Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

PERCOBAAN I
ISOLASI PIPERIN DARI FRUCTUS PIPERIS NIGRI

A. TUJUAN
Dapat memahami prinsip isolasi piperin dari fructus piperis nigri
Dapat melakukan isolasi piperin dari fructus piperis nigri
Dapat melakukan analisis kualitatif dengan metode KLT
B. DASAR TEORI
Piperin termasuk golongan alkaloid yang merupakan senyawa amida basa lemah yang
dapat membentuk garam dengan asam mineral kuat. Khasiat dari buah lada yaitu dapat
mengobati kaki bengkak pada ibu hamil, kolera, nyeri haid, rematik, salesma, dan impoten
(Septiatin,2001).
Teknik ekstraksi sangat berguna untuk memisahkan secara cepat dan bersih baik untuk
zat organik maupun zat anorganik. Cara ini dapat digunakan untuk analisis mikro dan makro.
Secara umum, ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat terlarut dari larutannya di dalam air
oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur dengan air (Purwani, et al., 2008).
Metode yang digunakan untuk mengisolasi piperin dari lada hitam adalah ekstraksi
soxhlet yang merupakan pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan dengan
menggunakan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari
komponen-komponen dalam campuran/pemilihan jenis pelarut ini didasarkan atas beberapa
faktor, yaitu selektivitas, kelarutan, kemampuan tidak saling campur, reaktivitas, titik didih, dan
kriteria lainnya (Bernasconi,1995).
KLT dapat digunakan untuk memisahkan berbagai senyawa seperti ion-ion anorganik
kompleks, senyawa-senyawa organik dengan anorganik, dan senyawa organik baik yang terdapat
di alam dan senyawa organik sintesis. Kelebihan penggunaan kromatografi lapis tipis
dibandingkan dengan kromatografi kertas ialah karena dapat dihasilkannya pemisahan yang lebih
sempurna, kepekaan yang lebih tinggi dan dapat dilaksanakan dengan lebih cepat.(Voight, 1995).
Empat macam absorben yang umum dipakai ialah silika gel, alumina, kieselguhr, dan
selulosa. Sempel yang merupakan campuran senyawa yang akan dipisahkan, dilarutkan dalam
zat pelarut yang mudah menguap, misalnya kloroform atau zat pelarut lain yang serupa, yang
mempunyai titik didih antara 50-100 C. Pemilihan sistem pelarut atas dasar like dissolve like
berarti untuk memisahkan sampel yang bersifat non polar digunakan sistem pelarut yang bersifat
non polar juga (Adnan, 1997).
Kriatalisasi langsung merupakan prosedur paling sederhana, tetapi jarang memberikan
hasil yang memuaskan untuk pemisahan alkaloid murni, kecuali apabila satu alkaloid yang
terdapat dalam bahan tidak larut. Beberapa kombinasi pelarut yang sering digunakan untuk
kristalisasi alkaloid meliputi metanol, etanol berair, metanol-kloroform, metanol-eter, metanol-
aseton, dan etanol-aseton (Sastrohamidjojo,1996).

C. CARA KERJA
D. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan meliputi :
1. Perangkat penyari soxhlet (volume 100 ml) (1 set)
2. Heating mantle (1 buah)
3. Batang pengaduk (1 buah)
4. Cawan porselen (2 buah)
5. Corong (1 buah)
6. Perangkat KLT (1 set)
7. Gelas ukur (1 buah)
8. Penangas air (1 buah)
9. Mortir dan stamfer (1 buah)
10. Gelas beker (2 buah)
11. Timbangan (1 buah)

Bahan yang digunakan meliputi :


1. Piperis nigri (30 gram)
2. Etanol 96% (150 ml)
3. Air (secukupnya)
4. Vaselin (secukupnya)
5. KOH etanolik 10% (10 ml)
6. Silica gel GF 254 (1 buah)
7. Diklormetan (7,5 ml)
8. Etil asetat (2,5 ml)
9. Anisaldehid- Asam sulfat (secukupnya)

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Percobaan
Pada proses isolasi Piperin dari fructus Piperis nigri ini diperoleh 8 kali sirkulasi dengan data
sebagai berikut :
Sempel Noda Jarak Noda Panjang Plat Nilai Rf
Larutan Kristal 1 3,5cm 8cm 0,438
dalam etanol
Larutan Hasil 1 3cm 8cm 0,375
Penyarian
Semple Organoleptik Hasil
Larutan Sari Bentuk Larutan
Warna Kuning Keruh
Bau Khas Piperin

Pembahasan
Praktikum kali ini adalah praktikum Isolasi Piperin dari Fructus Piperis Nigri. Pada
praktikum kali ini bertujuan untuk mengisolasi piperin dari Piperis Nigri, menganalisa secara
kualitatif hasil isolasi dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), dan melakukan isolasi
dengan metode sokhletasi.
Ada beberapa metode untuk mengisolasi suatu bahan atau sampel, namun pada parktikum
kali ini isolasi piperin menggunakan metode sokhletasi. Metode sokhletasi adalah salah satu
metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan
dengan alat khusus soxklet sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik.
Digunakan metode sokhletasi dikarenakan pelarut yang digunakan lebih sedikit dan larutan sari
yang dialirkan melalui pipa sifon tetapi tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan
untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi, waktu yang digunakan
pun lebih cepat. Namun, metode sokhletasi juga memiliki kekurangan yaitu pelarut yang
digunakan harus mudah menguap dan tidak cocok digunakan untuk senyawa yang tidak tahan
pemanasan.
Prinsip dari isolasi dengan metode sokhletasi adalah piperin disari dari buah piper dengan
menggunakan etanol 96%, kemudian dipisahkan dari senyawa resin dengan penambahan KOH-
etanol 10% b/v. Kristalisasi dilakukan dengan menggunakan etanol.
Piperin merupakan senyawa amida basa lemah yang dapa tmembentuk garam dengan asam
mineral kuat. Apabila dihidrolisis dengan KOH-etanolik akan menghasilkan kalium piperinat
dan piperin.
Proses isolasi ini dilakukan dengan cara menimbang 30 gram serbuk mrica dan dibungkus
dengan menggunakan kertas saring yang ditali dengan menggunakan tali kenur pada bagian
ujung-ujungnya, sehingga berbentuk seperti permen. Hal ini dilakukan agar serbuk merica
mudah diambil saat proses isolasi selesai dan sampel tidak bercampur langsung dengan pelarut
yang digunakan. Digunakan kertas saring dikarenakan kertas saring mempunyai dinding yang
tipis dan berpori yang dapat mempermudah pelarut untuk menyerap piperin yang terkandung
didalam sampel. Kemudian serbuk merica yang sudah ditali dimasukkan kedalam alat penyari
sokhletasi yang disebut pipa timbel dan ditambahkan etanol 96% sebanyak150 ml atausampai 2
kali sirkulasi. Pada labu alas bulat dimasukkan 3 buah batu didih yang tujuannya agar panas
didalam labu alas bulat bisa merata dan stabil, serta tidak menyebabkan labu alas bulat pecah
saat pelarut mendidih. Labu alas bulat diletakkan di atas heating mantle namun jangan terlalu
dekat, agar saat pelarut mendidih dan suhunya panas tidak menyebabkan labu alas bulat gosong.
Kemudian alat dirangkai, bagian atas alat soxhlet disambungkan dengan selang untuk air keluar
sedangkan bagian bawah alatsoxhlet dipasangkan selang yang dihubungkan dengan water pump
untuk air masuk. Setelah semua alat dirangkai, water pump dan heating mantle dihubungkan ke
arus listrik untuk memulai proses isolasi.
Proses penyarian dilakukan sebanyak 3 kali sirkulasi. Yang dimaksud dengan 1 kali sirkulasi
adalah saat dimana pelarut naik dan kemudian kembali kebawah. Semakin lama waktu penyarian
maka sirkulasi yang terjadi akan semakin cepat. Hal ini dikarekan pelarut sudah mulai panas
sehingga lebih mudah menguap dan naik keatas. Sari yang didapatkan pada hasil penyarian
kemudian dimasukkan ke dalam flacon. Sisa sari tersebut kemudian diuapkan.
Sisa sari yang diperoleh dimasukkan ke dalam cawan porselin kemuadian diuapkan di atas
waterbath. Untuk menguapkan sari sampai diperoleh ekstrak kental dibutuhkan waktu sangat
lama, sehingga penguapan dilakukan pada hari lain. Ekstrak kental yang diperoleh ditambahkan
dengan KOH-etanolik. Penambahan KOH-etanolik tidak boleh berlebihan dan harus dalam
kondisi dingin karena piperin bila dihidrolisis dengan KOH-etanolik akan menghasilkan kalium
piperinat dan piperin. Kemudian, ekstrak tersebut diaduk dan di diamkan sampai terbentuk
endapan. Setelah terbentuk endapan, disaring dengan menggunakan kertas saring dan sari jernih
yang diperoleh didinginkan pada lemari es.Pada saat sari jernih tersebut didinginkan pada
lemaries, akan membentuk kristal.
Metode pemisahan yang terakhir adalah Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Kromatografi
lapis tipis merupakan teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan
komponen dalam media berupa lempengan kromatografi. Pada KLT, komponen komponen
dari suatu senyawa akan dipisahkan antar dua fase yaitu fase gerak dan fase diam. Fase diam
akan menahan komponen campuran senyawa sedangkan fase geraknya akan melarutkan zat
dalam komponen. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal, sedangkan
komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.
Ada beberapa tahap yang dilakukanpada proses KLT yaitu penyiapan plat,
pemilihan fase gerak, fase diam, serta pengamatan lokasi bercak pada kromatogram,
deteksi dan identifikasi. Dalam praktikum KLT ini fase gerak yang digunakan
adalah pelarut campuran dari diklormetan : etilasetat (75:25v/v). Dalam praktikum
ini fase geraknya dibuat setengah dari jumlah total. Selanjutnya adalah preparasi
fase diamnya yaitu berupa silica Gel GF 254, dilakukan dengan memotong plat
dengan ukuran 5 x 10 cm. Pemotongan dilakukan menggunakan cutter supaya plat
tidak rusak dan garis potongan tepi plat lebih akurat dan tidak mengganggu proses
elusi.
Proses selanjutnya plat d i b e r i k a n t a n d a b a t a s a t a s d a n t a n d a b a t a s bawah
m a s i n g - m a s i n g 1 c m , sebagai batas tempat penotolan sampel yaitu pada tanda batas
bawah dansebagai penandaakhir proses pengelusian yaitu tanda batas atas. Jarak antarfraksi
yaitu 1,5 cm dan jarak tepi dari fraksi yaitu 1 cm. Setelah itu fase gerak dijenuhkan,
penjenuhan dilakukan supaya tekanan uap eluen dalam chamber dapat merata sehingga
pengelusian dapat seragam kecepatannya dan penjenuhan dilakukan
untuk mengoptimalkan proses pengembangan fase gerak. Sambil menunggu chamber
jenuh, kita melakukan penotolan sampel pada plat KLT. Sampel ditotolkan dengan
menggunakan pipa kapiler dan dilakukan sekali penotolan.
Plat yang sudah di totol dengan sampel tadi dimasukkan ke dalam chamber yang
selesai dijenuhkan. P e n g e m b a n g a n d i l a k u k a n dengan memasukkan plat KLT yang
telah ditotolkan ke dalam chamber. Plat selanjutnya di elusi sampai tanda batas atas
pengembangan yang telah dibuat tadi. Cara pengembangan yang digunakan pada
praktikum ini adalah ascending (menaik), yaitu pengembangan berdasarkan pada
daya kapilernya.Tepi bagian bawah plat yang telah ditotoli sampel dimasukkan dan dicelupkan
ke dalam fase gerak kurang lebih 0,5-1 cm. Dimana tinggi fase gerak dalam chamber harus
dibawah plat yang berisi totolan sampel dan volume fase gerak dibuat sedikit mungkin
tapitetap dapat mengelusi lempeng sampai pada batas jarak pengembangan. Hal
tersebut bertujuan supaya tidak terjadi kontaminasi selama proses elusi berlangsung
d a n s a m p e l t i d a k t e r e n d a m y a n g k e m u d i a n b i a s merembet apabila tinggi fase
gerak lebih tinggi dari sampel. Setelah proses elusi selesai, lalu plat dikeluarkan
dari dalam chamber dan diangin- anginkan selama 10 menit. Setelah itu spot yang berjalanta
dilihat di bawah sinar UV 254 nm dan 366 nm. Kemudian bercak atau elusi yang
terbentuk di semprot dengan pereaksi semprotnya ,hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk memperjelas atau mempertegas adanya kandungan senyawa kimia dalam
ekstrak.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari pengamatan, ketika dilihat di bawah
sinar UV254 dan 366 nm didapatkan jarak noda larutan Kristal dalam etanol 3,5 cm dengan
harga Rf 0,438 dan jarak noda larutan hasil penyarian didapatkan jarak noda sebesr 3cm dengan
harga Rf sebesar 0,375. Harga rf yang diperoleh hamper mendekati harga rf standart yaitu
0,5.Jadi, dapat disimpulkan bahwa spot yang dihasilkan pada identifikasi KLT itu adalah
senyawa piperin.

F. Kesimpulan
- Prinsip dari isolasi dengan metode sokhletasi adalah piperin disari dari buah piper dengan
menggunakan etanol 96%, kemudian dipisahkan dari senyawa resin dengan penambahan KOH-
etanol 10% b/v
- 1 kali sirkulasi adalah saat dimana pelarut naik dan kemudian kembali kebawah
- Piperin bila dihidrolisis dengan KOH-etanolik akan menghasilkan kalium piperinat dan piperin.
- Kromatografi lapis tipis merupakan teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan perambatan komponen dalam media berupa lempengan kromatografi
- Harga Rf yang diperoleh 0,438. Harga rf tersebut hampir mendekati harga rf standart yaitu 0,5.
Sehingga spot yang dihasilkan pada identifikasi KLT tersebut adalah senyawa piperin

G. Daftar Pustaka
Adnan, Muhammad. 1997. Teknik Kromatografi. Andi offset: Yogyakarta.
Bernasconi. 1995. Teknik Kimia II. Pradya Paramitha: Jakarta.
Purwani, et al, 2007. Ekstraksi Neodenium memakai Asam 01-2 etil heksil fosfat. Vol 1
(1):3
Sastrohamidjojo, hardjono. 1996. Sumber Bahan Alam. UGM Press: Yogyakarta.
Septiatin, Eatin. 2008. Apotek Hidup dari Rempah-rempah. Tanaman Hias, dan Tanaman
Liar, CV. YRAMA WIDYA: Bandung.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran teknologi Farmasi Edisi V. UGM Press: Yogyakarta.
Surakarta, April 2017

Mengetahui Praktikan

Asisten Praktikum

( ) (Nashinta laksmi P)

Anda mungkin juga menyukai