Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HIFEMA
Definisi Hifema
Terkumpulnya darah dibilik mata anterior (depan) yaitu daerah di antara kornea dan iris
yang terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.
Darah yang terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang dan
bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih
Mikrohifema terjadi ketika sel darah merah hanya terdeteksi secara mikroskopik. Namun
pada makrohifema atau yang biasa disebut dengan hifema, lapisan darah pada bilik mata
depan dapat dideteksi bahkan tanpa bantuan pemeriksaan slit lamp. Komplikasi pada
hifema lebih banyak terjadi daripada mikrohifema.
Walaupun darah yang terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan
penglihatan, darah tersebut dapat mengisi seluruh bilik mata atau hanya bagian bawah
bilik mata depan. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul dibawah bilik mata
depan dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.
Hifema sering disebabkan oleh trauma tumpul, trauma bedah, discrasia darah (hemofilia),
tumor intra kranial dan banyak pada usia muda
Trauma tumpul pada mata: banyak terjadi karena cedera olah raga, jatuh, atupun
perkelahian
o Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh
kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-robekan
jaringan iris, korpus siliaris dan koroid dimana jaringan tersebut mengandung
banyak pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan perdarahan yang berada di
kamera anterior dan akan tampak dari luar timbunan darah karena gaya berat yang
akan berada di bagian terendah
Neovaskularisasi iris
Untuk memahami perjalanan penyakit, ada baiknya jika kita memahami dahulu anatomi
dan fisiologi mata yang dapat dibaca disini ataupun dapat di saksikan videonya di sini
Hifema dapat terjadi sesudah suatu trauma tembus ataupun tumpul pada mata, akan tetapi
dapat juga terjadi secara spontan. Secara umum dianggap bahwa hifema berasal dari
pembuluh darah iris dan badan siliar. Mungkin juga berasal dari pembuluh darah di
kornea atau limbus karena terbentuknya neovaskularisasi pada bekas luka operasi atau
pada rubeosis iridis.
Trauma tumpul yang mengenai mata berupa benturan atau pukulan dan lain sebagainya,
dapat menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan limbus, dan perubahan
posisi dari iris atau lensa Hal ini dapat meningkatkan tekanan intraokuler secara akut dan
berhubungan dengan kerusakan jaringan pada sudut mata.
Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan pembuluh darah,antara lain arteri-
arteri utama dan cabang-cabang dari badan siliar, arterikoroidalis, dan vena-vena badan
siliar sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik mata depan
Sedangkan pada neovaskularisasi pada bekas luka operasi atau pada robeosis iridis,
ruptura bisa terjadi secara spontan karena rapuhnya dinding pembuluh darah.
Darah ini dapat bergerak dalam ruang COA, mengotori permukaan dalam kornea
Perdarahan pada bilik mata depan (COA) mengakibatkan teraktivasinya mekanisme
hemostasis dan fibrinolisis. Peningkatan tekanan intraokular, spasme pembuluh darah,
dan pembentukan fibrin merupakan mekanisme pembekuan darah yang akan
menghentikan perdarahan.
Bekuan darah ini dapat meluas dari bilik mata depan ke bilik mata belakang. Bekuan
darah ini biasanya berlangsung hingga 4-7 hari. Setelah itu, fibrinolisis akan terjadi.
Setelah terjadi bekuan darah pada bilik mata depan, maka plasminogen akan diubah
menjadi plasmin oleh aktivator kaskade koagulasi. Plasmin akan memecah fibrin,
sehingga bekuan darah yang sudah terjadi mengalami disolusi
Produk hasil degradasi bekuan darah, bersama dengan sel darah merah dan debris
peradangan, keluar dari bilik mata depan menuju jalinan trabekular dan aliran uveaskleral
Perdarahan dapat terjadi segera sesudah trauma yang disebut perdarahan primer.
Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder biasanya timbul
pada hari ke 5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebih hebat daripada yang primer.
Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus dirawat sedikitnya 5 hari. Dikatakan
perdarahan sekunder ini terjadi karena resorpsi dari bekuan darah terjadi terlalu cepat
sehingga pembuluh darah tak mendapat waktu yang cukup untuk regenerasi kembali.
Darah dalam bilik mata depan akan diserap sehingga akan menjadi jernih kembali. Darah
pada hifema dikeluarkan dari bilik mata depan dalam bentuk sel darah merah melalui
kanalis Schlemm dan permukaan depan iris. Penyerapan melaui permukaan depan iris ini
dipercepat dengan adanya kegiatan enzim fibrinolitik yang berlebihan di daerah ini.
Darah pada hifema bisa berasal dari badan siliar, yang mungkin dapat masuk ke dalam
badan kaca (corpus vitreum). Sehingga pada punduskopi gambaran pundus tidak tampak,
dan ketajaman penglihatan menurunnya lebih banyak. Bila hifema sedikit, ketajaman
penglihatan mungkin masih baik dan tekanan intraokular masih normal. Sedangkan
perdarahan yang mengisi setengah COA dapat menyebabkan gangguan visus dan
kenaikan tekanan intraocular
Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan sederosis bulbi yang bila didiamkan
akan dapat menimbulkan ptisis bulbi dan kebutaan.
Hifema dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan
siliar (corpus ciliaris ). Pasien akan mengeluh sakit, disertai epifora dan blefarospasme.
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat
terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik
mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis
Resesi sudut mata dapat ditemukan setelah trauma tumpul mata. Hal ini menunjukkan
terpisahnya serat longitudinal dan sirkular dari otot siliar. Resesi sudut mata dapat terjadi
pada 85 % pasien hifema dan berkaitan dengan timbulnya glaukoma sekunder di
kemudian hari.
Iritis traumatik, dengan sel-sel radang pada bilik mata depan, dapat ditemukan pada
pasien hifema. Pada keadaan ini, terjadi perubahan pigmen iris walaupun darah sudah
dikeluarkan
Perubahan pada kornea dapat dijumpai mulai dari abrasi endotel kornea hingga ruptur
limbus. Kelainan pupil seperti miosis dan midriasis dapat ditemukan pada10 % kasus.
Tanda lain yang dapat ditemukan adalah siklodialisis, iridodialisis, robekan pupil,
subluksasi lensa, dan ruptur zonula zinn.
Kelainan pada segmen posterior dapat meliputi perdarahan vitreus, jejas retina (edema,
perdarahan, dan robekan), dan ruptur koroid. Atrofi papil dapat terjadi akibat peninggian
tekanan intraokular
Klasifikasi hifema
o Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang disebabkan
pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma pada segmen
anterior bola mata.
o Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier,sehingga pembuluh
darah pecah.
o Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya juvenile
xanthogranuloma).
o Grade pada hifema ini ditentukan oleh banyaknya perdarahan dalam bilik mata
depan bola mata, yaitu:
Tingkat 4: pengisian sempurna dari bilik mata depan yang terlihat. (Eight
ball hifema)
Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan epifora (pengaliran air mata yang
berlebihan ke pipi) dan blefarospasme (kelopak mata berkedip tidak terkendali) .
Penglihatan pasien kabur dan akan sangat menurun, ini karena darah menggangu media
refraksi yang sangat berperan pada proses penglihatan.
Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup
banyak.
o Bila pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata
depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.
Selain itu, dapat terjadi peningkatan tekanan intraocular, sebuah keadaan yang harus
diperhatikan untuk menghindari terjadinya glaucoma.
o Glukoma ini terjadi karena adanya darah dalam COA dapat menghambat aliran
cairan bilik mata oleh karena unsur-unsur darah menutupi COA dan trabekula,
sehingga terjadi glaukoma sekunder, glukoma ini bisa juga menyebabkan rasa
sakit pada mata.
Pada hifema karena trauma, jika ditemukan penurunan tajam penglihatan segera maka
harus dipikirkan kerusakan seperti luksasi lensa (Putusnya penggantung lensa
menyebabkan lensa masuk kedalam badan kaca atau vitreus), ablasio retina (kelainan
retina dimana lapisan kerucut dan batang terpisah dari lapisan sel epitel pigmen), oedem
macula (pembengkakan pada makula, daerah dekat pusat retina mata).
Selain itu akibat darah yang lama berada di kamera anterior akan mengakibatkan
pewarnaan darah pada dinding kornea dan kerusakan jaringan kornea.
Kadang-kadang terlihat iridoplegia (kelumpuhan sphincter dari iris sehingga pupil
menjadi lebar/ midriasis) dan iridodialisis (keadaan dimana iris terlepas dari pangkalnya
sehingga bentuk pupil tidak bulat dan pada pangkal iris terdapat lubang)
Terdapat pula tanda dan gejala yang relative jarang: penglihatan ganda, edema palpebra,
midriasis (dilatasi atau pelebaran pupil berlebihan), anisokor pupil (perbedaan diameter
pupil kanan dan kiri) dan sukar melihat dekat.
Penatalaksanaan efisema
Biasanya hifema akan hilang sempurna. Bila perjalanan penyakit tidak berjalan demikian
maka sebaiknya penderita dirujuk. Walaupun perawatan penderita hifema traumatik ini
masih banyak diperdebatkan, namun pada dasarnya adalah :
o Menghentikan perdarahan.
o Mengeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan mempercepat absorbsi.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka cara pengobatan penderita dengan traumatik
hifema pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu perawatan dengan cara
konservatif/tanpa operasi, dan perawatan yang disertai dengan tindakan operasi
Jangan menyentuh, menggosok atau menekan mata, apalagi dengan tangan yang kotor,
karena akan menyebabkan infeksi
Jangan menghilangkan kotoran yang ada dimata akibat trauma yang terjadi pada mata
namun jika kotoran di mata ingin dihilangkan maka angkat bagian atas kelopak mata atas
bulu mata bawah tutup, kemudian kedip beberapa kali sehingga memungkinkan air mata
untuk membersihkan atau menghilangkan partikel yang ada pada mata tersebut atau dapat
pula di bilas dengan air. Jika kotoran tersebut tetap ada, maka usahakan mata tetap dalam
kondisi tertutup dan segeralah kedokter mata dan dapatkan bantuan medis
Jangan oleskan salep atau obat untuk mata ataupun hindari pemberian aspirin, ibuprofen
atau non-steroid, obat anti-inflamasi karena obat-obat ini mengencerkan darah dan
mungkin meningkatkan perdarahan tanpa saran dari dokter
Jika trauma pada mata akibat pukulan, maka letakan kompres dingin kecil untuk
mengurangi rasa sakit dan pembengkakan
Konservatif
Ada banyak pendapat dari banyak ahli mengenai tirah baring sempurna ini
sebagai tindakan pertama yang harus dikerjakan bila menemui kasus
traumatik hifema. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan tirah
baring kesempurnaan absorbsi dari hifema dipercepat dan sangat
mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder.
o Bebat mata
Pemakaian obat-obatan
o Pemberian obat-obatan pada penderita dengan traumatic hyphaema tidaklah
mutlak, tapi cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mempercepat
absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul.
Koagulansia
Pada hifema yang baru dan terisi darah segar diberi obat anti
fibrinolitik yaitu transamine/ transamic acid sehingga bekuan darah
tidak terlalu cepat diserap dan pembuluh darah diberi kesempatan
untuk memperbaiki diri dahulu sampai sembuh. Dengan demikian
diharapkan terjadinya perdarahan sekunder dapat dihindarkan.
Midriatika Miotika
Bila tekanan intra okular tetap tinggi atau turun, tetapi tetap
diatas normal, lakukan parasentesa yaitu pengeluaran drah
melalui sayatan di kornea
Obat-obat lain
Perawatan Operasi
o Untuk mencegah atrofi papil saraf optik dilakukan pembedahan bila tekanan bola
mata maksimal lebih dari 50 mmHg selama 5 hari atau tekanan bola mata
maksimal lebih dari 35 mmHg selama 7 hari.
o Untuk mencegah imbibisi kornea dilakukan pembedahan bila tekanan bola mata
rata-rata lebih dari 25 mmHg selama 6 hari atau bila ditemukan tanda-tanda
imbibisi kornea.
o Untuk cegah timbulnya hemosiderosis kornea dan tidak ada pengurangan dari
tingginya hifema dengan perawatan non operasi selam 3-5 hari. Atas dasar di atas
Darr menentukan cara pengobatan traumatic hyphaema, sedang
Rakusin menganjurkan tindakan operasi setelah hari kedua bila ditemukan
hyphaema dengan tinggi perdarahannya bilik depan bola mata.
Intervensi bedah biasanya diindikasikan pada atau setelah 4 hari. Dari keseluruhan
indikasinya adalah sebagai berikut :
o Total dengan dengan Tekanan Intra Okular 50 mmHg atau lebih selama 4hari
(untuk mencegah atrofi optic)
o Hifema total atau hifema yang mengisi lebih dari COA selama 6 hari dengan
tekanan 25 mmHg (untuk mencegah corneal blood staining)
o Hifema mengisi lebih dari COA yang menetap lebih dari 8-9 hari (untuk
mencegah peripheral anterior synechiae)
o Pada pasien dengan sickle cell disease dengan hifema berapapun ukurannya
dengan tekanan Intra ocular lebih dari 35 mmHg lebih dari 24 jam. Jika Tekanan
Inta Ocular menetap tinggi 50 mmHg atau lebih selama 4 hari, pembedahan tidak
boleh ditunda. Suatu studi mencatat atrofi optic pada 50 persen pasien dengan
total hifema ketika pembedahan terlambat. Corneal blood staining terjadi pada
43% pasien. Pasien dengan sickle cell hemoglobinopathi diperlukan operasi jika
tekanan intra ocular tidak terkontrol dalam 24 jam
o Parasentesis ocular
Dengan cara seperti melakukan ekstraksi katarak dengan membuka kornea scleranya
sebesar 120 derajat
Komplikasi hifema
Komplikasi yang paling sering ditemukan pada traumatik hifema adalah perdarahan
sekunder, glaukoma sekunder dan hemosiderosis di samping komplikasi dari traumanya
sendiri berupa dislokasi dari lensa, ablatio retina,katarak dan iridodialysis. Besarnya
komplikasi juga sangat tergantung pada tingginya hifema.
Perdarahan sekunder
o Perdarahan sekunder biasanya lebih hebat daripada yang primer. Terjadi pada 1/3
pasien, biasanya antara 2-5 hari setelah trauma inisial dan selalu bervariasi
sebelum 7 hari post-trauma.
Glaukoma sekunder
o Adanya darah dalam COA dapat menghambat aliran cairan bilik mata oleh karena
unsur-unsur darah menutupi sudut COA dan trabekula sehingga terjadinya
glaukoma.
o Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu
reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata
Hemosiderosis kornea
o Pada penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel
darah merah melalui sudut COA menuju kanal Schlemm sedangkan sisanya akan
diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan
adanya enzim fibrinolitik di daerah ini. Sebagian hifema dikeluarkan setelah
terurai dalam bentuk hemosiderin.
o Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke dalam lapisan
kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan disebut hemosiderosis
atau imbibisio kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti.
o Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh disertai
glaukoma. Hemosiderosis ini akan timbul bila ada perdarahan/perdarahan
sekunder disertai kenaikan tekanan intraokuler.
o Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila
didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan
Sinekia Posterior
o Sinekia posterior bisa timbul pada pasien traumatik hifema. Komplikasi ini akibat
dari iritis atau iridocyclitis. Komplikasi ini jarang pada pasien yang mendapat
terapi medikamentosa dan lebih sering terjadi pada pada pasien dengan evakuasi
bedah pada hifema.
Atrofi optik
Uveitis
o Jika hifemanya mengisi seluruh COA, rasa sakit bertambah karena tekanan
intraokular lebih meninggi dan penglihatan lebih menurun lagi.
http://alanalaudin.blogspot.com/
TRAUMA OCULI
Trauma mata adalah rusaknya jaringan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan atau rongga
orbita karena adanya benda tajam atau tumpul yang mengenai mata dengan keras/cepat ataupun
lambat.
Trauma pada mata dapat mengenai jaringan seperti kelopak mata, konjungtiva, kornea, uvea,
lensa, retina, papil saraf optik dan orbita secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan
mata.
I. Trauma Mekanik
1. Trauma tumpul
Trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras atau benda tidak keras dengan ujung
tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat sehingga
terjadi kerusakn pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya.
Trauma tumpul biasanya terjadi karena aktivitas sehari-hari ataupun karena olah raga. Biasanya
benda-benda yang sering menyebabkan trauma tumpul berupa bola tenis, bola sepak, bola tenis
meja, shuttlecock dan lain sebagianya. Trauma tumpul dapat bersifat Counter Coupe, yaitu
terjadinya tekanan akibat trauma diteruskan pada arah horisontal di sisi yang bersebrangan
sehingga jika tekanan benda mengenai bola mata akan diteruskan sampai dengan makula.
a. Hematoma Kelopak
Hematoma palpebra merupakan pembengkakan atau penibunan darah di bawah kulit kelopak
akibat pecahnya pembuluh darah palpebra.
Gambaran klinis
Hematoma kelopak merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauna tumpul kelopak. Bila
perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk seperti kacamata
hitam yang sedang dipakai, maka keadaan ini disebut hematoma kacamata. Henatoma kacamata
terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada
pecahnya arteri oftalmika maka darah masuk kedalam kedua rongga orbita melalui fisura orbita.
Penatalaksanaan
Penanganan pertama dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan.
Selanjutnya untuk memudahkan absorpsidarah dapat dilakukan kompres hangat pada kelopak.
b. Edema konjungtiva
Jaringan konjungtiva yang bersifal lendir dapat menjadi kemotik pada setiap kelainan termasuk
akibat trauma tumpul.
Gambaran klinis
Edema konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga bertambah
rangsangan terhadap konjungtivanya.
Penatalaksanaan
Pada edem konjung tiva dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di
dalam selapt lendir konjungtiva. Pada edem konjungtiva yang berat dapat dilakukan disisi
sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar melalui insisi tersebut.
c. Hematoma subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat dibawah
konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah ini bisa
akibat dari batu rejan, trauma tumpul atau pada keadaan pembuluh darah yang mudah pecah.
Gambaran klinis
Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan tidak terdapat robekan di
bawah jaringan konjungtiva atau sklera. Pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan pada setiap
penderita dengan perdarahan subkonjungtiva akibat trauma tumpul.
Penatalaksanaan
Pengobatan pertama pada hematoma subkonjungtiva adalh dengan kompres hangat. Perdarahan
subkonjungtiva akan hilang atau diabsorbsi dengan sendirinya dalam 1 2 minggu tanpa diobati.
d. Edema kornea
Gambaran klinis
Edema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar
bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh dengan uji plasedo yang
positif.
Penatalaksanaan
Pengobatan yang diberikan adalah larutan hiertonik seperti NaCL 5% atau larutan garam
hipertonik 2 8%, glukosa 40% dan larutan albumin. Bila terjadi peninggian tekanan bola mata
maka dapat diberikan asetozolamida. Dapat diberikan lensa kontak lembek untuk menghilangkan
rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan.
e. Erosi kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat mengakibatkan oleh
gesekan keras pada epitel kornea.
Gambaran klinis
Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat
sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media yang
keruh.
Pada korne akan terlihat adanya defek efitel kornea yang bila diberi fuorosein akan berwarna
hijau.
Penatalaksanaan
Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan menghilangkan rasa
sakit yang sangat. Anestesi topikal diberikan dengan hati-hati karena dapat menambah kerusakan
epitel.
Epitel yan terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah terjadinya
infeksi dapat diberikan antibiotika spektrum luas seperti neosporin, kloramfenikol dan
sufasetamid tetes.
Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka dapat diberikan sikloplegik aksi-
pendek seperti tropikamida.
Untuk mengurangi rangsangan cahaya dan membuat rasa nyaman pada pasien, maka bisa
diberikan bebat tekan pada pasien minimal 24 jam.
g. Iridoplegia
Kelumpuhan otot sfingter pupil yang isa diakibatkan karena trauma tumpul pada uvea sehingga
menyebabkan pupi menjadi lebar atau midriasis.
Gambaran klinis
Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi dan merasakan silau karena
gangguan pengaturan masuknya cahaya ke pupil. Pupil terlihat tidak sama besar atau anisokoria
dan bentuk pupil dapat menjadi ireguler. Pupil biasanya tidak bereaksi terhadap sinar.
Penatalaksanaan
Penanganan pada pasien dengan iridoplegia post trauma sebaiknya diberikan istirahat untuk
mencegah terjadinnya kelelahan sfingter dan pemberian roboransia.
h. Hifema
Hifema adalah darah di dalam bilik mata depan yang dapat terjadi akibat trauma tumpul sehingga
merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.
Gambaran klinis
Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan
sangat menurun dan bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul dibagian bawah bilik mata
depan dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Zat besi di dalam bola ata dapat
menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan ftisis bulbi dan kebutaan.
Penatalaksanaan
Penanganan awal pada pasien hifema yaiu dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur
yang ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberi koagulansia dan mata ditutup. Pada pasien yang
gelisah dapat diberikan obat penenang. Bila terjadi glaukoma dapat diberikan Asetazolamida.
Parasentesis atau pengeluaran darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien dengan hifema
bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma skunder, hifema penuh dan berwarna hitam
atau setelah 5 hari tidak terliaht tanda-tanda hifema berkurang.
i. Iridosiklitis
Yaitu radang pada uvea anterior yang terjadi akibat reaksi jaringan uvea pada post trauma.
Gambaran klinis
Pada mata akan terlihat mata merah, akbat danya darah yang berada di dalam bilik mata depan
maka akan terdapat suar dan pupil mata yang mengecil yang mengakibatkan visus menurun.
Sebaiknya pada mata diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa fundus dengan
midriatika.
Penatalaksanaan
Pada uveitis anterior diberikan tetes midriatik dan steroid topikal, bila terlihat tanda radang berat
maka dapat diberikan steroid sistemik.
Penanganan dengan cara bedah mata.
j. Subluksasi Lensa
Subluksasi Lensa adalah lensa yang berpindah tempat akibat putusnya sebagian zonula zinn
ataupun dapat terjadi spontan karena trauma atau zonula zinn yang rapuh (sindrom Marphan).
Gambaran klinis
Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Gambaran pada iris berupa
iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada, maka lensa akan menjadi cembung
dan mata akan menjadi lebih miopi. Lensa yang cembung akan membuat iris terdorong ke depan
sehingga bisa mengakibatkan terjadinya glaukoma sekunder.
Penatalaksanaan
Penanganan pada subluksasi lensa adalah dengan pembedahan. Bila tidak terjadi penyulit seperti
glaukoma dan uveitis, maka dapat diberi kaca mata koreksi yang sesuai.
m. Edem Retina
Edem Retina adalah terjadinya sembab pada daerah retina yang bisa diakibatkan oleh trauma
tumpul.
Gambaran klinis
Edema retina akan memberikan warna retina lebih abu-abu akibat sukarnya melihat jaringan
koroid melalui retina yang sembab. Pada edema retina akibat trauma tumpul mengakibatkan
edema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot. Penglihatan pasien akan menurun.
Penatalaksanaan
Penanganan yaitu dengan menyuruh pasien istirahat. Penglihatan akan normal kembali setelah
beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunya daerah makula
oleh sel pigmen epitel.
n. Ablasi Retina
Yaitu terlepasnya retina dari koroid yang bisa disebabkan karena trauma. Biasanya pasien telah
mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina. Seperti adanya retinitis sanata, miopia dan
proses degenerasi retina lainnya.
Gambaran klinis
Pada pasien akan terdapat keluhan ketajaman penglihatan menurun, terlihat adanya selaput yang
seperti tabir pada pandangannya. Pada pemeriksaan fundus kopi akan terlihat retina berwarna
abu-abu dengan pembuluh darah yang terangkat dan berkelok-kelok.
Penatalaksanaan
Ablasi retina ditangani dengan melakukan pembedahan oleh dokter mata.
o. Ruptur Koroid
Ruptur biasanya terletak pada polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di sekitar apil
saraf optik, biasanya terjadi perdarahan subretina akibat dari ruptur koroid.
Bila ruptur koroid terletak atau mengenai daerah makula lutea maka akan terjadi penurunan
ketajaman penglihatan
2. Trauma Tembus
Trauma tembus pada mata dapat diakibatkan oleh benda tajam atau benda asing lainya yang
mengakibatkan terjadinya robekan jaringan-jarinagan mata secara berurutan, misalnya mulai dari
palpebra,kornea, uvea sampai mengenai lensa..
Gambaran klinis
Bila trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing lainya masuk kedalam bola mata
maka akan mengakibatkan tanda-tanda bola mata tembus seperti :
- Tajam penglihatan yang menurun
- Tekanan bola mata yang rendah
- Bilik mata dangkal
- Bentuk dan letak pupil yang berubah
- Terlihat adanya ruptur pada kornea atau sklera
- Terdapat jaringan yang prolaps, seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca atau retina
- Konjungtivis kemotis
Penatalaksanaan
Bila terlihat salah satu atau beberapa tanda diatas maka dicurigai adanya trauma tembus bola
mata maka secepatnya dilakukan pemberian antibiotika topikal dan mata ditutup tetapi jangan
terlalu kencang dan segera dikirim ke dokter mata untuk dilakukan pembedahan dan penanganan
lebih lanjut.
Pembuatan foto bisa dilakukan untuk melihat adanya benda asing dalam bola mata. Benda asing
yang bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan magnet raksasa, dan benda asing yang tidak
bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan vitrektomi.
Komplikasi
Adanya benda asing intraokuler dapat mengakibatkan endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina,
perdarahn intraokuler dan ptisis bulbi.
2. Trauma Basa
Trauma basa pada mata akan memberikan reaksi yang gawat pada mata. Alkali dengan mudah
dan cepat dapat menembus jaringan kornea, bilik mata depan dan bagian retina. Hal ini terjadi
akibat terjadinya penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel
dan terjadi proses persabunan disertai dangan dehidrasi.
Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat dibedakan menjadi :
Derajat 1: heperimi konjungtiva diikuti dengan keratitis pungtata.
Derajat 2: hiperemi konjungtiva dengan disertai hilangnya epitel kornea.
Derajat 3: hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea.
Derajat 4: Konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50 %.
Gambaran klinis
Pasien akan merasakan mata terasa pedih, seperti kering, seperti ada pasir dan ketajaman mata
biasanya menurun. Pengujian dengan kertas lakmus saat pertama kali datang adalah menunjukan
suasana alkalis.
Penatalaksanaan
Tindakan yang dilakukan adalah dengan irigasi dengan garam fisiologik sekitar 60 menit segera
setelah trauma.
Penderita diberikan sikloplegia, antibiotika, EDTA diberikan segera setelah trauma 1 tetes tiap 5
menit selama 2 jam dengan maksud untuk mengikat sisa basa dan untuk menetralisir kolagenase
yang terbentuk pada hari ketujuh post trauma.
Diberikan antiiatik lokal untuk mencegah infeksi
Analgetik dan anestesik topikal dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.
Komplikasi
Penyulit yang dapat timbul adalah simblefaron, kekeruhan kornea, katarak disertai dengan
terjadinya ftisis bola mata.
IV. Pencegahan
Trauma mata dapat dicegah dengan menghindarkan terjadinya trauma seperti:
- Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindarkan terjadnya trauma tajam akabiat alat
pekerjaannya
- Setiap pekerja yang bekerja di tempat bahan kimia sebaiknya mengerti bahan kimai apa yang
dipakainya, asam atau basa.
- Pada pekerja las sebaiknya melindungi matanya dari sinar dan percikan las.
- Awasi anak yang sedang bermain yang mungkin berbahaya untuk matanya.
- Pada olah ragawan seperti tinju ataupun bela diri lainya, harus melindungi bagian matanya dan
daerah sekitarnya dengan alat pelindung.
sorces : http://sanirachman.blogspot.com/2010/09/trauma-oculi.html#ixzz2e5pSCCbs
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial