Anda di halaman 1dari 9

[Pick the date]

Santo Yosef Lahat | Lutus

NASKAH DRAMA LEGENDA MALIN KUNDANG


NASKAH DRAMA MALIN KUNDANG

Tokoh & Karakter:


1. Malin Kundang : cerdas, keras-kepala, gila-harta
2. Ibu : taat beribadah, terbiasa hidup
menderita
3. Dayat (Sahabat Malin) : baik, setia kawan
4. Ningrum : cantik, kaya, romantis.

ADEGAN 1
[PROLOG: Di sebuah pulau bernama Pulau Dua Angsa,
hiduplah seorang wanita tua dengan anaknya yang
bernama Malin. Mereka hidup menderita dan
bergantung pada hasil hutan.]
Ibu : Malin, datang ke sini anak, membantu saya untuk
membawa kayu bakar ini.
Malin : Ya ibu, tunggu sebentar. (Malin membantu ibunya)
Malin : Ibu, berapa lama kita akan bertahan dengan kondisi
ini? Saya ingin ada perubahan dalam hidup kita.
Ibu : Entahlah, Ibu tidak tahu Malin, kita harus bersabar dan
jangan berhenti berdoa kepada Allah.
Malin : Ibu, aku punya ide, biarkan aku pergi untuk mengubah
keberuntunganku? Siapa tahu aku akan menjadi orang
kaya.
Ibu : ...
[Malin dan ibunya kembali ke rumah, tapi ibunya hanya
diam tentang ide itu. Setelah mereka tiba di rumah.]

Malin : Bu, bagaimana dengan ide saya?


Ibu : Saya pikir itu bukan ide yang baik anakku. Karena, jika
kamu pergi, siapa yang akan menjagaku di sini.
Malin : Tapi Ibu, jika saya tidak mengubah peruntungan,
bagaimana kita bisa bertahan? Saya berjanji Ibu, jika
bisa menjadi orang kaya, saya akan kembali. Tenang
saja Ibu, saya akan berbicara dengan Dayat, supaya
menengok Ibu setiap hari hingga saya kembali ke
rumah.

[Ibu Malin tidak bisa melarang apa Malin inginkan.


Akhirnya, dia setuju dengan ide Malin.]
Ibu : Baiklah, jika itu memang keinginanmu, Malin! Tapi,
kamu harus pegang janjimu untuk kembali ke kampung
ini.

ADEGAN 2
[Malin pergi ke rumah Dayat untuk memintanya
menjaga ibunya, hingga ia kembali dari perantauan
membawa uang yang banyak. Dayat merupakan
sahabat Malin, yang selalu ke mana-mana suka
maupun duka.]
Dayat : Kamu mau ke mana, Malin?
Malin : Besok, aku akan merantau untuk mengubah nasib.
Dayat : Apa? Jika kamu pergi merantau, siapa yang akan
menjaga Ibumu di sini?
Malin : Karena itu, aku mendatangimu. Aku ingin menjaga
Ibukutengoklah ia setiap hari itu sudah cukup baginya
hingga aku kembali.
Dayat : Oh, baiklah kalau begitu. Ingat pesanku untukmu,
jangan lupakan kita yang ada di sini, Malin.

ADEGAN 3
[Keesokan harinya, Ibu Malin mengantarkan anaknya
ke pelabuhan.]
Ibu : Jaga dirimu baik-baik, Nak. Cepatlah pulang, setelah
kamu sukses di rantau.
Malin : Ya Ibu, doakan saya supaya saya cepat mendapat
rezeki yang banyak.
Malin : Dayat, tolong kamu jaga Ibu saya baik-baik. Terima
kasih sebelumnya. Selamat tinggal.
Dayat : Jangan khawatirkan soal itu, Malin. Saya berjanji akan
merawat ibumu sepenuh jiwa raga saya. Jaga dirimu
baik-baik.
Ibu : Selamat jalan, Anakku.
Dayat : Selamat jalan, Malin.

ADEGAN 4

[Akhirnya, Malin memulai peruntungannya di


perantauan. Ia pergi berlayar dengan saudagar kaya.
Di kapal, Kapten memberinya pekerjaan sebagai awak
kapal.
Kapten memiliki putri semata wayang, yang telah
menjadi seorang anak gadis cantik.
Nama anak gadis Kapten adalah Ningrum.
Ketika Malin melihatnya, ia jatuh hati.
Hal ini memberikan semangat kepada Malin untuk
bekerja lebih giat.]
Malin : (Berkata di dalam hati, saat melihat Ningrum
mendatanginya) Ningrum sangat cantik. Aku
menyukainya, dan harus menikahinya. Dengan begitu,
jika sesuatu terjadi pada ayahnya, warisannya akan
jatuh ke tanganku, sehingga aku akan menjadi orang
kaya.
Ningrum: Apakah kamu melihat ayahku?
Malin : Hmm, saya tidak melihatnya. Mungkin ia pergi ke
dapur. Cobalah ke sana untuk melihatnya.
Ningrum: Oh, baiklah. Saya akan ke sana menemuinya.
Malin : [Tersenyum] Ya, silakan Nona. Apakah perlu kuantar?
Ningrum: [Hanya tersenyum, sambil berjalan meninggalkan
Malin.]

ADEGAN 5

[Sementara itu, di kampung halaman Malin, Ibu Malin


sangat gelisah. Ia resah bagaimana Malin menjalani
kehidupannya di perantauan. Apakah Malin sehat?
Apakah Malin bisa menjaga dirinya baik-baik? Semua
pertanyaan-pertanyaan khas orang tua yang khawatir
akan anaknya menggelayut menjadi beban pikiran Ibu
Malin. Sementara itu, ia juga khawatir Malin tidak
pulang kembali ke kampung halamannya, dan
melupakan dirinya.]
Ibu : Dayat, saya rindu sekali dengan Malin. Kira-kira,
kapankah ia kembali? Apakah ia baik-baik saja saat ini?
Dayat : Jangan takut, Ibu. Malin akan pulang. Ia telah berjanji.
Sementara itu, biarkan saya menjaga Ibu.
Ibu : Ya, terima kasih, Dayat. Entah, apa jadinya saya tanpa
bantuanmu.
Dayat : Jangan terlalu dipikirkan, Ibu.
ADEGAN 6

[Suatu hari, kapten memanggil Malin, karena ia akan


menaikkan jabatan Malin atas prestasi kerjanya selama
ini. Dengan jabatan ini, dalam beberapa tahun,
membuat Malin menjadi orang kaya.]
Malin : Sekarang, saya kaya raya. Saya dapat membeli
semuanya dengan uang saya. Karena itu, Ningrum
harus menikah dengan saya.

ADEGAN 7
[Semakin hari, Ibu Malin semakin merindukan anaknya.
Ketuaannya membuat ia lelah menunggu Malin.
Namun, Dayat selalu memberikan dukungan untuk Ibu
Malin, bahwa Malin yang akan datang kembali dan
orang kaya.]
Dayat : Jangan sedih, Ibu.
Ibu : Saya lelah, Dayat. Saya lelah menunggu Malin. Kita
tidak pernah mendapatkan berita dari Malin sedikit
pun.
Dayat : Saya percaya Ibu, bahwa Malin akan datang kembali
dan menjadi orang kaya.
Ibu : Apakah kamu yakin, Dayat?
Dayat : Ya, Ibu. Jangan sedih lagi ibu.

ADEGAN 8
[Setelah Malin telah menjadi orang kaya, Malin
menikahi Ningrum. Mereka hidup bahagia dan menjadi
pasangan yang romantis.]
Malin : Sayang, apa yang sedang kamu pikirkan?
Ningrum: Malin suamiku, kita kan sudah menikah. Bagaimana
kalau kita berbulan madu?
Malin : Sepertinya, itu ide bagus, bagaimana kalau kita Pulau
Dua Angsa?
Ningrum: Wah, pulau itu sangat bagus. Saya setuju.
Malin : Oke! Kalau begitu, kita ke sana besok.

ADEGAN 9
[Keesokan harinya, Malin serta istrinya berlayar ke
Pulau Dua Angsa. Dalam perjalanannya, mereka
singgah ke kampung halaman Malin, untuk mengisi
berbagai perbekalan. Tapi, Malin tidak menemui Ibunya
seperti yang telah dijanjikan. Ia hanya berjalan-jalan di
sekitar dermaga saja. Ketika itu, Dayat sahabat Malin
melihatnya.]
Dayat : Malin? Apakah dia Malin? Ya, seperti dia adalah Malin.
Saya harus mengatakan itu kepada Ibunya.

ADEGAN 10
[Dayat pergi ke rumah Ibu Malin untuk mengabarkan
kedatangan Malin. Ia sangat senang mengetahui Malin
datang ke kampung halamannya. Jika, Ibu Malin
mengetahui berita ini, tentu hatinya bahagia.]
Dayat : Ibu... Ibu ...
Ibu : Ya, saya di sini, Dayat.
Dayat : Ibu, Malin pulang. Ia ada di pelabuhan sekarang.
Tampaknya, ia telah menjadi orang kaya sekarang!
Ibu : Apa kamu yakin kalau yang kamu lihat adalah Malin?
Dayat : Ya, saya yakin Bu. Saya tidak mungkin bisa melupakan
wajahnya. Saya masih ingat wajah Malin.
Ibu : Jika apa yang kamu lihat benar, ayo temani saya pergi
ke sana.

ADEGAN 11
[Dayat mendampingi Ibu Malin untuk menemui
anaknya. Sesampainya di pelabuhan, Ibu Malin
memang melihat anaknya. Saking harunya, air mata
keluar dari matanya. Ia memanggil Malin dari kejauhan
untuk kemudian mendekatinya.]
Ibu : Malin, Malin, anakku! Malin !!!
Ningrum: Siapa itu wanita tua, Suamiku?

[Malin tidak menjawab pertanyaan Ningrum, karena


tenggorokannya tercekat tidak bisa menjawab
pertanyaannya dari istrinya.]
Ningrum: Siapa dia, Suamiku?
Ibu : Malin..., siapa ia? Apakah ia Istrimu? Ia sungguh
wanita yang sangat cantik.
[Ibu Malin membuka tangannya untuk memeluk
menantunya.]
Ningrum: [Tapi, Ningrum menepis pelukan itu.] Iiissh..., jangan
sentuh aku!
Malin : Jangan kamu menyentuhnya! Dasar wanita kotor!
Kulitmu bisa mengotori kulitnya!
Ningrum: Siapa wanita tua ini, Malin? Benarkah ia Ibumu? Uh,
ia benar-benar sangat kotor.
Malin : Saya tidak tahu. Saya tidak mengenal wanita ini.
Ibu : Malin, anakku. Kenapa kamu ini, Nak? Apa salah Ibu?
Aku ini Ibumu. Ibumu. Kamu telah berjanji untuk
kembali ke kampung ini untuk menemuiku, jika kamu
sudah kaya. Sekarang kamu sudah kaya, dan bukankah
kedatanganmu ke sini untuk menemuiku?
Malin : Cih, Ibuku? Mengaku-ngaku saja kamu sebagai Ibu?
Saya tidak mengenal kamu. Jika saya kaya, tentu Ibu
saya juga kaya. Tidak sepertimu, kotor dan bau!
Ibu : MALIN!!! [Ibu Malin berkata keras.]
Ibu : Saya Ibumuibu yang telah melahirkanmu! Saya bisa
mengatakan bukti tentang dirimu.
Ningrum: Pergi saja kamu, wanita tua.
Ibu : Malin ... Malin ... !!!
Malin : Pergi. Pergilah sekarang, kamu!
Dayat : MALIN...!! Lupakah kamu terhadap Ibumu? Lupakah
kamu terhadap sayasahabat baikmu? Ini Ibumu,
Malin. Ibumu.
Malin : Tidak, saya tidak lupa. Saya benar-benar tidak
mengenal kamu dan wanita tua itu. Seingat saya, saya
tidak pernah memiliki sahabat sepertimu.
Dayat : Jahat, kamu! Celakalah kamu, Malin.
Ibu : Ingat saya, Nak? Saya adalah ibumu.
Dayat : Tolong, ingat ibumu, Malin. Ia selalu menunggumu
kembali ke kampung halamanmu. Ingatlah janjimu,
Malin.

[Malin tidak peduli. Ia menyeret Ibunya dengan kasar,


hingga wanita tua itu jatuh tersungkur.]
Malin : Jangan panggil aku sebagai anakmu, wanita kotor! Ayo,
Ningrum, kita harus pergi secepatnya dari tempat ini
sebelum wanita ini mengotori wajah kita.
Ningrum: Ya, Suamiku.

[Setelah mendorong paksa Ibunya pergi, Malin kembali


ke kapalnya. Sementara Ibunya, masih berteriak
memanggil-manggil namanya.]
Ibu : Malin ... Malin ... Jangan biarkan Ibumu Malin!!!

[Hilang sudah kesabaran Ibu Malin melihat tingkah


anaknya. Lalu, dengan kesal ia mengucap asal kalimat
jadilah batu! . Kata-kata seorang Ibu yang sedang
marah menjadi doa yang didengar oleh Tuhan.]
Ibu : Ya Tuhan, kenapa anakku seperti itu? Apa salahku?
Apa dosaku? Ia sama sekali melupakanku. Saya tidak
terima perlakuan itu darinya. Sekarang hilang sudah
kesabaranku. Aku mengutuknya: JADILAH BATU...!!!

ADEGAN 12

[Setelah itu, tiba-tiba datanglah badai menghancurkan


Kapal Malin, petir menyambar tubuhnya. Dan ...]
Malin : Apa yang terjadi? Tubuh saya tidak bisa digerakkan!
Maafkan saya, Ibu. Maafkan saya ...!
Ningrum: Apa yang terjadi? Apa yang terjadimu, Malin? Kamu
kenapa?

[EPILOG: Malin pun berubah menjadi batu, ketika ia


meminta ampun kepada Ibunya. Kapal, para awak,
serta istrinya tenggelam ke dasar laut.]

Naskah ini diadaptasi dari sumber: http://365ceritarakyatindonesia.blogspot.co.id


Gambar sampul: http://st291919.sitekno.com/images/art_122042.jpg

Anda mungkin juga menyukai