Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil Tahu dan ini terjadi setelah


orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan ini terjadi melalui panca indra manusia yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori
yang memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman
orang lain (Notoatmodjo, 2003).

Pengeukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan


wawancar yang menanyakan sesuatu yang ingin diukur tentang
pengetahuan dari subjek penelitian (Notoatmodjo, 2003). Untuk
mengukur pengetahuan ibu hamil tentang zat besi maka perlu
diketahui pengertiannya tentang kehamilan, manfaat dari sumber
zat besi, akibat kekurangan zat besi, suplementasi zat besi serta
cara mengkonsumsinya (Notoatmodjo, 2003).

1. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat


penting dalam membentuk tindakan seseorang, terdiri atas 6
tindakan : (Notoatmodjo, 2003).

Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah


dipelajari sebelumnya. Termasuk didalamnya pengetahuan, tingkat
ini adalah mengingat kembali atau rekal terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang
diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain :

8
9

menyebutkan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan


menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari. Pendidikan formal yang diterima
seseorang akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan
seseorang untuk memahami sesuatu juga mempengaruhi sikap
dan tindakan dalam suatu kegiatan.

Aplikasi (application)

Aplikasi digunakan sebagai kemampuan materi yang telah


dipelajari pada situasi atau kondisi ril. Aplikasi disini dapat diartikan
penggunaan rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
kontek atau situasi lainya.

Analisa (analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi


suatu objek dalam komponen-komponen, tapi masih ada dalam
organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lainya.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dan penggunaan kata kerja
dapat mengambil keputusan dan membedakan, memisahkan,
mengelompokan dan sebagainya.

Sintesis (synthesis)
10

Sintesis menunjukan suatu kemampuan untuk meletakan


atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.

Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan


justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilainan ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri.
Atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada. Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan evaluasi atau angket yang
menanyakan isi materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau
respon (Notoatmodjo, 2013).

2. Cara Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan


wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Dikategorikan
berpengetahuan tinggi bila didapat hasil 75 100%, rendah bila
didapatkan hasil < 75% (Notoatmodjo, 2003).

B. Sikap (Ettitude)

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih


tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dengan perkataan lain
dapat dikatakan bahwa sikap adalah tanggapan atau persepsi
seseorang terhadap apa yang diketahuinya. Jadi sikap tidak dapat
langsung dilihat secara nyata, tetapi dapat ditafsirkan sebagai
perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktifitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan (Notoatmodjo,
2013).
11

Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang masih


tertutup dari seseorang terhadap stimulasi atau objek. Manisfestasi
sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulasi tertentu yang dalam kehidupan sehari hari merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulasi sosial
(Notoatmodjo, 2005).

a) Komponen pokok sikap

Notoatmodjo (2005) menjelaskan bahwa sikap mempunyai


tiga komponen, yaitu :

a. Kepercayaan, ide konsep terhadap suatu objek


b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak

b) Tingkatan sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari


berbagai tingkatan yaitu :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan


stimulasi yang diberikan padanya.

b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu
benar atau salah, adalah berani orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan


suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Menghargai
12

diartikan subjek (pelaku) seseorang yang memberikan nilai ytang


positif terhadap objek atau stimulasi, dalam arti membahasnya
dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi dan
menganjurkan orang lain untuk merespon.

d. Bertanggung jawab (Responsibility)

Bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah


dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi
(Notoatmodjo, 2005).

c) Cara Mengukur Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai


pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian
yang mengatakan sesuatu mengenai sikap yang hendak diungkap.
Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal hal yang
positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya yang mendukung
atau memihak pada objek. Pernyataan ini disebut dengan
pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin
pula berisi hal hal negatif mengenai objek sikap. Pernyataan
seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourable
(Mahfoedz, 2005 : 6 -7).

Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri


atas pernyataan favourable dan tidak favourable dalam jumlah
yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak
semua positif dan tidak semua yang negatif yang seolah olah
skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap
(Wawan, dkk, 2012 : 37).

Penilaian sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak


langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat
atau pernyataan pernyataan hipotesis. Kemudian ditanyakan
13

pendapat responden. Skala Likert merupakan alternatif pengukuran


sikap (Notoatmodjo, 2007).

C. Prilaku Kesehatan
a. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain :
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh
karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka
teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme
Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

1. Perilaku tertutup (convert behavior)


Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau
reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah
jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah
dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
b. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
14

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah


suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan
kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan
ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).


Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara
atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas
kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan
(health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang
pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.
c. Domain Perilaku

Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003),


membagi perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun
kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas
dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan
tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan
ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif
(kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah
psikomotor (psicomotor domain).

d. Asumsi Determinan Perilaku

Menurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6


macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh
salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut.
Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari
berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan,
kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
15

Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap


faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain :

1. Teori Lawrence Green (1980)

Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat


dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi
oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan
faktor diluar perilaku (non behavior causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam


pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya.
2) Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas
atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-
obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3) Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2. Teori Snehandu B. Kar (1983)

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak


bahwa perilaku merupakan fungsi dari :

1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan


atau perawatan kesehatannya (behavior itention).
2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau
fasilitas kesehatan (accesebility of information).
4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal
mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy).
5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).

3. Teori World Health Organization ( WHO )


16

World Health Organization (WHO) menganalisis bahwa yang


menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :

1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam


bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan
penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).
2) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau
pengalaman orang lain.
3) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau
nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan
keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
4) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang
terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri
atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang
mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap
positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu
terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat
itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada
pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu
tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman
seseorang.
5) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting
untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung
untuk dicontoh.
6) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang,
waktu, tenaga dan sebagainya.
7) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan
sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan
suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut
kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama
dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan
peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).

D. Tablet Fe
17

a) Pengertian Tablet Fe

Besi merupakan unsur vital untuk pembentukan hemoglobin,


juga merupakan komponen penting pada system enzim
pernapasan seperti sitokrom oksidase, katalase peroksidase.
Fungsi utama zat zat besi adalah untuk mengantarkan oksigen
kedalam jaringan jaringan tubuh (fungsi hemoglobin) dan
berperan pada mekanisme oksidase seluler (fungsi system sitokro)
(Miyata, 2010).

Zat besi (Fe) merupakan mikro elemen essensial bagi tubuh


yang diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Konsumsi tablet Fe
sangat berkaitan dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Anemia
defesiensi zat besi yang banyak dialami ibu hamil disebabkan oleh
kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe yang tidak baik ataupun cara
mengkonsumsi yang salah sehingga menyebabkan kurangnya
penyerapan zat besi pada tubuh ibu (Yenni, 2007).

Zat besi adalah garam besi dalam bentuk tablet/kapsul yang


apabila dikonsumsi secara teratur dapat meningkatkan jumlah sel
darah merah. Wanita hamil mengalami pengenceran sel darah
merah sehingga memerlukan tambahan zat besi untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk sel darah merah
janin (Rasmaliah, 2004).

Zat besi adalah mineral mikron yang paling banyak terdapat


dalam tubuh manusia. Zat besi merupakan komponen dari
hemoglobin, mioglobin, sitokran enzim katalase, serta peroksidase.
Besi merupakan mineral mikron yang paling banyak terdapat dalam
tubuh manusia yaitu sebanyak 3-5 gram dalam tubuh manusia
dewasa (Almatsier, 2003).

Tablet Fe adalah tablet zat besi atau tablet tambah darah.


Tablet zat besi juga merupakan komponen penting dari sel darah
merah (70% dari total besi dalam tubuh) miolobi (4%) serta enzim
18

enzim seperti sitikrom, katalase, dan piroksidase (kurang dari 1%).


Sekitar 25% total besi tubuh tersimpan terutama dalam hati
(Arisman, 2003).

b) Manfaat Tablet Fe

Tablet Fe dalam kehamilan sangat penting karena dapat


membantu proses pembentukan sel darah merah yang
membaw oksigen kedalam darah, sehingga tidak menyebabkan
anemia, setiap ibu hamil memerlukan 700-800 mg zat besi
(Muliarni, 2010).

Zat besi berfungsi untuk membentuk sel darah merah,


sementara sel darah merah bertugas mengangkut oksigen dan
zat zat makanan keseluruh tubuh serta membantu proses
metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi, jika asupan zat
gizi kedalam tubuh berkurang dengan sendirinya sel darah
merah juga berkurang, tubuhpun akan kekurangan oksigen
akibatnya timbullah gejala gejala anemia (Miyata, 2010).

Zat besi yang berfungsi untuk membentuk sel darah


merah, sementara sel darah merah bertugas mengangkut
oksigen dan zat zat makanan keseluruh tubuh serta
membantu proses metabolisme tubuh untuk menghasilkan
energi, jika asupan zat besi kedalam tubuh berkurang dngan
sendirinya sel darah merah juga akan berkurang, tubuh pun
akan kekurangan oksigen akibat timbulnya gejala gejala
anemia (Samuel, 2006).

Tablet zat besi dalam bentuk ferro lebih mudah diserap


ketimbang bentuk ferri. Sediaan yang banyak tersedia, mudah
didapat dan murah, serta khasiatnya yang paling efektif adalah
ferro sulfat, ferroglukonat, dan ferrofumarat. Namun, sayangnya
ketersediaan dan keteraksesan tablet ini bagi mereka yang
membutuhkan belum optimal (Arisman, 2004).
19

c) Dosis Tablet Fe

Pemberian tablet zat besi selama kehamilan merupakan


salah satu cara ayng paling cocok bagi ibu hamil untuk
meningkatkan kadar hb sampai pada tahap yang diinginkan,
karena sangat efektif dimana satu tablet di Indonesia
mengandung 60 mg Fe dan 0,25 asam folat. Setiap tablet
setara dengan 200 mg ferrosulfat. Pemberian zat besi untuk
dosis pencegahan 1 x 1 tablet dan untuk dosis pengobatan (bila
Hb kurang dari 11 gr/dl) adalah 3 x 1 tablet. Pemberian tablet
besi sebaiknya dilakukan jeda makan dimana lambung tidak
banyak makanan. Pada saat ini zat besi akan mudah diserap
(Tarwoto, 2007).

d) Efek Samping Tablet Fe

Efek samping yang sering timbul berupa intoleransi


terhadap sediaan oral, dan ini sangat tergantung dari jumlah Fe
yang dapat larut dan diabsorbsi pada tiap pemberian gejala dan
yang timbul dapat berupa mual dan nyeri lambung (7 20%),
konstipasi (10%), diare (5%). Gangguan ini biasanya ringan dan
dapat dikurangi dengan mengurangi dosis atau dengan
pemberian sesudah makan, walaupun dengan cara ini absorbsi
dapat berkurang. Perlu diterangkan kemungkinan feses yang
berwarna hitam kepada pasien.

Efek samping tablet besi berupa pengaruh yang tidak


menyenangkan, seperti tidak menyenangkan, seperti tidak rasa
enak diulu hati, mual, muntah dan diare (terkadang juga
konstipasi). Penyulit ini tidak jarang menyusutkan ketaatan
pasien selama pengobatan berlangsung. Jika situasi ini
berkembang, dosis sebaiknya diturunkan sampai pengaruh itu
lenyap. Sementara itu, pasien hendaknya diberi pengertian
bahwa pengeruh yang tidak menyenangkan itu tidak ada
20

artinya jika dibandingkan dengan besarnya manfaat besi


(Ariman, 2010).

Pada pemberian Fe secara IM dapat menyebabkan


reaksi lokal pada tempat suktikan yaitu berupa rasa sakit, warna
coklat pada tempat suntikan, peradangan lokal dengan
pembesaran kelenjer inguinal. Peradangan lokal lebih sering
terjadi pada pemakaian IM dibandingkan IV. Selain itu dapat
terjadi reaksi sistemik yaitu pada 0,5 0,8% kasus. Reaksi yang
dapat terjaadi dalam 10 menit setelah suntikan adlah sakit
kepala, nyeri otot dan sendi,hemolisis, takikardi, flushing,
berkeringat, mual, muntah, bronkospasme, hipotensi, pusing
dan kolaps sirkulasi.

Sedangkan reaksi yang lebih sering timbul dalam - 24


jam setelah suntikan misalnya sinkop, demam, menggigil, rash,
urtikaria, nyeri dada, perasaan sakit pada seluruh badan dan
ensefal opatia. Reaksi sistemik ini lebih sering dari pada
pemberian IV, demikian pula syok atau henti jantung (Gunawan,
2009).

e) Waktu dan Cara Mengkonsumsi Tablet Fe

Penambahan asupan besi, baik lewat makanan dan atau


pemberian suplemen, tebukti mampu mencegah penurunan Hb
akibat Hemodilusi (pengenceran). Tanpa suplementasi
cadangan besi dalam tubuh ibu akan habis pada akhir
kehamilan. Untuk menjaga agar stok ini tidak terkuras dan
mencegah kekurangan, setiap ibu hamil dianjurkan untuk
menelan besi sebanyak 30 mg tiap hari. Takaran ini tidak akan
terpenuhi hanya melalui makanan. Oleh karena itu, suplemen
sebesar 30 60 mg, dimulai pada minggu 12 kehamilan yang
diteruskan sampai 3 bulan pasca partum, perlu diberikan setiap
hari (Arisman, 2010).
21

Kendala utama pemberian suplemen Fe adalah akibat


efek samping yang dihasilkan dan kesulitan dalam mematuhi
konsumsi tablet fe karena kurangnya kesadaran dalam arti
pentingnya masalah anemia gizi bezi. Untuk menghindari
bertambah beratnya mual dan muntah sebaiknya ibu meminum
tablet Fe menjelang tidur, dikonsumsi dengan air putih.
Pemberian dianjurkan setelah mual hilang. Tablet Fe sebaiknya
dikonsumsi setelah makan selama masa kehamilan dan nifas
(Arisman, 2010).

Hindari mengkonsumsi tablet Fe dengan air teh, kopi,


dan susu karena dapt mengurangi penyerapan zat besi dalam
saluran pencernaan serta dianjurkan untuk mengkonsumsi
buah-buahan, sayuran hijau, dan vitamin C untuk meningkatkan
penyerapan efek samping (Manuaba, 2002).

f) Sasaran Pendistribusian Tablet Fe

Menurut ketentuan Depkes RI (2001), Tablet zat besi


diberikan pada sasaran melalui sarana sarana pelayanan
pemerintah maupun swasta sebagai berikut : Puskesmas /
Puskesmas Pembantu, Polindes / Bidan Desa, Posyandu,
Rumah Sakit Pemerintah/Swasta, Pelayanan Swasta Bidan,
Dokter Praktek Swasta dan Poliknik, Apotek/ Toko Obat/
Warung, POD (Pos Obat Desa).

g) Kebutuhan Zat Besi (Fe) Pada Ibu Hamil

Pada orang dewasa normalnya mengandung 4 5 mg (75


90 mmol) zat besi. Sebagian besar berada dalam hemoglobin 2,5 g
(45 mmol) dan 1,5 g (27 mmol) berada dalam jaringan. Sebagian
kecil berada dalam pigmen otot, myoglobin dan enzim intraseluler
seperti sitokrom, katalase dan peroksidase. Sekitar 25% besi tubuh
disimpan dalam hati, selebihnya disimpan dalam limpa dan sel sel
endotalian sum sum tulang.
22

Pada wanita hamil dengan janin tunggal kebutuhan zat besi


sekitar 1000 mg selama hamil atau naik sekitar 200 300%.
Perkiraan besarnya zat besi yang perlu ditimbun selama hamil 1040
mg. Dari jumlah itu, 200 mg zat besi tertahan dalam tubuh ketika
melahirkan dan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg besi
ditransfer ke janin dengan rincian 50 75 mg untuk pembentukan
plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah dan
200 mg hilang ketika melahirkan (Tarwoto, 2007).

Kebutuhan zat besi pada trimester I relatif lebih sedikit yaitu


sekitar 0,8 mg per hari, tetapi pada trimester II dan III meningkat
menjadi 6,3 mg per hari (Tarwoto, 2007).

h) Akibat Kekurangan Zat Besi pada Masa Kehamilan

Kekurangan zat besi dan asam folat dapat menyebabkan


anemia. Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia
melalui beberapa tahap. Awal terjadinya penurunan simpanan
cadangan zat besi, bila tidak dipenuhi masukan zat besi, lama
kelamaan timbul gejala anemia disertai penurunan kadar Hb.

Bebrapa gejala yang dapat dikenali secara dini akibat


kekurangan zat besi yaitu : lemah, pusing, mata berkunang
kunang, mual, pucat, rambut kering, sering sariawan, kuku tipis
kering, denyut jantung cepat, nafas cepat
(http://fungsi.info/manfaat-tablet-fe-bagi-ibu-hamil/).

Anemia adalah suatu keadaan dimana keadaan


haemoglobin dalam darah kurang dari normal, yang berbeda
untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Kadar normal
hemoglobin dalam darah yaitu : anak balita 11 gr%, anak usia
sekolah 12 gr%, wanita dewasa 12 gr%, ibu hamil 11 gr%, laki
laki 13 gr%, ibu menyusui 12gr% (Depkes RI, 2001).
23

E. Kepatuhan
a) Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Fe

Berasal dari kata dasar patuh yang berarti disiplin dan taat.
Menurut Sacket dalam Niven (2002) kepatuhan adalah sejauh
mana prilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh
profesional kesehatan (Syakira & Ghana 2009).

Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe adalah ketaatan


ibu hamil melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk
mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari.
Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu
upaya penting dalam pencegah dan menanggulangi anemia,
khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan
cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat
yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam
folat (Afinita, 2004).

Kepatuhan sulit diukur karena tergantung pada banyak


faktor, diantaranya adalah pasien sering kali tidak melakukan apa
yang dianjurkan dokter. Untuk itu diperlukan pendekatan yang baik
dengan pasien agar dapat mengetahui kepatuhan mereka dalam
melaksanakan pengobatan (Afnita, 2004).

Derajat ketidak patuhan bervariasi sesuai dengan apakah


pengobatan tersebut kuratif dan preventif, jangka panjang atau
jangka pendek. Sackeet dan snow (1976) menemukan bahwa
kepatuhan terhadap sepuluh hari jadwal pengobatan sejumlah 70
80% dengan tujuan pengobatannya adalah pencegahan kegagalan
untuk mengikuti program pengobatan jangka panjang, yang bukan
dalam kondisi akut, dimana derajat krtidak patuhannya rata-rata
50% dan derajat tersebut bertambah buruk sesuai waktu (Niven,
2002).

b) Cara Mengukur Kepatuhan


24

Ibu hamil dikategorikan patuh bila mengkonsumsi tablet Fe


90 tablet selama kehamilan diberikan nilai 2. Diktegorikan tidak
patuh bila mengkonsumsi tablet Fe 90 tablet selama kehamilan
diberikan nilai 1.

c) Hubungan Tingkat Kepatuhan dengan Kepatuhan


Mengkonsumsi Tablet Fe

Menurut Niver (2002), faktor faktor yang mempengaruhi


kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi antara lain
pengetahuan ibu hamil tentang anemia dan kegunaan dari zat besi
yang didapatkan dari penyuluhan yang diberikan bidan pada waktu
ibu hamil melakukan pemeriksaan ANC. Selain pengetahuan latar
belakang pendidikan ibu hamil juga sangat berpengaruh terhadap
kepatuhan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet besi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bart (2002) dapat


dikatakan bahwa prilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan
akan lebih bertahan dari pada prilaku yang tidak didasari
pengetahuan. Jadi pengetahuan sangat dibutuhkan agar
masyarakat mengetahui mengapa mereka harus melakukan suatu
tindakan sehingga prilaku masyarakat dapat lebih mudah diubah
kearah yang lebih baik.

d) Hubungan Sikap Ibu Hamil dengan Kepatuhan Mengkonsumsi


Tablet Zat Besi (Fe

Penelitian susilawati (2011) dipuskesmas Jabon Jombang,


dari sampel 110 pasien ibu hamil terdapat kurang lbih 50,2% ibu
hamil menderita anemia. Hal ini menunjukkan bahwa derajat
kesehatan pada kenyataannya masih rendah. Secara kronogis hal
ini terjadi karena pengetahuan ibu hamil tentang anemia masih
rendah dan sikap ibu hamil dalam kondisi tablet Fe yang kurang
25

positif. Kesimpulan penelitian ini adalah pengetahuan tentang


anemia bagi ibu hamil sangat penting dalam membentuk sikap ibu
dalam mengkonsumsi tablet Fe. Hal ini diperlukan untuk
meningkatkan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe.

Suatu contoh sikap adalh ibu dalam masa kehamilannya


mendengarkan bahwa akibat anemia atau kurang darah selama
kehamilan adalah keguguran, kematian bayi, berat badan bayi lahir
rendah dan bahkan kematian ibu. Pengetahuan ini akan membawa
ibu untuk berfikir dan berusaha supaya dia tidak menderita anemia
selama kehamilan. Dalam berfikir ini komponen emosi dan
keyakiunan ikut bekerja sehingga ibu tidak menderita anemia.
Akibatnya dapat dikatakan bahwa ibu tersebut mempunyai sikap
terhadap objek serupa anemia atau kekurangan darah (Wawan,
dkk : 2010).
26

F. Kerangka Teori

Faktor predisposisi
Pengetahuan
Sikap
o Kepercayaan
Faktor Pendukung
o Pendidikan
oo Social
Saranaekonomi
dan
prasarana
kesehatan

Faktor pendorong
Perilaku
o Petugas
Kesehatan
o orang tua
Keterangan

yang diteliti
o Yang tidak diteliti

Gambar 2.1
Kerangka Teori Penelitian Notoatmodjo Faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku kesehatan
27

G. Kerangka Konsep
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil
Dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe di Puskesmas Lubuk
Begalung Tahun 2015.

Variabel Independent Variabel Dependent

Tingkat Pengetahuan ibu

Kepatuhan
mengkonsumsi tablet Fe

Sikap Ibu

Gambar 2.2

Kerangka Konsep

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil


Dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe
di Puskesmas Lubuk Begalung Tahun 2015.

H. Hipotesis
28

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis dan


kerangka konsep yang telah ditentukan, maka hipotesis yang akan
di uji adalah :

1. : Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang


kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe di Puskesmas
Lubuk Begalung Tahu 2015.

2. : Ada Hubungan sikap tentang kepatuhan


mengkonsumsi tablet Fe di Puskesmas Lubuk
Begalung Tahun 2015.

I. Definisi Operasional
29

Tabel 2.1

Definisi Operasional Hubungan Tingkat Pengetahuan dan sikap Ibu Hamil


Dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe di Puskesmas Lubuk
Begalung Tahun 205
No Variabel Definisi Skala
Operasioanl Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Ukur

1 Kepatuhan ibu Ketaatan ibu hamil Kuesioner Angket 1) Tidak patuh :jika Ordinal
hamil dalam mengkonsumsi tidak rutin
mengkonsumsi tablet Fe setiap mengkonsumsi
tablet Fe hari 1 tablet tablet Fe 1
secara rutin kali sehari, tidak
selama hamil sama sekali
mengkonsumsi
tablet Fe
2) Patuh : jika ada
rutin
mengkonsumsi
tablet Fe 1 kali
sehari
2 Tingkat Pemahaman ibu Angket Kuesioner (1) Rendah Jika Ordinal
Pengetahuan hamil tentang zat skor < 60 %
besi (Fe) yaitu
pengertian, cara (2) Tinggi jika skor
mengkonsumsi, 60 100%
efek samping
3 Sikap Tanggapan atau Angket Kuesioner (1,2,3 dan 4) Negatif Ordinal
respon ibu hamil jika skor < dari mean
tentang konsumsi skor T
tablet Fe
(4,3,2 dan 1) Positif
jika skor dari mean
skor T

Anda mungkin juga menyukai