilakukan tindakan operasi, dilakukan terlebih dahulu dengan reduksi
barium enema, jika tidak ada tanda obstruksi lanjut atau perforasi usus halus. Bila reduksi
dengan enema tidak dapat dilaksanakan maka dilakukan operasi berupa eksplorai abdomen
melalui suatu insisi transversal pada quadran kanan bawah. Intusussepsi tersebut kemudian
direduksi dengan kompressi retrograde dari intusussepsi secara hati-hati. Reseksi usus
diindikasikan bila usus tersebut tidak dapat direduksi atau usus tersebut ganggren.

Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu kritis serta tergantung
atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan
memperhatikan keadaan keseluruhan pasien (Sabiston, 1995).

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk
mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab ileus
obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa
pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan (Sabiston, 1995; Sabara, 2007)
Dekompresi pipa bagi traktus gastrointestinal diindikasikan untuk duaalasan (Sabiston, 1995;
Sabara, 2007):
1. Untuk dekompres lambung sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi usus.
2. Membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran pencernaan,sehingga mengurangi
distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dan kemungkinan ancaman
vaskular.

Pipa yang digunakan untuk tujuan demikian dibagi dalam dua kelompok (Sabiston, 1995) :
1. Pendek, hanya untuk lambung.

28
2. Panjang, untuk intubasi keseluruhan usus halus.
Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan
keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparatom (Sabara, 2007).
Pemberian antibiotika spektrum lebar di dalam gelung usus yang terkena obstruksi strangulasi
terbukti meningkatkan kelangsungan hidup. Tetapi, karena tidak selalu mudah membedakan antara
ileus obstruksi strangulata dan sederhana, maka antibiotika harus diberikan pada semua pasien ileus
obstruksi (Sabiston,1995) Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ
vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah
pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila (Sabara, 2007) :
1. Strangulasi
2. Obstruksi lengkap
3. Hernia inkarserata
4. Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT, infus, oksigen
dan kateter)

Tindakan yang terlibat dalam terapi bedahnya masuk kedalam beberapa kategori mencakup
(Sabiston, 1995)
1. Lisis pita lekat atau reposisi hernia
2. Pintas usus
3. Reseksi dengan anastomosis
4. Diversi stoma dengan atau tanap resksi.

Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita harus
mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa
pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik (Sabara, 2007)

Terapiumum
1.Istirahat
Dirawat di ruangan gawat darurat
Segera pasang sonde lambung (NGT)
Selang rectal
Pasang kateter

2.Diet
Pasien puasa
Nutrisi perenteral total sampai ada bising usus atau mulai flatus

3.Medikamentosa Obat pertama :


Prostigmin 3 x 1 sampai IV untuk memacu mobilitas usus
Antibiotik

Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat
diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah. Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah
mengawasi tanda tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi
mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena
seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda-tanda vital dan
jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan

29
nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi
pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen.

OBAT ANTIEMETIK
Antagonis reseptor H1
Antagonis reseptor muskarinik
Antagonis reseptor dopamin
Antagonis reseptor serotonin
Cannabinoid
Steroid
1. Antagonis reseptor H1
Cinnarizine, cyclizine, dimenhydrinate, promethazine
Tidak dapat digunakan utk mual-muntah krn rangsangan pada CTZ
Efektif utk mabuk kendaraan dan mual-muntah krn rangsangan pada lambung
Diberikan sebelum timbul gejala mual-muntah
Puncak antiemetik : 4 jam, bertahan selama 24 jam
KI : wanita hamil trimester I (kec. Promethazine)
2. Antagonis reseptor muskarinik
Hyoscine
Untuk mual-muntah krn gangguan labirin dan rangsangan lokal di lambung
Tidak dapat digunakan utk mual muntah krn rangsangan pada CTZ
Puncak antiemetik : 1-2 jam
ES : drowsiness, mulut kering, penglihatan kabur, retensi urin
3. Antagonis reseptor dopamin
Metoklopramid
Domperidone Phenothiazine
4. Metoklopramid
Bekerja di CTZ
P.o., T1/2 4 jam, ekskresi via urine
ES : krn blokade reseptor dopamin di SSP gangguan pergerakan pada anak2 dan dewasa muda,
mengantuk, fatigue/lemah
Stimulasi release prolaktin galaktore dan gangguan menstruasi
Efek pada motilitas usus diare
5. Domperidone
Antagonis reseptor D2
Antiemetik untuk vomitting postoperatif dan akibat kemoterapi kanker
ES : diare
6. Phenothiazine
Neuroleptik : chlorpromazine, prochlorperazine, trifluoperazine dpt sebagai antiemetik
Triethylperazine hny sbg antiemetik
Dapat digunakan utk vomitting krn rangsangan pada CTZ
Tidak efektif utk muntah krn rangsangan di lambung
Cara kerja antagonis reseptor D2 di CTZ, menghambat reseptor histamin dan muskarinik
Pemberian p.o., rektal, atau parenteral
7. Antagonis serotonin

30
Serotonin (5-hidroksitriptamin) a direlease oleh CNS atau lambung a transmitter emesis
Antagonis serotonin : ondansetron, granisetron
Sangat baik utk terapi mual-muntah akibat obat sitotoksik
Pemberian p.o, injeksi IV pelan, infus
T1/2 5 jam
ES : sakit kepala, gangguan GIT
8. Cannabinoid
Nabilone derivat cannabinol sintetik menurunkan muntah krn rangsangan pada CTZ
Pemberian : p.o, absorpsi baik
T1/2 120 menit, ekskresi via urine dan feses
ES : jarang, a. l. drowsiness, dizziness, mulut kering, perubahanmood, hipotensi postural,
halusinasi, dan reaksi psikotik
9. Steroid
Dosis tinggi, dpt digunakan sendiri atau kombinasi dgn obat lain
Glukokortikoid deksametason dan metilprednisolon
Mekanisme kerja blm diketahui
Sinergisme dg ondansetron

3.9. Komplikasi
Jika pengobatan tertunda, dehidrasi dan mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit dapat
mempersulit pengobatan, atau dehidrasi dapat berkembang menjadi syok hipovolemik, yang sering
fatal. Pengobatan tertunda secara signifikan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Usus
dapat menjadi berlubang, kadang-kadang melalui titik lemah yang sudah ada (divertikulum), yang
dapat mengakibatkan peritonitis . abses perut , luka pecah (dehiscence), sepsis , dan infeksi pasca
operasi dapat terjadi. Pada 5% sampai 42% dari kasus, usus kecil dapat menjadi terjepit dan suplai
darah berkurang serius (Khan). Hal ini dapat menyebabkan gangren dan nekrosis berikutnya
jaringan usus, komplikasi yang sangat serius dengan tingkat kematian yang tinggi.
Komplikasi mungkin termasuk atau dapat menyebabkan:
Elektrolit (kimia darah dan mineral) ketidakseimbangan dehidrasi , Lubang (perforasi) pada usus
infeksi, Penyakit kuning (menguningnya kulit dan mata), Jika obstruksi blok suplai darah ke usus,
dapat menyebabkan infeksi dan kematian jaringan (gangren).

Risiko kematian jaringan terkait dengan penyebab penyumbatan dan berapa lama telah
hadir. Hernia, volvulus, dan intususepsi membawa risiko gangren yang lebih tinggi.
Pada bayi yang baru lahir, ileus paralitik yang menghancurkan dinding usus (necrotizing
enterocolitis) adalah mengancam nyawa dan dapat menyebabkan infeksi darah dan paru-paru

3.10. Prognosis
Prognosis yang tak mengakibatkan strangulasi mempunyai angka kematian sekitar 5%.
Kebanyakan yang meninggal adalah pasien yang sudah lanjut usia. Obstruksi yang disertai
dengan strangulasi mempunyai angka kematian 8%. Kalau operasi dilakukan dalam jangka
waktu 36 jam sesudah timbulnya gejala yang bersangkutan.

4. Memahami dan menjelaskan operasi yang sesuai dengan ajaran Islam.

31
Terkadang seorang muslim diuji oleh Allah dengan suatu penyakit, dia ingin sembuh dari
penyakit tersebut, dia mengetahui bahwa berobat dianjurkan, akan tetapi penyakit di
mana dia diuji oleh Allah dengannya, jalan menuju kepada kesembuhannya menurut para
dokter adalah operasi. Pertanyaannya bagaimana pandangan syariat terhadap
operasi medis yang umumnya adalah tindakan pembedahan?

Dalil-dalil dari al-Qur`an dan sunnah menetapkan dibolehkannya operasi medis


dengan syarat-syaratnya, dan bahwa tidak ada dosa atas seorang muslim melakukannya
untuk meraih kesembuhan dari penyakit yang Allah ujikan kepadanya dengan izin Allah.
Adapun dalil-dalil tersebut maka ia sebagai berikut:

Firman Allah, Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (Al-Maidah: 32). Dalam
ayat ini Allah memuji orang yang berusaha menghidupkan dan menyelamatkan jiwa dari
kematian dan sudah dimaklumi bahwa dalam banyak kasus operasi medis menjadi sebab
terselamatkannya jiwa dari kematian yang hampir dipastikan.

. Adapun dari sunnah maka ada beberapa hadits yang bisa dijadikan pijakan dalam
menetapkan dibolehkannya operasi medis, di antaranya:
1. Hadits hijamah (berbekam)
Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw berbekam di kepalanya. (HR. Al-Bukhari). Dari Jabir bahwa dia
menjenguk orang sakit. Dia berkata, Aku tidak meninggalkan tempat ini sebelum kamu berbekam
karena aku mendengar Rasulullah saw bersabda, Padanya terdapat kesembuhan.
(HR. Al-Bukhari). Hadits tersebut menetapkannya disyariatkannya hijamah dan sudah dimaklumi
bahwa hijamah dilakukan dengan membedah atau menyayat tempat tertentu pada tubuh untuk
menyedot darah kotor dan membuangnya. Jadi disyariatkannya hijamah merupakan dasar
dibolehkannya membedah tubuh untuk membuang penyakit atau penyebab penyakit.

2. Hadits Jabir bin Abdullah .


Syariat Islam tidak melarang operasi medis secara mutlak dan tidak membolehkan secara
mutlak, syariat meletakkan larangan pada tempatnya dan pembolehan pada tempatnya,
masing-masing diberi hak dan kadarnya. Jika operasi medis memenuhi syarat-syarat yang
diletakkan syariat maka dibolehkan karena dalam kondisi ini target yang diharapkan yaitu
kesembuhan dengan izin Allah bisa diwujudkan, sebaliknya jika tim medis berpandangan bahwa
operasi tidak bermanfaat, tidak mewujudkan sasarannya atau justru menambah penderitaan
penderita maka dalam kondisi ini syariat melarangnya.

Inilah syarat-syarat dibolehkannya operasi medis yang diletakkan oleh fuqaha Islam dalam buku-
buku mereka, syarat-syarat ini diambil dari dasar-dasar kaidah syariat.
1) Hendaknya operasi medis disyariatkan.
2) Hendaknya penderita membutuhkannya.
3) Hendaknya penderita mengizinkan.
4) Hendaknya tim medis menguasai.
5) Hendaknya peluang keberhasilan lebih besar.
6) Hendaknya tidak ada cara lain yang lebih minim mudharatnya.
7) Hendaknya operasi medis berakibat baik.
8) Hendaknya operasi tidak berakibat lebih buruk daripada penyakit penderita.

32
DAFTAR PUSTAKA

http://ilmubedah.info/ileus-obstruksi-definisi-etiologi-gambaran-klinik-diagnosis-terapi-prognosis

Faradilla, Nova (2009). Obstruksi Ileus.Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi vol.2 . Ed. 7. Jakarta : EGC. 648-649

Price, SA ., Wilson, LM . 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol 1. Ed. 6.
Jakarta : EGC.

Fisiologi :

1. Guyton & Hall, (1996), Textbook of medical physiology. 9th Ed. Pennsylvania. W.B. Saunders
Company.

2. Sherwood. L, (2004), Human Physiology: From Cells to System. 5 th ed. Singapore. West.
International Thomson Publishing

3. Ganong.W.F, (2001), Review of Medical Physiology. 20 th Ed The McGraw-Hill Companies.

Histologi :
1. Junquiera L.C., Carneiro J, (2007), Histologi Dasar, Text dan Atlas, edisi 10, Penerbit buku
kedokteran EGC

Patologi Klinik :
1. Siti Boedina Kresno,(2005), Imunologi, Diagnosis dan Prosedur Laboratorim ed FKUI

2. Sjamsuhidajat r, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC,2003.

Anatomi :
Sofwan, Achmad. 2014. Tractus Digestivus. Fakultas Kedokteran YARSI

33

Anda mungkin juga menyukai