Kasus 5 Demam Tifoid Ady
Kasus 5 Demam Tifoid Ady
Tanggal Presentasi :
nyeri perut.
1. Diagnosis
Demam Tifoid
2. Riwayat Pengobatan
hari yang lalu. Pada 5-6 hari pertama, demam timbul perlahan, demam
meningkat pada sore hari hingga malam hari dan menurun saat pagi tetapi
sekarang demam terus menerus tinggi. Demam tidak disertai mengigil. Pasien
1
juga mengeluh nyeri perut diseluruh lapang abdomen, mual, muntah 3x berisi
makanan, lemas, sakit kepala, dan nafsu makan menurun. Keluhan ini tidak
disertai batuk, filek, mimisan, gusi berdarah. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
Pasien sempat dibawa kedokter pada hari ke-3 demam dan mendapatkan
obat sirup penurun panas yang diminum 3 kali sehari dengan dosis 1
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
4. Riwayat Keluarga
5. Lain-lain :
a. Pemeriksaan Fisik
RR : 21 x/menit
T : 38,6
Berat Badan : 18 kg
2
Abdomen : supel, hepar/lien tidak teraba, defans muscular (-), timpani, bising
6. Pemeriksaan Penunjang
Ht : 32 % S. Typhi H : 1/320
Hasil Pembelajaran
1 Diagnosis Kerja
Demam Tifoid
2 Dasar Diagnosis
a) Anamnesis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang
tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama
sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin
ditemukan gejala prodormal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri
kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudian menyusul gejala klinis yang
3
Demam
febris remiten dan suhu tidak seberapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu
tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita
terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur-
keluhan demam sejak 8 hari yang lalu. Pada 5-6 hari pertama, demam timbul
perlahan, demam meningkat pada sore hingga malam hari dan menurun saat pagi
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-
pecah. Lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung tepinya kemerahan, jarang
Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan
konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal, biasanya dapat terjadi diare.
Pada kasus ini pasien mengeluh nyeri perut diseuruh lapang abdomen,
mual, muntah 3x berisi makanan, lemas, sakit kepala, dan nafsu makan
menurun, tidak didapatkan lidah kotor, perut kembung, pembesaran hati limfa
dan diare.
Gangguan Kesadaran
4
Umumnya kesadaraan penderita menurun walaupun tidak seberapa
dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma dan gelisah.
1. Pemeriksaan Fisik
Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara 5-40 hari dengan
rata-rata antara 10-40 hari. Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, hal
tersebut dapat terjadi disebabkan oleh faktor galur Salmonella, status nutrisi dan
chart yang ditandai dengan demam timbul insidius, kemudian naik secara
bertahap setiap harinya dan mencapai titik tertinggi pada akhir minggu pertama.
Setelah itu demam akan bertahan tinggi. Pada minggu ke-4, demam turun
perlahan. Demam lebih tinggi saat sore dan malam hari dibandingkan dengan
pagi harinya.
pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi/diare, perasaan tidak enak
diperut, batuk dan epistaksis. Dalam minggu ke-2, gejala telah lebih jelas, yaitu
peningkatan denyut nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput, hepatomegali,
2. Pemeriksaan Penunjang
5
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakan diagnosis
Pada demam tifoid sering dijumpai anemnia dari yang ringan sampai
normositer, yang diduga karena efek toksik supresi sumsum tulang atau
disebabkan oleh destruksi leukosit oleh toksin dalam peredaran darah. Sering
hitung leukosit dalam batas normal dan dapat pula leukositosis, terutama bila
didapatkan limfositosis relatif, aneosinofilia, dapat shift to the left atau shift to
the right bergantung pada perjalanan penyakitnya. SGOT dan SGPT seringkali
2) Uji Serologi
maupun mendeteksi antigen itu sendiri. Volume darah yang diperlukan untuk uji
6
serologi ini adalah 1-3 ml yang diinokulasikan kedalam tabung tanpa
antikoogulan.
nilai penting dalam proses diagnostik demam tifoid. Akan tetapi masih
ditemukan adanya variasi yang luas dalam sensitivitas dan spesifisitas pada
antigen spesifik S. Typhi oleh karena tergantung pada jenis antigen, jenis
spesimen yang diperiksa, tehnik yang dipakai untuk melacak antigen tersebut,
jenis antibodi yang digunakan dalam uji (poliklonal atau monoklonal) dan waktu
Beberpa uji serologi yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi:
a) Uji Widal
terhadap kuman S. Typhi yaitu uji widal. Uji telah digunakan sejak tahun 1896.
Pada uji widal terjadi reaksi aglutinasi antara antigen kuman S. Typhi dengan
antibodi yang disebut aglutinin. Prinsif uji widal adalah serum penderita dengan
sama. Jika pada serum terdapat antibodi maka akan terjadi aglutinasi.
7
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar
O. Antibodi H timbul lebih lambat, namun akan tetap menetap lama sampai
beberapa tahun, sedangkan antibodi O lebih cepat hilang. Pada seseorang yang
telah sembuh, aglutinin O masih tetap dijumpai setelah 4-6 bulan, sedangkan
aglutinin H menetap lebih lama antara 9 bulan- 2 tahun. Antibodi Vi timbul lebih
lambat dan biasanya hilang setelah penderita sembuh dari sakit. Pada pangidap
pengidap S. Typhi.
Negatif Palsu
sering di negara kita, demam > kasih antibiotik > tidak sembuh dalam 5 hari >
tes widal) menghalangi respon antibodi. Padahal bisa jadi positip bila dilakukan
kultur darah.
Positip Palsu
dengan jenis bakteri lainnya, dan bisa menimbulkan hasil positip palsu (false
positip). Padahal sebenarnya yang positip kuman non S. Typhi (bukan typhoid)
8
Pada pasien ini didapatkan hasil uji widalnya S. Typhi O 1/320 dan S.
b) Tes TUBEX
sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang
Salmonella serogrup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut
karena hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi
3. Tatalaksana
Simptomatik
Panas yang merupakan gejala utama pada tifoid dapat diberi antipiretik.
Bila mungkin peroral sebaiknya diberikan yang paling aman dalam hal ini
efek mengiritasi saluran cerna dengan keadaan saluran cerna yang masih
tidak mampu intake peroral dapat diberikan intra parenteral, obat yang
atau Novalgin. Pada pasien ini diberikan Paracetamol sirup 125 mg 3x2
Sendok takar.
Antibiotik
9
Chloramphenikol, merupakan antibiotik pilihan pertama umtuk infeksi
tifoid fever terutama di Indonesia. Dosis yang diberikan untuk anak-anak 50-100
50 mg/kg/hari. Diberikan selama 10-14 hari atau sampai 7 hari setelah demam
turun. Pemberian intra muscular tidak dianjurkan oleh karena hidrolisis ester ini
tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri. Pada kasus malnutrisi
Kelemahan dari jenis antibiotik ini adalah mudahnya terjadi relaps atau kambuh
dan carier.
pemberian secara sirup dosis yang diberikan untuk anak 4-5 mg/kg/kali minum
sehari diberi 2 kali selama 2 minggu. Efek samping dari pemberian antibiotik
merupakan pilihan ketiga namun efektifitasnya setara atau bahkan lebih dari
1-2 dosis (maksimal 4 gram/hari) selama 5-7 hari. Atau dapat diberikan
10
Cefotaxime 150-200 mg/kg/hari dibagi dalam 3-4 dosis. Bila mampu untuk
sediaan per oral dapat diberikan Cefixime 10-15 mg/kg/hari selama 10 hari.
Pada demam tifoid berat kasus seperti delirium, stupor, koma sampai
diperlukan transfusi darah. Sedangkan yang sudah terjadi perforasi harus segera
Pada pasien ini diberikan Cefixime sirup 100 mg/5ml 2x1 sendok
takar selama 10 hari. Selain itu pasien juga diberikan multivitamin sirup 2x1
sendok takar dan antasida sirup 3x1/2 sendok takar untuk meredakan mualnya.
DAFTAR PUSTAKA
11