Oleh:
HARY SABAR
E31111102
2014
Komunikasi Antar Budaya (KAB)
Defenisi Komunikasi Antar Budaya (KAB)
Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antar budaya sebagai human flow across national
boundaries. Misalnya dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa
dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt
mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang
berbeda budayanya.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah
proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan
membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi
antarbudaya itu dilakukan dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan
antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang
dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam
satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan; melalui pertukaran sistem
simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah
keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama; sebagai
pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai
pengaruh terhadap perilaku kita; menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat
membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara.
c.Menambah Pengetahuan
2. Fungsi Sosial
a.Pengawasan
b. Menjembatani
c.Sosialisasi Nilai
d.Menghibur
Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan
oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an,
dirumuskan bahwa karakteristik bahasa memengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-
bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya,
tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda
juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
2. Bahasa Sebagai Cermin Budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi
baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara
budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi
dilakukan.Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi,
lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah
persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
3.Mengurangi Ketidak-pastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam ambiguitas dalam
komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita
dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena
letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya
untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
4. Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan
selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini
barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin
terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak
spontan, dan kurang percaya diri.
5. Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang
tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi
kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar
dalam situasi komunikasi antarbudaya.
6.Memaksimalkan Hasil Interaksi
Teknik komunikasi inklusif di atas dapat mendukung terjadinya komunikasi antarbudaya yang
efektif agar pesan komunikasi yang disampaikan benar memberikan makna yang positif bagi
masyarakat multietnik. Perbandingan teknik komunikasi diskriminatif dan teknik komunikasi
inklusif menunjukkan bahwa komunikasi diskriminatif cenderung menghasilkan kondisi
permusuhan dan konflik sebab tidak mempertimbangkan perasaan dan sensitifitas kelompok lain.
Sedangkan teknik komunikasi inklusif cenderung mendorong tercipta kondisi damai sebab pihak
yang terlibat dalam komunikasi saling memberikan pengakuan dan penghormatan terhadap ke
lompok lain yang berbeda dengannya.Untuk membangun komunikasi antarbudaya yang efektif
perlu pula dipahami beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan hubungan antara kelompok
yang berbeda:
1. Enkulturasi (enkulturation): proses mempelajari dan menyerap kebudayaan yang berasal dari
satu masyarakat.
Keempat konsep di atas berkaitan dengan pandangan seseorang terhadap kebudayaannya sendiri,
kebudayaan orang lain, dan bagaimana menjalin hubungan dengan orang yang berbeda
kebudayaan dengannya.Konsep enkulturasi dan akulturasi menujukkan pandangan kebudayaan
yang bersifat dinamik dan adaptif karena terjadinya proses penyerapan dan penyesuaian antara
satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Konsep etnosentris adalah satu cara pandang yang
bersifat sempit dan kaku karenahanya menganggap kebudayaan mereka yang paling tinggi
dibandingkan kebudayaan lain. Pandangan seperti ini tentu saja akan menghambat terjadi
komunikasi antarbudaya yang efektif. Sebaliknya, konsep relativisme kebudayaan memberikan
pandangan bersifat mengakui dan menghargai perbedaan kebudayaan sebab setiap kebudayaan
mempunyai keunggulan sendiri sehingga tidak perlu dipertentangkan keunggulan suatu
kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Ini bermakna kearifan lokal yang dimiliki setiap ini itu
perlu diangkat dan penganggatan kearifan lokal itu tidak akan menghasilkan pertentangan atau
permusuhan sebab relativisme kebudayaan telah mengajarkan kepada kita bahwa setiap
kebudayaan memiliki keunggulan masing-masing.
2.Nilam W. Juga menyatakan bahwa dalam komunikasi antardua pihak yang berbeda budaya
terdapat etnosentrisme, yaitu kecenderungan menganggap salah satu budaya lebih baik atau lebih
unggul dari budaya lain.
Kelebihan:
1. Membuka diri memperluas pergaulan;
4. Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain untuk
menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan orang tersebut.
5. Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara semesta
wacana dan makna bagi para anggotanya
6. Membantu memahami kontak antar budaya sebagai suatu cara memperoleh pandangan ke
dalam budaya sendiri: asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasan-kebebasan dan keterbatasan-
keterbatasannya.
7. Budaya merupakan landasan komunikasi sehingga bila budaya beraneka ragam maka beraneka
ragam pula praktik-praktik komunikasi yang berkembang
8. Dengan pemahaman mengenai komunikasi antar budaya dan bagaimana komunikasi dapat
dilakukan, maka kita dapat melihat bagaimana komunikasi dapat mewujudkan perdamaian dan
meredam konflik di tengah-tengah masyarakat. Dengan komunikasi yang intens kita dapat
memahami akar permasalahan sebuah konflik, membatasi dan mengurangi kesalahpahaman,
komunikasi dapat mengurangi eskalasi konflik sosial.