Pengertian Katalis
Katalis adalah suatu senyawa kimia yang menyebabkan reaksi menjadi
lebih cepat untuk mencapai kesetimbangan tanpa mengalami perubahan kimiawi
diakhir reaksi. Katalis tidak mengubah nilai kesetimbangan dan berperan dalam
menurunkan energi aktivasi. Dalam penurunan energi aktivasi ini, maka energi
minimum yang dibutuhkan untuk terjadinya tumbukan berkurang sehingga
terjadinya reaksi berjalan cepat. Katalis pada umumnya mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut: aktivitas, stabilitas, selektivitas, umur, regenerasi dan kekuatan
mekanik. Secara umum katalis mempunyai 2 fungsi yaitu mempercepat reaksi
menuju kesetimbangan atau fungsi aktivitas dan meningkatkan hasil reaksi yang
dikehendaki atau fungsi selektivitas.
Katalis sebagai suatu substansi kimia mampu mempercepat laju reaksi
kimia yang secara termodinamika dapat berlangsung. Hal ini disebabkan karena
kemampuannya mengadakan interaksi dengan paling sedikit satu molekul reaktan
untuk menghasilkan senyawa antara yang lebih aktif. Interaksi ini akan dapat
meningkatkan ketepatan orientasi tumbukan, meningkatkan konsentrasi akibat
lokalisasi reaktan, sehingga meningkatkan jumlah tumbukan dan membuka alur
reaksi dengan energi pengaktifan yang lebih rendah. Katalis dapat dibagi ke
dalam 3 komponen yakni situs aktif, penyangga atau pengemban dan promotor.
Situs aktif berperan dalam reaksi kimia yang diharapkan, penyangga berperan
dalam memodifikasi komponen aktif, menyediakan permukaan yang luas,
dan meningkatkan stabilitas katalis, sementara itu promotor berperan dalam
meningkatkan atau membatasi aktivitas katalis serta berperan dalam struktur
katalis.
2. Penggolongan Katalis
Katalis dapat digolongkan ke dalam 2 jenis, yaitu katalis homogen dan
katalis heterogen. Dalam reaksi dengan katalis homogen, katalis berada dalam
fase yang sama dengan reaktan. Biasanya, semua reaktan dan katalis berada
dalam satu fasa tunggal cair atau gas. Produksi biodiesel dengan katalis homogen
secara umum menggunakan katalis H2SO4, NaOH dan KOH. Dalam reaksi
dengan katalis heterogen, katalis dan reaktan berada dalam fase yang berbeda.
1
Katalis heterogen cenderung lebih mudah untuk dipisahkan dan digunakan
kembali dari campuran reaksi karena fasa yang digunakan berbeda dengan
produk reaksinya. Katalis heterogen juga lebih mudah dibuat dan mudah
diletakkan pada reaktor karena fasa yang berbeda dengan pereaktannya. Biasanya
katalis heterogen yang digunakan berupa fase padat.
Adanya beda fasa pada katalis dan pereaktan menjadikan mekanisme
reaksi menjadi sangat kompleks. Fenomena antarmuka menjadi sesuatu yang
sangat penting dan berperan. Laju reaksi dikendalikan oleh fenomena-fenomena
adsorbsi, absorbsi dan desorbsi. Reaksi cairan atau gas dengan adanya katalis
padat adalah contoh yang khas.
Keuntungan penggunaan katalis heterogen adalah katalisnya dapat
dipisahkan dengan penyaringan dari produk bila reaksi telah selesai.
Banyak proses industri yang menggunakan katalis heterogen, sehingga proses
dapat berlangsung lebih cepat dan biaya produksi dapat dikurangi Beberapa
logam ada yang dapat mengikat cukup banyak molekul-molekul gas pada
permukannya, misalnya Ni, Pt, Pd dan V. Gaya tarik menarik antara
atom logam dengan molekul gas dapat memperlemah ikatan kovalen pada
molekul gas, dan bahkan dapat memutuskan ikatan itu. Satu contoh
sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan
suatu permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara
terserap. Ikatan dalam substrat- substrat menjadi sedemikian lemah sehingga
memadai terbentuknya produk baru. Ikatan atara produk dan katalis lebih
lemah, sehingga akhirnya terlepas.
Katalis dapat bekerja dengan membentuk senyawa antara atau
mengabsorpsi zat yang direaksikan. Sehingga katalis dapat meningkatkan laju
reaksi, sementara katalis itu sendiri tidak mengalami perubahan kimia
secara permanen.
Cara kerjanya yaitu dengan menempel pada bagian substrat tertentu
dan pada akhirnya dapat menurunkan energi pengaktifan dari reaksi, sehingga
reaksi berlangsung dengan cepat. Suatu reaksi yang menggunakan
katalis disebut reaksi katalis dan prosesnya disebut katalisme.
2
3. Penggolongan Katalis berdasarkan Keberadaan di Alam
a. Katalis Biokimia
- Disebut juga enzim. Merupakan senyawa protein berukuran koloid.
- Dijumpai dalam sistem biokimia dan makhluk hidup.
Contoh: enzim-enzim dalam sistem pencernaan tubuh manusia enzim-
enzim dalam tumbuhan
- Bekerja pada suhu ambient.
- Setiap enzim mempunyai suhu optimum (suhu operasi ketika
aktivitasnya mencapai maksimum). Peningkatan suhu di atas suhu
optimumnya akan mengakibatkan kerusakan enzim (denaturasi protein).
3
interaksi dengan atom atau molekul yang teradsorbsi reaktan. Suatu reaksi dengan
katalis heterogen padat dari reagen A menjadi produk B berlangsung sesuai
langkah-langkah dalam Gambar 2.1.
4
kecil. Pada katalis, situs-situs aktif tersebar di seluruh matriks berpori. Dalam
kondisi temperatur dan tekanan yang sesuai, gas secara bertahap dapat terserap
pada permukaan padat dan akhirnya menyebabkan cakupan menyeluruh.
Permukaan katalis dapat memiliki karakteristik asam maupun basa. Teori
Brnsted-Lowry mendefinisikan asam sebagai zat atau materi pemberi proton,
sedangkan basa didefinisikan sebagai zat atau materi penerima proton. Sementara
itu, Lewis mendefinisikan asam sebagai zat atau materi akseptor pasangan
elektron dan basa didefinisikan sebagai zat atau materi pendonor pasangan
eletron.
Definisi asam-basa dapat digunakan untuk menerangkan fenomena asam- basa
yang ditunjukkan sebagai karakteristik permukaan katalis. Hal ini perlu untuk
menerangkan gugus aktif pada material tersebut, baik berupa gugus asam maupun
basa. Penentuan letak gugus aktif ini sangat rumit, namun konsep sederhana yang
dapat dilakukan adalah dengan menghubungkan sifat permukaan dengan adanya
ikatan terhadap asam maupun basa yang teradsorpsi.
Pengertian keasaman atau kebasaan permukaan padatan meliputi aspek
kekuatan asam atau basa dan jumlah gugus asam atau basanya serta pusat asam
atau basa dari berbagai macam padatan. Jumlah basa pada permukaan biasanya
dinyatakan sebagai banyaknya senyawa asam yang dapat teradsorpsi dalam suatu
berat sampel per satuan luas permukaan padatan, sementara itu jumlah asam pada
permukaan berarti sebaliknya. Jumlah asam atau basa yang teradsorpsi secara
kimia pada permukaan padatan menunjukkan banyaknya gugus aktif pada
permukaan padatan.
5. Cara Kerja Katalis
Cara kerjanya yaitu dengan menempel pada bagian subtrat tertentu
dan pada akhirnya dapat menurunkan energi pengaktifan dari reaksi, sehingga
reaksi berlangsung dengan cepat
5
Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau
memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya
terhadap pereaksi. Penurunan energi aktivasi reaksi disebabkan oleh terjadinya
pembentukan alur atau mekanisme reaksi yang berbeda (yakni antara reaksi
tanpa katalis dan reaksi dengan katalis). Bahkan, untuk suatu jenis reaksi yang
sama, alur atau mekanisme reaksi yang terbentuk akibat penggunaan suatu katalis
tertentu akan berbeda dengan alur atau mekanisme reaksi yang terbentuk akibat
penggunaan katalis yang lain.
Dengan demikian, katalis hanya bersifat memberikan alternatif.
Berdasarkan teori keadaan-transisi (atau teori kompleks aktif), katalis
mampu menurunkan hambatan energi potensial (potential energy barrier) yang
harus dilalui oleh reaktan-reaktan untuk membentuk produk-produk reaksi.
6
2. Selektivitas atau Spesifisitas
Selektivitas atau spesifisitas berkaitan dengan kemampuannya
mengarahkan suatu reaksi.
3. Stabilitas atau Lifetime
Stabilitas atau lifetime berkaitan dengan kemampuannya menahan hal-
hal yang dapat mengarahkan terjadinya deaktivasi katalis (dapat
dimaknai sebagai Kemampuan sebuah katalis untuk menjaga aktifitas,
produktifitas dan selektifitasnya dalam jangka waktu tertentu). Untuk setiap
reaksi yang dikatalisisnya, katalis harus mempunyai aktivitas kimia,
selektivitas, dan stabilitas yang cukup tinggi.
7. Kelemahan katalis
Di industri kimia, masalah terutama berkaitan dengan :
1. Pemisahan (separation),
Problem pemisahan katalis dari zat pereaksi maupun produk lebih sering
ditemui pada sistem katalis homogen. Karena katalis homogen larut dalam
campuran, pemisahan tidak cukup dilakukan dengan penyaringan atau
dekantasi. Teknik yang umum digunakan adalah destilasi atau ekstraksi
produk dari campuran, misalnya katalis asam-basa pada reaksi esterifikasi
biodiesel dipisahkan dengan ekstraksi untuk kemudian campuran sisa reaktan-
katalis yang tertinggal dialirkan lagi menuju bejana reaksi. Namun demikian, ada
beberapa katalis istimewa dari senyawa komplek logam yang didesain
sedemikian rupa sehingga bisa terpisah atau mengendap setelah reaksi tuntas.
Kasus pemisahan untuk katalis heterogen lebih mudah ditanggulangi karena
sudah terpisah dengan sendirinya tanpa membutuhkan usaha lain.
2. Daur ulang (recycle) dan Usia (life time)
Daur ulang dan usia katalis memiliki kaitan. Selama bisa dipisahkan,
katalis homogeny boleh dikatakan tetap aktif dan memiliki usia yang sangat
panjang bahkan nyaris tak terhingga dan bisa digunakan berulang-ulang.
7
3. Deaktifasi katalis
Katalis homogen mungkin tidak dapat lagi digunakan jika mengalami
deaktifasi akibat teracuni atau perubahan struktur akibat proses ektrim. Katalis
heterogen memiliki takdir berbeda. Sering kali katalis heterogen harus diaktifasi
dulu sebelum siap digunakan, misalnya dengan jalan direduksi atau dioksidasi.
Setelah mengalami proses reaksi berkali-kali, kereaktifan katalis tersebut pelan-
pelan menurun akibat perubahan mikrostruktur maupun kimianya, misal terjadi
penggumpalan (clustering), migrasi partikel aktif membentuk Kristal baru
(sintering), oksidasi, karbonisasi, maupun teracuni (poisoned). Untuk
mengembalikan reaktifitas katalis heterogen perlu dilakukan regenerasi dengan
cara, misalnya kalsinasi, reduksi-oksidasi kembali, atau pencucian dengan larutan
aktif. Seringkali proses regenerasi tidak dapat mengembalikan 100% kereaktifan
katalis sehingga pada saatnya nanti katalis tersebut akhirnya mati juga dan
perlu diganti yang baru.
8. Deaktivasi Katalis
Seiring dengan berlangsungnya proses, katalis dapat mengalami
perubahan sifat kimia dan fisika secara reversibel maupun ireversibel yang
mengarah kepada terjadinya penurunan (atau kehilangan) aktivitasnya. Semua
katalis akan mengalami penurunan (atau kehilangan aktivitasnya
sepanjang waktu penggunaan (time on stream, TOS). Peristiwa inilah yang
dinamakan deaktivasi. Deaktivasi reversibel bersifat sementara, sehingga katalis
dapat diaktifkan kembali dan diregenerasi; sedangkan deaktivasi ireversibel
bersifat permanen, sehingga harus dilakukan penggantian katalis
baru. Proses deaktivasi dapat berlangsung:
a. sangat cepat, seperti pada katalis-katalis perengkahan (cracking)
hidrokarbon, atau
b. sangat lambat, seperti pada katalis besi promoted untuk reaksi
sintesis amonia, yang dapat digunakan selama beberapa tahun tanpa kehilangan
aktivitas secara berarti (signifikan). Deaktivasi katalis dapat mempengaruhi
kinerja reaktor. Penurunan jumlah active sites katalis dapat menurunkan
8
aktivitas katalitiknya. Katalis yang telah terdeaktivasi harus diregenerasi atau
bahkan diganti secara periodik.
Dengan mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan deaktivasi, bagaimana
deaktivasi dapat mempengaruhi performa katalis, bagaimana mencegah
terjadinya deaktivasi, serta bagaimana meregenerasi katalis yang telah
terdeaktivasi, maka persoalan deaktivasi ini dapat diminimasi.
9
rekonstruksi permukaan maupun relaksasi permukaan, atau memodifikasi ikatan
antara katalis logam dengan supportnya.
Zat yang bisa menjadi racun pada umumnya adalah pengotor (impurity)
dalam aliran umpan, namun produk dari reaksi yang diinginkan pun bisa
berperan sebagai racun.
Ada 3 jenis utama racun, yaitu:
a. Molekul-molekul dengan heteroatom yang reaktif (misal: sulfur)
b. Molekul-molekul dengan ikatan kompleks antar atom (misal: hidrokarbon tak
jenuh)
c. Senyawa-senyawa logam atau ion-ion logam (misal: Hg, Pd, Bi, Sn, Cu, Fe)
10