Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. OTONOMI DAERAH

Pengertian otonomi daerah, Istilah atau teori otonomi daerah adalah

menurut Dharma Setyawan (2007:88) berasal dari dua kata bahasa Yunani,

yaitu autos (sendiri), dan nomos (peraturan) atau undang-undang

berdasarkan teori tentang otonomi daerah tersebut dapat disimpulkan bahwa

otonomi berarti peraturan sendiri atau undang-undang sendiri yang

selanjutnya berkembang menjadi pemerintahan sendiri. Menurut Bagir

Manan (2002:23) mengatakan bahwa otonomi adalah sebuah tatanan

ketatanegaraan, bukan hanya tatanan Negara administrasi Negara.

Sebagaimana Tatanan ketatanegaraan, otonomi berkaitan dengan dasar-

dasar Negara dan susunan organisasi bernegara. Paling tidak ada dua

arahan dasar susunan ketatanegaraan dalam perumahan Indonesia merdeka

yaitu demokrasi dan penyelenggaraan Negara berdasarkan Hukum. Otonomi

bukan sekedar pemencaran penyelenggaraan pemerintahan untuk mencapai

efisiensi dan efektivitas.

Menurut UU No 32 Tahun 2004 otonomi daerah adalah hak,

wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai

dengan peraturan perundang- undangan. Otonomi daerah atau lebih dikenal


dengan sebutan otoda telah mengubah secara signifikan tata kelola

pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi di berbagai bidang.

Namun, banyak kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan ke daerah,

ternyata lebih banyak mengecewakan dari pada memuaskan.

Mengecewakan, karena tujuan utama otonomi daerah justru semakin jauh

dari pencapaian. Sementara itu, segi negatif lebih banyak, diantaranya

tumbuh suburnya korupsi di daerah-daerah, terjadinya persaingan tidak sehat

di elit daerah yang lebih menonjolkan primordialisme.

Menurut UU No 32 Tahun 2004, daerah otonom adalah kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai batas batas wilayah yang berwenang

yang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pelaksanaan otonomi daerah mengamanatkan bahwa tujuan otonomi

adalah untuk mempercepat tercapainya kesejahteraan rakyat melalui

peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat.

Otonomi dilakukan juga dengan harapan agar daerah memiliki daya saing

dan keunggulan lokal. Semua itu mestinya bisa dicapai karena berbagai

perubahan untuk mewujudkan misi tersebut.

Menurut Nimatul Huda (2005:307) mengatakan bahwa: desentralisasi

adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah


otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan daerahnya

sendiri. Desentralisasi merupakan simbol atau tanda adanya kepercayaan

pemerintah pusat kepada daerah yang akan mengembalikan harga diri

pemerintah dan masyarakat daerah. Diberlakukannya UU No. 32 dan UU No.

33 tahun 2004, kewenangan Pemerintah didesentralisasikan ke daerah, ini

mengandung makna, pemerintah pusat tidak lagi mengurus kepentingan

rumah tangga daerahdaerah. Kewenangan mengurus, dan mengatur rumah

tangga daerah diserahkan kepada masyarakat di daerah. Pemerintah pusat

hanya berperan sebagai supervisor, pemantau, pengawas dan penilai.

Dengan demikian jelas merupakan sarana untuk mencapai tujuan

bernegara dalam mewujudkan kesatuan bangsa yang demkratis. Undang

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai konstitusi

negara selalu menekankan konsepsi negara tersebut sebagai bentuk

keseimbangan antara kebutuhan menerapkan otonomi daerah dan

kebutuhan memperkuat persatuan nasional.

Menurut Sabarno (2008:4) mengemukakan dalam upaya menerapkan

desentralisasi di Indonesia terdapat empat sifat yang melekat di dalamnya

yaitu :

1. Pembentukan dan penghapusan suatu daerah baik provinsi,

kabupaten/kota yang bersifat otonom pada dasarnya merupakan

prakarsa pemerintah pusat berdasarkan peraturan perundang


undangan setelah mendengarkan aspirasi dan kebutuhan di daerah itu

sendiri.

2. Pengambilan kebijakan desentralisasi berada di tangan pemerintah

pusat sedangkan pelaksanaan otonomi daerah dilakukan pemerintah

daerah.

3. Pelaksanaan hubungan antara pemerintah daerah otonomi dan

pemerintah pusat bersifat bergantung.

4. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah diwujudkan dengan pembagian yang proporsional dalam

pengelolaan dan penerimaan hasil sumber daya di daerah melalui suatu

peraturan perundang undangan tingkat nasional.

Berdasarkan uraian di atas bahwa pelaksanaan hubungan antara

pemerintah pusat dan pemerintah di daerah masih bergantung dan tidak bisa

dilepaskan seutuhnya begitu saja. Masalah pembagian keuangan juga masih

harus diketahui dan diawasi pemerintah pusat. Kewenangan pemerintah

daerah sangat luas untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang

harus di kontrol oleh pemerintah pusat karena seperti di dalam UU No 32

Tahun 2004, dikatakan bahwa pemerintah daerah berhak membuat peraturan

daerah yang tujuannya mengacu untuk kepentingan dan kesejahteraan di

daerah tersebut.
Menurut Pasaribu (2005 )Dilihat dari pelaksanaan fungsi

pemerintahan, desentralisasi atau otonomi itu menunjukkan :

1. Satuan-satuan desentralisasi (otonomi) lebih fleksibel dalam

memenuhi berbagai perubahan yang terjadi dengan cepat.

2. Satuan-satuan desentralisasi dapat melaksanakan tugas dengan lebih

efektif dan efisien.

3. Satuan-satuan desentralisasi lebih inovatif.

4. Satuan-satuan desentralisasi mendorong tumbuuhnya sikap moral

yang lebih tinggi, komitmen yang lebih tinggi dan lebih produktif.

Dengan diterapkannya desentralisasi, diharapkan pembangunan

sumber daya alam dan sumber daya manusia di daerah mampu

mempercepat pertumbuhan kehidupan ekonomi masyarakat yang ada di

daerah. Adanya pemerintah sebagai struktur organisasi yang menjalankan

roda pemerintahan di Indonesia mampu menjalankan sesuai dengan

fungsinya yaitu sebagai pelayan masyarkat dalam melaksanakan

pembangunan yang ada di daerah khusunya, Indonesia umumnya. Dengan

demikian oknum-oknum yang terdiri dari perangkat pemerintahan tersebut

diharapkan mampu bekerja dengan baik sehingga terciptalah pemerintahan

yang berkeadilan sosial.


Muslimin (dalam Nimatul Huda : 2005:310) mengartikan bahwa

Dekonsentrasi ialah pelimpahan sebagian dari kewenangan pemerintah

pusat pada alat-alat pemerintah pusat yang ada di daerah.

Pemberian wewenang tersebut sangat mempermudah urusan

pemerintah pusat, karena adanya perpanjangan tangan pemerintah pusat

kepada pemerintah provinsi di seluruh Indonesia erarti telah diberlakukannya

asas dekonsentrasi yang merupakan pelaksanaan dari Otonomi Daerah.

Menurut Muslimin (Dalam Nimatul Huda : 2005:311) Asas

dekonsentrasi dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu :

1. Dari segi wewenang asas ini memberikan wewenang dari pemerintah

pusat kepada pejabat-pejabat di daerah untuk menyelenggarakan

tugas-tugas pemerintah pusat yang ada di daerah.

2. Dari segi pembentuk pemerintah, berarti membentuk pemerintah local

administrasi di daerah untuk diberi tugas menyelenggarakan urusan

pemerintah pusat yang ada di daerah.

3. Dari segi pembagian wilayah, asas ini membagi wilayah negara

menjadi daerah-daerah pemerintah lokal administratif.

Berdasarkan pendapat di atas jelas sudah bahwa apa yang

diamanahkan UU No 32 Tahun 2004 dapat mempermudah dan

menjalankannya bagi masyarakat yang ada di daerah masing-

masing. Joeniarto (dalam Nimatul Huda : 2005:312) mengatakan bahwa :


tugas pembantuan ialah tugas ikut melaksanakan urusan-urusan pemerintah

pusat atau pemerintah lokal yang berhak mengatur dan mengurus rumah

tangga tingkat atasannya.

Otonomi daerah merupakan salah satu perwujudan demokratisasi di

bidang pemerintahan.Dari sudut pandang demokrasi prinsip otonomi daerah

adalah meletakkan kekuasaan di tangan rakyat bukan ditangan penguasa,

dihargainya perbedaan pendapat serta adanya perasaan aman untuk

memasuki suatu serikat atau perkumpulan yang sesuai dengan hati nurani

tiap tiap individu. Sehubungan dengan prinsip tersebut otonomi daerah

membutuhkan birokrasi publik yang mampu mengakomodir tuntutan,

persoalan dan kebutuhan yang amat kompleks pada masyarakat. Seperti

tuntutan untuk mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi,

dan nepotisme, tuntutan masyarakat akan adanya pelayanan yang adil atau

tidak diskriminatif serta memuaskan masyarakat. Kebijakan kebijakan

publik dalam otonomi daerah dituntut untuk lebih transparan dan dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas.

Secara etimologi, istilah pemerintah asal katanya perintah, berarti

menyuruh melakukan sesuatu. Menurut Rasyid (2000:13) Menyatakan

bahwa: Tujuan utama dibentuknya pemerintahan adalah untuk menjaga

suatu sistem ketertiban di dalam mana masyarakat bisa menjalani

kehidupannya secara wajar. Pemerintah pada hakekatnya tidaklah untuk


melayani dirinya sendiri, melainkan untuk melayani masyarakat, menciptakan

kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat untuk

mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya demi menapai kemajuan

bersama.

Berhasilnya suatu Negara di dunia maupun di daerah merupakan telah

terciptanya suatu pemerintahan yang bisa menjalankan dan melaksanakan

pelayanan publik demi kepentingan rakyatnya, bukan untuk kepentingan

pribadi maupun kelompoknya.bila dilihat faktanya di Indonesia bahwa apa

yang dikemukakan pendapat Rasyid di atas sangat bertolak belakang. Bahwa

pemerintah yang dilayani, dan pemerintah lebih mementingkan kelompok dan

pribadinya, bukan semata-mata untuk kepentingan rakyat.

Menurut Rasyid (2000:14) secara umum, tugas-tugas pokok

pemerintahan mencakup tujuh bidang pelayanan :

1. Menjamin keamanan Negara dari segala kemungkinan serangan dari

luar.

2. Memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya gontokan-

gontokan di antara masyarakat.

3. Menjamin diterapkannya perlakuan yang adil kepada setiap warga

masyarakat tanpa membedakan status apapun yang melatarbelakangi

keberadaan mereka.
4. Melakukan pekerjaan umum dan memberi pelayanan dalam bidang-

bidang yang tidak mungkin dikerjakan oleh lembaga non pemerintah.

Contohnya: pembangunan jalan, penyediaan fasiliitas pendidikan, dan

lain-lain.

5. Melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial:

membantu orang miskin, memelihara orang cacat, jompo, dan anak-

anak terlantar, menampung serta menyalurkan para gelandangan ke

sektor kegiatan yang produktif.

6. Menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan masyarakat

luas, seperti mengendalikan laju inflasi, menciptakan lapangan

pekerjaan, serta kebijakan lain yang menjamin ketahanan ekonomi

bangsa.

7. Menerapkan kebijakan untuk pemeliharaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup, seperti air, tanah, dan hutan.

8. Tujuh bidang di atas menggambarkan adanya jangkauan tugas yang

luas dan kompleks, dengan tanggung jawab yang sangat berat, terpikul

di atas pundak setiap pemerintahan. Untuk mengemban semua itu

selain dari pemerintah dibutuhkan dukungan dan partisipasi masyarakat,

karena dengan adanya saling kerjasama beban tesebut akan menjadi

ringan.
Dengan diterapkannya Otonomi Daerah memungkinkan untuk

mencapai kesejahteraan masyarakat akan lebih cepat tercapai, apabila tidak

ada lagi penyelewengan kekuasaan yang diemban oleh pemerintah daerah di

Indonesia. Bestari (2008:696) berpendapat bahwa : pemerintahan daerah

adalah pemerintahan yang diselenggarakan oleh badan badan daerah yang

dipilih secara bebas dengan tetap mengakui supremasi pemerintahan

nasional. Pemerintahan ini diberi kekuasaan, diskresi (kebebasan mengambil

kebijakan), dan tanggungjawab tanpa dikontrol oleh kekuasaan yang lebih

tinggi.

Pemerintah daerah beserta seluruh lapisan masyarakat yang ada di

daerah tersebut diberdayakan secara optimal. Melalui otonomi daerah,

daerah diberi kewenangan yang seluas-luasnya untuk mengelola daerahnya

masing-masing, baik dalam mengelola sumber daya alam maupun sumber

daya manusia. Salah satu tujuan dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah

adalah memberdayakan masyarakat.Ini mengandung makna, bahwa setiap

anggota masyarakat diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk

berpartisipasi dalam pengelolaan dan pembangunan daerahnya

masingmasing. Bentuk partisipasi masyarakat dalam mengelola dan

membangun daerah sangat beragam dan bervariasi sesuai dengan

kemampuannya masing-masing yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan. Adapun bentuk-bentuk partisipasi masyarakat di antaranya dapat


berupa membayar pajak tepat pada waktunya, melaksanakan berbagai

peraturan daerah dan memberikan berbagai masukan dalam berbagai

perumusan kebijakan publik yang akan diberlakukan kepada seluruh

masyarakat Menurut Bagir Manan (2002:24-25) menyebutkan bahwa,

pemerintah daerah adalah Totalitas dari bagian-bagian yang saling

ketergantungan dan saling berhubungan dalam satuan pemerintahan

territorial tingkat lebih rendah dalam daerah dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berhak mengurus dan mengatur administrasi

Negara dalam rumah tangganya sendiri.

Pemerintah Daerah terdiri atas Kepala Daerah beserta perangkat

daerah lainnya.DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah

merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan

Pancasila.DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah berkedudukan sejajar dan

menjadi mitra dari Pemerintah Daerah.

Dari pendapat di atas bahwa ruang gerak dalam menjalankan roda

pemerintahan di daerah haruslah sesuai dengan apa yang diinginkan yaitu

melayani masyarakat di daerah dalam rangka melaksanakan administrasi

negara di daerah.

Selanjutnya De guzman dan Taples (dalam Bestari 2008:697)

menyebutkan unsur unsur pemerintahan daerah :


1. Pemerintahan daerah adalah sub divisi politik dari kedaulatan bangsa

atau negara.

2. Pemerintahan daerah diatur oleh hukum.

3. Pemerintahan daerah mempunyai badan pemerintahan yang dipilih

oleh penduduk setempat.

4. Pemerintahan daerah menyelenggarakan pemerintahan berdasarkan

peraturan perundangan.

5. Pemerintahan daerah memberikan pelayanan dalam wilayah

jurisdiksinya.

Kebijakan penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan UU No

32 Tahun 2004 telah memberikan perubahan yang signifikan berupa

penegasan kebijakan desentralisasi penyelenggaraan pemerintahan daerah

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pada hakikatnya

penyelenggaraan pemerintahan daerah menurut asas otonomi diarahkan

untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat.

Disamping itu melalui otonomi yang seluas-luasnya penyelenggaraan

pemerintahan daerah harus menjadi pedoman utama dalam pengelolaan

pemerintahan dan pembangunan di daerah sekaligus menjadi orientasi


dalam pengukuran hasil keluaran penyelenggaraan pemerintahan daerah itu

sendiri.

Adanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, yang merupakan perubahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999,

merupakan pedoman (guideline) dalam pelaksannaan otonomi daerah yang

diarahkan untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan

kreativitas, meningkatkan peran serta dan fungsi Dewan Perwailan Rakyat

Daerah (DPRD). Pemberian peran yang lebih dominan kepada DPRD pada

prinsipnya ditujukan pada penyelengaraan pemerintahan daerah dapat

terjamin. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1999, selain merupakan panduan yang nyata dalam pelaksanaan otonomi

daerah, juga merupakan politik hukum otonomi daerah. Dengan dasar

kekuatan tersebut, pelaksanaan otonomi daerah diwujudkan dalam kebijakan

yang terukur, terarah, dan terencana oleh pemerintah pusat.Kebijakan

demikian perlu dilakukan agar konsep pelaksanaan otonomi daerah tetap

berada pada panduan garis politik hukum nasional.

Oleh sebab itu, otonomi daerah yang dijalankan selain bersifat nyata

dan luas, tetap harus dilaksanakan secara bertanggung jawab. Maksudnya

otonomi daerah harus dipahami sebagai perwujudan pertanggungjawaban

konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud


tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan daerah. Tugas dan kewajiban

dalam pelaksanaan otonmi daerah adalah berupa peningkatan pelayanan

dan kesejahteraan masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi,

penegakan keadilan dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang

serasi antara pusat dan daerah serta antardaerah dalam kerangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Sabarno (2008:37) mengatakan Untuk menciptakan tata

kelola pemerintahan yang baik seluruh elemen pemerintahan daerah harus

senantiasa mendorong penyelenggraan pemerintahan daerah yang

transparan, partisipatif, dan akuntabel.

Suatu pemerintahan akan baik dan bersih apabila seluruh komponen

struktur dari pemerintahan itu diatur dan dijalankan sesuai dengan fungsinya

dan tidak melenceng dari apa yang seharusnya dilaksanakan. Selanjutnya

menurut Sabarno (2008:38) mengenai penyelenggaraan pemerintahan yang

baik tersebut adalah :

1. Transparansi merupakan suatu aspek mendasar bagi terwujudnya

penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik. Perwujudan tata

pemerintahan yang baik mensyaratkan adanya keterbukaan,

keterlibatan, dan kemudahan untuk mendapatkan akses bagi

masyarakat terhdap proses pengambilan kebijakan publik.

Penyelenggaraan pemerintah daerah yang mengabaikan trasnparansi


akan sangat sulit untuk mencipatakan pemerintahan yang baik.

Transparansi penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah

mekanisme publik yang dapat memiliki akses terhadap proses

berjalannya pemerintahan daerah. Secara umum transparansi dalam

penyelenggaraan akan menekan terjadinya praktek korupsi, kolusi, dan

nepotisme di tingkat birokrasi lokal. Keterbukaan birokrasi di daerah

terhadap penyelenggraan pemerintahan yang dilaksanakannya

merupakan iktikad untuk menciptakan good and clean government.

Penyelenggaraan otonomi pemerintahan yang transparan seharuanya

menjadi prinsip yang harus diterapkan disetiap pemerintahn daerah.

2. Partisipasi masyarakat merupakan factor yang penting dalam

pelaksanaan otonomi daerah. Partisipasi masyarakat itu sendiri dapat

diwujudkan melalui proses pemilihan yang baik, sehingga peranan

masyarakat dapat dilihat dari perwujudan peranan DPRD di dalam

mengawasi kebijakan kepala daerah. Dengan demikian

penyelenggaraan otonomi daerah akan meningkatkan kualitas otonomi

itu sendiri dengan partisiasi politik rakyat. Berbagai masalah di

masyarakat lokal akan lebh mudah diidentifikasi melalui partisipasi

masyarakat. Peran masyarakat lokal akan memberikan masukan yang

penting bagi program kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintahan

daerah.
3. Akuntabilitas merupakan hal yang sangat penting dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah karena pemerintahan daerah

sebagai pemegang otoritas kebijakan publik di daerah wajib

mempertanggung jawabkan tindakan yang diambil terhadap

masyarakat. Tingkat akuntabiilitas pemerintah dapat diukur dengan

tingkat pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Pelayanan publik

merupakan kata kunci pemerintah daerah, tingkat kesejahteraan akan

terkait erat dengan tingkat pelayanan yang disediakan pemerintah

daerah kepada rakyat baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Pelaksanaan otonomi daerah tak terlepas dari peran dan fungsi

pengawasan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).menurut

Sabarno (2008:47) Pengawasan sebagai keseluruhan proses kegiatan

menilai terhadap objek pemeriksaan, dengan tujuan agar perencanaan dan

pelaksanaan berjalan sesuai dengan fungsinya. Dengan adanya fungsi

pengawasan oleh DPRD maka pelaksanaan otonomi daerah diharapkan

mampu mengawal segala kebijakan-kebijakan yang di keluarkan oleh

pemerintah di daerah. Di era otonomi daerah memang sangat diharapkan

peningkatan penanggulangan kemiskinan di daerah yang semakin lama

penduduk miskin terus bertambah Karen lemahnya perhatian pemerintah

pusat kepada masyarakat yang ada di daerah yang jauh dari ibukota Negara.
Dengan demikian demi mempercepat penanggulangan terebut, DPRD harus

mempergunakan haknya dan fungsinya sebagaimana yang telah diatur oleh

Undang-Undang Otonomi daerah.

Menurut Sabarno (2008:47) tujuan pengawasan diarahkan agar

pelaksanaan tugas umum dan pembangunan dapat berjalan sesuai dengan

rencana dan kebijakan pemerintah sehingga dapat mencapai sasaran yang

ditetapkan secara tepat guna, hasil guna dan berdaya guna. Setiap

kebijakan pemerintah daerah tentunya semata-mata untuk kepentingan

rakyat. Akan tetapi perlu pengawasan yang dilakukan oleh DPRD agar segala

bentuk kebijakan tersebut berupa pembangunan, maupun sumber daya

dapat tepat sasaran kepada masyarakat.

Menurut Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004, DPRD merupakan

lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur

penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Sebagai bagian dari unsur pemerintahan daerah diharapkan lembaga

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menjalankan sesuai fungsinya yaitu

menerima aspirasi masyarakat dan menyampaikan kepada kepala daerah,

mengawasi dan mengontrol kebijakan pemerintah daerah kepada rakyat.

Menurut Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004, ada beberapa fungsi

pengawasan yang dilakukan oleh DPRD :


1. Mengawasi pelaksanaan peraturan daerah dan perundang undangan

lainnya;
2. Mengawasi pelaksanaan keputusan gubernur, bupati, dan walikota;
3. Mengawasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah

(APBD);
4. Mengawasi kebijakan pemerintah daerh;
5. Mengawasi pelaksanaan kerja sama intersional di daerah.

Tugas dan wewenang pengawasan yang dimaksud sebagai mana

diuraikan diatas, wewenang yang dilakukan DPRD lebih menekankan pada

segi hubungan antara penggunaan kekuasaan eksekutif dan kondisi

kehidupan rakyat di daerah.DPRD berwenang menanyakan dan menyatakan

keberatan kepada pemerintah daerah, DPRD boleh meminta kepada kepala

daerah untuk menunda atau mencabut kebijakannya jika benar-benar

merugikan rakyat banyak. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004, DPRD diharapkan mampu memainkan perannya secara optimal

sebagai institusi pengemban fungsi control terhadap jalannya pemerintahan

daerah. Tujuannya adalah terwujudnya pemerintahan daerah yang efisien,

efektif, bersih, berwibawa dan terbebas dari berbagai praktik yang berindikasi

korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Menurut Sabarno (2008:59) mengatakan tujuan utama yang hendak

dicapai dalam rangka pengawasan yang dilakukan oleh institusi pengawasan

penyelenggaraan pemerintahan daerah maupun oleh masyarakat adalah


untuk menciptakan penyelenggaraan pemerintahan negara yang efektif dan

efisien serta pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Dengan ikut serta

dan berperan aktifnya masyarakat dan DPRD dalam pengawasan

penyelenggaraan pemeintahan daerah, diharapkan terjadi keseimbangan

penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan semangat otnomi, di

samping untuk lebih meningkatkan kreativitas dan produktivitas masyarakat

serta memperkecil kesenjangan antara pemerintah daerah dengan

masyarakat di daerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai