SEMESTER VI
DISUSUN OLEH:
1
Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Definisi kinerja menurut
para ahli :
1. Dessler (2009) berpendapat : Kinerja (prestasi kerja) karyawan adalah
prestasi aktual karyawan dibandingkan dengan prestasi yang diharapkan dari
karyawan. Prestasi kerja yang diharapkan adalah prestasi standar yang
disusun sebagai acuan sehingga dapat melihat kinerja karyawan sesuai
dengan posisinya dibandingkan dengan standar yang dibuat. Selain itu dapat
juga dilihat kinerja dari karyawan tersebut terhadap karyawan lainnya.
2. Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses
(Nurlaila, 2010:71).
3. Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas atau
kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang
melakukan pekerjaan (Luthans, 2005:165).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja Sumber Daya
Manusia adalah sebuah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas
maupun kuantitas yang dicapai Sumber Daya Manusia dalam periode waktu
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya
2
b. Otoritas (wewenang)
Otoritas adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu
organisasi formal yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota
yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya
(Prawirosentono, 1999:27).
c. Disiplin
Disiplin adalah taat kepda hukum dan peraturan yang berlaku
(Prawirosentono, 1999:27). Jadi, disiplin karyawan adalah kegiatan
karyawan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan
organisasi dimana dia bekerja.
d. Inisiatif
Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk
ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
Menurut Siagian (2000), kinerja dipengaruhi oleh dua faktor :
1. Faktor kemampuan terdiri dari :
a. Pengetahuan, meliputi pendidikan, pengalaman, pelatihan, dan minat
b. Keterampilan, meliputi kecakapan dan kepribadian.
2. Faktor motivasi terdiri dari:
a. Kondisi sosial, meliputi organisasi formal dan informal, kepemimpinan
dan serikat kerja
b. Kebutuhan individu, meliputi fisiologis, sosial, dan egoistik
c. Kondisi fisik, meliputi lingkungan kerja.
5. Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam seluruh kegiatan
kerja yang dilakukannya.
3
6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
4
1) Tujuan penilaian yang berorientasi pada masa lalu, yang bertujuan untuk :
a. Mengendalikan perilaku karyawan dengan menggunakannya sebagai
instrument untuk memberikan ganjaran, hukuman dan ancaman.
b. Mengambil keputusan mengenai kenaikan gaji dan promosi.
c. Menempatkan karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan tertentu.
2) Tujuan penilaian yang berorientasi pada masa depan, dirancang secara tepat
agar sistem penilaian ini dapat membantu, yakni :
a. Membantu tiap karyawan untuk semakin banyak mengerti tentang
perannya dan mengetahui secara jelas fungsi-fungsinya.
b. Merupakan instrumen dalam membantu tiap karyawan mengerti
kekuatan dan kelemahan sendiri yang dikaitkan dengan peran dan fungsi
dalam perusahaan.
c. Menambah adanya kebersamaan antara masing-masing karyawan
dengan penyedia yang mendorong motivasi serta konstribusi kerja pada
perusahaan.
d. Merupakan isntrumen bagi karyawan untuk mengevaluasi diri serta
mengembangkan diri dalam perencanaan karir
e. Membantu mempersiapkan karyawan untuk memegang pekerjaan pada
jenjang yang lebih tinggi
f. Membantu dalam berbagai keputusan SDM dengan memberikan data
tiap karyawan secara berkala.
5
tanggung jawab pegawai tersebut biasa saja, maka ia diberi nilai 3 atau 4 dan
begitu seterusnya untuk menilai faktor-faktor kinerja lainnya.
2. Critical Incidents
Evaluator mencatat mengenai apa saja perilaku/pencapaian terbaik dan terburuk
(extremely good or bad behaviour) pegawai. Dalam metode ini, penilai harus
menyimpan catatan tertulis tentang tindakan-tindakan atau prilaku kerja yang
sangat positif (high favorable) dan perilaku kerja yang sangat negatif (high
unfavorable) selama periode penilaian.
3. Essay Evaluator
Menulis deskripsi mengenai kekuatan dan kelemahan karyawan, kinerjanya pada
masa lalu, potensinya dan memberikan saran-saran untuk pengembangan pekerja
tersebut. Metode ini cenderung lebih memusatkan perhatian pada perilaku
ekstrim dalam tugas-tugas karyawan daripada pekerjaan atau kinerja rutin yang
mereka lakukan dari hari ke hari. Penilaian seperti ini sangat tergantung kepada
kemampuan menulis seorang penilai.
4. Work standard
Metode ini membandingkan kinerja setiap karyawan dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya atau dengan tingkat keluaran yang diharapkan. Standar
mencerminkan keluaran normal dari seorang pekerja yang berprestasi rata-rata,
yang bekerja pada kecepatan atau kondisi normal. Agar standar ini dianggap
objektif, para pekerja harus memahami secara jelas bagaimana standar yang
ditetapkan.
5. Ranking
Penilai menempatkan seluruh pekerja dalam satu kelompok sesuai dengan
peringkat yang disusun berdasarkan kinerja secara keseluruhan. Contohnya,
pekerja terbaik dalam satu bagian diberi peringkat paling tinggi dan pekerja yang
paling buruk prestasinya diletakkan di peringkat paling bawah. Kesulitan terjadi
bila pekerja menunjukkan prestasi yang hampir sama atau sebanding.
6. Forced distribution
Penilai harus memasukkan individu dari kelompok kerja ke dalam sejumlah
kategori yang serupa dengan sebuah distribusi frekuensi normal. Contoh para
pekerja yang termasuk ke dalam 10 persen terbaik ditempatkan ke dalam
kategori tertinggi, 20 persen terbaik sesudahnya ke dalam kategori berikutnya,
40 persen berikutnya ke dalam kategori menengah, 20 persen sesudahnya ke
dalam kategori berikutnya, dan 10 persen sisanya ke dalam kategori terendah.
Bila sebuah departemen memiliki pekerja yang semuanya berprestasi istimewa,
6
atasan dipaksa untuk memutuskan siapa yang harus dimasukan ke dalam
kategori yang lebih rendah.
7. Behaviourally Anchored Rating Scales (BARS)
Evaluator menilai pegawai berdasarkan beberapa jenis perilaku kerja yang
mencerminkan dimensi kinerja dan membuat skalanya. Misalnya penilaian
pelayanan pelanggan. Bila pegawai bagian pelayanan pelanggan tidak menerima
tip dari pelanggan, ia diberi skala 4 yang berarti kinerja lumayan. Bila pegawai
itu membantu pelanggan yang kesulitan atau kebingungan, ia diberi skala 7 yang
berarti kinerjanya memuaskan, dan seterusnya. Metode ini mendeskripsikan
perilaku yang diharapkan sesuai dengan tingkat kinerja yang diharapkan.
Menurut Mondy & Noe (2005), karakteristik sistem penilaian yang efektif,
adalah:
a. Kriteria yang terkait dengan pekerjaan
Kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan harus berkaitan
dengan pekerjaan / valid.
b. Ekspektasi
Kinerja Sebelum periode penilaian, para manajer harus menjelaskan secara
gamblang tentang kinerja yang diharapkan kepada pekerja.
c. Standardisasi
Pekerja dalam kategori pekerjaan yang sama dan berada di bawah organisasi
yang sama harus dinilai dengan menggunakan instrumen yang sama.
d. Penilaian yang Cakap
Tanggung jawab untuk menilai kinerja karyawan hendaknya dibebankan
kepada seseorang atau sejumlah orang, yang secara langsung mengamati
paling tidak sampel yang representatif dari kinerja itu. Untuk menjamin
konsistensi penilaian, para penilai harus mendapatkan latihan yang memadai.
e. Komunikasi Terbuka
Pada umumnya, para pekerja memiliki kebutuhan untuk mengetahui tentang
seberapa baik kinerja mereka.
f. Akses Karyawan Terhadap Hasil Penilaian
Setiap pekerja harus memperoleh akses terhadap hasil penilaian. Kerahasiaan
akan menumbuhkan kecurigaan. Menyediakan akses terhadap hasil penilaian
memberikan kesempatan karyawan untuk mendeteksi setiap kesalahannya.
g. Proses Pengajuan Keberatan (due process)
Dalam hubungannya dengan pengajuan keberatan secara formal atas hasil
penilainnya, penetapan due process merupakan langkah penting.
7
LANGKAH-1: MENENTUKAN TUJUAN EVALUASI KINERJA
Tujuan dilakukannya penilaian kinerja karyawan menurut Aamodt (2010)
antara lain:
1. Mendapatkan umpan balik bagi karyawan dan menyiapkan pelatihan atau
program perbaikan bagi karyawan. Untuk tujuan tersebut maka metode evaluasi
kinerja harus dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan karyawan. Salah satu
metode evaluasi yang bisa dipakai adalah performance appraisal review.
Contohnya:
- Bila karyawan akan dinilai memiliki tugas yang banyak dan sibuk, maka sistem
evaluasi kinerja yang membutuhkan waktu lama tidak akan berhasil
diterapkan.
- Pada lingkungan kerja yang tidak menerapkan reward berupa uang pada
karyawan, maka sebaiknya jangan menerapkan sistem evaluasi kinerja yang
sangat rumit dengan menerapkan penilaian kuantitatif; atau
8
- Pada lingkungan kerja yang daya kohesif (tarik-menarik antara karyawan
dengan karakteristik sejenis) yang kuat, maka sistem penilaian kinerja oleh
rekan sekerja lebih efektif.
9
Pada penilaian kinerja oleh pelanggan, dilakukan pengisian keluhan
tentang pelayanan yang diterima oleh pelanggan. Contohnya adalah secret
shoppers. Teknik menilai kinerja secara mandiri jarang sekali dilakukan oleh
perusahaan karena efektifitasnya yang masih dipertanyakan. Disamping itu
teknik ini memerlukan kedewasaan daripada karyawan yang besangkutan.
10
dijelaskan mengenai metode penilaian kinerja yang akan dijalankan. Semakin
karyawan mengetahui metode penilaian kinerja dengan baik, maka tingkat
kepuasan karyawan juga semakin tinggi.
4. Membantu organisasi bila ada tuntutan dari karyawan yang kecewa atau di
PHK akibat performa yang tidak baik.
11
2. Membaca kembali seluruh insiden kritis yang dilakukan karyawan. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi bias akibat efek primasi, resensi, dan atensi
terhadap informasi yang tidak wajar.
- Halo errors yaitu kesalahan yang terjadi akibat evaluator terpengaruh oleh
salah satu atau keseluruhan karakter karyawan. Misalnya: evaluator
mengetahui bahwa karyawan yang akan dievaluasi terkesan sangat kreatif,
maka ia akan memberi penilaian yang baik pada sisi
intelijensia/kecerdasan. Halo errors bisa terjadi karena evaluator tidak
memahami jenis pekerjaan yang akan dievaluasi serta sangat kenal dengan
karyawan yang akan dinilai.
- Proximity errors yaitu kesalahan yang terjadi ketika penilaian terhadap satu
dimensi mempengaruhi penilaian dimensi selanjutnya yang berdekatan atau
memiliki kesamaan lokasi.
12
Saat dibandingkan dengan Susana, Fitria tidak memperlihatkan penilaian
yang baik. Sehingga Fitria mendapat penilaian yang sangat rendah, di
bawah nilai yang seharusnya diterima. Hal ini karena manajer bank
membandingkan Fitria secara langsung dengan Susana.
13
dari karyawan lama. Meski demikian, pemantauan kemajuan karyawan tetap
dilakukan sepanjang tahun (tiap bulan).
Persiapan penyampaian hasil evaluasi meliputi: mempelajari sistem
penilaian yang dipakai dan alasan kenapa menggunakan sistem tersebut.
Penyampaian hasil kinerja yang berkualitas akan memuaskan karyawan dan
karyawn menerima hasil tersebut dengan baik. Di samping itu, sebaiknya
karyawan juga diminta menyiapkan hasil penilaian terhadap dirinya sendiri dan
ditanyakan alasan ia memberikan penilaian seperti itu.
Selama proses penyampaian hasil evaluasi, beberapa hal perlu
diperhatikan:
1. Memulai evaluasi dengan sedikit perbincangan (basa-basi) untuk mengurangi
ketegangan;
2. Ketika kondisi dirasa sudah nyaman, selanjutnya yang harus dilakukan atasan
adalah menyampaikan:
- Maksud dan tujuan penilaian kinerja (menitikberatkan tujuan bukan hanya
untuk menaikkan gaji dan memberhentikan karyawan);
4. Saat atasan menyampaikan hasil sebaiknya dibatasi pada masalah perilaku dan
kinerja karyawan, bukan kepada sifat karyawan;
14
Teknik ini berguna agar karyawan mau menerima umpan balik negatif, dan
mencegah atasan untuk bersikap subyektif terhadap karyawan;
15
seksama terhadap proses, kemudian berusaha menutupi kesenjangan (gap) yang
ada.
Vincent Gasperz menjelaskan dalam bukunya mengenai Continual
Improvement mengelompokan masalah kinerja ke dalam 3 jenis:
1. Masalah yang diciptakan (problems to be created), yaitu menetapkan
target kinerja yang meningkat secara terus menerus, kemudian berusaha
untuk menyelesaikan masalah kinerja ini melalui upaya giat terus menerus
untuk mencapai target kinerja tersebut, masalah yang diciptakan ini sering
disebut sebagai masalah potensial (potential problems) yang akan menjadi
masalah aktual (actual problems) di masa yang akan datang. Upaya
menyelesaikan masalah ini adalah melalui inovasi kreatif (peningkatan
dramatis) terus menerus.
2. Masalah yang dirasakan (problems to be perceived), berkaitan dengan upaya
peningkatan secara gradual terus menerus yang bertujuan untuk memperkuat
posisi yang sekarang.
3. Masalah yang telah terjadi (problems already occurred), berkaitan dengan
target-target masa lalu yang tidak tercapai atau deviasi dari standar-standar
yang ditetapkan.
16
4. Materials (bahan baku dan bahan penolong) berkaitan dengan ketiadaan
spesifikasi kualitas dari bahan baku dan bahan penolong yang digunakan,
ketidaksesuaian dengan spesifikasi kualitas bahan baku dan bahan penolong
yang ditetapkan, ketiadaan penanganan yang efektif terhadap bahan
baku dan bahan penolong itu, dll.
5. Media berkaitan dengan tempat dan waktu kerja yang tidak memperhatikan
aspek-aspek kebersihan, kesehatan dan keselamatan kerja, dan lingkungan
kerja yang kondusif, kekurangan dalam lampu penerangan, ventilasi yang
buruk, kebisingan yang berlebihan, dll.
6. Motivation (motivasi) berkaitan dengan ketiadaan sikap kerja yang
benar dan professional (tidak kreatif, bersifat reaktif, tidak mampu
bekerjasama dalam tim, dll), yang dalam hal ini disebabkan oleh sistem
balas jasa dan penghargaan yang tidak adil kepada tenaga kerja.
7. Money (keuangan) berkaitan dengan ketiadaan dukungan financial
(keuangan) yang mantap guna memperlancar proyek peningkatan kualitas
yang akan diterapkan.
17
b. penyebab-penyebab yang tidak dapat dikendalikan, namun dapat
diperkirakan
Setiap akar penyebab dari masalah dimasukkan ke dalam diagram sebab-
akibat yang dikategorikan berdasarkan prinsip 7M, sedangkan penyebab-
penyebab yang tidak dapat dikendalikan namun dapat diperkirakan,
didaftarkan pada diagram sebab-akibat secara tersendiri, Akar penyebab dari
suatu masalah dapat ditemukan melalui bertanya mengapa beberapa kali.
b) Identifikasi Solusi
Mengidentifikasikan tindakan atau solusi yang efektif melalui
memperhatikan danmempertimbangkan:
a. pencegahan terulang atau muncul kembali penyebab-penyebab itu
b. tindakan yang diambil harus berada di bawah pengendalian kita
c. memenuhi tujuan dan target kinerja yang ditetapkan
c) Implementasi Solusi
Menerapkan atau melakukan implementasi terhadap solusi atau tindakan-
tindakan yang diajukan itu. Setiap tindakan perbaikan sewajarnya
didaftarkan ke dalam rencana tindakan (action plans) yang memuat secara
jelas setiap tindakan perbaikan atau peningkatan mengikuti prinsip 5W-2H
18
untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut yang muncul.
Permasalahan yang muncul perlu diidentifikasi dan diselesaikan hingga ke akar
permasalahannya, dengan harapan bahwa permasalahan yang serupa tidak akan
muncul kembali. Identifikasi dan penyelesaian masalah yang tepat akan
membawa organisasi menuju ke perbaikan dan peningkatan yang
berkesinambungan.
2. Modal: yang terdiri dari modal tetap (mesin, gedung, alat-alat, volume dan
standar).strukturnya), tehnologi, litbang, dan bahan baku (volume dan
standar).
19
3. Metode atau proses baik tata ruang tugas, penanganan bahan baku penolong
dan mesin, perencanaan dan pengawasan produksi, pemeliharan melalui
pencegahan, teknologi yang memakai cara alternatif.
8. Umpan balik yaitu informasi yang ada hubungannya dengan timbal balik
masukan (input) dan hasil (output) dalam perusahaan, antara perusahaan
dengan ruang lingkup negara (internasioanal).
20
sekarang ini memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah meningkat
atau berkurang serta tingkatannya.
21
DAFTAR PUSTAKA
22