ADEGAN 1
[PROLOG: Di sebuah pulau bernama Pulau Dua Angsa,
hiduplah seorang wanita tua dengan anaknya yang
bernama Malin. Mereka hidup menderita dan
bergantung pada hasil hutan.]
Ibu : Malin, datang ke sini anak, membantu saya untuk
membawa kayu bakar ini.
Malin : Ya ibu, tunggu sebentar. (Malin membantu ibunya)
Malin : Ibu, berapa lama kita akan bertahan dengan kondisi
ini? Saya ingin ada perubahan dalam hidup kita.
Ibu : Entahlah, Ibu tidak tahu Malin, kita harus bersabar dan
jangan berhenti berdoa kepada Allah.
Malin : Ibu, aku punya ide, biarkan aku pergi untuk mengubah
keberuntunganku? Siapa tahu aku akan menjadi orang
kaya.
Ibu : ...
[Malin dan ibunya kembali ke rumah, tapi ibunya hanya
diam tentang ide itu. Setelah mereka tiba di rumah.]
ADEGAN 2
[Malin pergi ke rumah Dayat untuk memintanya
menjaga ibunya, hingga ia kembali dari perantauan
membawa uang yang banyak. Dayat merupakan
sahabat Malin, yang selalu ke mana-mana suka
maupun duka.]
Dayat : Kamu mau ke mana, Malin?
Malin : Besok, aku akan merantau untuk mengubah nasib.
Dayat : Apa? Jika kamu pergi merantau, siapa yang akan
menjaga Ibumu di sini?
Malin : Karena itu, aku mendatangimu. Aku ingin menjaga
Ibukutengoklah ia setiap hari itu sudah cukup baginya
hingga aku kembali.
Dayat : Oh, baiklah kalau begitu. Ingat pesanku untukmu,
jangan lupakan kita yang ada di sini, Malin.
ADEGAN 3
[Keesokan harinya, Ibu Malin mengantarkan anaknya
ke pelabuhan.]
Ibu : Jaga dirimu baik-baik, Nak. Cepatlah pulang, setelah
kamu sukses di rantau.
Malin : Ya Ibu, doakan saya supaya saya cepat mendapat
rezeki yang banyak.
Malin : Dayat, tolong kamu jaga Ibu saya baik-baik. Terima
kasih sebelumnya. Selamat tinggal.
Dayat : Jangan khawatirkan soal itu, Malin. Saya berjanji akan
merawat ibumu sepenuh jiwa raga saya. Jaga dirimu
baik-baik.
Ibu : Selamat jalan, Anakku.
Dayat : Selamat jalan, Malin.
ADEGAN 4
ADEGAN 5
ADEGAN 7
[Semakin hari, Ibu Malin semakin merindukan anaknya.
Ketuaannya membuat ia lelah menunggu Malin.
Namun, Dayat selalu memberikan dukungan untuk Ibu
Malin, bahwa Malin yang akan datang kembali dan
orang kaya.]
Dayat : Jangan sedih, Ibu.
Ibu : Saya lelah, Dayat. Saya lelah menunggu Malin. Kita
tidak pernah mendapatkan berita dari Malin sedikit
pun.
Dayat : Saya percaya Ibu, bahwa Malin akan datang kembali
dan menjadi orang kaya.
Ibu : Apakah kamu yakin, Dayat?
Dayat : Ya, Ibu. Jangan sedih lagi ibu.
ADEGAN 8
[Setelah Malin telah menjadi orang kaya, Malin
menikahi Ningrum. Mereka hidup bahagia dan menjadi
pasangan yang romantis.]
Malin : Sayang, apa yang sedang kamu pikirkan?
Ningrum: Malin suamiku, kita kan sudah menikah. Bagaimana
kalau kita berbulan madu?
Malin : Sepertinya, itu ide bagus, bagaimana kalau kita Pulau
Dua Angsa?
Ningrum: Wah, pulau itu sangat bagus. Saya setuju.
Malin : Oke! Kalau begitu, kita ke sana besok.
ADEGAN 9
[Keesokan harinya, Malin serta istrinya berlayar ke
Pulau Dua Angsa. Dalam perjalanannya, mereka
singgah ke kampung halaman Malin, untuk mengisi
berbagai perbekalan. Tapi, Malin tidak menemui Ibunya
seperti yang telah dijanjikan. Ia hanya berjalan-jalan di
sekitar dermaga saja. Ketika itu, Dayat sahabat Malin
melihatnya.]
Dayat : Malin? Apakah dia Malin? Ya, seperti dia adalah Malin.
Saya harus mengatakan itu kepada Ibunya.
ADEGAN 10
[Dayat pergi ke rumah Ibu Malin untuk mengabarkan
kedatangan Malin. Ia sangat senang mengetahui Malin
datang ke kampung halamannya. Jika, Ibu Malin
mengetahui berita ini, tentu hatinya bahagia.]
Dayat : Ibu... Ibu ...
Ibu : Ya, saya di sini, Dayat.
Dayat : Ibu, Malin pulang. Ia ada di pelabuhan sekarang.
Tampaknya, ia telah menjadi orang kaya sekarang!
Ibu : Apa kamu yakin kalau yang kamu lihat adalah Malin?
Dayat : Ya, saya yakin Bu. Saya tidak mungkin bisa melupakan
wajahnya. Saya masih ingat wajah Malin.
Ibu : Jika apa yang kamu lihat benar, ayo temani saya pergi
ke sana.
ADEGAN 11
[Dayat mendampingi Ibu Malin untuk menemui
anaknya. Sesampainya di pelabuhan, Ibu Malin
memang melihat anaknya. Saking harunya, air mata
keluar dari matanya. Ia memanggil Malin dari kejauhan
untuk kemudian mendekatinya.]
Ibu : Malin, Malin, anakku! Malin !!!
Ningrum: Siapa itu wanita tua, Suamiku?
ADEGAN 12