Anda di halaman 1dari 10

1.

Pengertian Katalis
Katalis adalah suatu senyawa kimia yang menyebabkan reaksi menjadi
lebih cepat untuk mencapai kesetimbangan tanpa mengalami perubahan kimiawi
diakhir reaksi. Katalis tidak mengubah nilai kesetimbangan dan berperan dalam
menurunkan energi aktivasi. Dalam penurunan energi aktivasi ini, maka energi
minimum yang dibutuhkan untuk terjadinya tumbukan berkurang sehingga
terjadinya reaksi berjalan cepat. Katalis pada umumnya mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut: aktivitas, stabilitas, selektivitas, umur, regenerasi dan kekuatan
mekanik. Secara umum katalis mempunyai 2 fungsi yaitu mempercepat reaksi
menuju kesetimbangan atau fungsi aktivitas dan meningkatkan hasil reaksi yang
dikehendaki atau fungsi selektivitas.
Katalis sebagai suatu substansi kimia mampu mempercepat laju reaksi
kimia yang secara termodinamika dapat berlangsung. Hal ini disebabkan karena
kemampuannya mengadakan interaksi dengan paling sedikit satu molekul reaktan
untuk menghasilkan senyawa antara yang lebih aktif. Interaksi ini akan dapat
meningkatkan ketepatan orientasi tumbukan, meningkatkan konsentrasi akibat
lokalisasi reaktan, sehingga meningkatkan jumlah tumbukan dan membuka alur
reaksi dengan energi pengaktifan yang lebih rendah. Katalis dapat dibagi ke
dalam 3 komponen yakni situs aktif, penyangga atau pengemban dan promotor.
Situs aktif berperan dalam reaksi kimia yang diharapkan, penyangga berperan
dalam memodifikasi komponen aktif, menyediakan permukaan yang luas,
dan meningkatkan stabilitas katalis, sementara itu promotor berperan dalam
meningkatkan atau membatasi aktivitas katalis serta berperan dalam struktur
katalis.
2. Penggolongan Katalis
Katalis dapat digolongkan ke dalam 2 jenis, yaitu katalis homogen dan
katalis heterogen. Dalam reaksi dengan katalis homogen, katalis berada dalam
fase yang sama dengan reaktan. Biasanya, semua reaktan dan katalis berada
dalam satu fasa tunggal cair atau gas. Produksi biodiesel dengan katalis homogen
secara umum menggunakan katalis H2SO4, NaOH dan KOH. Dalam reaksi
dengan katalis heterogen, katalis dan reaktan berada dalam fase yang berbeda.

1
Katalis heterogen cenderung lebih mudah untuk dipisahkan dan digunakan
kembali dari campuran reaksi karena fasa yang digunakan berbeda dengan
produk reaksinya. Katalis heterogen juga lebih mudah dibuat dan mudah
diletakkan pada reaktor karena fasa yang berbeda dengan pereaktannya. Biasanya
katalis heterogen yang digunakan berupa fase padat.
Adanya beda fasa pada katalis dan pereaktan menjadikan mekanisme
reaksi menjadi sangat kompleks. Fenomena antarmuka menjadi sesuatu yang
sangat penting dan berperan. Laju reaksi dikendalikan oleh fenomena-fenomena
adsorbsi, absorbsi dan desorbsi. Reaksi cairan atau gas dengan adanya katalis
padat adalah contoh yang khas.
Keuntungan penggunaan katalis heterogen adalah katalisnya dapat
dipisahkan dengan penyaringan dari produk bila reaksi telah selesai.
Banyak proses industri yang menggunakan katalis heterogen, sehingga proses
dapat berlangsung lebih cepat dan biaya produksi dapat dikurangi Beberapa
logam ada yang dapat mengikat cukup banyak molekul-molekul gas pada
permukannya, misalnya Ni, Pt, Pd dan V. Gaya tarik menarik antara
atom logam dengan molekul gas dapat memperlemah ikatan kovalen pada
molekul gas, dan bahkan dapat memutuskan ikatan itu. Satu contoh
sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan
suatu permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara
terserap. Ikatan dalam substrat- substrat menjadi sedemikian lemah sehingga
memadai terbentuknya produk baru. Ikatan atara produk dan katalis lebih
lemah, sehingga akhirnya terlepas.
Katalis dapat bekerja dengan membentuk senyawa antara atau
mengabsorpsi zat yang direaksikan. Sehingga katalis dapat meningkatkan laju
reaksi, sementara katalis itu sendiri tidak mengalami perubahan kimia
secara permanen.
Cara kerjanya yaitu dengan menempel pada bagian substrat tertentu
dan pada akhirnya dapat menurunkan energi pengaktifan dari reaksi, sehingga
reaksi berlangsung dengan cepat. Suatu reaksi yang menggunakan
katalis disebut reaksi katalis dan prosesnya disebut katalisme.

2
3. Penggolongan Katalis berdasarkan Keberadaan di Alam
a. Katalis Biokimia
- Disebut juga enzim. Merupakan senyawa protein berukuran koloid.
- Dijumpai dalam sistem biokimia dan makhluk hidup.
Contoh: enzim-enzim dalam sistem pencernaan tubuh manusia enzim-
enzim dalam tumbuhan
- Bekerja pada suhu ambient.
- Setiap enzim mempunyai suhu optimum (suhu operasi ketika
aktivitasnya mencapai maksimum). Peningkatan suhu di atas suhu
optimumnya akan mengakibatkan kerusakan enzim (denaturasi protein).

b. Katalis yang dibuat oleh manusia (man-made catalyst)


Bekerja pada suhu relatif tinggi. Sebagian besar berupa katalis padat.
Contoh: Katalis V2O5 untuk reaksi oksidasi
SO2 : SO2 (g) + O2 (g) SO3 (g)
Katalis Fe-base untuk reaksi sintesis ammonia
N2 (g) + 3 H2 (g) 2 NH3 (g)
Katalis oksida Cu-Zn untuk reaksi sintesis methanol
CO (g) + 2 H2 (g) CH3OH (g)

4. Karakteristik Katalis Padat


Kinerja katalis dipengaruhi oleh beberapa parameter yakni aktivitas,
selektivitas, deaktivasi, aliran fluida dan stabilitas katalis. Kinerja katalis juga
dipengaruhi oleh karakteristik dari katalis itu sendiri. Karakter-karakter
yang mempengaruhi kinerja katalis diantaranya pemilihan komponen aktif atau
situs aktif, luas permukaan katalis, serta sifat kebasaan dan keasaman permukaan.
Aktivitas dan selektivitas dicapai sebagai keadaan optimum dengan menentukan
material dan metode preparasi yang sesuai. Pada katalis heterogen padat diyakini
bahwa tidak seluruh permukaannya bereaksi. Hanya situs tertentu pada
permukaan katalis yang berperan dalam reaksi, situs-situs tersebut disebut dengan
situs aktif. Situs aktif dapat berupa atom tak berikatan yang dihasilkan dari
ketidakseragaman permukaan atau atom dengan sifat kimia yang memungkinkan

3
interaksi dengan atom atau molekul yang teradsorbsi reaktan. Suatu reaksi dengan
katalis heterogen padat dari reagen A menjadi produk B berlangsung sesuai
langkah-langkah dalam Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Mekanisme reaksi katalitik pada materi padat


(1) Transpor reaktan A dari cairan bulk ke mulut pori permukaan luar pelet
katalis, (2) Difusi reaktan A dari mulut pori melalui pori katalis untuk mengisi
permukaan dalamnya.
(3) Adsorpsi reaktan A pada permukaan katalis
(4) Reaksi A pada permukaan katalis menghasilkan produk B
(5) Desorpsi produk B dari permukaan katalis
(6) Difusi produk B dari bagian depan pori ke mulut pori permukaan luar katalis,
(7) Transfer produk B dari mulut pori pada permukaan luar katalis ke cairan bulk.
Mekanisme tersebut sangat terkait dengan fenomena adsorpsi. Setidaknya
satu dari reaktan teradsorpsi pada permukaan katalis. Mekanisme adsorpsi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu adsorpsi secara fisika (fisisorpsi) dan secara kimia
(kemisorpsi). Pada proses fisisorpsi, interaksi yang terjadi antara adsorbat dan
adsorben adalah gaya van der Waals. Molekul yang terikat lebih lemah dan energi
yang dilepaskan relatif rendah, sekitar 20 kJ/mol. Sedangkan pada proses
kemisorpsi, interaksi adsorbat dan adsorben tersedia melalui pembentukan ikatan
yang lebih kuat.
Permukaan katalis mencakup permukaan eksternal dan internal pori-pori.
Untuk material yang sangat berpori, luas permukaan internal pori-pori jauh lebih
tinggi daripada luas permukaan eksternal. Distribusi ukuran pori katalis
dipengaruhi oleh kondisi preparasi dan jumlah masukan komponen aktif.
Biasanya terdapat distribusi ukuran pori yang luas pada katalis, akan tetapi,
katalis juga dapat dirancang untuk memiliki distribusi ukuran pori yang sangat

4
kecil. Pada katalis, situs-situs aktif tersebar di seluruh matriks berpori. Dalam
kondisi temperatur dan tekanan yang sesuai, gas secara bertahap dapat terserap
pada permukaan padat dan akhirnya menyebabkan cakupan menyeluruh.
Permukaan katalis dapat memiliki karakteristik asam maupun basa. Teori
Brnsted-Lowry mendefinisikan asam sebagai zat atau materi pemberi proton,
sedangkan basa didefinisikan sebagai zat atau materi penerima proton. Sementara
itu, Lewis mendefinisikan asam sebagai zat atau materi akseptor pasangan
elektron dan basa didefinisikan sebagai zat atau materi pendonor pasangan
eletron.
Definisi asam-basa dapat digunakan untuk menerangkan fenomena asam- basa
yang ditunjukkan sebagai karakteristik permukaan katalis. Hal ini perlu untuk
menerangkan gugus aktif pada material tersebut, baik berupa gugus asam maupun
basa. Penentuan letak gugus aktif ini sangat rumit, namun konsep sederhana yang
dapat dilakukan adalah dengan menghubungkan sifat permukaan dengan adanya
ikatan terhadap asam maupun basa yang teradsorpsi.
Pengertian keasaman atau kebasaan permukaan padatan meliputi aspek
kekuatan asam atau basa dan jumlah gugus asam atau basanya serta pusat asam
atau basa dari berbagai macam padatan. Jumlah basa pada permukaan biasanya
dinyatakan sebagai banyaknya senyawa asam yang dapat teradsorpsi dalam suatu
berat sampel per satuan luas permukaan padatan, sementara itu jumlah asam pada
permukaan berarti sebaliknya. Jumlah asam atau basa yang teradsorpsi secara
kimia pada permukaan padatan menunjukkan banyaknya gugus aktif pada
permukaan padatan.
5. Cara Kerja Katalis
Cara kerjanya yaitu dengan menempel pada bagian subtrat tertentu
dan pada akhirnya dapat menurunkan energi pengaktifan dari reaksi, sehingga
reaksi berlangsung dengan cepat

5
Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau
memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya
terhadap pereaksi. Penurunan energi aktivasi reaksi disebabkan oleh terjadinya
pembentukan alur atau mekanisme reaksi yang berbeda (yakni antara reaksi
tanpa katalis dan reaksi dengan katalis). Bahkan, untuk suatu jenis reaksi yang
sama, alur atau mekanisme reaksi yang terbentuk akibat penggunaan suatu katalis
tertentu akan berbeda dengan alur atau mekanisme reaksi yang terbentuk akibat
penggunaan katalis yang lain.
Dengan demikian, katalis hanya bersifat memberikan alternatif.
Berdasarkan teori keadaan-transisi (atau teori kompleks aktif), katalis
mampu menurunkan hambatan energi potensial (potential energy barrier) yang
harus dilalui oleh reaktan-reaktan untuk membentuk produk-produk reaksi.

6. Katalis mempunyai tiga fungsi katalitik:


Katalis mempunyai tiga fungsi katalitik yaitu:
1. Aktivitas
Aktivitas merupakan kemampuan katalis untuk memberikan produk
reaksi yang diinginkan (dalam jumlah tinggi) dari sekian banyak produk yang
mungkin dihasilkan. Produk yang diinginkan tadi sering disebut sebagai yield
sedangkan banyaknya bahan baku yang berhasil diubah menjadi aneka produk
dikatakan sebagai konversi.
Yield = %selektifitas x konversi
Peningkatan aktivitas tersebut memberikan beberapa keuntungan sbb:
a. Kecepatan reaksi yang lebih tinggi untuk kondisi operasi yang sama.
b. Kecepatan reaksi yang sama, tetapi dengan jumlah produk yang lebih
tinggi atau ukuran reaktor yang lebih kecil.c. Kecepatan reaksi yang sama
pada kondisi yang lebih lunak (berupa suhu atau tekanan operasi yang lebih
rendah), dengan yield meningkat, operasi menjadi lebih mudah, deaktivasi
berkurang, dan selektivitas yang lebih baik.

6
2. Selektivitas atau Spesifisitas
Selektivitas atau spesifisitas berkaitan dengan kemampuannya
mengarahkan suatu reaksi.
3. Stabilitas atau Lifetime
Stabilitas atau lifetime berkaitan dengan kemampuannya menahan hal-
hal yang dapat mengarahkan terjadinya deaktivasi katalis (dapat
dimaknai sebagai Kemampuan sebuah katalis untuk menjaga aktifitas,
produktifitas dan selektifitasnya dalam jangka waktu tertentu). Untuk setiap
reaksi yang dikatalisisnya, katalis harus mempunyai aktivitas kimia,
selektivitas, dan stabilitas yang cukup tinggi.

7. Kelemahan katalis
Di industri kimia, masalah terutama berkaitan dengan :
1. Pemisahan (separation),
Problem pemisahan katalis dari zat pereaksi maupun produk lebih sering
ditemui pada sistem katalis homogen. Karena katalis homogen larut dalam
campuran, pemisahan tidak cukup dilakukan dengan penyaringan atau
dekantasi. Teknik yang umum digunakan adalah destilasi atau ekstraksi
produk dari campuran, misalnya katalis asam-basa pada reaksi esterifikasi
biodiesel dipisahkan dengan ekstraksi untuk kemudian campuran sisa reaktan-
katalis yang tertinggal dialirkan lagi menuju bejana reaksi. Namun demikian, ada
beberapa katalis istimewa dari senyawa komplek logam yang didesain
sedemikian rupa sehingga bisa terpisah atau mengendap setelah reaksi tuntas.
Kasus pemisahan untuk katalis heterogen lebih mudah ditanggulangi karena
sudah terpisah dengan sendirinya tanpa membutuhkan usaha lain.
2. Daur ulang (recycle) dan Usia (life time)
Daur ulang dan usia katalis memiliki kaitan. Selama bisa dipisahkan,
katalis homogeny boleh dikatakan tetap aktif dan memiliki usia yang sangat
panjang bahkan nyaris tak terhingga dan bisa digunakan berulang-ulang.

7
3. Deaktifasi katalis
Katalis homogen mungkin tidak dapat lagi digunakan jika mengalami
deaktifasi akibat teracuni atau perubahan struktur akibat proses ektrim. Katalis
heterogen memiliki takdir berbeda. Sering kali katalis heterogen harus diaktifasi
dulu sebelum siap digunakan, misalnya dengan jalan direduksi atau dioksidasi.
Setelah mengalami proses reaksi berkali-kali, kereaktifan katalis tersebut pelan-
pelan menurun akibat perubahan mikrostruktur maupun kimianya, misal terjadi
penggumpalan (clustering), migrasi partikel aktif membentuk Kristal baru
(sintering), oksidasi, karbonisasi, maupun teracuni (poisoned). Untuk
mengembalikan reaktifitas katalis heterogen perlu dilakukan regenerasi dengan
cara, misalnya kalsinasi, reduksi-oksidasi kembali, atau pencucian dengan larutan
aktif. Seringkali proses regenerasi tidak dapat mengembalikan 100% kereaktifan
katalis sehingga pada saatnya nanti katalis tersebut akhirnya mati juga dan
perlu diganti yang baru.
8. Deaktivasi Katalis
Seiring dengan berlangsungnya proses, katalis dapat mengalami
perubahan sifat kimia dan fisika secara reversibel maupun ireversibel yang
mengarah kepada terjadinya penurunan (atau kehilangan) aktivitasnya. Semua
katalis akan mengalami penurunan (atau kehilangan aktivitasnya
sepanjang waktu penggunaan (time on stream, TOS). Peristiwa inilah yang
dinamakan deaktivasi. Deaktivasi reversibel bersifat sementara, sehingga katalis
dapat diaktifkan kembali dan diregenerasi; sedangkan deaktivasi ireversibel
bersifat permanen, sehingga harus dilakukan penggantian katalis
baru. Proses deaktivasi dapat berlangsung:
a. sangat cepat, seperti pada katalis-katalis perengkahan (cracking)
hidrokarbon, atau
b. sangat lambat, seperti pada katalis besi promoted untuk reaksi
sintesis amonia, yang dapat digunakan selama beberapa tahun tanpa kehilangan
aktivitas secara berarti (signifikan). Deaktivasi katalis dapat mempengaruhi
kinerja reaktor. Penurunan jumlah active sites katalis dapat menurunkan

8
aktivitas katalitiknya. Katalis yang telah terdeaktivasi harus diregenerasi atau
bahkan diganti secara periodik.
Dengan mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan deaktivasi, bagaimana
deaktivasi dapat mempengaruhi performa katalis, bagaimana mencegah
terjadinya deaktivasi, serta bagaimana meregenerasi katalis yang telah
terdeaktivasi, maka persoalan deaktivasi ini dapat diminimasi.

Ada 3 macam penyebab deaktivasi secara garis besar, yakni:


1. Fouling (pengerakan)
Deaktivasi katalis akibat pengerakan pada umumnya berlangsung cepat.
Pengerakan terjadi jika ada zat-zat dalam reaktor (bisa reaktan, produk, atau
intermediet) terdeposit di atas permukaan katalis dan menutup pori-pori
(atau active sites) katalis secara fisik. Karbon (coke/kokas) merupakan bentuk
kerak yang paling umum, dan proses pembentukannya dinamakan coking.
Misalnya, pembentukan coke (C) pada reaksi perengkahan hidrokarbon dengan
katalis silika-alumina:
C10H22 C5H12 + C4H10 + C(s)
Bentuk coke yang terbentuk bergantung kepada jenis katalis, suhu, dan tekanan
parsial senyawasenyawa karbonnya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimasi coking:


a. Mengoperasikan reaktor dengan waktu tinggal yang singkat menambahkan
hidrogen ke dalam aliran proses, untuk mengkonversi karbon (fase gas) menjadi
metana
b. meminimasi suhu upstream dari unggun (bed) katalis, karena karbon (fase
gas) kurang mudah terbentuk pada suhu rendah.

2. Poisoning (peracunan), dan


Deaktivasi katalis akibat peracunan pada umumnya berlangsung lambat.
Peracunan disebabkan oleh adsorpsi kimia (chemisorption) zat-zat dalam aliran
proses. Zat ini kemudian menutup atau memodifikasi active sites pada katalis.
Racun dapat menyebabkan perubahan morfologi permukaan katalis, baik melalui

9
rekonstruksi permukaan maupun relaksasi permukaan, atau memodifikasi ikatan
antara katalis logam dengan supportnya.
Zat yang bisa menjadi racun pada umumnya adalah pengotor (impurity)
dalam aliran umpan, namun produk dari reaksi yang diinginkan pun bisa
berperan sebagai racun.
Ada 3 jenis utama racun, yaitu:
a. Molekul-molekul dengan heteroatom yang reaktif (misal: sulfur)
b. Molekul-molekul dengan ikatan kompleks antar atom (misal: hidrokarbon tak
jenuh)
c. Senyawa-senyawa logam atau ion-ion logam (misal: Hg, Pd, Bi, Sn, Cu, Fe)

10

Anda mungkin juga menyukai