Anda di halaman 1dari 11

SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

A. Definisi Sistem Imun


Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti
mikroorganisma (bakteria, kulat, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul
berpotensi toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem
ini menyerang bahan asing atau antigen dan juga mewujudkan peringatan tentang
kejadian tersebut supaya pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan
mencetuskan gerak balas yang lebih cepat dan tertingkat. Keimunan merujuk kepada
keupayaan sesuatu individu yang telah sembuh dari sesuatu penyakit untuk kekal sihat
apabila terdedah kepada penyakit yang sama untuk kali kedua dan seterusnya.
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen
serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang
luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing
parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel
organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi
sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi
organisme.
Suatu ciri sistem imun ialah keupayaan untuk membedakan bahan-bahan yang
wujud secara semula jadi atau normal (diri) dari bahan-bahan atau agen-agen yang
masuk ke dalam tubuh dari luar (bukan diri) dan menghasilkan gerak balas terhadap
bahan bukan diri saja. Ketidakwujudan khusus suatu gerak balas terhadap diri dikenali
sebagai toleransi. Pentingnya keupayaan untuk membedakan (mendiskriminasi) antara
diri dan bukan diri, serta toleransi diri, ditunjukkan dalam penyakit-penyakit autoimun,
apabila fungsi-fungsi tersebut gagal. Penyakit-penyakit ini berhasil apabila bahan
normal tubuh dicam sebagai asing dan gerak balas imun dihasilkan terhadap bahan-
bahan tersebut. Walau bagaimananpun, sistem imun lazimnya amat berkesan
membezakan antara diri dan bukan diri.
B. Jenis-jenis imunitas
Ada dua jenis umum imunitas, yaitu : alami (natural) dan di dapat ( akuisita). Setiap
tipe imunitas meaninkan peranann yang berbeda dalam mempertahankan tubuh
terhadap para penyerang yang berbahaya, namun berbagai komponen biasanya bekerja
dengan cara yang saling tergantung yang satu dengan yang lain yaitu :
1) Imunitas Alami (Natural).
Imunitas alami merupakan kekebalan yang non-spesifik yang di temukan pada
saat lahir dan memberikan respon non-spesifik terhadap setiap penyerang asing
tampa memperhatikan kompossisi penyerang tersebut. Dasar mekanisme pertahanan
aalami semata-mata merupakan kemampuan untuk membedakan antara sahabat dan
musuh atau antara diri sendiri dan bukan diri sendiri.

1
Mekanisme alami semacam ini mencakup :
1) Sawar ( barier) fisik
Mencakup kulit serta membrane mukosa yang utuh sehingga mikro organism
pathogen dapat di cegah agar tidak masuk kedalam tubuh, dan silia pada traktus
respiratorius bersama respon batuk serta bersin yuang bekerja sebagai filter dan
membersihkan saluran napas atas dari mokro organism pathogen sebel;um mikro
organism tersebut menginflasi tubuh lebuh lajut.
2) Sawar (barier) kimia
Mencakup getah lambung yang asam, enzim dalam air mata serta air liur (saliva)
dan substansi dalam secret kelenjar sbasea serta lakrimalis, bekerja dengan cara
non-spesifik untuk menghancurkan bakteri dan jamur yang menginvasi tubuh. Virus
dihadapi dengan cara interveron yaitu salah satu tipe pengubah (modifier) respon
biologi yang meruakan substansi virisaida non-spesifik yang secara alami yang
diprodukasi oleh tubuh dan dapat mengaktifkan komponen lainya dari sistem imun.
3) Sel darah putih ( leukosit)
Leukosit granular atau granolosit mencakup neutrofil (leukosit polimorfonuklear
atau PMN karena nukleusnya terdiri atas beberapa lobus) merupakan sel pertama
yang tiba pada tempat terjadinya inflamasi. Eosinofil dan basofil yaitu tipe
leukosit .ain yang neningkat jumlahnya pada saart terjadi reaksi alergi dan respon
terhadap stress. Granulosit akan memerangi serbuan benda asing atau toksin dengan
melepaskan mediator sel seperti histamine, brandikinin, prostaglandin, dan akan
menyerang benda asing atau toksin tersebut. Leukosit non granuler mencakup
monosityang berfungsi sebagai sel fagosit yang dapat menelan, mencerna, dan
menghancurkan benda asing atau toksin dalam jumlah yang lebih besar
dibandingkan granulosit dan limfosit yang trdiri atas sel T dan sel B yang
memainkan peranan utama dalam imunitas humoral dan imunitas yang diantarai
oleh sel.
4) Respon inflamasi
Merupakan fungsi utama dari sistem imun alami yang dicetuskan sebagai reaksi
terhadap cidera jaringan atau mikro organism penyerang. Zat-zat mediator komia
turut membantu respon inflamasi untuk mengurangi kehilangan darah, mengisolasi
mokro organism penyerang, mengaktifkan sel-sel fagosit, dan meningkatkan
pembentukan jaringan parut fibrosa serta regenerasi jaringan yang cedera

2) Imunitas yang didapat


2
Imuitas yang didapat (aqquired imunity) terdiri atas respon imun yang tidak
didapat pada saat lahir tetapi akan diperoleh kemudian dalam hidup seseorang.
Imunitas didapat setelah seseorang terjangkit suatu penyakit atau mendapat
imunisasiyang menghasilkan respon imun yang bersifat protektif.
Sistem imunitas didapat adalah melalui sel limfosit T dan sel limfosit B.
Berbeda dengan sistem imunitas alami, sistem imunitas didapat hanya dapat
mengenali satu partikel asing atau bakteri. Terdapat jutaan sel limfosit T dan sel
limfosit B di dalam tubuh manusia, dan tiap sel hanya dapat mengenali suatu
partikel asing tertentu; jika sel limfosit telah mengenali partikel asing tersebut, maka
dia akan mereplikasi diri dalam usaha untuk menghancurkan partikel itu. Sistem ini
merupakan senjata pamungkas dalam melawan patogen.

Setiap individu memiliki sistem imunitas didapat yang berbeda tergantung dari
lingkungan dan jenis patogen yang masuk ke dalam tubuh individu tersebut. Setelah
berhasil menghancurkan suatu patogen, sistem imunitas didapat akan mengingat
karakteristik patogen itu dalam bentuk sel limfosit T memori. Sel ini akan sangat
berguna bila patogen yang sama masuk di kemudian hari. Tubuh akan secara cepat
mengenali patogen ini dan kemudian menghancurkannya kembali. Karena sifatnya
itu, maka sistem imunitas didapat dikatakan memiliki respon spesifik (berbeda
dengan sistem imunitas alami yang bersifat tidak spesifik).
Imunitas didapat dapat dibagi menjadi dua; pertama adalah imunitas yang
dimediasi antibodi atau humoral (humors=cairan tubuh), dan kedua adalah imunitas
3
yang dimediasi sel. Imunitas yang dimediasi antibodi bekerja melalui produksi
antibodi oleh sel limfosit B yang dinamakan sel plasma. Dengan kata lain sel
plasma adalah sel limfosit B yang menghasilkan antibodi. Adapun imunitas yang
dimediasi sel bekerja melalui produksi sel limfosit T, dimana sel ini akan langsung
menghancurkan sel patogen.
Secara garis besar, sel limfosit B bekerja dengan mengenali bakteri lalu
mensekresikan antibodi spesifik untuk melawan bakteri tersebut; sedangkan sel
limfosit T mengenali dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi virus atau sel
kanker.

3) Faktor yang memepengaruhi system imun


a) Faktor genetik dan fisiologis
Faktor resiko fisiologis melibatkan fungsi fisik dari tubuh. Kondisi fisik
tertentu, seperti kehamilan atau berat badan berlebih akan meningkatkan stres
pada sistem fisiologis ( sebagai contoh : sistem sirkulasi darah) sehingga
meningkatkan kerentanan terhadap penyakit pada area ini.
Faktor keturunan, atau presdiposisi genetik terhadap penyakit tertentu
merupakan faktor resiko fisik yang penting. Sebagai contoh, seseorang dengan
riwayat keluarga diabetes melitus akan berisiko untuk menderita penyakit ini
pada hidupnya, faktor resiko genetik lainnya adalah riwayat keluarga dengan
penyakit kanker, penyakit jantung, penyakit ginjal, atau penyakit mental.
Getah lambung menyebabkan suatu lingkungan yang kurang
menguntungkan untuk sebagian bakteri patogen. Air kemih akan membilas
saluran kemih sehingga menurunkan infeksi oleh bakteri. Pada kulitpun
dihasilkan zat-zat yang bersifat bakterisida. Darah terdapat sejumlah zat
protektif yang bereaksi secara nonspesifik yaitu "natural antibody'' yang tidak
bersifat khas untuk bakteri bersangkutan. Faktor humoral lain yaitu properdin
dan interferon yang selalu terdapat dan siap untuk.menanggulangi masuknya zat
asing.

b) Usia
Usia meningkatkan atau menurunkan kerentanan terhadap penyakit tertentu.
Sebagai contoh seseorang bagi yang lahir secara prematur dan semua bayi baru
lahir lebih rentan terhadap infeksi. Resiko penyakit jantung meningkat seiring
4
usia untuk wanita dan pria. Pada usia 45 tahun atau lebih, terdapat resiko yang
lebih besar untuk timbulnya kanker.
Faktor usia sering dihubungkan dengan faktor resiko lainnya,seperti riwayat
keluarga dan kebiasaan pribadi. Perawat harus menekankan pentingnya
pemeriksaan berkala untuk kelompok usia tertentu. Otoritas di amerika serikat
telah memberikan rekombenasi jadwal skrining kesehatan, imunisasi, dan
konseling.
Orang-orang yang berada pada kedua ujung rentan usia lebih rentang usia
lebih besar kemungkinannya untuk menghadapi masalah yang berkaitan dengan
pelaksanaan fungsi sistem imun ketimbang orang-orang yang berusia dibawah
rentang tersebut. Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang
yang berusia lanjut dan peningkatan ini mungkin disebabkan oleh penurunan
kemampuan untuk bereaksi secara memadai terhadap mikroorganisme yang
menginvasinya. Produksi maupun fungsi limfosit T dan B dapat terganggu.
Insidensi penyakit autoimun juga meningkat bersamaan dengan pertambahan
usia; hal ini mungkin terjadi akibat penurunan kemampuan antibodi untuk
membedakan antara diri sendiri dan bukan diri sendiri. Kegagalan sistem
surveilans untuk mengenali sel-sel yang abnormal atau yang mengalami mutasi
mungkin bertanggung jawab atas tingginya insidensi penyakit kanker yang
berkaitan dengan pertambahan usia.
Penurunan fungsi berbagai sistem organ yang berkaitan dengan pertambahan
usia juga turut menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta
motilitas lambung memungkinkan flora normal intestinal untuk berproliferasi
dan menimbulkan infeksi sehingga terjadi gastroenteritis serta diare.
Penurunan pada sirkulasi renal, fungsi fitrasi, absorpsi dan ekskresi turut
menyebabkan infeksi saluran kemih. Lebih lanjut, pembesaran kelenjar prostat
dan neurogenic bladder dapat menghambat pengaliran urin serta selanjutnya
klirens (pembersihan) bakteri lewat sistem urinarius. Stasis urin yang lazim
terjadi pada kaum lanjut usia akan memudahkan pertumbuhan mikroorganisme.
Pajanan terhadap tembakau dan toksin lingkungan akan mengganggu fungsi
paru. Pajanan yang lama terhadap kedua agens ini akan menurunkan elasrisitas
jaringan paru, keefektifitas silia dan kemampuan batuk yang efektif. Semua
gangguan ini akan menghalangi pengeluaran mikroorganisme yang infeksius

5
dan toksin sehingga kerentanan lansia terhadap penyakit infeksi serta kanker
paru semakin meningkat.
Akhirnya, bersamaan dengan pertambahan usia, kulit akan menjadi tipis dan
tidak begitu elastis lagi. Neuropati perifer dan penurunan sensibilitas serta
sirkulasi yang menyertainya dapat menimbulkan ulkus statis, dekubitus,
ekskoriasi dan gejala luka bakar. Gangguan integritas kulit merupakan faktor
predisposisi yang memudahkan orang tua untuk mengalami infeksi oleh
mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora kulit yang normal.

c) Lingkungan
Tempat dan kondisi lingkungan kita ( udara, air, dan tanah) akan
menentukan cara hidup, makanan, agen genetik, keadaan kesehatan, dan
kemampuan kita untuk beradaptasi ( murray dan zentner, 2001). Lingkungan
fisik tempat seseorang bekerja atau berdiam dapat meningkatkan kecendrungan
terjadinya suatu penyakit. Sebagai contoh, beberapa jenis kanker lebih mungkib
timbul jika pekerja industri terpajan pada zat kimia tertentu atau jika masyarakat
berdiam di dekat lokasi limbah beracun. Penilaian keperawatan meluas dari
individu ke keluarga dan kumonitas sekitarnya ( murray dan zentner, 2001)

d) Gaya hidup
Banyak kegiatan, kebiasaan, dan praktik yang melibatkan faktor resiko.
Praktik gaya hidup dan tingkah laku dapat memiliki efek positif atau pun efek
negatif terhadap kesehatan. Praktik dengan efek yang negatif merupakan faktor
resiko. Beberapa kebiasaan merupakan faktor resiko bagi penyakit tertentu.
Sebagai contoh, berjemur di sinar matahari secara berlebihan akan
meningkatkan resiko kanker kulit, dan berat badan yang berlebihan akan
meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler. Mokdad, et al. (2004)
mengidentifikasi faktor resiko tingkah laku yang dimodifikasi sebagai penyebab
kematian utama di amerika serikat.
Analisis mereka menunjukkan bahwa walaupun merokok adalah penyebab
utama kematian, diet buruk dan kurangnya aktivitas fisik dapat menggantikan
posisi ini. Data ini menekankan pentingnya layanan pencegahan. Informasi ini
juga memperlihatkan dampak yang besar pada ekonomi dari sistem layanan
kesehatan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami dampak tingkah
laku gaya hidup terhadap status kesehatan.

6
e) Stres
Stres merupakan faktor risiko gaya hidup jika ia cukup berat atau
berkepanjangan atau jika individu tersebut tidak dapat mengatasi suatu kejadian
hidupnya secara adekuat. Stres mengancam kesehatan mental (stres emosional)
dan juga kesejahteraan fisik (stres fisiologis). Keduanya dapat berperan terhadap
timbulnya penyakit dan mempengaruhi kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan yang berkaitan dengan penyakit dan juga kemampuan untuk bertahan
dari penyakit yang mengancam jiwa.
Stres juga mengganggu aktivitas promosi kesehatan dan kemampuan untuk
menerapkan modifikasi gaya hidup yang dibutuhkan. Stres juga mengancam
kesejahteraan fisik dan dihubungkan dengan penyakit seperti penyakit jantung,
kanker, dan kelainan gastrointestinal.

f) Jender
Kemampuan hormon-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah
diketahui dengan baik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa estrogen
memodulasi aktivitas limfosit T sementara androgen berfungsi untuk
mempertahankan produksi interleukin-2 (IL-2) dan aktivitas sel supresor. Efek
hormon seks pada sel-sel B tidak begitu menonjol.
Estrogen akan mengaktifkan populasi sel B yang berkaitan dengan autoimun
yang mengekspresikan marker CD5 (marker antigenik pada sel B). Estrogen
cenderung menggalakkan imunitas sementara androgen bersifat imunosupresif.
Umumnya penyakit autoimun lebih sering dijumpai pada wanita ketimbang
pada laki-laki.

g) Nutrisi
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi sistem imun
yang optimal. Gangguan fungsi imun yang disebabkan oleh defisiensi protein-
kalori dapat terjadi akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk sintesis
DNA dan protein. Vitamin juga membantu dalam pengaturan proliferasi sel dan
maturasi sel-sel imun.
Kelebihan atau kekurangan unsur-unsur renik atau trace element (yaitu,
tembaga, besi, mangaan, selenium atau zink) dalam makanan umumnya akan
mensupresi fungsi imun. Asam-asam lemak merupakan unsur pembangun
(building blocks) yang membentuk komponen struktural membran sel. Lipid
merupakan prekursor vitamin A, D, E dan K di samping prekursor kolesterol.
7
Baik kelebihan maupun kekurangan asam lemak ternyata akan mensupresi
fungsi imun.
Deplesi simpanan protein tubuh akan mengakibatkan atrofi jaringan limfosit,
depresi respon antibodi, penurunan jumlah sel T yang beredar dan gangguan
fungsi fagositik. Sebagai akibatnya, kerentanan akibat infeksi sangat meningkat.
Selama periode infeksi dan sakit yang serius terjadi peningkatan kebutuhan
nutrisi yang potensial untuk menimbulkan deplesi protein, asam lemak, vitamin,
serta unsur-unsur renik dan bahkan menyebabkan resiko terganggunya repon
imun serta terjadinya sepsis yang lebih besar.

h) Faktor-faktor psikoneuro-imunologik
Bukti dari hasil observasi klinik dan berbagai penelitian pada manusia serta
hewan menunjukkan bahwa respons imun secara parsial di atur dan dimodulasi
oleh pengaruh neuroendrokrin (Terr, 1991). Limfosit dan makrofag memilki
reseptor yang dapat bereaksi terhadap neorotranmiter serta hormon-hormon
endokrin. Limfosit dapat memproduksi dan mensekresikan ACTH serta
senyawa-senyawa yang mirip endorfin. Neuron dalam otak, khususnya dalam
hipotalamus dapat mengenali prostagladin, interferon dan interleukin disamping
histamin dan serotomin yang dilepaskan selama proses inflamasi. Sebagaimana
semua sistem biologik lainnya yang berfungsi untuk kepentingan homeostasis,
sistem imun di integrasikan dengan berbagai proses psikofisiologik lainnya dan
di atur serta dimodulasi oleh otak.
Di lain pihak, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi neura dan
endokrin, termasuk perilaku. Jadi, interaksi sistem saraf dan sistem imun
tampaknya bersifat dua arah. Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa
parameter sistem imun yang bisa di ukur dapat dipengaruhi oleh strategi
biobehavioral yang melibatkan self-regulation. Contoh strategi ini meliputi
teknik-teknik relaksasi serta imajinasi, biofeedback, humor, hipnosis dan
kondisioning.

i) Kelainan organ yang lain


Keadaan seperti luka bakar atau bentuk cedera lain, infeksi dan kanker dapat
turut mengubah fungsi sistem imun. Luka bakar yang luas atau faktor-faktor
lainnya menyebabkan gangguan integritas kulit dan akan mengganggu garis
8
pertama pertahanan tubuh. Hilangnya serum dalam jumlah yang besar dalam
luka bakar akan menimbulkan deplesi protein tubuh yang esensial, termasuk
imunoglobulin. Stresor fisiologik dan psikologik yang disertai dengan stres
karena pembedahan atau cedera akan mebstimulasi pelepasan kortisor dari
korteks andrenal; peningkatan kortisolserum juga turut menyebabkan supresi
respon imun yang normal.
Keadaan sakit yang kronis dapat turut mengganggu sistem imun melalui
sejumlah cara. Kegagalan ginjal berkaitan dengan defisiensi limfosit yang
beredar. Disamping itu, fungsi imun untuk pertahanan tubuh dapat berubah
karena asidosis dan toksin urenik. Peningkatan insidensi infeksi pada deabetes
juga berkaitan dengan insufisiensi vaskuler, neuropati dan pengendalian kadar
glukosa darah yang buruk. Infeksi saluran nafas yang rekuren berkaitan dengan
penyakit paru obstruktif menahun sebagai akibat dari berubahnya fungsi
inspirasi serta ekspirasi dan tidak efektifnya pembersihan saluran nafas.

j) Penyakit kanker
Imunosupresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker. Namun,
penyakit kanker sendiri bersifat imunosupresif. Tumor yang besar dapat
melepaskan antigen ke dalam darah; antigen ini akan mengikat antibodi yang
beredar dan mencegah antibodi tersebut agar tidak menyebar sel-sel tumor.
Lebih lanjut, sel-sel tumor dapat memiliki faktor penghambat yang khusus yang
menyalut sel-sel tumor dan mencegah penghancurannya oleh limfost T killer.
Dalam stadium awal pertumbuhan tumor, tubuh tidak mampu mengenali antigen
tumor sebagi unsur yang asing dan selanjutnya tidak mampu memulai destruksi
sel-sel yang malingnan tersebut. Kanker darah seperti Leukimia dan limfoma
berkaitan dengan berubahnya produksi serta fungsi sel darah putih dan limfosit.

k) Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki
maupun yang tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun. Ada empat klasifikasi
obat utama yang memiliki potensi untuk menyebabkan imunosupresi: antibiotik,
kosteroid, obat-obat anti-inflasi non steroid (NSAID: nonsteroidal
antiinflammatory drugs) dan preparatsitotoksit. Penggunaan preparat ini bagi
keperluan terapeutik memerlukan upaya untuk mencari keseimbangan yang

9
sangat tipis antara manfaat terapi dan supresi sistem pertahanan tubuh resipien
yang berbahaya.

l) Radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan dalam pengobatan penyakit kanker atau
pencegahan rejeksi alograft. Radiasi akan menghancurkan limfosik dan
menurunkan populasi sel yang diturunkan untuk menggantikannya. Ukuran atau
luas daerah yang akan disinari menentukan taraf imunosupresi. Radiasi seluruh
tubuh dapat mengakibatkan imonusupensi total pada orang yang menerimanya.

m) Metabolik
Hormon tertentu nyata dapat mempengaruhi respons imun tubuh. Misalnya:
hipoadrenalis dan hipotiroidisme akan mengakibatkan menurunnya daya tahan
terhadap inteksi. Orang dengan pengobatan steroid mudah mendapatkan infeksi
bakteri maupun virus. Steroid tersebut mempunyai khasiat menghambat
fagositasis, produksi antibodi dan menghambat proses radang.
Golongan hormon steroid yaitu hormon kelamin seperti androgen, estrogen
dan progesteron. Diduga merupakan faktor pengubah terhadap respons imun
yang tercermin adanya perbedaan jumlah penderita antara laki-laki dan wanita
yang mengindap penyakit imun tertentu.
n) Anatomis
Garis pertahanan pertama dalam menghadapi invasi mikroba biasanya
terdapat pada kulit dan selaput lendir yang melapisi permukaan dalam tubuh.
Struktur jaringan tsb sebagai imunitas alamiah dengan menyediakan suatu
rintangan fisik yang efektif. Kulit lebih efektif daripada selaput lendir. Kerusa-
sakan pada permukaan kulit atau selaput lendir, seseorang mudah teriangkit
penyakit.

o) Mikrobial
Mikroba yang tidak patogen pada permukaan tubuh baik di luar ataupun di
dalam tubuh, akan mempengaruhi sistem imun. Misalnya bakteri tersebut
dibutuhkan untuk produksi "natural antibody". Flora yang tumbuh pada tubuh
dapat kulit membantu menghambat pertumbuhan kuman patogen. Pengobatan
dengan antibiotika dapat mematikan norma flora yang sehingga sebaliknya
dapat menyuburkan pertumbuhan bakteri patogen.

10
4. Pengkajian Sistem Imunology
a. Anamnesis
Riwayat Kesehatan :Gali secara rinci mengenai faktor-faktor di masa lalu,
sekarang serta berbagai kejadian yang menunjukan status system imun. Serta
faktor dan kejadian yang mempengaruhi system imun.
b. Riwayat Kesehatan
Infeksi dan imunisasi : tanyakan status imunisasi yang didapat ketika masih
kecil. Tanyakan riwayat kontak dengan TB, hasil tes PPD dan pemeriksaan sinar
X thorak, kontak dengan infeksi apapun, tanggal dan tipe therapy yang didapat.
Riwayat infeksi persisiten yg multiple, demam yang tidak diketahui penyebab,
lesi atau luka atau tindakan drainasi apapun.
c. Pemeriksaan Fisik
Palpasi nodul limfatikus, pemeriksaan kulit, membrane mukosa dan system
respiratorik, gastrointestinal, urogenital, kardiovaskuler serta neurosensorik.
d. Alergi
Riwayat alergi (obat-obatan, serbuk, debu, tanaman, kosmetik, makanan,
vaksin), gejala yang dialami dan variasi cuaca yang menyertai, riwayat
pemeriksaan dan pengobatan yang pernah dialami.
e. Kelainan Autoimun
Tanyakan kelainan autoimun seperti : lupus aritematosus, arthritis rematoid,
psoriasis.
f. Penyakit neoplasma
Tanyakan riwayat penyakit kanker, dll.

Referensi :
akhlis nurse PENGKAJIAN FUNGSI IMUN, ANAMNESIS, PEMERIKSAAN FISIK
DAN DIAGNOSTIK.htm
info kerawatan pengkajian fungsi imun.htm
Marselly Resti sistem imun.htm

11

Anda mungkin juga menyukai