DISUSUN OLEH:
KELOMPOK A-5
0
SKENARIO I
MATA DIOBATI MENJADI BUTA
Tidak terima matanya menjadi buta, Haslinda bersama tim kuasa hukum dari Lembaga
Bantuan Hukum Kesehatan mendatangi ke Polda Metro Jaya untuk melaporkan dugaan
malpraktik dokter, Waldensius Girsang di Rumah Sakit Jakarta Eyes Center.
Haslinda menuturkan pada 6 Maret lalu, kemerahan pada mata, kabur penglihatan, kepekaan
terhadap cahaya (ketakutan dipotret), gelap, mata sakit sudah disampaikan ke dokter Fikri
Umar Purba yang kemudian didiagnosis sebagai penyakit uveitis tuberkulosa. Namun
beberapa hari kemudian setelah ditangani oleh dokter Purba, mata Haslinda tidak kembali
berfungsi normal atau menjadi buta.
Sementara itu, Dokter Purba yang ditemui di Rumah Sakit Jakarta Eyes Centre membantah
telah melakukan malpraktik terhadap Haslinda.
Sebelum mengadukan ke pihak yang berwajib, Haslinda berkonsultasi pada seorang ustadz
tentang hukum malpraktik menurut Islam.
Dalam pengaduannya ke ruang pengaduan Polda Metro Jaya, Haslinda warga Kayu Mas,
Pulogadung, Jakarta Timur ini tidak menyebutkan tuntutan materil dan immaterial kepada
dokter Purba dan Rumah Sakit Jakarta Eyes Center sebagai pihak yang diduga melakukan
malpraktik.
Pengacara pasien juga menuliskan dasar gugatannya berdasarkan:
1. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
3. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
4. UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
5. UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
6. UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
7. Kode Etik Kedokteran
8. UU No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
1
KATA SULIT
1. Malpraktik: kesalahan yang dibuat dokter karena melakukan tindakan tidak sesuai
dengan standar
2. Tuntutan materil: tuntutan berupa uang
3. Tuntutan immaterial: tuntutan bukan berupa uang contohnya pidana
4. Hukum perdata: ketentuan yang mengatur hak dan kepentingan individu dalam
masyarakat
5. Hukum pidana: keseluruhan peraturan-peraturan yang menentukan perbuatan yang
dilarang dan hukumannya
PERTANYAAN
1. Kenapa pasien tidak menuntuk secara materil dan immaterial?
2. Apa sajakah sanksi apabila melakukan malpraktik?
3. Apa yang bisa dilakukan dokter untuk mencegah malpraktik?
4. Apa saja contoh dan jenis malpraktik?
5. Bagaimana cara membuktikan bahwa dokter benar-benar terbukti melakukan
malpraktik?
6. Apakah dokter mendapat perlindungan dari rumah sakit?
7. Apa saja langkah-langkah dalam menghadapi malpraktik?
8. Bagaimana hukum malpraktik menurut agama Islam?
9. Apa kedudukan LBHK dalam kasus ini?
JAWABAN
1. Karena pasien meminta pertanggungjawaban dokter dalam bentuk lain seperti
pengakuan telah melakukan tindak malpraktik, permintaan maaf
2. Terkena hukuman pidana, pencabutan izin praktik, sanksi teguran, denda, sanksi
sosial
3. Melakukan tidakan sesuai dengan SOP, melakukan informed consent pada tiap
tindakan yang akan dilakukan, mencatat tidakan dalam rekam medis, mengetahui
dengan baik kompetensi diri dalam menangani suatu kasus
4. Jenisnya malpraktik seperti malpraktik medis yakni kelalaian yang mengakibatkan
luka pada pasien dan malpraktik etik yaitu tindakan dokter yang bertentangan dengan
kode etik kedokteran seperti membocorkan rekam medis pasien tanpa persetujuan
5. Menelusuri rekam medisnya apakah sudah melakukan tindakan sesuai SOP atau
belum dan bisa juga dengan melihat track record dokter dalam menangani pasien-
pasien terdahulu
6. Jika memang sudah melakukan sesuai SOP maka akan mendapat perlindungan dari
rumah sakit
7. Mengecek ulang rekam medis dan SOP yang sudah dilakukan, mencari perlindungan
hukum
8. Haram, tidak boleh memudharatkan diri sendiri dan orang lain
9. Dibawah kewenangan Kementrian Hukum dan HAM
2
HIPOTESIS
Dokter diduga melakukan tidakan tidak sesuai SOP hingga menimbulkan kerugian yang
dirasakan oleh pasien. Pasien meminta bantuan kuasa hukum beserta Lembaga Bantuan
Hukum Kesehatan yang berada dibawah kewenangan Kementrian Hukum dan HAM untuk
melaporkan dokter dengan tuduhan malpraktik. Malpraktik terdiri atas malpraktik medis
yakni kelalaian yang mengakibatkan luka pada pasien dan malpraktik etik yaitu tindakan
dokter yang bertentangan dengan kode etik kedokteran seperti membocorkan rekam medis
pasien tanpa persetujuan. Sanksi yang diberikan bila benar terbukti melakukan malpraktik
berupa hukuman pidana, pencabutan izin praktik, sanksi teguran, denda, sanksi sosial.
Adapun dokter dapat melakukan pencegahan agar terhindar dari tindakan malpraktik dengan
cara melakukan tidakan sesuai dengan SOP, melakukan informed consent pada tiap tindakan
yang akan dilakukan, mencatat tidakan dalam rekam medis, mengetahui dengan baik
kompetensi diri dalam menangani suatu kasus. Sedangkan menurut Agama Islam sendiri
menjelaskan bahwa malpraktik hukumnya haram serta prinsip yakni tidak boleh
memudharatkan diri sendiri dan orang lain.
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan Malpraktik
1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Malpraktik
1.2 Memahami dan Menjelaskan Jenis Malpraktik
1.3 Memahami dan Menjelaskan Pasal-Pasal yang Mengatur Malpraktik
1.4 Memahami dan Menjelaskan Alur Hukum Malpraktik
1.5 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Malpraktik
2. Memahami dan Menjelaskan Informed Consent
3. Memahami dan Menjelaskan Rekam Medis
4. Memahami dan Menjelaskan Malpraktik dalam Sudut Pandang Islam
3
1. Memahami dan Menjelaskan Malpraktik
1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Malpraktik
Definisi
Secara harfiah mal mempunyai arti salah sedangkan praktik mempunyai arti
pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktik berarti pelaksanaan atau tindakan yang
salah. Definisi malpraktik profesi kesehatan adalah kelalaian dari seseorang dokter atau
perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati
dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka
menurut ukuran dilingkungan yang sama (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de
Los Angelos, California, 1956).
Sesuatu perbuatan atau sikap medis dianggap lalai apabila memenuhi empat unsur 4D, yaitu:
a Duty. Ada kewajiban medis untuk melakukan tindakan medis tertentu terhadap pasien
pada situasi kondisi tertentu
b Derelection of that duty. Adanya penyimpangan kewajiban tersebut
c Damage. Segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari
layanan kesehatan kedokteran yang diberikan
d Direct causal relationship. Dapat dibuktikan adanya hubungan sebab akibat yang
nyata antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian
4
1.2 Memahami dan Menjelaskan Jenis Malpraktik
MALPRACTICE
CRIMINAL MALPRACTICE
CIVIL MALPRACTICE
ADMINISTRATIVE MALPRACTICE
Berpijak pada hakekat malpraktek adalan praktik yang buruk atau tidak sesuai dengan
standar profesi yang telah ditetepkan, maka ada bermacam-macam malpraktek yang dapat
dipiah dengan mendasarkan pada ketentuan hukum yang dilanggar, walaupun kadang kala
sebutan malpraktek secara langsung bisa mencakup dua atau lebih jenis malpraktek.Secara
garis besar malprakltek dibagi dalam dua golongan besar yaitu mal praktik medik
(medicalmalpractice) yang biasanya juga meliputi malpraktik etik (etichalmalpractice) dan
malpraktek yuridik (yuridicalmalpractice).Sedangkan malpraktik yurudik dibagi menjadi tiga
yaitu malpraktik perdata (civilmalpractice), malpraktik pidana (criminalmalpractice) dan
malpraktek administrasi Negara (administrativemalpractice).
5
adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu
pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka
menurut lingkungan yang sama.
Malpraktik etik adalah tindakan dokter yang bertentangan dengan etika kedokteran,
sebagaimana yang diatur dalam kode etik kedokteran Indonesia yang merupakan seperangkat
standar etika, prinsip, aturan, norma yang berlaku untuk dokter.
Malpraktik perdata terjadi jika dokter tidak melakukan kewajiban (ingkar janji) yaitu
tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati. Tindakan dokter yang
dapat dikatagorikan sebagai melpraktik perdata antara lain :
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukan
b. Melakukan apa yang disepakati dilakukan tapi tidak sempurna
c. Melakukan apa yang disepakati tetapi terlambat
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatan tidak seharusnya dilakukan
Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan
dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini
maka RS / sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan
karyawannya (tenaga kesehatan) tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.
Malpraktik pidana terjadi, jika perbuatan yang dilakukan maupun tidak dilakukan
memenuhi rumusan undang-undang hukum pidana. Perbuatan tersebut dapat berupa
perbuatan positif (melakukan sesuatu) maupun negative (tidak melakukan sesuatu) yang
6
merupakan perbuatan tercela (actus reus), dilakukan dengan sikap batin yang slah (mens rea)
berupa kesengajaan atau kelalauian. Contoh malpraktik pidana dengan sengaja adalah :
a. Melakukan aborsi tanpa tindakan medik
b. Mengungkapkan rahasia kedokteran dengan sengaja
c. Tidak memberikan pertolongan kepada seseorang yang dalam keadaan darurat
d. Membuat surat keterangan dokter yang isinya tidak benar
e. Membuat visum et repertum tidak benar
f. Memberikan keterangan yang tidak benar di pengadilan dalan kapasitasnya sebagai
ahli
Contoh malpraktik pidana karena kelalaian:
a. Kurang hati-hati sehingga menyebabkan gunting tertinggal diperut
b. Kurang hati-hati sehingga menyebabkan pasien luka berat atau meninggal
c. Malpraktik Administrasi Negara (administrative malpractice)
C. Malpraktik Administrative
7
dokter dalam menjalankan profesinya. Dalam KODEKI diatur tentang kewajiban dokter
terhadap pasien yang dicantumkan di dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal 14, yaitu:
8
a Pasal 1239 KUH Perdata (Melakukan wanprestasi atau cidera janji)
b Pasal 1365 KUH Perdata(Melakukan perbuatan melawan hukum)
c Pasal 1366 KUH Perdata (Melakukan kelalaian sehingga menimbulkan
kerugian)
d Pasal 1367 KUH Perdata (Bertanggung jawab atas kelalaian yang dilakukan
oleh bawahannya)
Dalam perikatan sebagaimana diatur di dalam KUHPerdata dikenal adanya dua macam
perjanjian, yaitu:
Inspanningverbintenis: perjanjian upaya, artinya kedua belah pihak yang berjanji
berdaya upaya secara maksimal untuk mewujudkan apa yang diperjanjikan
9
Resultaatbintennis: perjanjian bahwa pihak yang berjanji akan memberikan result, yaitu
sesuatu hasil yang nyata sesuai dengan apa yang diperjanjikan.
1.4 Memahami dan Menjelaskan Alur Hukum Malpraktik
Seorang dokter atau dokter gigi yang menyimpang dari standar profesi dan melakukan
kesalahan profesi belum tentu melakukan malpraktik medis yang dapat dipidana, malpraktik
medis yang dipidana membutuhkan pembuktian adanya unsur culpa lata atau kalalaian berat
dan pula berakibat fatal atau serius (Ameln, Fred, 1991).Hal ini sesuai dengan ketentuan
pasal 359 KUHP, pasal 360, pasal 361 KUHP yang dibutuhkan pembuktian culpa lata dari
dokter atau dokter gigi.
Dengan demikian untuk pembuktian malpraktik secara hukum pidana meliputi unsur :
1 Telah menyimpang dari standar profesi kedokteran;
2 Memenuhi unsur culpa lata atau kelalaian berat; dan
3 Tindakan menimbulkan akibat serius, fatal dan melanggar pasal 359, pasal 360,
KUHP.
Adapun unsur-unsur dari pasal 359 dan pasal 360 sebagai berikut :
1 Adanya unsur kelalaian (culpa).
2 Adanya wujud perbuatan tertentu .
3 Adanya akibat luka berat atau matinya orang lain.
4 Adanya hubungan kausal antara wujud perbuatan dengan akibat kematian orang lain
itu.
10
Alur Penyelesaian Hukum
MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran) adalah badan otonom IDI yang
bertanggung jawab mengkoordinasi kegiatan internal organisasi dalam pengembangan
kebijakan, pembinaan pelaksanaan dan pengawasan penerapan etika kedokteran.
Dalam hal pengembangan dan pelaksaaan kebijakan yang bersifat nasional dan strategis,
MKEK wajib mendapat persetujuan dalam forum Musyawarah Pimpinan Pusat.
MKEK dibentuk pada tingkat pusat, wilayah, dan cabang.MKEK di tingkat cabang dibentuk
apabila dianggap perlu atas pertimbangan dan persetujuan dari MKEK wilayah.MKEK
bertanggung jawab kepada muktamar musyawarah wilayah dan musyawarah cabang sesuai
dengan tingkat kepengurusan.Masa jabatan MKEK sama dengan PB IDI Kepengurusan
MKEK sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota. MKEK wilayah dan
cabang mengadakan koordinasi dengan pengurus wilayah dan pengurus cabang, sesuai
dengan tingkat kepengurusan.
11
Melaksanakan isi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta semua keputusan
yang ditetapkan muktamar.
Melakukan tugas bimbingan, pengawasan dan penilaian dalam pelaksanaan etik
kedokteran, termasuk perbuatan anggota yang melanggar kehormatan dan tradisi
luhur kedokteran.
Memperjuangkan agar etik kedokteran dapat ditegakkan di Indonesia.
Memberikan usul dan saran diminta atau tidak diminta kepada pengurus besar,
pengurus wilayah dan pengurus cabang, serta kepada Majelis Kolegium Kedokteran
Indonesia.
Membina hubungan baik dengan majelis atau instansi yang berhubungan dengan etik
profesi, baik pemerintah maupun organisasi profesi lain.
Bertanggung jawab kepada muktamar, musyawarah wilayah dan musyawarah cabang.
Status MKEK:
o Sebagai badan otonom IDI
o Segala keputusannya di bidang etika tidak dipengaruhi pengurus IDI
o Keputusan MKEK mengikat pengurus IDI
Kewajiban MKEK
1 MKEK wajib ikut mempertahankan hubungan dokter pasien sebagai hubungan
kepercayaan.
2 MKEK Pusat mempertanggungjawabkan kinerja dari program kerjanya kepada
Muktamar, MKEK Wilayah kepada Musyawarah Wilayah IDI dan MKEK Cabang ke
Rapat Anggota Cabang IDI setempat
3 MKEK wajib menyimpan kerahasiaan medik kasus yang disidangkannya apabila
secara eksplisit diminta oleh pasien pengadu.
4 MKEK Pusat dalam batas kemampuannya wajib meningkatkan kapasitas
pengetahuan, sikap dan ketrampilan anggota MKEK Wilayah dan Cabang yang
memerlukannya.
Fungsi
Perkara yang dapat diputuskan di majelis ini sangat bervariasi jenisnya.Di MKEK IDI
Wilayah DKI Jakarta diputus perkara-perkara pelanggaran etik dan pelanggaran disiplin
profesi, yang disusun dalam beberapa tingkat berdasarkan derajat pelanggarannya.
Putusan MKEK tidak ditujukan untuk kepentingan peradilan, oleh karenanya tidak
dapat dipergunakan sebagai bukti di pengadilan, kecuali atas perintah pengadilan dalam
bentuk permintaan keterangan ahli.Salah seorang anggota MKEK dapat memberikan
kesaksian ahli di pemeriksaan penyidik, kejaksaan ataupun di persidangan, menjelaskan
tentang jalannya persidangan dan putusan MKEK.Sekali lagi, hakim pengadilan tidak terikat
untuk sepaham dengan putusan MKEK.
12
Eksekusi Putusan MKEK Wilayah dilaksanakan oleh Pengurus IDI Wilayah dan/atau
Pengurus Cabang Perhimpunan Profesi yang bersangkutan.Khusus untuk SIP, eksekusinya
diserahkan kepada Dinas Kesehatan setempat.Apabila eksekusi telah dijalankan maka dokter
teradu menerima keterangan telah menjalankan putusan.
Tatacara Pengelolaan
a Ketua MKEK dipilih dan ditetapkan dalam muktamar, musyawarah wilayah dan
musyawarah cabang.
b Pengurus MKEK adalah anggota biasa.
c Ketua MKEK tingkat pusat dipilih dalam sidang khusus MKEK di muktamar dan
dikukuhkan dalam sidang pleno muktamar.
d MKEK segera menjalankan tugas-tugasnya setelah selesainya muktamar, musyawarah
wilayah, dan musyawarah cabang.
e MKEK dapat melakukan kegiatan atas inisiatif sendiri ataupun atas usul serta
permintaan.
f MKEK mengadakan pertemuan berkala sesama pengurus ataupun dengan pihak lain
yang ditentukan sendiri oleh MKEK.
Sesuai dengan UU PRADOK NO.29 Tahun 2004 Pasal 55 ayat (1) yang berisi Menegakkan
disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktil kedokteran.
Tugas MKDKI :
a menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter dan
dokter gigi yang diajukan dan
b menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter
atau dokter gigi.
13
Dalam melaksanakan tugas MKDKI mempunyai wewenang:
a menerima pengaduan pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi
b menetapkan jenis pengaduan pelanggaran disiplin atau pelanggaran etika atau bukan
keduanya
c memeriksa pengaduan pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi
d memutuskan ada tidaknya pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi
e menentukan sanksi terhadap pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi
f melaksanakan keputusan MKDKI
g menyusun tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi
h menyusun buku pedoman MKDKI dan MKDKI-P
i membina, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas MKDKI-P
j membuat dan memberikan pertimbangan usulan pembentukan MKDKI-P kepada
Konsil Kedokteran Indonesia
k mengadakan sosialisasi, penyuluhan, dan diseminasi tentang MKDKI dan dan
MKDKI-P mencatat dan mendokumentasikan pengaduan, proses pemeriksaan, dan
keputusan MKDKI.
Disiplin Kedokteran
Disiplin kedokteran berarti kepatuhan menerapkan aturan-aturan atau ketentuan
penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan. Lebih khusus lagi yaitu kepatuhan
menerapkan kaidah-kaidah penatalaksanaan klinis yang mencakup penegakan diagnosis,
tindakan pengobatan, menetapkan prognosis, dengan standar atau indikator dari Standar
Kompetensi, Standar Perilaku Etis, Standar Asuhan Medis dan Standar Klinis
Tujuan Penegakan Disiplin Kedokteran
Tujuan utama adalah untuk proteksi pasien.Tujuan lainnya yaitu untuk menjaga mutu
dokter atau dokter gigi dan juga untuk menjaga kehormatan profesi kedokteran atau
kedokteran gigi.
Pelanggaran Disiplin
Sesuai putusan KKI No. 17/KKI/KEP/VIII/2006
1 Kegagalan penatalaksanaan pasien oleh karena:
- Ketidakcakapan (Incompetence)
- Kelalaian (Gross Negligence)
2 Perilaku tercela (menurut ukuran profesi)
3 Ketidaklayakan fisik dan mental (Unfit to practice)
14
9 Tidak membuat atau menimpan rekam medis
10 Penghentian kehamilan tanpa indikasi medis
11 Euthanasia
12 Penerapan pelayanan yang belum diterima ilmu kedokteran
13 Penelitian klinisi tanpa persetujuan etis.
14 Tidak memberi pertolongan darurat.
15 Menolak atau menghentikan pengobatan tanpa alasan yang sah
16 Membuka rahasia medis tanpa izin
17 Membuat keterangan medis tidak benar
18 Ikut serta tindakan penyiksaan
19 Peresepan obat psikotropik/narkotik tanpa indikasi
20 Pelecehan seksual, initimidasi, dan kekerasan
21 Penggunaan gelar akademik atau profesi palsu
22 Menerima komisi terhadap rujukan atau resepan
23 Pengiklanan diri yang menyesatkan
24 STR, SIP, Sertifikan kompetensi tidak sah
25 Imbalan jasa tidak sesuai tindakan.
15
pasien/keluarga, melakukan pelecehan seksual, menelantarkan pasien pada saat
membutuhkan penanganan segera, mengistruksikan atau melakukan pemeriksaan
tambahan/pengobatan yang berlebihan, bekerja tidak sesuai standar asuhan medis, dsb
Dalam formulir pengaduan, terdapat beberapa informasi yang harus diberikan, antara lain :
1 Identitas pengadu/pelapor;
2 Identitas pasien (jika pengadu bukan pasien);
3 Nama dan tempat praktik dokter/dokter gigi yang diadukan;
4 Waktu tindakan dilakukan;
5 Alasan pengaduan dan kronologis;
6 Pernyataan tentang kebenaran pengaduan, dsb
Setelah semua kelengkapan data pengaduan diterima, Anda akan mendapatkan tanda terima
pengaduan (berisi nomor register pengaduan). Setelah dilakukan verifikasi, pengaduan akan
ditangani oleh Majelis Pemeriksa Awal ataupun Majelis Pemeriksa Disiplin.
Sesuai UU Praktik Kedokteran, sanksi disiplin dalam keputusan MKDKI dapat berupa:
1 Pemberian peringatan tertulis
2 Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Izin Praktik (SIP);
dan/atau
3 Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran
atau kedokteran gigi
MKDKI dapat menangani permintaan ganti rugi/kompensasi yang diajukan terhadap dokter
teradu:
1 MKDKI berwenang untuk menentukan ada tidaknya pelanggaran disiplin oleh
dokter/dokter gigi
2 MKDKI berwenang menetapkan sanksi disiplin kepada dokter/dokter gigi yang
dinyatakan melanggar disiplin kedokteran/kedokteran gigi
3 MKDKI tidak menangani sengketa antara dokter dan pasien/keluarganya
4 MKDKI tidak menangani permasalahan ganti rugi yang diajukan pasien/keluarganya
Keputusan MKDKI bersifat final dan mengikat dokter/dokter gigi yang diadukan, KKI,
Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, serta instansi terkait.
Dokter/dokter gigi yang diadukan dapat mengajukan keberatan terhadap keputusan MKDKI
kepada Ketua MKDKI dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari sejak dibacakan atau
diterimanya keputusan tersebut dengan mengajukan bukti baru yang mendukung
keberatannya
16
1.5 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Malpraktik
1. Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan
Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis karena adanya
malpraktek diharapkan tenaga dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:
Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena
perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan
berhasil (resultaat verbintenis).
Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.
Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala
kebutuhannya.
Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.
17
Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang dilakukan terhadap pasien
tersebut.
Dokter harus menyadari bahwa informed consent memiliki dasar moral dan etik yang
kuat. Menurut American College of Physicians Ethics Manual, pasien harus mendapat
informasi dan mengerti tentang kondisinya sebelum mengambil keputusan. Berbeda
dengan teori terdahulu yang memandang tidak adanya informed consent menurut hukum
penganiayaan, kini hal ini dianggap sebagai kelalaian. Informasi yang diberikan harus
lengkap, tidak hanya berupa jawaban atas pertanyaan pasien.
18
a Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran, meliputi:
Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis
Diagnosis penyakit; atau dalam hal belum dapat ditegakkan maka sekurang-
kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding
Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya tindakan
kedokteran
Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan tindakan
b Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan, meliput:
Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik,
terapeutik ataupun rehabilitatif
Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah
tindakan serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi
Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing alternatif
tindakan
Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat
akibat risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnya
c Alternatif tindakan lain dan risikonya
d Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
Risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum
Risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau dampaknya sangat ringan
Risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya
e Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan, meliputi:
Prognosis tentang hidup-matinya
Prognosis tentang fungsinya
Prognosis tentang kesembuhan
f Perkiraan pembiayaan
19
d Tindakan penghentian / penundaan bantuan hidup pada seorang pasien harus
mendapat persetujuan keluarga terdekat pasien setelah mendapat penjelasan dari tim
dokter yang bersangkutan
e Persetujuan tindakan kedokteran dapat dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang
memberi persetujuan secara tertulis sebelum dimulainya tindakan
Penolakan Tindakan Kedokteran
a Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan / atau keluarga
terdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan
dilakukan. Penolakan tindakan kedokteran tersebut dilakukan secara tertulis
b Akibat penolakan tindakan kedokteran menjadi tanggung jawab pasien
c Penolakan tindakan-tindakan kedokteran tidak memutuskan hubungan dokter dan
pasien
Tanggung Jawab
a Pelaksanaan tindakan kedokteran yang telah mendapat persetujuan menjadi tanggung
jawab dokter atau dokter gigi yang melakukan tindakan kedokteran
b Sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas pelaksanaan persetujuan
tindakan kedokteran
Pasien Dokter
Informasi
Mempertimbangkan / memutuskan
SETUJU MENOLAK
20
a Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan untuk tindakan medis yang
dinyatakan secara spesifik.
b Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan tanpa paksaan (valuentery)
c Persetujuan dan penolakan tindakan medis diberikan oleh seseorang (pasien) yang
sehat mental dan memang berhak memberikan dari segi hukum
d Setelah diberikan cukup (adekuat) informasi dan penjelasan yang diperlukan
4 Isi informasi dan penjelasan yang harus diberikan :
a Tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medis yang ada dilakukan
(purhate of medical procedure)
b Tentang tata cara tindakan medis yang akan dilakukan (consenpleated medical
procedure)
c Tentang risiko
d Tentang risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e Tentang alternatif tindakan medis lain yang tersedia dan risiko risikonya
(alternative medical procedure and risk)
f Tentang prognosis penyakit, bila tindakan dilakukan
g Diagnosis
5 Kewajiban memberi informasi dan penjelasan
a Dokter yang melakukan tindakan medis tanggung jawab
b Berhalangan diwakilkan kepada dokter lain, dengan diketahui dokter yang
bersangkutan
6 Cara menyampaikan informasi
a Lisan
b Tulisan
7 Pihak yang menyatakan persetujuan
a Pasien sendiri, umur 21 tahun lebih atau telah menikah
b Bagi pasien kurang 21 tahun dengan urutan hak :
Ayah/ibu kandung
Saudara saudara kandung
c Bagi pasien kurang 21 tahun tidak punya orang tua/berhalangan, urutan hak :
Ayah/ibu adopsi
Saudara-saudara kandung
Induk semang
d Bagi pasien dengan gangguan mental, urutan hak :
Ayah/ibu kandung
Wali yang sah
Saudara-saudara kandung
e Bagi pasien dewasa dibawah pengampuan (curatelle) :
Wali
Kurator
f Bagi pasien dewasa telah menikah/orangtua
Suami/istri
Ayah/ibu kandung
Anak-anak kandung
Saudara-saudara kandung
8 Cara menyatakan persetujuan
a Tertulis; mutlak pada tindakan medis resiko tinggi
b Lisan; tindakan tidak beresiko
21
9 Jenis tindakan medis yang perlu informed consent disusun oleh komite medik ditetapkan
pimpinan RS.
10 Tidak diperlukan bagi pasien gawat darurat yang tidak didampingi oleh keluarga
pasien.
11 Format isian informed consent persetujuan atau penolakan
a Diketahui dan ditandatangani oleh kedua orang saksi, perawat bertindak sebagai
salah satu saksi
b Materai tidak diperlukan
c Formulir asli harus dismpan dalam berkas rekam medis pasien
d Formulir harus ditandatangan 24 jam sebelum tindakan medis dilakukan
e Dokter harus ikut membubuhkan tanda tangan sebagai bukti telah diberikan
informasi
f Bagi pasien/keluarga buta huruf membubuhkan cap jempol ibu jari tangan
kanannya
12 Jika pasien menolak tandatangan surat penolakan maka harus ada catatan pada rekam
medisnya.
Definisi
22
Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien (Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008)
1. Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi , karena isinya menyangkut
tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga mdis dan
perawat dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan
2. Aspek Medis
Catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasien
Contoh :
- Identitas pasien _ name, age, sex, address, marriage status, etc.
- Anamnesis _ fever _ how long, every time, continuously, periodic???
- Physical diagnosis _ head, neck, chest, etc.
- Laboratory examination, another supporting examination. Etc
3. Aspek Hukum
Menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan , dalam
rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk
menegakkan keadilan
4. Aspek Keuangan
Isi Rekam Medis dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran
pelayanan . Tanpa adanya bukti catatan tindakan /pelayanan , maka pembayaran tidak
dapat dipertanggungjawabkan
5. Aspek Penelitian
Berkas Rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut data /
informasi yang dapat digunakan sebagai aspek penelitian .
6. Aspek Pendidikan
23
Berkas Rekam Medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut data /
informasi tentang kronologis dari pelayanan medik yang diberikan pada pasien.
7. Aspek Dokumentasi
Isi Rekam medis menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai
sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan sarana kesehatan
Manfaat lainnya:
1. Pengobatan Pasien
Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan
menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan medis
yang harus diberikan kepada pasien.
2. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Membuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan jelas dan
lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis dan
untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Pendidikan dan Penelitian
Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis penyakit,
pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk bahan informasi
bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang profesi kedokteran dan
kedokteran gigi.
4. Pembiayaan
Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan
pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat
dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.
5. Statistik Kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya untuk
mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah
penderita pada penyakit-penyakit tertentu.
24
6. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik
Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam
penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.
25
Diagnosis
Pengobatan dan / atau tindakan
Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat
dan rencana tindak lanjut
Nama dan tandatangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan
Sarana transportasi yang digunakan pasien yang akan dipindahkan ke sarana
pelayanan kesehatan lain
Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
26
f. Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan
riwayat pengobatan dapat dibuka dengan permintaan secara tertulis kepada pimpinan
sarana pelayanan kesehatan, dalam hal:
Untuk kepentingan kesehatan pasien
Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum
atas permintaan pengadilan
Permintaan dan atau persetujuan pasien sendiri
Permintaan institusi / lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan
Utuk kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis sepanjang tidak
menyebutkan identitas pasien
g. Penjelasan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang
merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau berdasarkan peraturan perundang-
udangan
h. Pimpinan sarana pelayaan kesehatan dapat menjelaskan isi rekam medis secara
tertulis atau langsung kepada permohonan tanpa izin pasien berdasarkan peraturan
perundang-undangan
Kepemilikan, Pemanfaatan dan Tanggungjawab dalam Pelaksanaan Rekam Medis
a. Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan
b. Isi rekam medis dalam bentuk ringkasan rekam medis merupakan milik pasien
c. Ringkasan rekam medis dapat diberikan, dicatat atau dicopy oleh pasien atau orang
yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang
berhak untuk itu
Aspek Hukum dan Sanksi
Rekam medis dalam Undang-undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran
Pasal 46
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi
setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.
(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan
petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.
Pasal 47
(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik
dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis
merupakan milik pasien.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur dengan Peraturan Menteri.
27
kadang berhubungan dengan etika/akhlak. Malpraktek juga kadang berhubungan dengan
disiplin ilmu kedokteran.
Bentuk-bentuk malpraktek:
a. Tidak punya keahlian (jahil)
Melakukan praktek pelayanan kesehatan tanpa memiliki keahlian, baik tidak
memiliki keahlian sama sekali dalam bidang kedokteran, atau memiliki sebagian
keahlian tapi bertindak diluar keahliannya. Orang yang tidak memiliki keahlian di
bidang kedokteran kemudian nekat membuka praktek, telah disinggung oleh Nabi
SAW dalam sabda beliau:
Barang siapa yang mengobati orang sakit dan sebelumnya tidak diketahui memiliki
keahlian, maka ia bertanggung jawab (HR. Abu Dawud no.4575, an-Nasai no.4845
dan Ibnu Majah no. 3466. Hadits hasan. Lihat Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no.
635)
Kesalahan ini sangat berat, karena menganggap remeh kesehatan dan nyawa banyak
orang, sehingga para Ulama sepakat bahwa Mutathabbib (pelaku pengobatan yang
bukan ahlinya) harus bertanggung jawab jika timbul masalah dan harus dihukum agar
jjera dan menjadi pelajaran bagi orang lain
28
a. Pengakuan pelaku malpraktek (iqrar).
Iqrar adalah bukti yang paling kuat, karena merupakan persaksian atas diri sendiri,
dan ia lebih mengetahuinya. Apalagi dalam hal yang membahayakan diri sendiri,
biasanya pengakuan ini menunjukkan kejujuran.
b. Kesaksian ( syahadah ).
Untuk pertanggungjawaban berupa qishash dan ta'zir, dibutuhkan kesaksian dua pria
yang adil. Jika kesaksian akan mengakibatkan tanggung jawab materiil, seperti ganti
rugi, dibolehkan kesaksian satu pria ditambah dua wanita. Adapun kesaksian dalam
hal-hal yang tidak bisa disaksikan selain oleh wanita, seperti persalinan, dibolehkan
persaksian empat wanita tanpa pria. Di samping memperhatikan jumlah dan
kelayakan saksi, hendaknya hakim juga memperhatikan bahwa saksi tidak memiliki
tuhmah (kemungkinan mengalihkan tuduhan malpraktek dari diri pelaku).
c. Catatan medis.
Yaitu catatan yang dibuat oleh dokter dan paramedis, karena catatan tersebut dibuat
agar bisa menjadi referensi saat dibutuhkan. Jika catatan ini valid, ia bisa menjadi
bukti yang sah.
29
kemudian terjadi malpraktek. Dalam kasus ini, dokter bedah adalah adalah pelaku
langsung malpraktek, sedangkan dokter pemeriksa ikut menyebabkan malpraktek secara
tidak langsung.
Jadi, dalam satu kasus malpraktek kadang hanya ada satu pihak yang bertanggung-
jawab. Kadang juga ada pihak lain lain yang ikut bertanggung-jawab bersamanya.
Karenanya, rumah sakit atau klinik juga bisa ikut bertanggung-jawab jika terbukti teledor
dalam tanggung-jawab yang diemban, sehingga secara tidak langsung menyebabkan
terjadinya malpraktek, misalnya mengetahui dokter yang dipekerjakan tidak ahli.
DAFTAR PUSTAKA
AbouZahr1, Carla & Boerma1,Ties. Health information systems: the foundations of public
health in Bulletin of the World Health Organization August 2005, 83 (8)
Buku Panduan HAM bagi Pasien dan Dokter untuk Mencegah Malpraktek, Diakses dari:
http://www.balitbangham.go.id/index/images/judul_pdf/sipol/pengembangan/2008/malprakte
k.pdf
Hanafiah MJ, Amir Amri. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 3. Jakarta: EGC .
1998
30