Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PANCASILA

E-GOVERNMENT SEBAGAI IMPLEMENTASI PADA PEMERINTAHAN YANG


BAIK (GOOD GOVERNANCE)

Disusun Oleh :

Aldiansyar Mugia Utomo 150610140031

AGRIBISNIS

Kelas B

Fakultas Pertanian Unpad


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah pemerintahan sebagai suatu kenyataan yang tak dapat di hindarkan


dalam hidup setiap warganegara memiliki banyak arti bagi mereka, secara perorangan
atau secara bersama-sama. Pemerintah adalah harapan dan peluang untuk
mewujudkan hidup yang sejahtera dan berdaulat melalui pengelolaan kebebasan dan
persamaan yang di miliki oleh warganegara. Pada sisi lain pemerintah adalah
tantangan dan kendala bagi warganegara terutama ketika pemerintah terjauhkan dari
pengalaman etika pemerintah. Suatu masyarakat tanpa pemerintah adalah sebuah
kekacauan massal. Di dalam masyarakat manusia beradab di perlukan lebih banyak
peraturan, di perlukan juga lebih banyak upaya dan kekuatan untuk menjamin bahwa
peraturan-peraturan itu di taati.

Harapan lain yang ingn di wujudkan oleh setiap warganegara melalui proses
pemerintahan adalah berlangsungnya kehidupan secara wajar, dalam semua bidang
dan ukuran kehidupan mereka. Pemerintah pertama-tama di harapkan dapat
membentuk kesepakatan warganegara tentang bingkai kepatutan dalam proses
kehidupan kolektif warganegara. Dengan demikian, kebutuhan akan kehidupan yang
wajar mensyaratkan kewajiban pemerintah untuk membentuk hokum yang adil dan
melakukan penegakkan hokum demi rasa keadilan tersebut pada semua warganegara.
Untuk mewujudkan tujuan dan harapan tersebut, maka di perlukan suatu system
pemerintahan yang baik dan efektif yang sesuai dengan prinsip-prinsip bersifat
demokratis. Konsep pemerintahan yang baik itu di sebut dengan good governance.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Menurut bahasa Good Governance berasal dari dua kata yang diambil dari
bahasa inggris yaitu Good yang berarti baik, dan governance yang berarti tata
pemerintahan. Dari pengertian tersebut good governance dapat diartikan sebagai
tata pemerintahan yang baik, atau pengelolaan/ penyelenggaraan kepemerintahan
yang baik.

Good governance didefinisikan sebagai suatu kesepakatan menyangkut


pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat, dan
swasta untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik secara umum.
Arti good dalam good governance mengandung pengertian nilai yang menjunjung
tinggi keinginan rakyat, kemandirian, aspek fungsional dan pemerintahan yang
efektif dan efisien. Governance (tata pemerintahan) mencakup seluruh
mekanisme, proses, dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok
masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum,
memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan di antara mereka.

Ada kaitan erat antara governance (tata pemerintahan) dengan government


(pemerintah). Jika kita hanya ingin menciptakan pemerintah (Government) yang
baik, maka tata pemerintahan (Governance) yang baik tidak tumbuh. Tapi jika
kita menciptakan Tata Pemerintahan (Governance) yang baik, maka pemerintah
(Government) yang baik juga akan tercipta.

Lembaga yang kedua yaitu dunia usaha (swasta) yang mampu mempengaruhi
atau menunjang terbentuknya pemerintahan yang baik. Dunia usaha berperan
dalam meningkatkan nilai pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara, semakin
tinggi pertumbuhan ekonomi dunia usaha maka semakin maju juga perekonomian
negara. Sedangkan peran negara disini sebagai pengontrol pihak swasta agar tidak
semaunya sendiri dalam melakukan kebijakan-kebijakan. Misalnya pemerintah
menetapkan nilai jual terendah dan tertinggi suatu barang tertentu.
Masyarakat sebagai lembaga ketiga sangat berpengaruh dalam konsep good
government ini, karena masyarakat adalah indikasi yang paling nyata untuk
mengetahui apakah suatu negara itu sejahtera atau tidak. Masyarakat berperan
sebagai pengontrol pemerintah apabila terjadi penyelewengan-penyelewengan
dalam melaksanakan pemerintahanyya. Sedangkan pemerintah harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat dengan tujuan kesejahteraan rakyat. Misalnya
pembangunan fasilitas-fasilitas umum dan kebijakan-kebijakan yang lainnya,
yang berhubungan dengan kepentingan umum.

Istilah Good Governance pertama kali di populerkan oleh lembaga dana


international, seperti Word Bank, UNDP dan IMF karena berpandangan bahwa
setiap bantuan international untuk pembangunan negara-negara di dunia, terutama
negara berkembang, sulit berhasil tanpa adanya Good Governance di negara
sasaran tersebut. Good Governance dapat di artikan sebagai tindakan atau tingkah
laku yang di didasarkan kepada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan. Dengan
demikian ranah Good Governance tidak terbatas kepada negara dan birokrasi
pemerintahan saja, tetapi juga pada ranah masyarakat sipil yang di presentasikan
oleh organisasi non-pemerintah sebagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan
juga sektor swasta. Singkatnya, tujuan terhadap Good Governance tidak
selayaknya hanya di tujukan kepada penyelanggara negara atau pemerintahan,
melainkan juga pada masyarakat di luar struktur birokrasi pemerintahan yang
secara getol dan bersemangat menurut penyelenggaran Good governance pada
negara.

Sisi lain memaknai Good Governance sebagai penerjemahan konkrit dari


Demokrasi. Tegasnya, menurut taylor, Good Governance adalah pemerintahan
demokratis seperti yang di praktikkan dalam negara-negara demokrasi maju di
Eropa Barat dan Amerika misalnya. Demokrasi sebagai suatu sistem
pemerintahan di anggap sebagai suatu sistem pemerintahan yang baik karena
paling merefleksikan sifat-sifat Good Governance yang secara normatif di tuntut
kehadirannya bagi suksesnya suatu bantuan badan-badan Dunia. Ia merupakan
alternatif dari sistem pemerintahan yang lain seperti totalitarinisme komunis atau
militer yang sempat populer di negara-negara dunia ketiga di masa perang dingin.
B. Prinsip Prinsip Good Governance

1. Akuntabilitas (Bertanggung jawab)


Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat
bertanggungjawab kepada publik dan lembaga stakeholders. Atau bisa dikatakan
sebagai pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang
memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Gunanya adalah
untuk mengontrol dan menutup peluang terjadinya penyimpangan seperti KKN.
Indikator minimal akuntabilitas antara lain :
Adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar prosedur pelaksanaan.
Adanya sanksi yang ditetapkan atas kesalahan dan kelalaian dalam melaksnakan
tugas.
Adanya output dan income yang terukur

2. Keterbukaan (transparasi)
Affan Gaffar menegaskan bahwa untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih
dan berwibawa sesuai dengan cita-cita good governance seluruh mekanisme
pengelolaan negara harus di lakukan secara terbuka. Aspek mekanisme
pengelolaan negara yang harus di lakukan secara terbuka adalah:
Penetapan posisi, kedudukan dan jabatan
Kekayaan pejabat publik
Pemberian penghargaan
Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan
Kesehatan
Moralitas pejabat dan aparatur pelayanan publik
Keamanan dan ketertiban
Kebijakan dan ketertiban
Kebijakan strategis untuk pecerahan kehidupan masyarakat

3. Partisipasi
Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan,
serta memberi dorongan bagi warga untuk menyampaikan pendapat secara
langsung atau tidak langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk
memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat luas.

4. Penegak Hukum (Rule of law)


Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan kebijakan
publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum, kerangka hukum harus adil
dan dilaksanakan tanpa perbedaan terutama hukum hak asasi manusia. Proses
mewujudkan cita good governance, harus di imbangi dengan komitmen untuk
menegakkan rule of law, dengan karakter-karakter antara lain sebagai berikut :
a. Supremasi hukum ( the supremasi of law )
b. Kepastian hukum (legal certainly)
c. Hukum yang responsif
d. Penegak hukum yang kosisten dan non-diskriminatif
e. Indenpendensi peradilan

5. Daya Tanggap (responsif)


Asas responsif adalah bahwa pemerintah harus responsif terhadap persoaalan-
persoalan masyarakat. Pemerintah harus memahami kebutuhan masyarakatnya
jangan menunggu mereka menyampaikannya keinginannya, tetapi mereka secara
proaktif mempelajari dan menganalisa kebutuhan-kebutuhan masyarakat, untuk
kemudian melahirkan berbagai kebijakan strategis guna memenuhi kepentingan
umum.

6. Orientasi konsensus/kesepakatan
Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk
memperoleh pilihan yang terbaik bagi kepentingan yang lebih luas.

7. Kesetaraan keadilan (equity)


Proses pengelolaan pemerintah harus memberikan peluang, kesempatan,
pelayanan yang sama dalam koridor kejujuran dan keadilan. Tidak seorang atau
sekelompok orangpun yang teraniaya dan tidak memperoleh apa yang menjadi
haknya. Pola pengelolaan pemerintah seperti ini akan memperoleh legitimasi
yang kuat dari public dan akan memperoleh dukungan serta partisipasi yang baik
dari rakyat.

8. Efektivitas (effectiveness) dan efesiensi (efficiency)


Pemerintahan yang baik juga harus memenuhi kriteria efektuvitas dan efesiensi,
yakni berdayaguna dan berhasilguna. Kriteria efektivitas biasanya di ukur dengan
parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan
masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan sosial. Sedangkan efesiensi
biasanya di ukur dengan rasionalitas biaya pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan semua masyarakat.
9. Visi strategis (strategic vision)
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa
yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam kerangka perwujudan
goodgovernance, karena perubahan dunia dengan kemajuan teknologinya yang
begitu cepat.
C. GLOBALISASI SEBAGAI FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI
GOOD GOVERNANCE

Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena


pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan
lainnya. Kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk
kemunculan telegraf dan Internet, merupakan faktor utama dalam globalisasi
yang semakin mendorong saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas
ekonomi dan budaya.

Definisi globalisasi menurut para ahli

1. Selo Soemardjan : Globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi


dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalah
untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya
terbentuknya PBB, OKI dll.
2. Beerkens : Keterkaitan seluruh dunia antara negara-bangsa menjadi dilengkapi
dengan globalisasi sebagai sebuah prosesdi mana pengaturan sosial dasar (seperti
kekuasaan, budaya, pasar, politik, hak, nilai, norma, ideologi,
identitas,kewarganegaraan, solidaritas) menjadi disembedded dari spasial
merekakonteks (terutama negara-bangsa) karena,massification percepatan, difusi
flexibilisation,dan perluasan arus transnasional orang,produk, gambar dan
informasi keuangan.
3. A.G. Mc Grew : Globalisasi mengacu pada keseberagaman hubungan dan saling
keterkaitan antara negara dan masyarakat yang membentuk sistem dunia modern.
Globalisasi adalah proses di mana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di
belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai
individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.
D. E-GOVERNMENT SEBAGAI DAMPAK GLOBALISASI

Globalisasi dalam hal ini juga melibatkan kemajuan dari teknologi mesin
sampai teknologi informasi dari zaman ke zaman yang dampaknya telah
dinikmati dan dikembangkan oleh manusia, khususnya teknologi informasi yang
sekarang sudah sangat maju. Salah satu perkembangan dalam dunia Teknologi
Informasi, khususnya pada pemakaian Internet yang berhubungan dengan proses
pemerintahan dan pelayanan publik adalah e-Government. E-Government,
sebagai sebuah konsep memiliki prinsip-prinsip dasar yang universal, tetapi
pengertian maupun penerapannya di sebuah negara tidak dapat dipisahkan dari
sejarah, budaya, pendidikan, pandangan politik, kondisi ekonomi masing-masing
negara. E-Government didefinisikan sebagai suatu mekanisme interaksi baru
antara pemerintah dengan masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan,
dimana pemanfaatan teknologi informasi dan teknologi komunikasi dengan
tujuan meningkatkan kualitas pelayanan publik (Indrajit, 2002).

Pengembangan e-government merupakan upaya untuk mengembangkan


penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam
rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui
pengembangan e-government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses
kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi
informasi. Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2 (dua) aktivitas
yang berkaitan yaitu :

1. Pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja


secara elektronis;

2. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat


diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah negara.

Pemerintahan elektronik atau e-government (berasal dari kata Bahasa


Inggris electronics government, juga disebut e-gov, digital government, online
government atau dalam konteks tertentu transformational government) adalah
penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi
dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan
dengan pemerintahan. e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif,
atau administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan
pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis. Model
penyampaian yang utama adalah Government-to-Citizen atau Government-to-
Customer (G2C), Government-to-Business (G2B) serta Government-to-
Government (G2G). Keuntungan yang paling diharapkan dari e-government
adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dari
pelayanan publik. E-Goverment memungkinkan warga negara berkomunikasi
antar mereka maupun dengan pemerintah, dan ikut berpartisipasi dalam proses
pembuatan keputusan, mengekpresikan kebutuhan nyata mereka tentang
kesejahteraan dengan menggunakan e-Government sebagai sarana.
Pendayagunaan e-Government, merupakan bentuk pemanfaatan teknologi
informasi untuk mendukung terwujudnya pemerintahan yang baik (good
governance) dalam aktivitas Pemerintah Daerah yang meliputi aktivitas intern
dalam satu lembaga maupun antar lembaga pemerintah serta aktivitas pelayanan
publik.
E. TUJUAN DAN MANFAAT E-GOVERNMENT

Konsep e-Government diterapkan dengan tujuan bahwa hubungan


pemerintah baik dengan masyarakatnya maupun dengan pelaku bisnis dapat
berlangsung secara efisien, efektif dan transparan. Hal ini diperlukan mengingat
semakin dinamisnya gerak masyarakat pada saat ini, sehingga pemerintah harus
dapat menyesuaikan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan, agar
masyarakat dapat menikmati haknya dan menjalankan kewajibannya dengan
nyaman dan aman, yang kesemuanya itu dapat dicapai dengan pembenahan
sistem. Selain itu seperti telah disebutkan di atas, e-Government ditujukan untuk
mendukung terwujudnya pemerintahan yang baik (good governance) yang
tercermin dari pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel. Dengan
demikian transparansi merupakan unsur penting untuk penerapan e-Government
dalam pemerintahan yang modern karena mencerminkan nilai-nilai kejujuran,
kebenaran, dan keadilan yang merupakan tanggungjawab dari aparatur negara.

Implementasi e-Government di instansi pemerintahan dapat membawa


manfaat, antara lain :
Pelayanan/service yang lebih baik kepada masyarakat. Informasi dapat
disediakan 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, tanpa harus menunggu
pegawai kantor.
Peningkatan hubungan antar pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat
umum. Adanya keterbukaan (transparansi) diharapkan hubungan antara berbagai
pihak menjadi lebih baik. Keterbukaan ini menghilangkan perasaan saling curiga
dan kesalahan dari semua pihak.
Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh. Dengan
adanya informasi yang mencukupi, masyarakat akan belajar untuk dapat
menentukan pilihannya misalnya data tentang sekolah, rumah sakit, dll.
Pelaksananan pemerintahan yang lebih efisien. Sebagai contoh koordinasi
pemerintahan dapat dilakukan melalui email atau bahkan video konferensi. Bagi
indonesia yang memiliki area yang luas hal akan sangat membantu. Koordinasi,
tanya jawab, diskusi antar pimpinan daerah dapat dilakukan tanpa semuanya
harus berada pada lokasi yang sama, tidak lagi harus berkumpul di satu tempat
untuk pertemuan yang hanya berlangsung satu atau dua jam.
F. STRATEGI PEMBERDAYAAN E-GOVERNMENT

Untuk mendukung pemerintahan yang baik (good governance) diperlukan


strategi-strategi yang sesuai dengan kondisi pemerintahan Indonesia khususnya
pemerintahan daerah. Di bawah ini dapat diuraikan berapa strategi
pendayagunaan e-Goverment untuk mendukung pelaksanaan good governance di

Pemerintahan Daerah sebagai berikut :


1. Penerapan e-Government perlu didukung dengan Kebijakan Pemerintah; Dalam
hal penerapan e-Government ini masih perlu pengaturan dari pusat walaupun
ewenangan tetap di daerah-daerah, karena walaupun daerah telah mempunyai
kewenangan untuk mengatur daerahnya sendiri, namun perlu pengaturan secara
teknisnya. Misalnya pengaturan berupa standar minimal dalam hal penerapan
e-Government di daerah-daerah dan apa-apa saja yang perlu diperhatikan dalam
penerapan e-Government. Hal ini penting agar stabilitas tetap terjaga tidak
menimbulkan perpecahan antar daerah karena persaingan dalam penerapannya.
Tentu saja dalam pengaturan ini pemerintah juga harus terlebih dahulu
merumuskan apa esensi dan tujuan e-Government itu sendiri. Pemahaman-
pemahaman umum tentu saja tidak serta merta diterapkan dalam praktek
pemerintahan di Indonesia, karena butuh pertimbangan-pertimbangan mengenai
hal-hal apa yang harus dilakukan agar penerapan e-Government tidak menjadi
sia-sia. Diperlukan aturan main yang jelas antara instansi e-Government dengan
instansi lain yang memerlukan jaringan informasi dan aplikasi sistem informasi,
yang diperkuat oleh aturan atau keputusan kepala daerah. Pengembangan jaringan
infrastruktur di lingkungan internal pemerintah daerah agar tercapai integrasi
sistem informasi yang dapat mendukung kegiatan pemerintahan dan peningkatan
pelayanan kepada masyarakat untuk mewujudkan good governance.

2. Pembangunan infrastruktur yang memadai; Infrastruktur telekomunikasi di


Indonesia memang masih belum tersebar secara merata. Di berbagai daerah masih
belum tersedia saluran telepon. Untuk itu perlu pembangunan infrastruktur
telekomunikasi yang memadai. Jumlah tempat akses informasi masih sangat
terbatas, untuk itu di daerah-daerah perlu perluasan tempat-tempat akses
informasi. Masalah belum memadainya tempat akses informasi ini merupakan
tantangan dalam penerapan e-Government. Pelayanan melalui e-Government
perlu didukung oleh akses internet di tempat-tempat pelayanan umum.
Pembangunan aplikasi e-Government sebagai informasi yang terintegrasi akan
dapat mendukung pengambilan keputusan atau kebijakan pimpinan daerah.

3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan atau workshop tentang TI sebagai


sarana untuk memperkenalkan teknologi informasi kepada aparatur pemerintah di
semua tingkatan atau level sebagai sarana sosialisasi bagi para pengguna aplikasi
di lingkungan pemerintahan daerah.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Good governance didefinisikan sebagai suatu kesepakatan menyangkut
pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat, dan swasta
untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik secara umum. Dalam menciptakan tata
pemerintahan yang baik sangat tergantung dari ketiga lembaga yang menyusun
governance tersebut yaitu pemerintah (government), dunia usaha (swasta), dan
masyarakat. Ketiga lembaga ini harus menjaga kesinergian dalam rangka mencapai
tujuan, karena ketiga domain ini merupakan sebuah sistem yang saling
ketergantungan dan tidak dapat dipisahkan.
Good governance di Indonesia dilatarbelakangi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yaitu berupa arus globalisasi yang
memnunculkan kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk
kemunculan telegraf dan internet. Salah satu dampak globalisasi yaitu dengan adanya
e-government.
Pendayagunaan e-Government dalam institusi pemerintahan sangat penting
karena dapat mempermudah hubungan antar pemerintah baik pemerintah pusat
dengan daerah maupun antar pemerintah daerah serta meningkatkan interaksi
pemerintah dengan masyarakat yang dilayaninya. Good governance adalah
penyelenggaraan pemerinytahan yang mencerminkan pemerintahan yang transparan,
efektif dan efisien dan akuntabel dengan menjaga kesinergisan interaksi anatar
pemerintah, sektor swasta dan masyarakat. Good governance melebihi ruang lingkup
e-Government. E-government didefenisikan sebagai penyampaian layanan dan
informasi dari Pemerintah kepada publik dengan menggunakan sarana elektronik.
Pendayagunaan e-Government, merupakan bentuk pemanfaatan teknologi informasi
dan unsur transparansi, efisiensi dan efektifitas merupakan unsur penting dalam
penerapan e-Goverment.
Dengan demikian, e-Government sangat diperlukan untuk mendukung
terwujudnya pemerintahan yang baik (good governance). E-Government ini juga
mencerminkan nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan yang menjadi
tanggungjawab setiap aparatur pemerintahan pada umumnya dan kuhususnya
Pemerintah Daerah.
B. DAFTAR PUSTAKA
Achmed, Khuzain. 2012. Makalah Good Governance.
http://www.slideshare.net/khuzainachmed/makalah-good-governance,
Dilihat pada 21 Oktober 2014.

Anonim. 2014. Globalisasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi, Dilihat pada


21 Oktober 2014.

Arief, Abdillah. 2012. Definisi Globalisasi Menurut 25 Ahli.


https://id.scribd.com/doc/78357992/Definisi-Globalisasi-Menurut-25-Ahli,
Dilihat pada 21 Oktober 2014.

Maulani, Resni Ahmad. 2014. Makalah Good Governance.


https://www.academia.edu/6869198/MAKALAH_GOOD_GOVERNANCE_
Disusun_untuk_memenuhi_salah_satu_tugas_mata_kuliah_KEWARGANEG
ARAAN, Dilihat pada 21 Oktober 2014.

Minggasari, Fenny. 2013. Pendayagunaan E-government Untuk Mendukung


Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) Pada Institusi Pemerintah
Daerah. http://fennyminggasari.blogspot.com/2013/05/pendayagunaan-e-
government-untuk.html, Dilihat pada 21 Oktober 2014.

Pujianto, Risang. 2014. Partisipasi Masyarakat Melalui E-government.


https://www.academia.edu/7761893/Partisipasi_Masyarakat_Melalui_E-
government, Dilihat pada 21 Oktober 2014.

Anda mungkin juga menyukai