Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian makanan


Makanan adalah semua substansi yang diperlukan oleh tubuh, kecuali air,
obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan untuk pengobatan.

Makanan sehat merupakan makanan yang higienis dan bergizi


mengandung zat hidrat arang, protein, vitamin, dan mineral. Agar makanan sehat
bagi konsumen diperlukan persyaratan khusus antara lain cara pengolahan yang
memenuhi syarat, cara penyimpanan yang betul, dan pengangkutan yang sesuai
dengan ketentuan. Makanan sehat selain ditentukan oleh kondisi sanitasi juga di
tentukan oleh macam makanan yang mengandung karbohidrat, protein,
lemak,vitamin dan mineral.

Agar makanan sehat maka makanan tersebut harus bebas dari kontaminasi.
Makanan yang terkontaminasi akan menyebabkan penyakit yang dikenal dengan
food borne dsease

2.2 Higiene dan Sanitasi Makanan


Higiene sanitasi makanan merupakan bagian yang penting dalam proses
pengolahan makanan yang harus dilaksanakan dengan baik.
Menurut Permenkes No. 942 Higiene sanitasi adalah upaya untuk
mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat
atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.

2.2.1 Pengertian Sanitasi Makanan


Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan
cara menghilangkan atau mengatur faktor faktor lingkungan yang berkaitan
dengan rantai perpindahan penyakit tersebut.
Sanitasi makanan adalah usaha untuk mengamankan dan menyelamatkan
makanan agar tetap bersih, sehat dan aman. Diperlukan penerapan 10 sanitasi
makanan untuk mencegah kontaminasi makanan dengan zat zat yang
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
Usaha usaha sanitasi meliputi kegiatan kegiatan :
a. Keamanan makanan dan minuman yang disediakan
b. Higiene perorangan dan praktek-praktek penanganan makanan oleh karyawan
yang bersangkutan
c. Keamanan terhadap penyediaan air
d. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran
e. Perlindungan makan terhadap kontaminasi selama dalam proses pengolahan,
penyajian dan penyimpanan
f. Pencucian, kebersihan dan penyimpanan alat-alat/ perlengkapan.

Dalam Permenkes No. 1096 Tahun 2011 telah ditetapkan makanan yang
dikonsumsi harus higienis, sehat dan aman yaitu bebas dari cemaran fisik, kimia
dan bakteri.
Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik,
faktor kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan
yang tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang
baik., temperatur ruangan yang panas dan lembab, dan sebagainya. Untuk
menghindari kerusakan makanan yang disebabkan oleh faktor fisik, maka perlu di
perhatikan susunan dan konstruksi dapur serta tempat penyimpanan makanan.
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh factor kimia karena adanya
zat zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan 11
makanan, obat obat penyemprot hama, penggunaan wadah bekas obat obat
pertanian untuk kemasan makanan dan lain lain
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor mikrobiologis karena
adanya kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Akibat buruknya
sanitasi makanan dapat timbul gangguan kesehatan pada orang yang
mengkonsumsi makanan tersebut.
2.2 Keracunan makanan
Keracunan makanan adalah penyakit yang disebabkan oleh memakan
makanan yang telah terkontaminasi. Keracunan makanan merupakan satu
penyakit Gastroenteritis Akut. Penyakit ini terjadi karena kontaminasi bakteri
hidup atau toksin yang di hasilkannya pada makanan atau karena virus dan adanya
kontaminasi zat-zat organic dan racun yang berasal dari tanaman dan binatang.

Karakteristik keracunan makanan yang di sebabkan oleh bakteri, antara


lain:

1. Penderita menyantap jenis makanan yang sama

2. Penyakit menyerang pada banyak orang dalam waktu bersamaan

3. Sumber penyebab yang sama

4. Gejala-gejala penyakitnya mirip satu dengan lain

Makanan yang memiliki higiene buruk didapat dari beberapa hal:

1. Kebiasaan pribadi yang buruk, misalnya tidak mencuci tangan dengan


benar saat memasak, menyajikan dan memakan makanan

2. Membeli makanan dari tempat atau supplier yang tidak jelas

3. Membiarkan makanan terbuka dalam waktu yang lama sehingga dapat


terkontaminasi debu, hama di sekitar makanan.

4. Menyiapkan makanan dengan kondisi sakit.

Keadaan semacam itu sering di jumpai pada sejumlah orang yang


menderita penyakit Gastroenteritis akut . Contohnya adalah kasus keracunan
makanan pada kariawan di sebuah pabrik atau keracunan makanan yang di alami
para tamu undangan di sebuah pesta. Keracunan makanan yang penyebabnya
bukan bacteri atau bahan makanan lain tidak selalu menimbulkan gejala yang
sama, tetapi tetap berbahaya bagi kesehatan manusia.

Batasan dan penyebabkeracunan makanan perlu di pertegas dan di


bedakan dengan penyakit Gastroenteritis Akut biasa agar tidak menimbulkan
polemic dan masalah pada masyarakat awam. Secara sederhana, keracunan
makanan berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi 2 jenis.

a) Bacterial Food Poisoning

b) Non Bakterial Food Poisoning

Bacterial Food Poisoning

Bacterial Food Poisoning terjadi akibat konsumsi makanan yang


terkontaminasi dengan bacteri hidup terkontaminasi toksin yang dihasilkan bacteri
tersebut. Bacterial Food Poisoning dapat di bedakan menjadi 4 tipe, yaitu:

Salmonella Food Poisoning

Salmonella food poisoning merupakan Zoonotik (berasal dari hewan) yang


dapat terjadi di mana-mana. Penyakitini di tularkan kepada manusia melalui
produk ternak yang terkontaminasi, seperti daging, susu, atau telur. Tikus juga
merupakan salah satu binatang penyebar penyakit melalui makanan. Binatang ini
mengkontaminasi makanan melalui urin atau kotorannya.

Insidensi penyakit ini meningkat di Negara barat akibat beberapa factor


berikut:

a) Peningkatan pedagangan internasional berupa produk bahan makanan yang


berasal dari hewan ternak.

b) Penggunaan deterjen secara luas pada rumah tangga mempengaruhi pengolahan


air kotor.

c) Distribusi dan pemakaian makanan jadi atau makanan kaleng meningkat di mana-
mana.

d) Terdapat lebih dari 50 spesis Salmonella, yang menyebabkan penyakit pada


manusia adalah Salmonella Typhimurium, Salmonella Cholera-suis, Shigella
Sonnel, dan lain-lain. Organisme ini berkembangbiak di dalam usus dan
menimbulkan gejala penyakit Gastroenteritis akut berupa mual, muntah-muntah,
diare, sakit kepala, nyeri abdomen, dan demam. Angka Mortalitas akibat penyakit
ini sekitar 1%.

Staphylococcal Food Poisoning

Staphylococcal food poisoning merupakan kasus keracunan makanan yang


di sebabkan oleh Enterotoksin yang di hasilkan oleh Staphylococcus Aureus.
Kuman stafilokokus akan mati sewaktu makanan di masak, tetapi entrotoksin
yang di hasilkan memiliki sifat tahan panas sehingga dapat bertahan pada
temperatur100 derajat C selama beberapa menit.
Staphylokokus banyak di temukan dalam bagian-bagian tubuh, seperti di
hidung, tenggorok dan di kulit manusia, selain itu juga dapat di temukan
menempel pada debu di dalam kamar. Organisme ini dapat menyebabkan infeksi
pada manusia dan binatang. Staphylokokus juga dapat mengkontaminasi
makanan, seperti salad, custard, susu, dan produk yang di hasilkannya. Masa
inkubasi penyakit akibat organisme ini relative pendek, yaitu sekitar 1-6 jam
karena toksin yang di hasilkan organism ini.
Infeksi pada manusia terjadi karena konsumsi makanan yang
terkontaminasi toksin. Toksin tersebut memiliki laju reaksi yang cepat dan
langsung menyerang usus dan system saraf pusat (SSP). Gejala penyakit ini,
antara lain mual, muntah, diare, nyeri abdomen, dan terdapatnya darah dan lender
dalam feses. Kematian akibat penyakit ini jarang terjadi. Penderita dapat sembuh
kembali dalam waktu 2-3 hari.

Botulism

Botulism atau botulisme merupakan penyakit Gastroenteristi akut yang di


sebabkan oleh Eksotoksin yang di produksi Crostiridium Botulinum. Organisme
anaerobic ini banyak di temukan di dalam debu, tanah, dan dalam saluran usus
hewan. Dalam makanan kaleng, organisme ini akan membentuk spora. Masa
inkubasi botulisme cepat sekitar 12-36 jam. Gejala penyakit berbeda dengan kasus
Bacterial Food Poisoning yang lain karena eksotoksin bekerja pada system saraf
parasimpatik. Gejala Gastroin testinal yang di timbulkan ringan walau ada
beberapa gejala yang tampak dominan, seperti Disfagia, Diplopia, Ptosis,
Disarthria, kelemahan pada otot dan terkadang Quadriplegia, walau demam biasa
tidak ada, penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan berakibat
fatal. Kematian terrjadi dalam waktu 4-8 hari akibat kegagalan pernapasan atau
jantung.

Agar lebih aman, sebelum di konsumsi, makanan kaleng sebaiknya


dimasak dahulu pada temperature 100 derajat C selama beberapa menit karena
toksin Cl. Botulinum bersifat Thermolabil (tidak tahan panas). Pemberian obat
quinidine hidroklorida per oral dengan dosis 20-40 mg/kg berat badan dapat
mengurangi terjadinya Neoromuscular blok, di samping perawatan yang baik juga
sangat bermanfaat dalam pengobatan batulisme.

Cl. Perfringens Food Poisoning

Organisme Clostridium Perfringens (Cl. Welchii) dapat di temukan dalam


kotoran manusia dan binatang dalam tanah, air, dan udara. Keracunan terjadi
karena mengkonsumsi makanan berupa daging ternak (yang tentunya telah
terkontaminasi dengan bakteri ini) yang telah di masak dan di simpan begitu saja
selama 24 jam atau lebih serta di masak lagi untuk di sajikan. Masa inkubasi
penyakit ini sekitar 6-24 jam. Walau patogenisitas Cl. Perfringens belum banyak
di ketahui, organisme ini dapat berkembang biak dengan baik pada suhu sekitar 30
derajat C dan memproduksi berbagai toksin, misalnya Alpha Toxin dan Theta
Toxin. Alpha toxin di duga merupakan eksotoksin yang dapat menimbulkan gejala
penyakit, selain ada juga pendapat bahwa jumlah Cl.perfringens yang banyak
dalam makanan dapat menyebabkan keracunan makanan. Gejala klinis berupa
nyeri abdomen, diare, lesu, subfebris, mual, dan muntah jarang terjadi.
Penderitanya dapat sembuh dengan cepat, sementara penyakit ini tidak berakibat
fatal.
Diagnosis banding (differensial diagnosis) perlu di lakukan karena
Bacterial food Poisoning (keracunan makanan akibat bakteri sering kali di
diagnosis sebagai penyakit kolera, disentri basiler akut, atau keracunan zat
arsentik.

Non-Bacterial Food Poisoning

Non-bacterial food poisoning adalah kasus keracunan makanan yang


bukan di sebabkan oleh bakteri maupun toksin yang di hasilkannya. Kasus
keracunan semacam ini dapat di sebabkan oleh, antara lain:

a) Keracunan akibat tumbuh-tumbuhan

Banyak sekali kasus keracunan makanan yang di sebabkan oleh tumbuh-


tumbuhan. Contohnya antara lain keracunan singkong, keracunan jengkol,
keracunan jamur, keracunan atropan Belladona yang berisi alkaloid dari
belladonna, dan keracunan apel,berikut ini penjelasannya.

Keracunan Singkong: singkong atau ubi kayu adalah jenis bahan tidak semua
jenis singkong dapat di konsumsi langsung. Jenis singkong yang mengandung
asam sianida dan biasanya di pergunakan ssebagai bahan baku tepung tapioca
harus di olah terlebih dahulu ssebelum di jadikan tepung dan di konsunsumsi.
Gejala yang muncul akibat keracunan singkong, antara lain mual, muntah,
pernapasan cepat, sinosis kesadaran menurun, dan bahkan sampai koma.

Keracunan jengkol: Jengkol merupakan salah satu sayur lalapan yang


mengandung asam jengkolat. Apabila di konsumsi secara berlebihan, akan terjadi
penumpukan dan pembenttukan Kristal asam jengkolat di dalam ginjal sehingga
mennimbulkan rasa mual, muntah, nyeri perut hilang timbul yang berupa dengan
kolik ureter,rasa sakit bila buang air kecil dan urin berbau jengkol, selain dapat
menyebabkan uremia dan kematian.
Keracunan jamur beracun: di Indonesia, terdapat ratusan jamur terkenal dan dapat
di konsumsi, seperti jamur merang, jamur sampinyo dan sebagainya. Namun,
tidak semua jenis jamur dapat di konsumsi karena ada beberapa jenis yang
mengandung racun. Jenis racun biasa yang di temukan adalah Amanitin dan
muskarin. Apabila tanpa sengaja mengkonsumsi jamur beracun, racun jamur itu
akan bekerja sangat cepat dan mengakibatkan rasa mual, muntah, sakit perut,
penguaran banyak ludah dan keringat, miosis, diplopia, bradikardi, dan bahkan
konvulsi (kejang-kejang).

Atropa Belladonna yang berisi alkaloid dari belladonna: Gejala keracunan akibat
mengonsumsi subtansi teersebut serupa dengan gejala keracunan atropine, yaitu
mulut kering, kulit kering, pandangan mata kabur, dilatasi pupil, takikardi, dan
halusinasi.

Datura Stronomium (apel): Datura Stonomium mengandung stronomium


alkkoloid. Gejala klinis akibat kereacunan stronomium ini seperti dengan gejala
klinis keracunan Atropin. Tidak ada terapi yang spesifik untuk keeracunan zat
tersebut. Gejala klinis berupa gangguan pada susunan saraf perifer dapat
dinetralisasikan dengan pemberian pilokarpin, tetapi obat ini tidak dapat
menetralisasikan gangguan pada sistem saraf pusat. Penguaran racun pada korban
keracunan dapat di lakukan dengan induksi muntah untuk mengosongkan
lambung atau dengan bilasan lambung.

b) Keracunan akibat kerangdan ikan laut

Kasus keracunan kerang dan ikan laut memiliki gejala yang dapat terjadi
secara langsung dalam menit atau bahkan kurang dari itu setelah mengonsumsi
kerang atau ikan laut.Gejala yang muncul, antara lain, kemerah-merahan, pada
muka, dada, dan lengan, gatal-gatal , urtikarya, anggioderma, edema, takikardi,
palpitasi, sakit perut dan diare. Pada kasus yang berat dapat terjadi gangguan
pernapasan.
Keracunan akibat bahan kimia

Bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan keracunan makanan antara


lain, zat pewarna makanan, logam berat, bumbuh penyedap, dan bahan pengawet.
Berikut beberapa jenis penyakit antara lain yang sering di temukan antara
lain:

1. Chinese Restaurant Syndrome: Sebagian orang yang mengonsumsi makanan cina


dalam 10-20 menit akan mengalami gejala semacam rasa tidak enak, dan rasa
terbakar di leher bagian belakang, kesemutan pada lengan atas bagian belakang
dan di depan dada. Kemunculan gejala tersebut berfariasi, biasanya akan
berlangsung selama 45 menit sampai 2 jam. Kemungkinan penyebab adalah
monosodium klutamat yang sering di pakai sebagai bumbuh penyedap masakan
cina.

2. Hot Dog Headache: Pada beberapa orang yang mengonsumsi hot dog akan
mengalami sakit di bagian kepala dan muka memerah yang muncul dalam 30
menit setelah mengonsumsi makanan tersebut. Kondisi itu mungkin di sebabkan
oleh natrium nitrit yang di gunakan pada proses pembuatan hot dog.

3. Keracunan zat-zat kimia: Kasus keracunan semacam ini terjadi karena seseorang
tanpa senngaja atau tanpa sepengatahuannya mengonsumsi zat kimia beracun
yang ada dalam makanan. Contoh zat kimia beracun tersebut, antara lain, racun
tikus, insektisida, natrium klorida yang di sangka susu, atau barium bikarbonat
yang di sangka tepung. Beberapa peralatan makanan yang di lapisi dengan bahan
tertentu (misalnya, antimon atau zinkum) tidak boleh di gunakan untuk mewadahi
makanan yang mengandung zat tertentu ( misalnya asam) karena bahan pelapis itu
akan bereaksi dengan asam dan menghasilkan racun. Contoh kasus lainnya adalah
keracunan karena mengonsumsi makanan berupa ikan atau hasil laut lain yang
mengandung logam berat seperti mercury (hg), penyebab penyakit mina mata ,
atau mengandung cadmium (Cd), penyebab penyakit Itai-itai di Jepang.

2.2.1 Pencegahan keracunan makanan


Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan dalam upaya pencegahan
terjadinya keracunan makanan, yaitu:
1. Hindari kontaminasi bakteri pada makanan
- Pertahankan kebersihan pribadi yang baik dengan mencuci tangan
setiap sebelum dan sesudah melakukan sesuatu terutama yang
memudahkan terjadinya kontaminasi, misalnya setelah menggunakan
toilet.
- Pengolahan yang baik terhadap bahan makanan mentah
- Menjaga kebersihan peralatan makan
Dilakukan pencucian, perendaman dan pembilasan, mencuci
menggunakan sabun cuci peralatan makan, melakukan sanitasi
peralatan makan dengan bahan kimia atau air yang panas
- Hindari kontaminasi silang antara makanan yg mentah dan matang,
maka saat menyiapkan dan menyimpannya dilakukan dengan cara
dipisahkan.
2. Hentikan pertumbuhan bakteri
- Jauhkan makanan dari panas (>60) dan dingin (<5)
- Panaskan kembali makanan sampai suhu 75 sebelum di sajikan
- Dinginkan makanan sekitar 30 menit setelah disiapkan atau dimasak
- Periksa kembali kulkas dengan pendingin dibawah suhu <5 dan
freezer <8
- Mencairkan makan terlebih dahulu bila berasal dari kulkas.
3. Bunuh bakteri dengan cara memasak makanan dengan benar
- Mengontrol suhu saat memasak
- Pastikan suhu internal makanan tepat untuk membunuh bakteri pada
makanan
- Mencegah pertumbuhan spora bakteri yang tersisa pada bahan
makanan

2.3 Investigasi terhadap kasus keracunan makanan


Makanan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena merupakan
kebutuhan pokok yang harus terpenuhi. Namun makanan dapat menyebabkan
penyakit atau membahayakan apabila tidak diolah secara baik dan benar. Berikut
terdapat beberapa contoh kasus keracunan makanan di Indonesia.
1. Keracunan Massal Akibat Makanan Mengandung Bakteri Tinja
Minggu, 22 Feb 2015 11:52 WIB.
Sekitar 117 siswa SDN Cigantang 1 dan 2, Kecamatan Mangkubumi,
Tasikmalaya, Jawa Barat mengalami keracunan massal setelah memakan makanan
yang dijual pedagang kantin.

Sejumlah pasien yang mengalami keracunan menjalani perawatan medis di Aula Kantor
Kelurahan Cigantang, Kecamatan Mangkubumi, Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (5/2/2015).
(Antara/Adeng Bustomi).

Maka dilakukan investigasi terhadap kejadian ini dengan mengambil 30


sampel makanan yang dibuat oleh pedagang kantin dan dilakukan pemeriksaan di
laboratorium Mikrobiologi Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
Dari hasil laboratorium diketahui, bahan makanan yang dijual oleh
pedagang mengandung bakteri tinja yaitu bakteri ecoli, bakteri bacillus coagulans,
bakteri staphylococcus, jamur candida albicans dan jamur candida sp.
Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan Dinas
Kesehatan Kota Tasikmalaya mengatakan ada beberapa bahan makanan yang
dijual pedagang tercemar bakteri dan jamur, seperti pada bakso terdapat
kandungan jamur candida albicans, jamur candida sp pada saus, pada kecap
terdapat bakteri bacillus coagulans dan ecoli pathogen pada bakso mentah
terkandung bakteri staphylococcus. Selain itu, secara kimiawi bahan makanan
yang dikomsumsi siswa SD tersebut terdapat nitrit yang biasanya ada dalam urin.
Jelas penyebab keracunan ini, bahwa pedagang tidak menjaga kebersihan
dalam pembuatan bahan makanan atau personal hygiene pedagang sangat buruk
dimana bahan makanan yang tercampur kuman atau bibit penyakit diare.

2. Usai Santap Nasi Kotak, Puluhan Warga Cianjur Mual dan Mulas
15 Nov 2016, 20:05 WIB
Puluhan warga Kampung Awilarangan, Desa Benjot, Kecamatan
Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, keracunan usai menyantap nasi kotak
saat acara syukuran salah seorang warga di wilayah itu. Sebanyak 23 orang
mengalami mual, pusing, muntah-muntah, dan diare. Para korban
diduga keracunan makanan itu pun harus mendapatkan perawatan intensif di
RSUD Cianjur.
Dari salah satu korban yang diwawancarai mengatakan telah buang air
besar sebanyak 15 kali dalam sehari dan merasa pusing. korban mengaku sakit di
bagian perut usai menyantap nasi kotak di acara 40 hari syukuran salah seorang
warga di Kampung Awilarangan dimana nasi kotak tersebut berisi nasi putih,
daging rendang dan bihun pada Senin malam, 14 November 2016. Sedangkan
kebanyakan korban lainnya yang sempat diwawancarai mengatakan baru
merasakan mulas, dan sering buang air besar satu hari setelah menyantap
makanan tersebut.
Maka dilakukan investigasi berupa pengambilan sampel makanan untuk
dilakukan pemeriksaan laboratorium dan mengamankan tempat makan yang
terbuat dari styrofoam. Kepala Desa Benjot, Kecamatan Cugenang, Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat telar berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan kabupaten
Cianjur serta pihak kepolisian setempat.
Pada kasus keracunan ini kepala desa menduga penyebab keracunan bukan
dari makanan, melainkan dari tempat makanannya yang berbahan Styrofoam
sebab, ada rentang sehari dari waktu menyantap makanan hingga keracunan
massal tersebut terjadi. Kemungkinan pemilik rumah tidak membersihkan
terlebih dahulu tempat makan sebelum di masukan makanan atau tempat makan
yang dipakai sudah pernah dipakai sebelumnya. Kecurigaan lain apakah
makanan yang disajikan sudah kadaluwarsa atau pengolahan makanan yang
kurang baik. Namun belum dapat dipastikan penyebabnya karena sedang
dilakukan penelitian.

3. Puluhan Warga Sungai Liat, Kepulauan Bangka Belitung mengalami


Mual, Mulas dan Pusing setelah Mengkonsumsi Mi Instan.
21 Mar 2016, 18:49 WIB
Dalam sebulan ini, terdapat puluhan warga yang mengalami gejala mual,
mulas dan pusing di Desa Sungai Liat, Kepulauan Bangka Belitung. Saat
beberapa warga diwawancarai mereka mengaku merasakan gejala tersebut
setelah mengkonsumsi mi instan yang biasa mereka beli di warung.
Setelah dilakukan penyelidikan oleh kepala Desa, pihak kepolisian dan tim
dari dinas kesehatan setempat didapatkan mie bercampur pengawet mayat atau
boraks dan soda berbahaya.
Tim gabungan langsung melakukan sidak ke beberapa pabrik pembuatan
mi instan yang terletak di Sungai Liat, ternyata benar petugas menemukan mi
yang positif mengandung boraks dan soda berbahaya. Seperti yang kita ketahui
bahwa boraks berbahaya jika masuk kedalam tubuh manusia.

4. Belasan Anak Muntah-muntah Usai Santap Bakso Bakar


Selasa, 16 Mei 2017 - 00:37 WIB
Dua orang anak terbaring di Klinik Ismadana Muaradua, Sumatera Selatan setelah
mengalami gejalan keracunan seusai menyantap bakso bakar.

Sebanyak 13 anak di Desa Suberingin, Kecamatan Buay Pemaca,


Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatera Selatan diduga
mengalami gejala keracunan.
Para korban mengalami muntah-muntah dan merasakan pusing setelah
menyantap bakso bakar yang dijajakan pedagang di sekitar lokasi pesta
pernikahan.
Berdasarkan Informasi yang diperoleh, dugaan keracunan massal berawal
saat para warga menghadiri pesta pernikahan warga setempat di Dusun II, Senin
15 Mei 2017 sore.
Saat itu pesta pernikahan berlangsung meriah karena diisi acara hiburan
organ tunggal. Pasti situasi tersebut menarik perhatian para pedagang untuk
berjualan di dekat lokasi pesta. Termasuk pedagang bakso bakar. Alhasil banyak
anak-anak di sekitar lokasi yang memakan jajanan tersebut. Kehebohan terjadi
ketika tiba-tiba sejumlah anak merasa pusing dan muntah-muntah. Peristiwa itu
membuat acara pesta pernikahan berhenti.
Menurut Kepala desa setempat yang kebetulan juga hadir dalam acara
pernikahan tersebut mengatakan mayoritas korban mengalami gejala keracunan
beberapa jam setelah memakan makanan jajanan bakso bakar keliling yang
berjualan di sekitar lokasi pesta pernikahan.
Pada kasus ini dilakukan investigasi terhadap jajanan bakso bakar tersebut
untuk diteliti di laboratorium apakah terdapat kuman di bakso tersebut. Selain itu
melihat personal hygiene dari penjual bakso bakar tersebut dan setelah dilihat
ternyata memiliki personal hygiene yang buruk, bakso bakar yang dijual juga
mudah untuk terkontaminasi dengan debu dan hama sekitar karena dibiarkan
terbuka dalam waktu lama.

DAFTAR PUSTAKA

Bernas, Keracunan Massal Akibat Makanan Mengandung Bakteri Tinja,


http://jabar.metrotvnews.com/read/2015/02/22/361464, diakses 01 Juni 2017.

Bernas, Usai Santap Nasi Kotak, Puluhan Warga Cianjur Mual dan Mulas,
http://regional.liputan6.com/read/2653062, diakses 01 Juni 2017.

Bernas, Puluhan Warga Sungai Liat, Kepulauan Bangka Belitung mengalami


Mual, Mulas dan Pusing setelah Mengkonsumsi Mi Instan,
http://www.tribunnews.com, diakses 01 Juni 2017.

Bernas, Belasan Anak Muntah-muntah Usai Santap Bakso Bakar,


https://daerah.sindonews.com/read/1205407/190, diakses 01 Juni 2017.

Enviromental compliance. 2008. Fact: Food Poisioning.


www.pittwater.nsw.gov.au, diakses 01 Juni 2017.
Supraptini. 2002. Kejadian Keracunan Makanan dan Penyebabnya di Indonesia
Tahun 1999-2000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi Kesehatan; Vol.1
No.3: 127-135.

Anda mungkin juga menyukai