Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau
ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (UU. No 10, 1992). keluarga adalah kumpulan dua
orang / lebih hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu
punya peran masing-masing (Friedman 1998).

Anak merupakan bagian dari keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau gambaran
dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian karena anak merupakan
individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah
usia bertambah.

Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir dari masa kanak-kanak sejak usia 6
tahun atau masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak.

Selama pertengahan tahun masa kanak-kanak ini, dasar-dasar untuk peran dewasa
dalam pekerjaan, rekreasi, dan interaksi sosial terbentuk. Dinegara-negara industri periode ini
dimulai saat anak mulai masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun, pubertas sekitar usia 12
tahun merupakan tanda akhir masa kanak-kanak menengah. Langkah perkembangan selama
anak mengembangkan kompetensi dalam ketrampilan fisik, kognitif, dan psikososial. Selama
masa ini anak menjadi lebih baiak dalam berbagai hal; misalnya, mereka dapat berlari lebih
cepat dan lebih jauh sesuai perkembangan kecakapan dan daya tahannya.

Saat anak melalui penyesuaian ini, perawat membantu meningkatkan kesehatannya.


Hal ini dilakukan dengan membantu orang tua dan anak mengidentifikasi stresor potensial
dan merancang intervensi untuk meminimalkan stres dan respons stres anak. Intervensi
melibatkan orang tua, anak dan guru untuk mencapai ke-0berhasilan yang maksimal.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keluarga dan anak usia sekolah ?
2. Bagaimana tugas keluarga dalam tahap anak usia sekolah ?
3. Bagaimana perkembangan anak usia sekolah ?
4. Apa saja masalah yang biasa muncul pada anak usia sekolah ?
5. Bagaimana proses keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keluarga dan anak usia sekolah.
2. Untuk mengetahui tugas keluarga dalam tahap anak usia sekolah.
3. Untuk mengetahui perkembangan anak usia sekolah.
4. Untuk mengetahui masalah yang biasa muncul pada anak usia sekolah.
5. Untuk mengetahui proses keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Defenisi keluarga dan anak usia sekolah

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau
ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (UU. No 10, 1992). keluarga adalah kumpulan dua
orang / lebih hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu
punya peran masing-masing (Friedman 1998).

Rentang kehidupan yang dimulai dari usia 6 sampai mendekati 12 tahun memiliki
berbagai label, yang masing-masing menguraikan karakteristik penting dari periode tersebut.

B. Tugas keluarga dalam tahap anak usia sekolah

Tugas orang tua pada tahap ini adalah untuk belajar mengahadapi pisah pisah dengan,
atau lebih sederhana, membiarkan anak pergi. Lama-kelamaan hubungan dengan teman
sebaya, dan kegiatan-kegiatan di luar rumah akan memaikan peranan yang lebih besar dalam
kehidupan anak usia sekolah tersebut. Tahun-tahun ini dipenuhi oleh kegiatan-kegiatan
keluarga, tapi ada juga kekuatan-kekuatan yang secara perlahan-lahan mendorong anak
tersebut pisah dari keluarga sebagai persiapan yang perlahan-lahan. Akan tetapi, dalam
contoh-contoh dimana peran ibu merupakan sentral dan merupakan satu-satunya peran yang
signifikan dalam kehidupan wanita, maka proses pisah ini merupakan sesuatu yang
menyakitkan dan dipertahankan mati-matian.

Selama tahap ini orangtua merasakan tekanan yang luar biasa dari komunitas di luar
rumah melalui sistem sekolah dan berbagai asosiasi di luar keluarga yang mengharuskan
anak-anak meraka menyesuaikan diri dengan standar-standar komunias bagi anak. Hal ini
cenderung mempengaruhi keluarga-keluarga kelas menengah untuk lebih menekankan nilai-
nilai tradisional pencapaian dan produktivitas, dan menyebabkan sejumlah keluarga dari
kelas pekerja dan banyak keluarga miskin mersa tersingkir dari dan konflik dengan sekolah
dan/ nilai-nilai komunitas.

Kecacatan pada anak-anak akan ketahuan selam periode kehidupan anak ini. Para
perawat sekolah dan guru akan mendeteksi banyak defek pengelihatan, pendengaran, bicara,
selain kesulitan belajar, gangguan tingkah laku, dan perawatan gigi yang tidak adekuat,
penganiayaan anak, penyalahgunaan zat, dan penyaki-penyakit menular ( Adelman & Madle,
1986). Bekerja dengan keluarga dengan peran sebagai konselor dan pendidik dalam bidang
kesehatan, selain untuk memulai rujukan yang layak untuk skrining lanjutan, membutuh
energi yang sangat banyak dari seorang perawat sekolah. Ia juga bertindak sebagai
narasumber bagi guru sekolah, memungkinkan guru mampu menangani kebutuhan-
kebutuhan kesehatan individu atau yang telah lazim dari siswa-siswa secara lebih efektif.

Ada banyak keadaan cacat yang terdeteksi selama tahun-tahun sekolah, termasuk
epilepsy, serebral palsi, retardasi mental, kanker, kondisi ortopedik. Fungsi utama perawat
kesehatan di sini disamping fungsi rujukan, megajar, dan memberikan konseling kepda orang
tua mengenai kondisi tersebut akan membantu keluarga melakukan kping sehingga pengaruh
yang merugikan dari cacat tersebut pada keluarga dapat diminimalkan.

Bagi Anak-anak dengan masalah tingkah laku, perawat keluarga di sekolah klinik,
kantor dokter, dan lembaga-lembaga komunitas harus mengupayakan keterlibatan orang tua
secara aktif. Memulai rujukan untuk konseling/ terapi keluarga sering amat bermanfaat dalam
membantu keluarga agar sadar akan masalah-masalah keluarga yang mungkin mempengaruhi
anak usia sekolah secara merugikan. Jika orang tua dapat menata kembali perilaku anak
sebagai sebuah masalah keluarga dan berupaya mencari resolusi dengan focus baru tersebut,
akan tercapai lebih banyak fungsi-fungsi keluarga dan tingkah laku anak yang sehat ( Bradt,
1988).

Tugas Perkembangan keluarga

1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan


mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuskan.
3) Memenuhi kebutuhan fisik keluarga.
4) Sebagai keluarga muslim, hendaknya memahamkan pada anak sejak dini tentang
Islam.
C. Perkembangan anak usia sekolah
1. Perkembangan biologis
Saat umur 6-12 tahun, pertumbuhan rata-rata 5 cm pertahun untuk tinggi badan dan
meningkat 2-3 kg pertahun untuk berat badan. Selama usia tersebut, anak laki-laki
dan perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung kurus
dan tinggi, anak perempuan cenderung gemuk. Pada usia ini, pembentukan jaringan
lebih cepat perkembangannya daripada otot.

2. Perkembangan psikososial
Menurut freud, perkembangan psikoseksualnya digolongkan dalam fase laten, yaitu
ketika anak berada dalam fase Oedipus yang terjadi pada masa prasekolah dan
mencintai seseorang. Dalam tahap ini, anak cenderung membina hubungan yang erat
dan akrap dengan teman sebaya, juga banyak bertanya tentang gambar seks yang
dilihat dan dieksploitasi sendiri melalui media.
Menurut Erickson, perkembangan psikoseksualnya berada dalam tahap industri vs
inverior. Dalam tahap ini, anak mampu melakukan atau menguasai keterampilan yang
bersifst teknologi dan social, memiliki keinginan untuk mandiri, dan berupaya
menyelesaikan tugas, inilah yang merupakan tahap industri. Bla tugas tersebut tidak
dapat dilakukan, anak akan menjadi inferior. Tahap ini sangat dipengaruhi factor
intrinsik (motivasi, kemampuan, tanggungjawab yang dimiliki, kebebasan yang
dimiliki, interaksi dengan lingkungan, dan teman sebaya ) dan factor ekstrinsik
(penghargaan yang didapat, stimulus, dan keterlibatan orang lain).

3. Temperamen
Sifat temperamental yang dialami sebelumnya merupakan factor terpenting dalam
perilakunya pada masa ini. Pola perilakunya menunjukkan anak muda bereaksi
terhadap situasi yang baru. Pada usia ini, sifat temperamental ini sering muncul
sehingga peran orang tua dan guru sangat besar untuk mengendalikannnya. Yang
perlu dilakukan orang tua dan guru adalah bersabar, menciptakan situasi baru agar
tidak bosan, menjadi figure dalam sehari-hari, selalu memberikan harapan, dan
mengurangi ketergantungannya dengan cara memberikan pengertian.

4. Perkembangan kognitif
Menurut peaget, usian ini berada dalam tahap operasional konkrit, yaitu anak
mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol. Selama periode ini
kemampuan anak belajar konseptual mulai meningkat dengan pesat dan memiliki
kemampuan belajar dari benda, situasi, dan pengalaman yang dijumpai. Kemampuan
anak yang dimiliki dalam tahap opersional konkrit :
a. Konservasi, menyukai sesuatu yang didapat dipelajari secara konkrit bukan
magis.
b. Klasifikasi, mulai belajar mengelompokkan, menyusun, dan menguruntukan.
c. Kombinasi, mulai mencoba belajar dengan angka dan huruf sesuai dengan
keinginannya yang dihubungkan dengan pengalaman yang diperoleh sebelumnya.

5. Perkembangan moral
Masa akhir kanak-kanak, perkembangan moralnya dikatagorikan oleh kohlbherg
berda dalam tahap konvesional. Pada tahap ini, anak mulai belajar peraturan-
peraturan yang berlaku, menerim peraturan, dan merasa bersalah bila tidak sesuai
dengan aturan yang telah diterimanya. Anak mencoba bersikap konsekuen. Ornag tua
perlu memberikan suatu imbalan atau hukuman terhadap perilaku anak.

6. Perkembangan spiritual
Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah konkrit atau nyata dari
pada belajar tentang God. Mereka mulai tertarik terhadap surag dan neraka
sehingga cenderung melakukan atau mematuhi peraturan, karena takut bila masuk
neraka. Anak mulai belajar tentang alam nyata dan sulit memahami simbol-simbol
supranatural sehingga konsep-konsep religius perlu disajiakan secara konkrit atau
nyata dan juga mencoba menghubungkan fenomena yang terjadi dengan logika.

7. Perkembangan bahasa
Pada usia ini terjadi penambahan kosakata umum yang berasal dari berbagai pelajaran
di sekolah, bacaan, pembicaraan, dan media. Kesalahan pengucapan mengalami
penurunan karena selama mencari pengalaman anak telah mendengar pengucapan
yang benar sehingga mampu mengucapkannya dengan benar. Pembentukan
kalimatnya teratur dan tidak terpotong-potong setelah usia 9 tahun. Untuk
meningkatkan pengertian terhadap bahasa, anak perlu diberi kesempatan
mendengarkan radio dan menonton televise untuk meningkatkan konsentrasi dan
pengertian. Juga perlu dilibatkan dalam pembicaraan sosial sehingga egosenrisnya
sedikit hilang. Pembicaraan yang dilakukan dalam tahap ini lebih terkendalai dan
terseleksi, karena anak menggunakan pembicaraan sebagai alat komunikasi.
8. Perkembangan sosial
Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia berkelompok, yanag ditandai dengan
adanya minat terahadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang
kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok. Wujud dari aktivitas ini banyak orang
menyebut sebagai geng anak, tetapi berbeda tujuannya dengan geng remaja. Tujuan
dari geng anak-anak dianta

9. Perkembangan seksual
Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya dari teman-taman telebih guru dan
pelajaran di sekolah. Anak mulai berupaya menyesuaikan penampilan, pakaian,l dan
bahkan gerk gerik sesuai dengan peran seksnya. Kecenderungan pada usia ini, anak
mengembangkan minat-mionat yang sesuai denga dirinya. Disini, peran orang tua
sangat penting untukl mempersiapkan anak menjelang pubertas.

10. Perkembangan konsep diri


Perkembangan konsep diri sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan dengan orang tua,
saudara dan sanak keluarga lain. Saat usia ini, anak-anak membentuk konsep diri
ideal, seperti dalm tokoh-tokoh sejarah, cerita khayalan, sandiwara, film, dan tokoh
nasional atau dunia yang dikagumi, untuk membangun ego idea, yang menurut Van
den Daele berfungsi sebagai standar perilaku umum yang diinternalisasi. Pada usia ini
pula, anak pada umumnya mencari identitas diri agar diterima kelompoknya karena
takut kehilangan dukungan dari kelompok.

D. Masalah yang biasa muncul pada anak usia sekolah


1. BAHAYA FISIK
a. Penyakit
Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi tanggung
jawabnya
Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan kebersihan
diri
b. Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan
kesempatan untuk keberhasilan social
Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak
menjadi rendah diri
c. Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap
sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi
psikologisnya sehingga anak merasa takut dan hal ini dapat berkembang
menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan social
d. Kecanggunga
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila
muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
e. Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya
sebagai perilaku kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai
penolakan yang dapat mempengaruhi konsep diri anak.

2. BAHAYA PSIKOLOGIS
a) Bahaya dalam berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak-anak usia
sekolah yaitu :
kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan
menghambat komunikasi dengan orang lain
kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat
anak jadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja
anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan
sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa
bahwa ia berbeda pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan
merendahkan orang lain, membual akan ditentang oleh temannya.

b) Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat
sehingga kurang disenangi orang lain

c) Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota
kelompok, anak dilarang berkhayal, dilarang melakukan kegiatan kreatif dan
bermain akan menjadi anak penurut yang kaku.
d) Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas
terhadap diri sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang lainbila konsep
sosialnya didasarkan pada pelbagai stereotip, anak cenderung berprasangka dan
bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena konsepnya
berbobot emosi dan cenderung menetap serta terus menerus akan memberikan
pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak
e) Bahaya moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-
anak :
1) perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau berdasarkan
konsep-konsep media massa tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan
kode orang dewasa
2) tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku
3) disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang
sebaiknya dilakukan
4) hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
5) menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan
sehingga menjadi perilaku kebiasaan
6) tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah

f) Bahaya yang menyangkut minat


Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak :
1) tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman
sebaya
2) mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai
bagi dirinya, misal kesehatan dan sekolah

g) Bahaya hubungan keluarga


Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
1) Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai peran orang
tua dan merasa bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak cenderung
mempunyai hubungan yang buruk dengan anak-anaknya
2) Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam
melaksanakan tugas sekolah dan harapan-harapan orang tua maka orang tua
sering mengkritik, memarahi dan bahkan menghukum anak
3) Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan disiplin
lunak pada keluarga kecil yang keduanya menimbulkan pertentangan dirumah
dan meyebabkan kebencian pada anak. Disiplin yang demokratis biasanya
menghasilkan hubungan keluarga yang baik.
4) Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih
buruk dari temannya maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang tua
cenderung membenci hal itu
5) Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi
persaan anak dan bila ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu diwarnai oleh
pandangan teman-temannya mengenai wanita karier dan oleh banyaknya
beban yang harus dilakukan di rumah.
6) Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai dengan harapan
idealnya anak, anak cenderung bersikap kritis dan membandingkan orang
tuanya dengan orang tua teman-temannya.
7) Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya pilih kasih
terhadap saudara-saudaranya maka anak akan menentang orang tua dan
saudara yang dianggap kesayangan orang tua
8) Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak menyukai sikap
sanak keluarga yang terlalu memerintah atau terlalu tua dan orang tua akan
memarahi anak serta sanak keluarga membenci sikap sianak
9) Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua
kandung yang tidak serumah akan memperlihatkan sikap kritis, negativitas
dan perilaku yang sulit.

E. Peran perawat pada Asuhan Keperawatan keluarga pada anak sekolah


Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada
keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat
membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan
kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Peran
perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pendidik (educator)


Pendidik membantu perubahan perilaku dalam suatu keluarga, mulai dari perilaku
yang tidak sehat menjadi prilaku yang sehat. Perawat sebagai pendidik agar
mengadakan perubahan pola berfikir ,tingkah laku klien, keluarga dan masyarakat.
2. Sebagai penesehat (Counselor)
Dengan kemampuan berkomunikasi terapeutik maka perawat memiliki peran
membantu memecahkan masalah dalam keluarga.
3. Sebagai innovator
Peran perawat sebagai pembaharu karena perawat memiliki kreatifitas, inisiatif, cepat
tanggap terhadap lingkungan keluarga.
4. Sebagai pembela (advocate)
Perlindungan terhadap hak-hak keamanan dalam pelayanan kesehatan, perawat
berperan untuk membela hak-hak suatu keluarga sehingga lebih mempermudah
keluarga dalam mencapai kesehatan.

Peran perawat tersebut diharapkan dapat memberikan kemandirian dalam suatu


keluarga sehingga bertujuan agar fungsi keluarga berjalan dengan baik.
1. Keluarga dapat mengetahui jenis penyakit yang mengganggu kesehatan
2. Keluarga dapat membuat keputusan tindakan kesehatan
3. Keluarga dapat merawat anggota keluarga yang sakit.
4. Keluarga dapat mempertahankan struktur atau lingkungan yang sehat.
5. Keluarga senantiasa memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat.
Dengan kelima fungsi keluarga tersebut berjalan dengan baik maka status kesehatan
keluaga tersebut dapat ditingkatkan

F. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah


1. Pengkajian
1) Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga (sesuai dengan materi askep keluarga)
2) Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
a. Identitas anak
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
c. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini
d. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari)
e. Pertumbuhan dan prekembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah
dicapai)
f. Pemeriksaan fisik

3) Pengkajian fokus
a) Bagaimana karakteristik teman bermain.
b) Bagaimana lingkungan bermain.
c) Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah.
d) Bagaimana stimulasi terhadap tumbang anak dan adakah sarana yang dimiliki.
e) Bagaimana temperamen anak saat ini.
f) Bagaimana pola anak jika menginginkan suatu barang.
g) Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak.
h) Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini.
i) Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah.
j) Sudahkah anak memperoleh imunisasi ulangan selain di sekolah.
k) Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah saat bermain.
l) Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini.
m) Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah, apa jenisnya.
n) Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luang.
o) Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarganya.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat dua sifat, yaitu :
1) Berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal sesuai usia anak
2) Berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada lima tugas keluarga
yang bertujuan agar keluarga memahami dan memfasilitasi perkembangan anak.

Masalah yang dapat digunakan untuk perumusan diagnosa keperawatan yaitu :

1. Masalah aktual/risiko
a. Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan tubuh
b. Menarik diri dari lingkungan sosial
c. Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah
d. Mudah dan Sering marah
e. Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang dibebankan
f. Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga
g. Keengganan melakukan kewajiban agama
h. Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
i. Gangguan komunikasi verbal
j. Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat banyak waktu yang digunakan
untuk bermain)
k. Nyeri (akut/kronis)
l. Trauma atai cedera pada sistem integumen dan gerak

2. Potensial atau sejahtera


a. Meningkatnya kemandirian anak
b. Peningkatan daya tahan tubuh
c. Hubungan dalam keluarga yang harmonis
d. Terpenuhinya kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannya
e. Pemeliharaan kesehatan yang optimal

3. Intervensi
1. Aktual
Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anak yang sakit
Tujuan : Hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan dukungan
yang adekuat
Intervensi :
a. Diskusikan tentang tugas keluarga
b. Diskusikan bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis saat anggota
keluarga sakit
c. Kaji sumber dukungan keluarga yang ada disekitar keluarga
d. Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya
pertolongan yang telah dilakukan
e. Ajarkan cara merawat anak dirumah
f. Rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai kemampuan keluarga

2. Risiko/risiko tinggi
Risiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yang terjadi pada anaknya
Tujuan : ketidakharmonisan keluarga menurun
Intervensi :
a. Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga
b. Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga
c. Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani
d. Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak
e. Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
f. Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
g. Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membaut
alternatif

3. Potensial atau sejahtera


Meningkatnya hubungan yang harmonis antar anggota keluarga
Tujuan : dipertahankanya hubungan yang harmonis
Intervensi :
a. Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka pada keluarga
b. Diskusikan cara-cara penyelesaian masalah dan beri pujian atas
kemampuannya
c. Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga (anak usia sekolah)
d. Diskusikan cara memenuhi kebutuhan anggota keluarga tanpa
menimbulkan masalah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau
ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya

Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk sekolah
dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak yaitu 12 tahun

Ada beberapa Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah : Perkembangan biologis,


Perkembangan Psikososial, Perkembangan Kognitif, Perkembangan spiritual, Perkembangan
bahasa, Perkembangan Seksual, serta Perkembangan Konsep Diri

Dalam meningkatkan kemampuan perawat menyelesaikan masalah kesehatan,


perawat dapat berperan dalam keperawatan keluarga sebagai : Pemantau kesehatan ( health
monitor ), Pemberi asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit, Koordinator
perawatan kesehatan keluarga, Fasilitator, Pendidik dan Penasehat.

B. Saran

Sebagai perawat diharapkan mampu untuk melakukan asuhan keperawatan pada


keluarga dengan anak usia sekolah sesuai dengan prosedur keparawatan.

Anda mungkin juga menyukai