LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau
ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (UU. No 10, 1992). keluarga adalah kumpulan dua
orang / lebih hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu
punya peran masing-masing (Friedman 1998).
Anak merupakan bagian dari keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau gambaran
dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian karena anak merupakan
individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah
usia bertambah.
Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir dari masa kanak-kanak sejak usia 6
tahun atau masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak.
Selama pertengahan tahun masa kanak-kanak ini, dasar-dasar untuk peran dewasa
dalam pekerjaan, rekreasi, dan interaksi sosial terbentuk. Dinegara-negara industri periode ini
dimulai saat anak mulai masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun, pubertas sekitar usia 12
tahun merupakan tanda akhir masa kanak-kanak menengah. Langkah perkembangan selama
anak mengembangkan kompetensi dalam ketrampilan fisik, kognitif, dan psikososial. Selama
masa ini anak menjadi lebih baiak dalam berbagai hal; misalnya, mereka dapat berlari lebih
cepat dan lebih jauh sesuai perkembangan kecakapan dan daya tahannya.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keluarga dan anak usia sekolah.
2. Untuk mengetahui tugas keluarga dalam tahap anak usia sekolah.
3. Untuk mengetahui perkembangan anak usia sekolah.
4. Untuk mengetahui masalah yang biasa muncul pada anak usia sekolah.
5. Untuk mengetahui proses keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi keluarga dan anak usia sekolah
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau
ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (UU. No 10, 1992). keluarga adalah kumpulan dua
orang / lebih hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu
punya peran masing-masing (Friedman 1998).
Rentang kehidupan yang dimulai dari usia 6 sampai mendekati 12 tahun memiliki
berbagai label, yang masing-masing menguraikan karakteristik penting dari periode tersebut.
Tugas orang tua pada tahap ini adalah untuk belajar mengahadapi pisah pisah dengan,
atau lebih sederhana, membiarkan anak pergi. Lama-kelamaan hubungan dengan teman
sebaya, dan kegiatan-kegiatan di luar rumah akan memaikan peranan yang lebih besar dalam
kehidupan anak usia sekolah tersebut. Tahun-tahun ini dipenuhi oleh kegiatan-kegiatan
keluarga, tapi ada juga kekuatan-kekuatan yang secara perlahan-lahan mendorong anak
tersebut pisah dari keluarga sebagai persiapan yang perlahan-lahan. Akan tetapi, dalam
contoh-contoh dimana peran ibu merupakan sentral dan merupakan satu-satunya peran yang
signifikan dalam kehidupan wanita, maka proses pisah ini merupakan sesuatu yang
menyakitkan dan dipertahankan mati-matian.
Selama tahap ini orangtua merasakan tekanan yang luar biasa dari komunitas di luar
rumah melalui sistem sekolah dan berbagai asosiasi di luar keluarga yang mengharuskan
anak-anak meraka menyesuaikan diri dengan standar-standar komunias bagi anak. Hal ini
cenderung mempengaruhi keluarga-keluarga kelas menengah untuk lebih menekankan nilai-
nilai tradisional pencapaian dan produktivitas, dan menyebabkan sejumlah keluarga dari
kelas pekerja dan banyak keluarga miskin mersa tersingkir dari dan konflik dengan sekolah
dan/ nilai-nilai komunitas.
Kecacatan pada anak-anak akan ketahuan selam periode kehidupan anak ini. Para
perawat sekolah dan guru akan mendeteksi banyak defek pengelihatan, pendengaran, bicara,
selain kesulitan belajar, gangguan tingkah laku, dan perawatan gigi yang tidak adekuat,
penganiayaan anak, penyalahgunaan zat, dan penyaki-penyakit menular ( Adelman & Madle,
1986). Bekerja dengan keluarga dengan peran sebagai konselor dan pendidik dalam bidang
kesehatan, selain untuk memulai rujukan yang layak untuk skrining lanjutan, membutuh
energi yang sangat banyak dari seorang perawat sekolah. Ia juga bertindak sebagai
narasumber bagi guru sekolah, memungkinkan guru mampu menangani kebutuhan-
kebutuhan kesehatan individu atau yang telah lazim dari siswa-siswa secara lebih efektif.
Ada banyak keadaan cacat yang terdeteksi selama tahun-tahun sekolah, termasuk
epilepsy, serebral palsi, retardasi mental, kanker, kondisi ortopedik. Fungsi utama perawat
kesehatan di sini disamping fungsi rujukan, megajar, dan memberikan konseling kepda orang
tua mengenai kondisi tersebut akan membantu keluarga melakukan kping sehingga pengaruh
yang merugikan dari cacat tersebut pada keluarga dapat diminimalkan.
Bagi Anak-anak dengan masalah tingkah laku, perawat keluarga di sekolah klinik,
kantor dokter, dan lembaga-lembaga komunitas harus mengupayakan keterlibatan orang tua
secara aktif. Memulai rujukan untuk konseling/ terapi keluarga sering amat bermanfaat dalam
membantu keluarga agar sadar akan masalah-masalah keluarga yang mungkin mempengaruhi
anak usia sekolah secara merugikan. Jika orang tua dapat menata kembali perilaku anak
sebagai sebuah masalah keluarga dan berupaya mencari resolusi dengan focus baru tersebut,
akan tercapai lebih banyak fungsi-fungsi keluarga dan tingkah laku anak yang sehat ( Bradt,
1988).
2. Perkembangan psikososial
Menurut freud, perkembangan psikoseksualnya digolongkan dalam fase laten, yaitu
ketika anak berada dalam fase Oedipus yang terjadi pada masa prasekolah dan
mencintai seseorang. Dalam tahap ini, anak cenderung membina hubungan yang erat
dan akrap dengan teman sebaya, juga banyak bertanya tentang gambar seks yang
dilihat dan dieksploitasi sendiri melalui media.
Menurut Erickson, perkembangan psikoseksualnya berada dalam tahap industri vs
inverior. Dalam tahap ini, anak mampu melakukan atau menguasai keterampilan yang
bersifst teknologi dan social, memiliki keinginan untuk mandiri, dan berupaya
menyelesaikan tugas, inilah yang merupakan tahap industri. Bla tugas tersebut tidak
dapat dilakukan, anak akan menjadi inferior. Tahap ini sangat dipengaruhi factor
intrinsik (motivasi, kemampuan, tanggungjawab yang dimiliki, kebebasan yang
dimiliki, interaksi dengan lingkungan, dan teman sebaya ) dan factor ekstrinsik
(penghargaan yang didapat, stimulus, dan keterlibatan orang lain).
3. Temperamen
Sifat temperamental yang dialami sebelumnya merupakan factor terpenting dalam
perilakunya pada masa ini. Pola perilakunya menunjukkan anak muda bereaksi
terhadap situasi yang baru. Pada usia ini, sifat temperamental ini sering muncul
sehingga peran orang tua dan guru sangat besar untuk mengendalikannnya. Yang
perlu dilakukan orang tua dan guru adalah bersabar, menciptakan situasi baru agar
tidak bosan, menjadi figure dalam sehari-hari, selalu memberikan harapan, dan
mengurangi ketergantungannya dengan cara memberikan pengertian.
4. Perkembangan kognitif
Menurut peaget, usian ini berada dalam tahap operasional konkrit, yaitu anak
mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol. Selama periode ini
kemampuan anak belajar konseptual mulai meningkat dengan pesat dan memiliki
kemampuan belajar dari benda, situasi, dan pengalaman yang dijumpai. Kemampuan
anak yang dimiliki dalam tahap opersional konkrit :
a. Konservasi, menyukai sesuatu yang didapat dipelajari secara konkrit bukan
magis.
b. Klasifikasi, mulai belajar mengelompokkan, menyusun, dan menguruntukan.
c. Kombinasi, mulai mencoba belajar dengan angka dan huruf sesuai dengan
keinginannya yang dihubungkan dengan pengalaman yang diperoleh sebelumnya.
5. Perkembangan moral
Masa akhir kanak-kanak, perkembangan moralnya dikatagorikan oleh kohlbherg
berda dalam tahap konvesional. Pada tahap ini, anak mulai belajar peraturan-
peraturan yang berlaku, menerim peraturan, dan merasa bersalah bila tidak sesuai
dengan aturan yang telah diterimanya. Anak mencoba bersikap konsekuen. Ornag tua
perlu memberikan suatu imbalan atau hukuman terhadap perilaku anak.
6. Perkembangan spiritual
Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah konkrit atau nyata dari
pada belajar tentang God. Mereka mulai tertarik terhadap surag dan neraka
sehingga cenderung melakukan atau mematuhi peraturan, karena takut bila masuk
neraka. Anak mulai belajar tentang alam nyata dan sulit memahami simbol-simbol
supranatural sehingga konsep-konsep religius perlu disajiakan secara konkrit atau
nyata dan juga mencoba menghubungkan fenomena yang terjadi dengan logika.
7. Perkembangan bahasa
Pada usia ini terjadi penambahan kosakata umum yang berasal dari berbagai pelajaran
di sekolah, bacaan, pembicaraan, dan media. Kesalahan pengucapan mengalami
penurunan karena selama mencari pengalaman anak telah mendengar pengucapan
yang benar sehingga mampu mengucapkannya dengan benar. Pembentukan
kalimatnya teratur dan tidak terpotong-potong setelah usia 9 tahun. Untuk
meningkatkan pengertian terhadap bahasa, anak perlu diberi kesempatan
mendengarkan radio dan menonton televise untuk meningkatkan konsentrasi dan
pengertian. Juga perlu dilibatkan dalam pembicaraan sosial sehingga egosenrisnya
sedikit hilang. Pembicaraan yang dilakukan dalam tahap ini lebih terkendalai dan
terseleksi, karena anak menggunakan pembicaraan sebagai alat komunikasi.
8. Perkembangan sosial
Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia berkelompok, yanag ditandai dengan
adanya minat terahadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang
kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok. Wujud dari aktivitas ini banyak orang
menyebut sebagai geng anak, tetapi berbeda tujuannya dengan geng remaja. Tujuan
dari geng anak-anak dianta
9. Perkembangan seksual
Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya dari teman-taman telebih guru dan
pelajaran di sekolah. Anak mulai berupaya menyesuaikan penampilan, pakaian,l dan
bahkan gerk gerik sesuai dengan peran seksnya. Kecenderungan pada usia ini, anak
mengembangkan minat-mionat yang sesuai denga dirinya. Disini, peran orang tua
sangat penting untukl mempersiapkan anak menjelang pubertas.
2. BAHAYA PSIKOLOGIS
a) Bahaya dalam berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak-anak usia
sekolah yaitu :
kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan
menghambat komunikasi dengan orang lain
kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat
anak jadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja
anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan
sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa
bahwa ia berbeda pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan
merendahkan orang lain, membual akan ditentang oleh temannya.
b) Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat
sehingga kurang disenangi orang lain
c) Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota
kelompok, anak dilarang berkhayal, dilarang melakukan kegiatan kreatif dan
bermain akan menjadi anak penurut yang kaku.
d) Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas
terhadap diri sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang lainbila konsep
sosialnya didasarkan pada pelbagai stereotip, anak cenderung berprasangka dan
bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena konsepnya
berbobot emosi dan cenderung menetap serta terus menerus akan memberikan
pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak
e) Bahaya moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-
anak :
1) perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau berdasarkan
konsep-konsep media massa tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan
kode orang dewasa
2) tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku
3) disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang
sebaiknya dilakukan
4) hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
5) menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan
sehingga menjadi perilaku kebiasaan
6) tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah
3) Pengkajian fokus
a) Bagaimana karakteristik teman bermain.
b) Bagaimana lingkungan bermain.
c) Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah.
d) Bagaimana stimulasi terhadap tumbang anak dan adakah sarana yang dimiliki.
e) Bagaimana temperamen anak saat ini.
f) Bagaimana pola anak jika menginginkan suatu barang.
g) Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak.
h) Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini.
i) Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah.
j) Sudahkah anak memperoleh imunisasi ulangan selain di sekolah.
k) Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah saat bermain.
l) Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini.
m) Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah, apa jenisnya.
n) Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luang.
o) Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarganya.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat dua sifat, yaitu :
1) Berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal sesuai usia anak
2) Berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada lima tugas keluarga
yang bertujuan agar keluarga memahami dan memfasilitasi perkembangan anak.
1. Masalah aktual/risiko
a. Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan tubuh
b. Menarik diri dari lingkungan sosial
c. Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah
d. Mudah dan Sering marah
e. Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang dibebankan
f. Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga
g. Keengganan melakukan kewajiban agama
h. Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbal
i. Gangguan komunikasi verbal
j. Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat banyak waktu yang digunakan
untuk bermain)
k. Nyeri (akut/kronis)
l. Trauma atai cedera pada sistem integumen dan gerak
3. Intervensi
1. Aktual
Perubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anak yang sakit
Tujuan : Hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan dukungan
yang adekuat
Intervensi :
a. Diskusikan tentang tugas keluarga
b. Diskusikan bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis saat anggota
keluarga sakit
c. Kaji sumber dukungan keluarga yang ada disekitar keluarga
d. Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya
pertolongan yang telah dilakukan
e. Ajarkan cara merawat anak dirumah
f. Rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai kemampuan keluarga
2. Risiko/risiko tinggi
Risiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yang terjadi pada anaknya
Tujuan : ketidakharmonisan keluarga menurun
Intervensi :
a. Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga
b. Diskusikan tentang tugas perkembangan keluarga
c. Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani
d. Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anak
e. Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
f. Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
g. Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membaut
alternatif
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau
ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya
Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk sekolah
dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak yaitu 12 tahun
B. Saran