Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
3. Kualitas yang selalu berubah kondisinya (kondisi dinamis), saat ini dianggap
kualitas hari yang akan datang kemungkinan dianggap tidak kualitas.
Tindakan yang diambil guna meningkatkan nilai produk dan jasa untuk
pelanggan melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi dari proses dan aktivitas
melalui struktur organisasi. Dengan banyaknya Inputan, Masukan, Kritikan dan
Umpan Balik (feedback), maka Anda akan memasuki tahapan berikutnya dari
sebuah Quality Management yakni Peningkatan Kualitas atau Quality
Improvement.
diperkenalkan oleh F. Tailor sekitar tahun 1920. Kemudian pada tahun 1931
Walter A. Shewhart dari Bell Laboratories memperkenalkan metode statistik yang
dikenal dengan Statistical Quality Control. Tokoh yang dikenal luas dalam TQM
adalah Edward Deming. Beliau meng-ajarkan teknik-teknik pengendalian kualitas
di U. S. War Department, serta mengajarkan mata kuliah mengenai kualitas
kepada ilmuan, insinyur, dan eksekutif perusahaan Jepang. Berawal dari sinilah
TQM berkembang pesat di negara Sakura ini.
Sekarang telah menjadi kenyataan, bahwa produk dari Jepang yang dulunya
dikenal sebagai produk rongsokan dan imi-tasi murahan dari produk Barat, kini
justru sebaliknya menjadi produk-produk yang berkualitas tinggi dan berkembang
pesat di dimia. Pemsahaan-perusahaan Jepang menyadari bahwa pada masa
mendatang adalah kualitas. Ber-dilakukan antara lain dengan menciptakan infra-
kualitas, yaitu aspek manusia, proses, dan Upaya perbaikan dilakukan dengan
mengirimkan tim ke luar untuk mempelajari pendekatan-pendekatan dilakukan
perusahaan asing dan mengundang dosen-dosen datang ke Jepang untuk
memberikan kursus pelatihan kepada para manajer. Hasil dari semua upaya tadi
adalah banyak ditemukannya strategi-strategi baru untuk menciptakan revolusi.
1. Pada tahun 1946 - 1950 adalah periode perintisan atau periode penelitian dan
penelaahan (Research and Study). Pada periode ini, yaitu pada bulan Juli
1950, Dr. W. E. Deming menyampaikan seminar delapan hari mengenai
kualitas pada para ilmu-wan, insinyur dan para eksekutif perusahaan Jepang.
memulihkan industri Jepang yang hancur akibat Perang Dunia II. Model yang
dikembangkan per-tama kali adalah manajemen manufaktur, yang selanjutnya
meng-alami evolusi dan mengalami diversifikasi untuk aplikasi di bidang
manufaktur, industri jasa, kesehatan, dan juga bidang pendidikan. Perkembangan
TQM juga tidak terlepas dari kontri-busi bidang manajemen dan efektivitas
organisasi dalam mem-bangun TQM.
Meningkatkan penghasilan
Sumber : Pall dalam tunggal. A.W. (1993), Manajemen Mutu Terpadu : Suatu Pengantar, Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta, p. 6.
Adapun sepuluh unsur utama TQM (Goetsch dan Davis, 1994, pp 14-18)
sebagai berikut :
1. Fokus pada Pelanggan. Dalam TQM, pelanggan internal dan eksternal
merupakan Driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau
jasa yang di sampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal
berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan
yang berhubungan dangan produk atau jasa.
2. Obsesi terhadap Kualitas. Dalam organisasi yang menerapkan TQM,
penentu akhir kualitas pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas
yang ditetapkan tersebyt, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau
melebihi apa yang ditentukan tersebut, maka berlaku prinsip good enough
is never good enough.
3. Pendekatan Ilmiah. Dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain
pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang di desain tersebut. Data
diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark),
memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
4. Komitmen Jangka Panjang. TQM suatu paradigm baru dalam
melaksanakan bisnis, untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru
pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna
mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM berjalan dengan
sukses.
5. Kerja Sama Tim (Teamwork), kemitraan, dan hubungan dijalin dan dibina
baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok lembaga-lembaga
pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan. Setiap produk dan/atau
jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu
system/lingkungan. Oleh karena itu system yang ada perlu diperbaiki secara
terus menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat meningkat.
7. Pendidikan dan Pelatihan, Setiap orang dalam perusahaan dapat
meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
16
waktu. Konsep zero defects lebih dipusatkan pada harapan manajemen dan
hubungan antar pribadi dari pada keterampilan rekayasa. Tujuan utamanya
adalah megharapkan kesempurnaan pada saat pertama dan fokusnya pada
identifikasi masalah pada sumbernya dengan perhatian khusus untuk
mengoreksi penyebab umum kesalahan karyawan seperti kurangnya
pengetahuan, kurangnya fasilitas yang tepat, kurangnya perhatian, kesadaran
dan motivasi karyawan.
d) Manajemen Kualitas Strategis
1. Pengalaman perusahaan-perusahaan Jepang
W. Edwards Deming adalah orang yang pertama kali mengajarkan
pentingnya pendekatan yang tepat, sistematis, serta pendekatan dengan
dasar statistik untuk memecahkan masalah kualitas. Ia memisahkan antara
penyebab khusus (karena operator atau mesin) dan penyebab umum (yang
merupakan tanggung jawab manajemen), dan mendorong adopsi pendekatan
sistematis dalam pemecahan masalah, yaitu Siklus Deming yang terdiri atas
Plan, Do, Check, Action. Selain itu juga ia mengenalkan metode modern
dalam riset pelanggan kepada para manajer Jepang.
Juran dan Feigenbaum mengajukan beberapa aspek manajemen kualitas
yang tidak terlalu bersifat statistik. Juran mengajarakan perencanaan,
penetapan sasaran, isu-isu organisasi, kebutuhan akan penetapan tujuan dan
sasaran untuk perbaikan, dan tanggung jawab manajemen terhadap kualitas.
Sedangkan Feigenbaum mengusulkan pendekatan sistem (menyeluruh)
terhadap kualitas.
Beberapa inovasi yang dilakukan oleh para ahli Jepang sendiri seperti
Diagram Sebab-Akibat dari Kaoru Ishikawa (digunakan pertamakali tahun
1952), Gugus kendali mutu (1962), companywide quality control (1968),
dan quality function deployment (1972).
Gugus kendali mutu terdiri atas kelompok-kelompok karyawan yang dilatih
keterampilan dalam penanganan kualitas. Mereka didorong untuk
mengambil inisiatif dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta
mengusulkan perbaikan pada manajemen.
20
Philip Crosby yang menyatakan kualitas yang sempurna mencakup dua hal,
yaitu tepat secara teknis dan layak secara ekonomi.
Yang kedua adalah In Search of Excellence (1982) oleh Tom Peters dan
Robert Waterman yang menyoroti perusahaan-perusahaan Amerika yang
sukses mengidentifikasi faktor-faktor keberhasilannya. Yang terakhir adalah
Managing Quality (1988) yang ditulis oleh David Garvin yang memberikan
tinjauan terhadap evolusi sejarah kualitas, memberikan pemahaman
menyeluruh mengenai kualitas, dari persepktif filosofi, ekonomi,
pemasaran, dan operasi, serta menyajikan contoh-contoh penting dari
industri yang berbeda.
Selain keempat era yang dikemukakan oleh Garvin tersebut, Cristopher
Lovelock menambahkan era kelima, yaitu Obsesi kualitas menyeluruh
(Total Quality Obsession).
Sumber: Garvin dalam Bounds,G.,et al. (1994), Beyond Total Quality Management: Toward the
Emerging Paradigm. New York: Mc Graw-Hill, Inc.,p.47.
yang timbul dari semua upaya untuk membuat produk menjadi berkualitas.
Namun ada juga yang berpendapat bahwa biaya kualitas adalah biaya yang timbul
karena adanya produk cacat atau rusak atau produk dengan kualitas jelek.
Kesemua pengertian biaya kualitas yang telah disebutkan merupakan pengertian
sempit. Dalam arti yang lebih luas, biaya kualitas tidak hanya menyangkut biaya
secara langsung, tetapi juga biaya akibat kehilangan pelanggan, kehilangan pangsa
pasar, biaya kehilangan peluang dan banyak lagi biaya tersembunyi lainnya.
1. Transcendental Approach
Kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui,tetapi sullit
didefinisikan dan dioperasionalkan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam
seni musik,drama, seni tari,dan seni rupa. Selain itu perusahaan dapat
mempromosikan produknya dengan pernyataan-pernyataan seperti tempat
28
M : Measuarable
A : Achivable
R : Rationable
T : Time Base
Langkah 6 : Penanggulangan
Langkah ke-6 ini adalah melaksanakan semua rencana perbaikan yang
sudah disepakati dan dibahas dengan matang oleh semua anggota gugus. Dalam
melaksanakan perbaikan ini perlu dijelaskan juga tentang pentingnya
kesungguhan dan partisipasi penuh dari semua anggota gugus sesuai tugas yang
sudah dibagikan dan diharapkan juga semua pelaksanaan dari rencana perbaikan
bisa diselesaikan sesuai dengan waktu yang disepakati.
Langkah 8 : Standarisasi
Setelah langkah perbaikan yang dilakukan sudah diperiksa dan bisa
mengatasi penyebab masalah yang dihadapi, langkah berikutnya perlu dibuatkan
standarisasi yang bisa dijadikan acuan kerja di lokasi kerja gugus dan ditujukan
pula untuk mencegah masalah yang muncul sebelumnya akan terulang lagi. Jika
perlu standarisasi ini juga bisa disebarluaskan kepada lokasi kerja yang lain yang
sejenis dengan lokasi kerja gugus. Standarisasi yang dibuat bisa meliputi standar
untuk cara kerja (metode), manusia (operator/mekanik), material, mesin dan
lingkungan kerja
PT Indospring Tbk, mengadakan Gugus Kendali Mutu / QCC yang ke 10th
yang dilaksanakan pada hari Selasa, 23 September 2014 yang bertempat dihotel
Sapta Nawa Gresik. Acara dihadiri oleh Direktur utama PT Indospring Tbk dan
semua jajaran manajer, acara dimulai pada pukul 09.00 WIB, terdiri dari beberapa
peserta yaitu :
1. El barca => membahas tentang eliminasi barang karantina (Mesin Heating 5)
33
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Darwis, Datu Rizal Asral, Penerapan Total Quality Management (TQM) Dalam
Sistem Informasi, Pusat Standarisasi LIPI